Share

Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku
Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku
Author: RidaFa05

Bab 01. Malam Tanpa Noda

"Saya terima nikah dan kawinnya Yasmin Salmafina Zahrani dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi?"

"Sah!"

Air mata Yasmin luruh, ketika mendengar kalimat ijab qobul terdengar lugas di mikrofon. Yasmin tidak menyangka, bahwa dirinya sudah menjadi istri dari seorang pria yang bernama Ashraf Zaidan Arkanza, pria yang sudah membuktikan cintanya lewat pernikahan. Yasmin dan Ashraf telah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah di mata agama dan negara.

Betapa bahagianya, ketika ikatan halal menyatukan dua insan yang tadinya tak sengaja bertemu jadi teman setiap waktu. Acara pernikahan pun selesai, kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin yang sudah dihias sedemikian rupa, ada banyak taburan bunga mawar di atas ranjang dan juga ada lilin sebagai penerangan.

"Akhirnya setelah sekian lama aku mengagumimu, kamu sudah menjadi milikku, Yasmin," bisik Ashraf, menyatukan kedua kening mereka sambil membelai lembut pipi sang istri.

Yasmin memejamkan mata, saat jempol Ashraf mengusap bibirnya. "Shalat dulu, sabar," kekehnya. Melangkah mundur.

Ashraf yang sudah tak kuat pun menahannya. Disatu atapkan dengan wanita cantik seperti istrinya.

"Aku bantu kamu membersihkan diri," kata Ashraf, mendudukkan istrinya di depan meja rias. Sembari melepaskan satu persatu hiasan di kerudung istrinya.

"Kalau Mas Ashraf mau mandi, mandi dulu saja," kata Yasmin.

"Ngapain mandi? Nanti juga keringatan lagi," Ashraf terkekeh, menyeringai nakal di pantulan cermin.

"Apa sih, Mas? Kebelet, ya?"

"Iya, mangkannya cepetan. Udah lama nih Mas nunggu kamu. Kamu ingat nggak? Waktu itu Mas bilang, nggak bakalan lepasin kamu kalau udah halal. Sekarang kita udah sah, mau lari ke mana hayo."

Istrinya menunduk tajam, ternyata berduaan dengan kekasih halal lebih mendebarkan. Ashraf melepaskan mahkota dan yang lainnya.

"Mahkotanya aku lepas, mungkin mahkota yang lainnya bakalan terlepas hari ini."

Dada Yasmin bertalu cepat, ia memilin gaunnya dengan gemetar. Ketika paham maksud suaminya itu, tidak bisa disangka, jika Ashraf sangat frontal.

"Mas ... buru-buru banget," Yasmin menahan napasnya, ketika jilbab yang membungkus kepalanya terlepas. Menampilkan rambut panjangnya.

Napas Ashraf makin memberat, ketika melihat aurat sang istri mampu membangkitkan hormon libidonya. Ia memangkas jarak, memeluk Yasmin dari belakang dan mencium pundaknya.

"Kamu cantik sekali, Sayang. Aku beruntung menjadi pria yang bisa melihat indahnya rambut panjangmu," Ashraf melabuhkan kecupan berulang-ulang, Yasmin yang memang wanita normal juga sudah mulai terpancing.

Pasangan suami istri itu mengambil wudhu, melaksanakan shalat dahulu. Agar pernikahan mereka sakinah, mawaddah, warahmah dan dikaruniai anak yang sholeh dan sholehah.

Ashraf membaringkan sang istri, setelah membaca doa dan mulai melucuti pembungkus tubuhnya hingga tanggal. 

Di bawah kuasa suaminya, Yasmin hanya bisa memejamkan mata sembari menikmati indahnya malam pertama hingga menyatukan cinta. Keduanya terus berkelana, hingga ke puncak nirawana. Menghayati sentuhan penuh damba sesuai nalurinya.

"Mas cari apa?" Yasmin bertanya dengan tersengal-sengal ketika Ashraf menyudahi pertualangan malam ini.

"Noda darah. Konon katanya, malam pertama selalu ada noda darah. Mas ingin tahu, betulan ada atau nggak. Ternyata nggak ada, ya," Ashraf mengulas senyum, mencium punggung tangan istrinya dan berhenti mencari noda darah itu.

Sementara Yasmin, dia tergugu. Dia hanya bisa diam ketika Ashraf menariknya ke dalam pelukan. 

"Apakah kamu menyesal? Nggak menemukan noda darah itu, Mas? Katakan!" Yasmin menengadah, menatap wajah lelah suaminya yang begitu rupawan. Jari lentiknya mengusap jakun yang naik turun.

"Kamu bicara apa, Sayang? Ya nggaklah, cuma gitu doang masa menyesal. Nggak semua malam pertama ada noda darahnya, itu mah bagi yang selaput daranya tebal, kalau kata Teh Azri mah," papar Ashraf.

"Kamu nanyain malper ke Teteh kamu, Mas? Ih dasar!"

"Ya aku penasaran, sekarang 'kan udah tahu. Ternyata kamu candu buatku, Yas."

***

3 minggu sudah terlewatkan. Sepasang pengantin baru itu masing senangnya menghabiskan waktu di dalam kamar. Berduaan yang berujung menyatukan cinta. Tak kenal lelah dan tak puas mencoba, Yasmin dan Ashraf sudah seperti orang yang dimabuk asmara.

"Huek! Huek!"

Ashraf berjingkat kaget, ketika mendengar Yasmin yang sering muntah akhir-akhir ini.

"Kamu kenapa, Sayang? Masuk angin?" tanya Ashraf, melangkah masuk ke kamar mandi. Mengurut tengkuk Yasmin yang sedang muntah di wastafel.

Wajahnya begitu pucat. Ashraf juga tidak tahu kenapa, istrinya selalu seperti ini. Tiba-tiba, segurat senyum di bibir Ashraf terbit, mengetahui jika gejala yang dialami oleh Yasmin mungkin saja gejala kehamilan.

"Kita ke Dokter, ya. Aku khawatirnya kamu hamil," usul suaminya.

Seketika wajah Yasmin seperti terkejut. "Hamil, Mas?"

Mengangguk mengiyakan, Ashraf berpikir jika istrinya sedang hamil. Mereka memutuskan pergi ke Dokter kandungan, untuk melakukan pemeriksaan.

Dengan gugup, Ashraf duduk di kursi. Menemani istrinya yang sedang diperiksa.

"Bagaimana, Dok? Apa benar istri saya ini sedang hamil?" cecar Ashraf pada Dokter yang memeriksa istrinya.

Dokter itu tersenyum dan mengangguk. "Benar, Pak. Selamat ya, istri anda kini sedang hamil. Kehamilannya sudah menginjak usia 8 minggu."

Deg!

Bagai tersambar petir di siang bolong, Ashraf tersentak kaget ketika Dokter menjelaskan istrinya hamil 8 minggu. Sementara mereka baru menikah 3 minggu.

"Coba periksa lagi, Dokter pasti salah. Bagaimana mungkin janinnya berusia 8 minggu, sementara kami baru menikah 3 minggu?" Ashraf mulai tersulut.

Dokter spesialis kandung tersebut ikut kaget. "Lho? Tapi benar janin di rahim istri anda berusia segitu. Untuk keraguannya, anda bisa membicarakan hal ini di rumah dengan istri anda. Karena saya harus memerika pasien lain."

Yasmin tertunduk, dengan kedua mata yang berkaca-kaca saat berdiri menghadap suaminya. Ashraf membawanya keluar dan menatapnya begitu dingin dan tajam, ia memegang kedua bahu istrinya.

"Apa maksudnya ini, Yasmin? Kenapa bisa seperti ini? Jadi kamu sudah tak ...." Ashraf tak mampu melanjutkan perkataan.

Dia sungguh kecewa, menyadari jika istrinya sedang hamil benih orang lain.

"Maafkan aku, Mas," isak Yasmin. Ia juga kaget, ketika dirinya dinyatakan hamil.

"Katakan! Siapa ayah dari bayimu itu, Yasmin! Jangan diam saja!" ketus Ashraf, meninggikan nada bicaranya.

Yasmin menggeleng. "Aku nggak tahu, Mas. Wallahi. Aku nggak tahu."

Ashraf berdecih. "Bagaimana mungkin kamu nggak tahu? Kamu menipuku?"

"Aku nggak bermaksud menipu kamu, Mas. Aku juga nggak tahu kalau aku bakalan hamil, maaf ...."

"Kamu sudah berzina atau bagaimana, Yasmin? Sungguh, aku kecewa padamu!" ungkap Ashraf, mengusap wajahnya dengan kasar.

Ia merasa dibohongi, jika Yasmin menyembunyikan fakta sebesar ini. Selama ini, dia menikahi wanita hamil.

"Aku memang sudah ternoda, Mas ... aku ... dilecehkan."

Tangan Ashraf terkepal, menatap nyalang pada Yasmin yang meluruhkan tangisan. Dia sangat marah, ketika Yasmin yang ia anggap baik dan menjaga diri, malah ternoda sebelum menikah.

"Kenapa kamu nggak terus terang dari awal? Dengan siapa kamu berzina? Katakan padaku, siapa yang sudah melecehkanmu?" tanya Ashraf dengan emosi meluap-luap. Seolah lupa, bahwa ia sedang membentak orang yang dicintainya.

"Aku nggak tahu, Mas. Aku dilecehkan dengan keadaan tak sadar waktu itu, aku ... dijebak."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status