Share

Bab 04. Merasa Gagal

Author: RidaFa05
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pikiran Ashraf semakin kalut malut, ia bingung harus bagaimana sekarang. Sudah 2 hari ini dia mendiamkan Yasmin, wanita yang sudah menemaninya tak pupus di hati dan pikirannya.

Ia ingin hubungan keduanya seperti semula, karena Ashraf merasakan rindu jika jauh dari istrinya. Walaupun dia sendiri yang menjaga jarak, malah dia juga yang tersiksa.

"Aku memaafkanmu, karena aku mencintaimu, Yasmin," gumam Ashraf bermonolog sendiri.

Dia memainkan balpoint di jarinya dengan pikiran kosong. Ini benar-benar mengusiknya, saat melihat wajah sendu istirahat membuat Ashraf tidak tega.

Ingin sekali dia mencoba untuk baik-baik saja, menganggap tak terjadi apa-apa pada rumah tangganya. Malah tidak bisa, sebab, ini bukanlah perkara biasa yang dengan mudah dilupakan.

Dari arah depan, Ashraf terpaku melihat Sania yang sedang mengobrol dengan para pekerja di sana. Seolah ada magnet yang mengarahkan pada daya tarik, Ashraf terus memperhatikan wanita cantik nan mempesona dalam segi penampilannya.

Bagi siapa yang melihat, mungkin bakalan bereaksi sama dengannya. Dia hanya laki-laki biasa, ketika melihat Sania pasti pikirannya mengarah ke hal sana. Apalagi ia tidak bisa menyentuh Yasmin.

"Astagfirullah ... aku malah memikirkan wanita lain. Sadarlah Ashraf, Yasmin jauh lebih cantik, dia kekasih halalmu!" Lekas ia menepis bayang-bayang Sania.

Yang dipikirkan malah menghampiri. Dengan membawa segelas kopi, Sania tersenyum sambil berjalan dengan sedikit berlenggok-lenggok.

"Boleh saya duduk, Pak Ashraf?" tanya Sania, meminta izin pada atasannya.

Seakan tak sadar, Ashraf mengangguk mengiyakan. "Silahkan."

Sania mengulas senyum di bibir merahnya. Menggemaskan sekali, bak buah stoberry yang begitu merah dan merekah.

"Saya membawakan anda kopi, Pak. Karena sesuai pengamatan saya, anda tampak gusar sekali. Masih kepikiran soal Yasmin, ya?" tanya Sania menebak, menyesap kopi.

Gerak-geriknya tak luput dari pengelihatan Ashraf yang menelan salivanya. Gila! Ini benar-benar menyiksanya! Kenapa Sania begitu menggoda.

Padahal sebelumnya dia tidak pernah bereaksi seperti ini melihat perempuan lain, yang memenuhi pikirannya hanyalah Yasmin seorang.

"Ya begitulah, aku bingung harus bagaimana. Ingin membantu menemukan pelaku, tapi dia milikku, takut Yasmin meninggalkanku dan memilih pria itu," ungkap Ashraf. Meski Yasmin sudah melakukan kesalahan fatal, jauh dari lubuk hatinya dia tidak ingin Yasmin pergi dan meninggalkannya.

Mungkin dengan cara memaafkannya lebih baik, walau Ashraf belum sepenuhnya menerima.

Sania hanya bisa mendengarkan, ia tahu jika cinta Ashraf pada Yasmin begitu besar. Tiba-tiba, Sania malah merasa iri. Ingin dicintai oleh pria seperti atasannya ini.

"Menurut saya nggak mungkin, karena Yasmin pun sepertinya hanya mencintai anda. Bukankah anda tahu, meski bayi itu lahir. Ayah biologisnya tidak berhak atas bayinya," ujar Sania yang sedikit tahu soal agama.

"Ya, kamu benar. Yasmin yang berhak atas anaknya, karena bayi itu bernasab pada ibunya."

Ketika dirinya berteman dengan Yasmin, wanita cantik itu banyak mengajari Sania berbagai hal. Dia wanita sempurna, ya meski masih ada kekurangannya.

Apa yang dikatakan Sania ada benarnya. Tetap saja, Ashraf takut jika kekhawatirannya terjadi. Sampai kapan pun, ia tidak akan membiarkan Yasmin menjadi milik orang lain.

"Apa yang membuat anda tetap mempertahankan Yasmin, sementara anda tahu jika dia adalah istri yang haram anda sentuh," tanya Sania, sedikit kepo soal jawaban Ashraf.

Sudut bibir Ashraf terangkat, membentuk senyum tipis jika membayangkan wajah istrinya. Perempuan pertama yang bisa memikat hatinya.

"Dia adalah cinta pertamaku, perempuan yang membuatku merasakan debaran tak menentu. Yasmin gadis cantik, dengan keindahan akhlak dan juga ilmu agamanya. Sayang ... tak ada manusia yang benar-benar sempurna. Itulah sebabnya aku memaafkannya, aku pikir dia juga tersiksa saat tahu dirinya ternoda."

Darah Sania berdesir. Mendengar setiap untaian kalimat keluar dari mulut Ashraf yang begitu lembut dan tulus.

'Tuhan ... bolehkah aku mencintai suami sahabatku?' batin Sania.

***

Beberapa kali Ashraf mencoba, mengenyahkan bayang-bayang Sania di dalam pikirannya, malah tak bisa. Ia tahu, ini sebuah dosa. Sudah memikirkan wanita yang bukan mahramnya.

"Allah, apa ini? Kenapa jadi seperti ini, astagfirullah!"

Ashraf melangkah lunglai, merasa pening dan lemas akhir-akhir ini. Tidak ada Yasmin, sang istri tidak menyambutnya di sini.

Aroma makanan begitu menguar, Ashraf menoleh ke arah meja makan yang sudah ada beberapa hidangan di sana. Kakinya berpijak, menaiki lantai atas.

Saat tangannya akan memutar knop pintu, terdengar lantunan ayat-ayat suci begitu merdua. Suara yang menjadi cantik, membuat Ashraf tak berhenti menggebu.

Sepersekian detik berikutnya, Ashraf tergugu saat mendengar suara isak tangis istrinya di dalam sana.

"Ya Allah ... kenapa ujian yang hamba lewati begitu berat sekali? Hamba malu pada-MU, kepada suami hamba karena hamba adalah wanita ternoda. Harusnya, pria sebaik suamiku tidak mendapatkan wanita kotor ini," isak Yasmin, menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya.

Yasmin masih betah berlama-lama di sini, menangis seorang diri. Meratapi takdirnya yang seperti ini. Mukena putih yang ia kenakan basah oleh air mata, cairan bening itu makin menganak sungai.

"Sayang ...." Yasmin meremang, saat merasakan seseorang yang mendekapnya dengan begitu erat.

"Mas sudah pulang? Maaf aku nggak menyambutmu. Aku nggak tahu kalau Mas bakalan pulang cepa—"

"Sutt, diamlah. Nggak apa. Kalau aku memberitahuku, mungkin aku nggak bakalan tahu jika bidadariku menangis tersedu di sini," ujar Ashraf, meletakkan jari telunjuknya di bibir Yasmin.

Sesungguhnya Yasmin malu, berhadapan dengan sang suami sejak kehamilan itu.

"Harusnya, saat Mas datang aku tampil cantik dan menyambutmu. Bukan malah seperti ini," cicit Yasmin, sambil menunduk lesu.

Ashraf menangkup kedua pipi istrinya, membalas tatapan matanya dengan lembut sehingga netra keduanya saling memandang. "Di mataku, kamu selalu cantik dengan penampilan apapun. Kamu lagi ileran atau apapun tetap saja cantik."

Suasana yang tadinya pilu, Ashraf malah menggoda Yasmin seperti itu.

"Itu terus yang Mas ingat! Aku takut ... jika Mas nggak memaafkan aku." Yasmin mengelus punggung tangan sang suami di pipinya.

Suami istri tersebut masih betah duduk sembari saling pandang satu sama lain.

"Mas memaafkanmu, Sayang. Hanya saja Mas masih belum menerima, aku harap kamu paham. Aku mendiamkanmu karena merasa gamang, bukan sudah nggak peduli."

"Aku paham, nggak mudah di posisi Mas saat ini. Aku merasa gagal menjaga marwah dan nggak bisa memberikannya untukmu. Wallahi, Mas. Aku juga sakit menerima kenyataan itu," lirih Yasmin, butiran bening itu terus mengalir di pelupuk matanya.

Rasanya tak sanggup, harus menjelaskan apa yang ia rasa. Dia beruntung, jika Ashraf sudi memberikan maaf untuknya.

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku, Yasmin. Apapun keadaannya jangan tinggalkan aku, Sayang ...." Sorot mata Ashraf berubah serius, usapan di pipi istrinya semakin erat.

Sekarang, Yasmin adalah tanggung jawabnya. Sudah tugas Ashraf untuk menjaga dan merawatnya, wanita itu adalah pilihan dia sejak awal. Kurang atau lebihnya, Ashraf menerima.

"Harusnya aku yang mengatakan hal itu kepadamu, Mas ... aku pikir, kamu akan melepaskan aku saat tahu aibku."

"Nggak akan pernah aku melepaskanmu, Yasmin. Kita akan terus bersama, aku akan menjaga dan merawat anak itu jika sudah lahir nantinya. Hanya saja, aku harus tetap menjaga jarak denganmu. Dikhawatirkan aku kelepasan menyentuhmu."

Related chapters

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 05. Meminang Sahabat Istrinya

    Kedua insan itu saling mengikis jarak, menyatukan kedua bibir mereka untuk melepaskan rindu karena dua hari saling mendiamkan. Keduanya melepaskan, ketika napas keduanya sudah terengah-engah."Aku mencintaimu, Mas ..." ungkap Yasmin, memeluk tubuh suaminya."Yeah, aku juga mencintai kamu. Berjanjilah untuk tetap bersamaku dan jangan pernah meninggalkanku!" tegas Ashraf, membelai lembut surai panjang Yasmin yang dibiarkan tergerai.Yasmin mulai menerbitkan senyum, dia mengangguk pelan. "Aku berjanji, akan terus bersamamu dan nggak bakalan meninggalkan kamu, Mas."***Pagi hari kembali menyapa. Ashraf sudah merasa lebih baik karena ia sudah mulai berinteraksi lagi dengan Yasmin, hanya sekedar itu, tentu saja soal kebutuhan biologis Ashraf hanya bisa menahannya.Lelaki bertubuh jangkung itu menyapa para pekerja, seperti yang ia lakukan biasanya. Saat berpaspasan dengan Sania, Ashraf mulai tidak tenang rasanya.Terlebih saat penampilan Sania yang memang terbuka, memperlihatkan lekukan tub

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 06. Berdiskusi Dengan Yasmin

    Suara denting notifikasi membuat Yasmin mengalihkan atensi. Wanita muda itu diam di hadapan cermin, memolesi wajahnya dengan make up tipis agar wajahnya tetap segar.Jari lentiknya memegang ponsel, melihat siapa yang mengirimkannya pesan. Di sana tertera nama Sania. Sania Sahabatku. Begitulah nama kontaknya.[Yasmin, sibuk nggak nih?] tulisan Sania di aplikasi chat tersebut.[Ibu rumah tangga sibuk apa, nggak kok. Aku free nih di rumah aja. Kenapa? Cuma aku nggak lagi di rumah. Lagi di Apartemen.] balas Yasmin pada sahabat baiknya.Tak lama kemudian, Sania membalas. [Hari ini aku ke Apartemen kamu, ya, Min. Kangen. Sekalian ada hal penting yang mau aku omongin.][Aku lagi di Apartemen Mas Ashraf, San. Aku kirim alamatnya, ya.]Setelah mengatakan itu, tiba-tiba sosmed Sania centang satu. Yasmin meletakkan gawainya. Dia memegang dadanya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat dan juga perasaannya mendadak tak enak.Yasmin berusaha untuk berpikir positif. Entah apa yang dia pikirkan, sehing

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 07. Izin Istri Pertama

    Mendengar Yasmin untuk menceraikannya, Ashraf terperangah. Sampai kapan pun dia tidak ada pernah melepaskannya. Egois memang, andai dia tak cinta, mungkin mudah melepasnya.Mengingat Yasmin hamil di luar nikah, entah apa tanggapan orang-orang nanti. Apalagi pernikahan mereka baru seumur jagung, tentunya Ashraf tidak mau menjadi bahan perbincangan karena dirinya orang terpandang."Nggak! Mas nggak akan pernah menceraikan kamu, Sayang. Kamu udah janji, bakalan tetap bersamaku."Sekarang Yasmin paham. Kenapa kemarin malam, sikap Ashraf begitu lembut. Ternyata jawabannya ini. Dia ingin memberikan kejutan ini, agar dirinya terperangkap janji."Aku tahu, Sania wanita yang cantik. Wajar kalau kamu berdesir ketika melihatnya. Sedangkan aku? Apa yang kamu harapkan dariku, Mas?" tanya Yasmin. Tertawa miris. Mentertawakan hal yang menimpanya akhir-akhir ini.Ashraf terus memberikan penjelasan, pria itu sudah menyergapnya ke dalam pelukan. Yasmin diam, perkataan Ashraf lembut tapi menghujam. Memb

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 08. Menyembunyikan Fakta

    Yasmin membereskan mukena dan sajadah, lalu menyimpannya. Ia sudah bersolek dan memakai pakaian malamnya karena Ashraf yang meminta.Di atas ranjang, Ashraf tersenyum nakal melihat penampilan Yasmin yang menantang. Jika dibandingkan, Yasmin menang dalam segala hal.Melihat wajah senang sang suami, Yasmin malah menjadi sedih. Apakah dia bahagia jika Yasmin mengizinkannya menikahi Sania?"Besok, panggillah Sania ke sini. Aku mengizinkan kamu menikah dengan dia. Mungkin ini yang terbaik untuk kita dan mungkin ini juga ... ujianku," ujar Yasmin, tutur katanya selalu lembut, hal yang paling Ashraf suka.Ashraf tersenyum. Meraih sebelah tangan istrinya yang putih dan mulus, kemudian mengecupnya dengan lembut."Terima kasih, Sayang. Besok aku dan Sania akan membicarakan pernikahan," tutur Ashraf.Yasmin hanya bisa mengangguk dengan pelan. Meski hatinya tetap sakit. Kendati demikian, dia tidak mungkin menumpahkan tangisan dan memperlihatkan kesedihan di hadapan suaminya.Setelah Yasmin pikir,

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 09. Keterkejutan Keluarga

    "Apa? Kamu akan menikah?" pekik Antonio, kakak laki-laki Sania.Dia begitu terkejut, saat adik perempuan bilang jika dia akan menikah. Bukan Anton mempermasalahkan niat baik adiknya, tetapi Sania malah akan menikah dengan pria beristri. Yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sendiri.Anton tak habis pikir, Sania seperti kehabisan akal yang mau saja dijadikan istri kedua."Iya, aku mau Bang Anton merestui pernikahan kami," ujar Sania, membujuk Anton agar pria itu mau mengizinkannya.Anton mendengus kesal. Ingin rasanya berkata kasar. "Kamu benar-benar udah nggak waras, Sania. Susah payah aku menyekolahkanmu ke jenjang yang tinggi, kamu malah mau dijadikan istri kedua. Ditaruh di mana otakmu itu?" ketus Anton, emosinya meluap-luap. Tak terima ketika adik bungsunya akan dijadikan madu.Sebagai keluarga yang diamanatkan menjaga, tentu dia tidak akan setuju. Apa kata orang, jika tahu Sania orang ketiga dipernikahan sahabatnya."Ayolah, Bang. Tolong restui dan izinkan aku kali ini sa

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 10. Menguatkan Hati

    Mendengar keputusan yang dikatakan Ashraf, membuat keluarganya memunculkan beberapa reaksi. Ada yang kaget dan ada juga yang marah. Ini terlalu tiba-tiba.Di dalam islam, poligami memang bukan hal yang dilarang. Hanya saja, poligami juga ada ilmu dan adab, sehingga tidak bisa dilakukan begitu saja atau asal-asalan seperti kebanyakan.Bilamana pria mampu berbuat adil, mereka boleh menikah lagi. Meski izin istri tidak diperlukan, tetapi sebaiknya memang bilang dan diskusikan dahulu. Karena memang, poligami bukanlah perkara yang mudah."Apa maksud kamu, Ashraf? Dengan siapa kamu menikah? Apa kamu selingkuh?" Bu Rida, selaku ibunya Ashraf tampak tak setuju dengan keputusan yang ditetapkan sang anak.Semua juga sama, hanya saja mereka memberikan waktu untuk bicara satu persatu."Astagfirullah, apa menurut Ibu aku orang seperti itu?" jawab Ashraf dan balik bertanya.Anak bungsu itu tidak seperti seorang pria jelalatan, meski orang awam, tetapi dia menjaga dirinya dan berani dekat dengan wan

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 01. Malam Tanpa Noda

    "Saya terima nikah dan kawinnya Yasmin Salmafina Zahrani dengan maskawin tersebut dibayar tunai!""Bagaimana para saksi?""Sah!"Air mata Yasmin luruh, ketika mendengar kalimat ijab qobul terdengar lugas di mikrofon. Yasmin tidak menyangka, bahwa dirinya sudah menjadi istri dari seorang pria yang bernama Ashraf Zaidan Arkanza, pria yang sudah membuktikan cintanya lewat pernikahan. Yasmin dan Ashraf telah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah di mata agama dan negara.Betapa bahagianya, ketika ikatan halal menyatukan dua insan yang tadinya tak sengaja bertemu jadi teman setiap waktu. Acara pernikahan pun selesai, kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin yang sudah dihias sedemikian rupa, ada banyak taburan bunga mawar di atas ranjang dan juga ada lilin sebagai penerangan."Akhirnya setelah sekian lama aku mengagumimu, kamu sudah menjadi milikku, Yasmin," bisik Ashraf, menyatukan kedua kening mereka sambil membelai lembut pipi sang istri.Yasmin memejamkan mata, saat j

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 02. Desiran Aneh

    Semenjak mengetahui bahwa Yasmin sedang berbadan dua, sikap Ashraf langsung berubah dingin. Pulang dari Rumah Sakit, tidak ada yang membuka pembicaraan. Hingga sampai di kediaman, Ashraf melengos begitu saja.Yasmin merasa sesak, tapi Ashraf jauh lebih sesak karena dirinya tidak bisa disetubuhi sampai bayinya lahir. Yasmin pasrah saja, apapun keputusan Ashraf nantinya, ia harus menerima sekalipun Ashraf menceraikannya."Ya Rabb ... ampuni aku, aku nggak bermaksud menipu suamiku," lirih Yasmin, air di matanya tak kunjung surut juga.Dia memang mengalami kejadian naas ketika dirinya menginap di sebuah Apartemen, saat itu dia tidak mengingat apa-apa. Saat bangun, dia dalam keadaan tanpa sehelai benang dan nyeri di bagian kewanitaan.Saat itu, Yasmin benar-benar hancur dan nyaris bunuh diri. Andai tidak dosa, ia sudah pasti melakukannya.Dia tidak tahu, setelah mimpi buruk itu malah membuahkan nyawa yang tumbuh di dalam rahimnya. Sungguh, Yasmin baru mengetahui.Salahnya, tidak memeriksa

Latest chapter

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 10. Menguatkan Hati

    Mendengar keputusan yang dikatakan Ashraf, membuat keluarganya memunculkan beberapa reaksi. Ada yang kaget dan ada juga yang marah. Ini terlalu tiba-tiba.Di dalam islam, poligami memang bukan hal yang dilarang. Hanya saja, poligami juga ada ilmu dan adab, sehingga tidak bisa dilakukan begitu saja atau asal-asalan seperti kebanyakan.Bilamana pria mampu berbuat adil, mereka boleh menikah lagi. Meski izin istri tidak diperlukan, tetapi sebaiknya memang bilang dan diskusikan dahulu. Karena memang, poligami bukanlah perkara yang mudah."Apa maksud kamu, Ashraf? Dengan siapa kamu menikah? Apa kamu selingkuh?" Bu Rida, selaku ibunya Ashraf tampak tak setuju dengan keputusan yang ditetapkan sang anak.Semua juga sama, hanya saja mereka memberikan waktu untuk bicara satu persatu."Astagfirullah, apa menurut Ibu aku orang seperti itu?" jawab Ashraf dan balik bertanya.Anak bungsu itu tidak seperti seorang pria jelalatan, meski orang awam, tetapi dia menjaga dirinya dan berani dekat dengan wan

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 09. Keterkejutan Keluarga

    "Apa? Kamu akan menikah?" pekik Antonio, kakak laki-laki Sania.Dia begitu terkejut, saat adik perempuan bilang jika dia akan menikah. Bukan Anton mempermasalahkan niat baik adiknya, tetapi Sania malah akan menikah dengan pria beristri. Yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sendiri.Anton tak habis pikir, Sania seperti kehabisan akal yang mau saja dijadikan istri kedua."Iya, aku mau Bang Anton merestui pernikahan kami," ujar Sania, membujuk Anton agar pria itu mau mengizinkannya.Anton mendengus kesal. Ingin rasanya berkata kasar. "Kamu benar-benar udah nggak waras, Sania. Susah payah aku menyekolahkanmu ke jenjang yang tinggi, kamu malah mau dijadikan istri kedua. Ditaruh di mana otakmu itu?" ketus Anton, emosinya meluap-luap. Tak terima ketika adik bungsunya akan dijadikan madu.Sebagai keluarga yang diamanatkan menjaga, tentu dia tidak akan setuju. Apa kata orang, jika tahu Sania orang ketiga dipernikahan sahabatnya."Ayolah, Bang. Tolong restui dan izinkan aku kali ini sa

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 08. Menyembunyikan Fakta

    Yasmin membereskan mukena dan sajadah, lalu menyimpannya. Ia sudah bersolek dan memakai pakaian malamnya karena Ashraf yang meminta.Di atas ranjang, Ashraf tersenyum nakal melihat penampilan Yasmin yang menantang. Jika dibandingkan, Yasmin menang dalam segala hal.Melihat wajah senang sang suami, Yasmin malah menjadi sedih. Apakah dia bahagia jika Yasmin mengizinkannya menikahi Sania?"Besok, panggillah Sania ke sini. Aku mengizinkan kamu menikah dengan dia. Mungkin ini yang terbaik untuk kita dan mungkin ini juga ... ujianku," ujar Yasmin, tutur katanya selalu lembut, hal yang paling Ashraf suka.Ashraf tersenyum. Meraih sebelah tangan istrinya yang putih dan mulus, kemudian mengecupnya dengan lembut."Terima kasih, Sayang. Besok aku dan Sania akan membicarakan pernikahan," tutur Ashraf.Yasmin hanya bisa mengangguk dengan pelan. Meski hatinya tetap sakit. Kendati demikian, dia tidak mungkin menumpahkan tangisan dan memperlihatkan kesedihan di hadapan suaminya.Setelah Yasmin pikir,

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 07. Izin Istri Pertama

    Mendengar Yasmin untuk menceraikannya, Ashraf terperangah. Sampai kapan pun dia tidak ada pernah melepaskannya. Egois memang, andai dia tak cinta, mungkin mudah melepasnya.Mengingat Yasmin hamil di luar nikah, entah apa tanggapan orang-orang nanti. Apalagi pernikahan mereka baru seumur jagung, tentunya Ashraf tidak mau menjadi bahan perbincangan karena dirinya orang terpandang."Nggak! Mas nggak akan pernah menceraikan kamu, Sayang. Kamu udah janji, bakalan tetap bersamaku."Sekarang Yasmin paham. Kenapa kemarin malam, sikap Ashraf begitu lembut. Ternyata jawabannya ini. Dia ingin memberikan kejutan ini, agar dirinya terperangkap janji."Aku tahu, Sania wanita yang cantik. Wajar kalau kamu berdesir ketika melihatnya. Sedangkan aku? Apa yang kamu harapkan dariku, Mas?" tanya Yasmin. Tertawa miris. Mentertawakan hal yang menimpanya akhir-akhir ini.Ashraf terus memberikan penjelasan, pria itu sudah menyergapnya ke dalam pelukan. Yasmin diam, perkataan Ashraf lembut tapi menghujam. Memb

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 06. Berdiskusi Dengan Yasmin

    Suara denting notifikasi membuat Yasmin mengalihkan atensi. Wanita muda itu diam di hadapan cermin, memolesi wajahnya dengan make up tipis agar wajahnya tetap segar.Jari lentiknya memegang ponsel, melihat siapa yang mengirimkannya pesan. Di sana tertera nama Sania. Sania Sahabatku. Begitulah nama kontaknya.[Yasmin, sibuk nggak nih?] tulisan Sania di aplikasi chat tersebut.[Ibu rumah tangga sibuk apa, nggak kok. Aku free nih di rumah aja. Kenapa? Cuma aku nggak lagi di rumah. Lagi di Apartemen.] balas Yasmin pada sahabat baiknya.Tak lama kemudian, Sania membalas. [Hari ini aku ke Apartemen kamu, ya, Min. Kangen. Sekalian ada hal penting yang mau aku omongin.][Aku lagi di Apartemen Mas Ashraf, San. Aku kirim alamatnya, ya.]Setelah mengatakan itu, tiba-tiba sosmed Sania centang satu. Yasmin meletakkan gawainya. Dia memegang dadanya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat dan juga perasaannya mendadak tak enak.Yasmin berusaha untuk berpikir positif. Entah apa yang dia pikirkan, sehing

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 05. Meminang Sahabat Istrinya

    Kedua insan itu saling mengikis jarak, menyatukan kedua bibir mereka untuk melepaskan rindu karena dua hari saling mendiamkan. Keduanya melepaskan, ketika napas keduanya sudah terengah-engah."Aku mencintaimu, Mas ..." ungkap Yasmin, memeluk tubuh suaminya."Yeah, aku juga mencintai kamu. Berjanjilah untuk tetap bersamaku dan jangan pernah meninggalkanku!" tegas Ashraf, membelai lembut surai panjang Yasmin yang dibiarkan tergerai.Yasmin mulai menerbitkan senyum, dia mengangguk pelan. "Aku berjanji, akan terus bersamamu dan nggak bakalan meninggalkan kamu, Mas."***Pagi hari kembali menyapa. Ashraf sudah merasa lebih baik karena ia sudah mulai berinteraksi lagi dengan Yasmin, hanya sekedar itu, tentu saja soal kebutuhan biologis Ashraf hanya bisa menahannya.Lelaki bertubuh jangkung itu menyapa para pekerja, seperti yang ia lakukan biasanya. Saat berpaspasan dengan Sania, Ashraf mulai tidak tenang rasanya.Terlebih saat penampilan Sania yang memang terbuka, memperlihatkan lekukan tub

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 04. Merasa Gagal

    Pikiran Ashraf semakin kalut malut, ia bingung harus bagaimana sekarang. Sudah 2 hari ini dia mendiamkan Yasmin, wanita yang sudah menemaninya tak pupus di hati dan pikirannya.Ia ingin hubungan keduanya seperti semula, karena Ashraf merasakan rindu jika jauh dari istrinya. Walaupun dia sendiri yang menjaga jarak, malah dia juga yang tersiksa."Aku memaafkanmu, karena aku mencintaimu, Yasmin," gumam Ashraf bermonolog sendiri.Dia memainkan balpoint di jarinya dengan pikiran kosong. Ini benar-benar mengusiknya, saat melihat wajah sendu istirahat membuat Ashraf tidak tega.Ingin sekali dia mencoba untuk baik-baik saja, menganggap tak terjadi apa-apa pada rumah tangganya. Malah tidak bisa, sebab, ini bukanlah perkara biasa yang dengan mudah dilupakan.Dari arah depan, Ashraf terpaku melihat Sania yang sedang mengobrol dengan para pekerja di sana. Seolah ada magnet yang mengarahkan pada daya tarik, Ashraf terus memperhatikan wanita cantik nan mempesona dalam segi penampilannya.Bagi siapa

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 03. Menjaga Jarak

    Meski rumah tangganya berubah dingin. Yasmin masih tetap menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik, tetapi tidak soal urusan nafkah batin, karena saat ini dia tidak bisa melayani suaminya.Dengan penampilan yang tertutup, Yasmin berdiri menyambut kepulangan suaminya di depan teras. Tak lama, mobil milik Ashraf terbuka dan sang pemilik mulai menunjukkan batang hidungnya."Mas, aku udah masakin makanan kesukaan kamu. Makan dulu, ya," ujar Yasmin. Meraih tangan suaminya dan menicum punggung tangannya dengan takzim.Hampa. Tidak ada pelukan dan kecupan hangat seperti biasa. Ashraf malah diam dan tak mau membuka suara.Perlahan, senyuman di bibir Yasmin memudar. Menyadari jika Ashraf enggan."Kenapa, Mas? Kamu seperti enggan bertemu denganku. Apakah kamu jijik padaku?" Pertanyaan Yasmin sukses membuat Ashraf jadi menghadap ke arahnya."Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Ashraf, cepat."Karena Mas ... berubah," balas Yasmin. Membalas tatapan suaminya dengan sendu, ada perasaan rindu me

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 02. Desiran Aneh

    Semenjak mengetahui bahwa Yasmin sedang berbadan dua, sikap Ashraf langsung berubah dingin. Pulang dari Rumah Sakit, tidak ada yang membuka pembicaraan. Hingga sampai di kediaman, Ashraf melengos begitu saja.Yasmin merasa sesak, tapi Ashraf jauh lebih sesak karena dirinya tidak bisa disetubuhi sampai bayinya lahir. Yasmin pasrah saja, apapun keputusan Ashraf nantinya, ia harus menerima sekalipun Ashraf menceraikannya."Ya Rabb ... ampuni aku, aku nggak bermaksud menipu suamiku," lirih Yasmin, air di matanya tak kunjung surut juga.Dia memang mengalami kejadian naas ketika dirinya menginap di sebuah Apartemen, saat itu dia tidak mengingat apa-apa. Saat bangun, dia dalam keadaan tanpa sehelai benang dan nyeri di bagian kewanitaan.Saat itu, Yasmin benar-benar hancur dan nyaris bunuh diri. Andai tidak dosa, ia sudah pasti melakukannya.Dia tidak tahu, setelah mimpi buruk itu malah membuahkan nyawa yang tumbuh di dalam rahimnya. Sungguh, Yasmin baru mengetahui.Salahnya, tidak memeriksa

DMCA.com Protection Status