Share

Bab 03. Menjaga Jarak

Penulis: RidaFa05
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Meski rumah tangganya berubah dingin. Yasmin masih tetap menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik, tetapi tidak soal urusan nafkah batin, karena saat ini dia tidak bisa melayani suaminya.

Dengan penampilan yang tertutup, Yasmin berdiri menyambut kepulangan suaminya di depan teras. Tak lama, mobil milik Ashraf terbuka dan sang pemilik mulai menunjukkan batang hidungnya.

"Mas, aku udah masakin makanan kesukaan kamu. Makan dulu, ya," ujar Yasmin. Meraih tangan suaminya dan menicum punggung tangannya dengan takzim.

Hampa. Tidak ada pelukan dan kecupan hangat seperti biasa. Ashraf malah diam dan tak mau membuka suara.

Perlahan, senyuman di bibir Yasmin memudar. Menyadari jika Ashraf enggan.

"Kenapa, Mas? Kamu seperti enggan bertemu denganku. Apakah kamu jijik padaku?" 

Pertanyaan Yasmin sukses membuat Ashraf jadi menghadap ke arahnya.

"Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Ashraf, cepat.

"Karena Mas ... berubah," balas Yasmin. Membalas tatapan suaminya dengan sendu, ada perasaan rindu menggebu ketika Ashraf menjaga jarak dengannya.

Semalam saja Yasmin tidak bisa tidur, memikirkan urusan rumah tangganya.

"Aku hanya menjaga syahwatku agar nggak naik saat di dekatmu, salah?" Ashraf balik bertanya.

"Biarkan aku saja yang menjauh, Mas. Ini salahku, aku nggak mau kamu tersiksa dengan menanggung kesalahanku. Kita pisah ranjang saja bila perlu," Yasmin melenggang pergi, meninggalkan Ashraf yang tidak mengejarnya sama sekali.

Pria itu hanya memperhatikan dalam diam, bingung harus melakukan apa. Di satu sisi ia kecewa, di sisi lain Ashraf begitu mencintainya.

Yasmin adalah sosok sempurna, tak hanya cantik rupanya tapi juga mampu menjalankan kewajibannya. Dia tak salah memilih dan ingin mempertahankannya.

Tak mau banyak pikiran, dia juga masih ada banyak pekerjaan. 

"Cih, ke mana berkas tadi?" kesal Ashraf. Mencari-cari berkas yang tadinya akan ia selesaikan di rumah.

Pikirannya terlalu semrawut, sehingga tidak bisa konsentrasi saat bekerja tadi. Ia meraih ponsel, menghubungi Sania agar mengantarkan berkas di ruangannya ke sini.

"Tolong bawakan berkas saya yang tertinggal di meja kerja, Sa," katanya kepada Sania di seberang sana.

"Baik, Pak. Akan saya antarkan ke sana."

Sudah pusing memikirkan Yasmin, Ashraf juga malah kepikiran Sania yang sepanjang hari sukses mencuri perhatiannya.

Seorang wanita dewasa, yang menggunakan blouse dan rok span. Siapa saja pasti salah fokus melihatnya, termasuk Ashraf. Sudah lancang, berpikir ke hal-hal tak seharusnya.

"Astagfirullahaladzim, ampuni hamba," gumam Ashraf.

Yasmin turun dari kamar, setelah puas menumpahkan tangisan saat mendengar bel rumah terdengar. Dia segera membuka pintu.

"Permisi, saya ingin bertemu dengan Pak Ash—lho ... Yasmin?" Sania memotong ucapan, ketika melihat sosok Yasmin yang membuka pintu rumah atasannya.

Melihat Sania datang, Yasmin juga kaget kedatangan sahabat kuliahnya ke sini. "Sania, ada apa ke sini?" tanya Yasmin, memeluk tubuh Sania yang memang mempesona untuk dipandangi oleh pria.

"Mau nganterin berkas kerjaan ke atasan. Jadi ... kamu istrinya Pak Ashraf, Yas?"

Perempuan berjilbab maroon itu mengangguk. "Iya, San. Aku juga baru tahu kalau kamu kerja dengan Mas Ashraf."

Sania benar-benar tercengang. Ketika Yasmin, sahabatnya ternyata adalah istri sang atasan.

Sungguh beruntung jika di posisi Yasmin, mendapatkan seorang Ashraf yang merupakan seorang pengusaha tampan dan sukses. Jika disandingkan dengan Yasmin, mereka berdua memang cocok. Sama-sama cantik dan tampan, juga agamis.

"Siapa yang datang, Yas?" Suara Ashraf menghentikan obrolan dua wanita tersebut. Pria itu muncul di belakang tubuh istrinya.

"Kenalin, Mas. Dia Sania. Sahabatku saat kuliah, katanya kalian bekerjaa di tempat sama," ujar Yasmin pada suaminya.

Ashraf hanya manggut-manggut saja. Ternyata Yasmin dan Sania adalah seorang sahabat. Dari penampilan saja sudah kebalikan, tapi mungkin mereka memang benar-benar tak melihat itu.

"Aku baru tahu kalian sahabatan. Dia manager di restoran," balas Ashraf. "Terima kasih sudah mengantarkan, ingin ngobrol dulu?"

Sania menolak dengan sopan, karena hari sudah malah dia harus segera pulang. "Nggak, Pak. Mungkin lain kali saya mampir ke sini menemui Yasmin. Kalau begitu saya permisi, Pak. Yas, aku pulang dulu."

"Iya, hati-hati, San."

***

Yasmin membentangkan sajadah dan melakukan qiyamul lail ketika dirinya terbangun di tengah malam. Dia menengadahkan tangan, memanjatkan untaian doa yang ia curahkan pada sang Illahi.

"Ya Rabb ... maafkan hamba, belum bisa menjadi istri yang baik untuk suami hamba. Semoga dia senantiasa menjaga dan mempertahankan pernikahan ini."

Ia menoleh ke arah Ashraf yang masih tidur dan memberikan punggungnya saja. Yasmin duduk, di samping Ashraf dan mengelus surai suaminya.

"Saat kamu melamarku di hadapan keluargaku, aku mulai mencintaimu, Mas," ungkap Yasmin.

***

Yasmin diam di tepian ranjang, ketika sedari tadi ria terus mual-mual dan memuntahkan cairan. Badannya jadi lemas, nafsu makannya jadi berkurang karena tak bisa menerima asupan.

Meski janin itu bukan darah dagingnya, Ashraf tidak tega melihat Yasmin tersiksa dengan kehamilannya.

"Obat pereda mualnya diminum, paksakan, karena bayi itu butuh asupan," ujar Ashraf, memasang dasinya sendiri.

Diberi perhatian sederhana, Yasmin senang karena Ashraf tak mendiamkannya. Hanya menghindar agar tak kelepasan saat menyentuhnya.

"Mas."

"Hmmm."

"Boleh aku memelukmu?" Yasmin bertanya dengan ragu, takut Ashraf marah jika dia tiba-tiba memeluknya.

Helaan napas terdengar, Ashraf mendekati istrinya, membiarkan tubuhnya dipeluk.

"Aku rindu memelukmu, Mas. Sudah 2 hari aku nggak merasakannya," ujar Yasmin.

"Kamu harus terbiasa, demi kebaikan kita juga. Aku bingung harus menjawab apa jika keluarga tahu," kata Ashraf, mengutarakan keresahannya.

Kedua belah pihak keluarga memang belum tahu soal ini, mereka sengaja menyembunyikan dan belum siap memberitahu. Mungkin butuh waktu, sembari Ashraf memikirkan solusi.

"Terserah kamu ingin memberitahunya atau nggak, lambat laun pasti akan diketahui. Baiknya jujur saja, aku nggak mau banyak membohongi orang-orang."

"Aku belum siap, melihatmu dibenci orang-orang, kamu sendiri tahu jika keluargaku orang awam. Semoga saja mereka memaklumi."

"Aku siap menerima konsekuensinya, Mas. Selama kamu didekatku. Insyaallah aku bisa menghadapinya, Mas."

Perasaan bersalah semakin membesar, saat Yasmin diberikan suami sebaik Ashraf, dirinya malah menjadi sumber permasalahan.

Ashraf menyapa para pegawai saat sampai, dia meminta Sania datang ke ruangannya karena ingin menanyakan beberapa hal.

"Kamu dan Yasmin sudah bersahabat sejak lama. Apa kamu tahu jika dia ... sudah tak perawan?" tanya Ashraf.

Tak bermaksud mengumbar aib istrinya. Dia hanya ingin mencari titik terang, soal orang yang sudah berani berbuat macam-macam pada istrinya.

Sania terkesiap. "Apa? Kenapa anda bicara seperti itu? Nggak mungkinlah Yasmin tak perawan, dia itu perempuan terjaga."

Bagi yang melihat pasti tidak akan percaya, di balik penampilan yang tertutup itu ada sebuah hal yang tidak bisa diceritakan.

"Kamu jawab saja pertanyaan saya. Apakah kamu tahu sesuatu soal Yasmin. Dia punya teman pria atau pacar selama kuliah?" tanya Ashraf.

"Saya nggak tahu, selama di kuliah Yasmin itu lebih banyak bergaul dengan sesama wanita. Termasuk saya. Mungkin bapak salah paham." Sania masih tak percaya.

"Salah paham bagaimana? Saat ini dia sedang mengandung, aku nggak mungkin salah paham," sergah Ashraf.

Lagi, Sania membekap mulutnya, shock. "Jadi ... dia mengandung bukan anak anda?"

"Bukan, itulah sebabnya aku nggak bisa menyentuhnya. Karena haram bagiku menggauli wanita yang sedang mengandung, sama saja kami berzina jika melakukan," papar Ashraf.

Sekarang Sania mengerti, kenapa atasannya tampak gampang akhir-akhir ini. "Jika bukan anak anda, lalu anak siapa?"

Ashraf angkat bahu. "Itu yang sedang aku pertanyakan. Siapa ayah biologis dari benih yang Yasmin kandung."

Bab terkait

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 04. Merasa Gagal

    Pikiran Ashraf semakin kalut malut, ia bingung harus bagaimana sekarang. Sudah 2 hari ini dia mendiamkan Yasmin, wanita yang sudah menemaninya tak pupus di hati dan pikirannya.Ia ingin hubungan keduanya seperti semula, karena Ashraf merasakan rindu jika jauh dari istrinya. Walaupun dia sendiri yang menjaga jarak, malah dia juga yang tersiksa."Aku memaafkanmu, karena aku mencintaimu, Yasmin," gumam Ashraf bermonolog sendiri.Dia memainkan balpoint di jarinya dengan pikiran kosong. Ini benar-benar mengusiknya, saat melihat wajah sendu istirahat membuat Ashraf tidak tega.Ingin sekali dia mencoba untuk baik-baik saja, menganggap tak terjadi apa-apa pada rumah tangganya. Malah tidak bisa, sebab, ini bukanlah perkara biasa yang dengan mudah dilupakan.Dari arah depan, Ashraf terpaku melihat Sania yang sedang mengobrol dengan para pekerja di sana. Seolah ada magnet yang mengarahkan pada daya tarik, Ashraf terus memperhatikan wanita cantik nan mempesona dalam segi penampilannya.Bagi siapa

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 05. Meminang Sahabat Istrinya

    Kedua insan itu saling mengikis jarak, menyatukan kedua bibir mereka untuk melepaskan rindu karena dua hari saling mendiamkan. Keduanya melepaskan, ketika napas keduanya sudah terengah-engah."Aku mencintaimu, Mas ..." ungkap Yasmin, memeluk tubuh suaminya."Yeah, aku juga mencintai kamu. Berjanjilah untuk tetap bersamaku dan jangan pernah meninggalkanku!" tegas Ashraf, membelai lembut surai panjang Yasmin yang dibiarkan tergerai.Yasmin mulai menerbitkan senyum, dia mengangguk pelan. "Aku berjanji, akan terus bersamamu dan nggak bakalan meninggalkan kamu, Mas."***Pagi hari kembali menyapa. Ashraf sudah merasa lebih baik karena ia sudah mulai berinteraksi lagi dengan Yasmin, hanya sekedar itu, tentu saja soal kebutuhan biologis Ashraf hanya bisa menahannya.Lelaki bertubuh jangkung itu menyapa para pekerja, seperti yang ia lakukan biasanya. Saat berpaspasan dengan Sania, Ashraf mulai tidak tenang rasanya.Terlebih saat penampilan Sania yang memang terbuka, memperlihatkan lekukan tub

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 06. Berdiskusi Dengan Yasmin

    Suara denting notifikasi membuat Yasmin mengalihkan atensi. Wanita muda itu diam di hadapan cermin, memolesi wajahnya dengan make up tipis agar wajahnya tetap segar.Jari lentiknya memegang ponsel, melihat siapa yang mengirimkannya pesan. Di sana tertera nama Sania. Sania Sahabatku. Begitulah nama kontaknya.[Yasmin, sibuk nggak nih?] tulisan Sania di aplikasi chat tersebut.[Ibu rumah tangga sibuk apa, nggak kok. Aku free nih di rumah aja. Kenapa? Cuma aku nggak lagi di rumah. Lagi di Apartemen.] balas Yasmin pada sahabat baiknya.Tak lama kemudian, Sania membalas. [Hari ini aku ke Apartemen kamu, ya, Min. Kangen. Sekalian ada hal penting yang mau aku omongin.][Aku lagi di Apartemen Mas Ashraf, San. Aku kirim alamatnya, ya.]Setelah mengatakan itu, tiba-tiba sosmed Sania centang satu. Yasmin meletakkan gawainya. Dia memegang dadanya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat dan juga perasaannya mendadak tak enak.Yasmin berusaha untuk berpikir positif. Entah apa yang dia pikirkan, sehing

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 07. Izin Istri Pertama

    Mendengar Yasmin untuk menceraikannya, Ashraf terperangah. Sampai kapan pun dia tidak ada pernah melepaskannya. Egois memang, andai dia tak cinta, mungkin mudah melepasnya.Mengingat Yasmin hamil di luar nikah, entah apa tanggapan orang-orang nanti. Apalagi pernikahan mereka baru seumur jagung, tentunya Ashraf tidak mau menjadi bahan perbincangan karena dirinya orang terpandang."Nggak! Mas nggak akan pernah menceraikan kamu, Sayang. Kamu udah janji, bakalan tetap bersamaku."Sekarang Yasmin paham. Kenapa kemarin malam, sikap Ashraf begitu lembut. Ternyata jawabannya ini. Dia ingin memberikan kejutan ini, agar dirinya terperangkap janji."Aku tahu, Sania wanita yang cantik. Wajar kalau kamu berdesir ketika melihatnya. Sedangkan aku? Apa yang kamu harapkan dariku, Mas?" tanya Yasmin. Tertawa miris. Mentertawakan hal yang menimpanya akhir-akhir ini.Ashraf terus memberikan penjelasan, pria itu sudah menyergapnya ke dalam pelukan. Yasmin diam, perkataan Ashraf lembut tapi menghujam. Memb

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 08. Menyembunyikan Fakta

    Yasmin membereskan mukena dan sajadah, lalu menyimpannya. Ia sudah bersolek dan memakai pakaian malamnya karena Ashraf yang meminta.Di atas ranjang, Ashraf tersenyum nakal melihat penampilan Yasmin yang menantang. Jika dibandingkan, Yasmin menang dalam segala hal.Melihat wajah senang sang suami, Yasmin malah menjadi sedih. Apakah dia bahagia jika Yasmin mengizinkannya menikahi Sania?"Besok, panggillah Sania ke sini. Aku mengizinkan kamu menikah dengan dia. Mungkin ini yang terbaik untuk kita dan mungkin ini juga ... ujianku," ujar Yasmin, tutur katanya selalu lembut, hal yang paling Ashraf suka.Ashraf tersenyum. Meraih sebelah tangan istrinya yang putih dan mulus, kemudian mengecupnya dengan lembut."Terima kasih, Sayang. Besok aku dan Sania akan membicarakan pernikahan," tutur Ashraf.Yasmin hanya bisa mengangguk dengan pelan. Meski hatinya tetap sakit. Kendati demikian, dia tidak mungkin menumpahkan tangisan dan memperlihatkan kesedihan di hadapan suaminya.Setelah Yasmin pikir,

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 09. Keterkejutan Keluarga

    "Apa? Kamu akan menikah?" pekik Antonio, kakak laki-laki Sania.Dia begitu terkejut, saat adik perempuan bilang jika dia akan menikah. Bukan Anton mempermasalahkan niat baik adiknya, tetapi Sania malah akan menikah dengan pria beristri. Yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sendiri.Anton tak habis pikir, Sania seperti kehabisan akal yang mau saja dijadikan istri kedua."Iya, aku mau Bang Anton merestui pernikahan kami," ujar Sania, membujuk Anton agar pria itu mau mengizinkannya.Anton mendengus kesal. Ingin rasanya berkata kasar. "Kamu benar-benar udah nggak waras, Sania. Susah payah aku menyekolahkanmu ke jenjang yang tinggi, kamu malah mau dijadikan istri kedua. Ditaruh di mana otakmu itu?" ketus Anton, emosinya meluap-luap. Tak terima ketika adik bungsunya akan dijadikan madu.Sebagai keluarga yang diamanatkan menjaga, tentu dia tidak akan setuju. Apa kata orang, jika tahu Sania orang ketiga dipernikahan sahabatnya."Ayolah, Bang. Tolong restui dan izinkan aku kali ini sa

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 10. Menguatkan Hati

    Mendengar keputusan yang dikatakan Ashraf, membuat keluarganya memunculkan beberapa reaksi. Ada yang kaget dan ada juga yang marah. Ini terlalu tiba-tiba.Di dalam islam, poligami memang bukan hal yang dilarang. Hanya saja, poligami juga ada ilmu dan adab, sehingga tidak bisa dilakukan begitu saja atau asal-asalan seperti kebanyakan.Bilamana pria mampu berbuat adil, mereka boleh menikah lagi. Meski izin istri tidak diperlukan, tetapi sebaiknya memang bilang dan diskusikan dahulu. Karena memang, poligami bukanlah perkara yang mudah."Apa maksud kamu, Ashraf? Dengan siapa kamu menikah? Apa kamu selingkuh?" Bu Rida, selaku ibunya Ashraf tampak tak setuju dengan keputusan yang ditetapkan sang anak.Semua juga sama, hanya saja mereka memberikan waktu untuk bicara satu persatu."Astagfirullah, apa menurut Ibu aku orang seperti itu?" jawab Ashraf dan balik bertanya.Anak bungsu itu tidak seperti seorang pria jelalatan, meski orang awam, tetapi dia menjaga dirinya dan berani dekat dengan wan

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 01. Malam Tanpa Noda

    "Saya terima nikah dan kawinnya Yasmin Salmafina Zahrani dengan maskawin tersebut dibayar tunai!""Bagaimana para saksi?""Sah!"Air mata Yasmin luruh, ketika mendengar kalimat ijab qobul terdengar lugas di mikrofon. Yasmin tidak menyangka, bahwa dirinya sudah menjadi istri dari seorang pria yang bernama Ashraf Zaidan Arkanza, pria yang sudah membuktikan cintanya lewat pernikahan. Yasmin dan Ashraf telah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah di mata agama dan negara.Betapa bahagianya, ketika ikatan halal menyatukan dua insan yang tadinya tak sengaja bertemu jadi teman setiap waktu. Acara pernikahan pun selesai, kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin yang sudah dihias sedemikian rupa, ada banyak taburan bunga mawar di atas ranjang dan juga ada lilin sebagai penerangan."Akhirnya setelah sekian lama aku mengagumimu, kamu sudah menjadi milikku, Yasmin," bisik Ashraf, menyatukan kedua kening mereka sambil membelai lembut pipi sang istri.Yasmin memejamkan mata, saat j

Bab terbaru

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 10. Menguatkan Hati

    Mendengar keputusan yang dikatakan Ashraf, membuat keluarganya memunculkan beberapa reaksi. Ada yang kaget dan ada juga yang marah. Ini terlalu tiba-tiba.Di dalam islam, poligami memang bukan hal yang dilarang. Hanya saja, poligami juga ada ilmu dan adab, sehingga tidak bisa dilakukan begitu saja atau asal-asalan seperti kebanyakan.Bilamana pria mampu berbuat adil, mereka boleh menikah lagi. Meski izin istri tidak diperlukan, tetapi sebaiknya memang bilang dan diskusikan dahulu. Karena memang, poligami bukanlah perkara yang mudah."Apa maksud kamu, Ashraf? Dengan siapa kamu menikah? Apa kamu selingkuh?" Bu Rida, selaku ibunya Ashraf tampak tak setuju dengan keputusan yang ditetapkan sang anak.Semua juga sama, hanya saja mereka memberikan waktu untuk bicara satu persatu."Astagfirullah, apa menurut Ibu aku orang seperti itu?" jawab Ashraf dan balik bertanya.Anak bungsu itu tidak seperti seorang pria jelalatan, meski orang awam, tetapi dia menjaga dirinya dan berani dekat dengan wan

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 09. Keterkejutan Keluarga

    "Apa? Kamu akan menikah?" pekik Antonio, kakak laki-laki Sania.Dia begitu terkejut, saat adik perempuan bilang jika dia akan menikah. Bukan Anton mempermasalahkan niat baik adiknya, tetapi Sania malah akan menikah dengan pria beristri. Yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya sendiri.Anton tak habis pikir, Sania seperti kehabisan akal yang mau saja dijadikan istri kedua."Iya, aku mau Bang Anton merestui pernikahan kami," ujar Sania, membujuk Anton agar pria itu mau mengizinkannya.Anton mendengus kesal. Ingin rasanya berkata kasar. "Kamu benar-benar udah nggak waras, Sania. Susah payah aku menyekolahkanmu ke jenjang yang tinggi, kamu malah mau dijadikan istri kedua. Ditaruh di mana otakmu itu?" ketus Anton, emosinya meluap-luap. Tak terima ketika adik bungsunya akan dijadikan madu.Sebagai keluarga yang diamanatkan menjaga, tentu dia tidak akan setuju. Apa kata orang, jika tahu Sania orang ketiga dipernikahan sahabatnya."Ayolah, Bang. Tolong restui dan izinkan aku kali ini sa

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 08. Menyembunyikan Fakta

    Yasmin membereskan mukena dan sajadah, lalu menyimpannya. Ia sudah bersolek dan memakai pakaian malamnya karena Ashraf yang meminta.Di atas ranjang, Ashraf tersenyum nakal melihat penampilan Yasmin yang menantang. Jika dibandingkan, Yasmin menang dalam segala hal.Melihat wajah senang sang suami, Yasmin malah menjadi sedih. Apakah dia bahagia jika Yasmin mengizinkannya menikahi Sania?"Besok, panggillah Sania ke sini. Aku mengizinkan kamu menikah dengan dia. Mungkin ini yang terbaik untuk kita dan mungkin ini juga ... ujianku," ujar Yasmin, tutur katanya selalu lembut, hal yang paling Ashraf suka.Ashraf tersenyum. Meraih sebelah tangan istrinya yang putih dan mulus, kemudian mengecupnya dengan lembut."Terima kasih, Sayang. Besok aku dan Sania akan membicarakan pernikahan," tutur Ashraf.Yasmin hanya bisa mengangguk dengan pelan. Meski hatinya tetap sakit. Kendati demikian, dia tidak mungkin menumpahkan tangisan dan memperlihatkan kesedihan di hadapan suaminya.Setelah Yasmin pikir,

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 07. Izin Istri Pertama

    Mendengar Yasmin untuk menceraikannya, Ashraf terperangah. Sampai kapan pun dia tidak ada pernah melepaskannya. Egois memang, andai dia tak cinta, mungkin mudah melepasnya.Mengingat Yasmin hamil di luar nikah, entah apa tanggapan orang-orang nanti. Apalagi pernikahan mereka baru seumur jagung, tentunya Ashraf tidak mau menjadi bahan perbincangan karena dirinya orang terpandang."Nggak! Mas nggak akan pernah menceraikan kamu, Sayang. Kamu udah janji, bakalan tetap bersamaku."Sekarang Yasmin paham. Kenapa kemarin malam, sikap Ashraf begitu lembut. Ternyata jawabannya ini. Dia ingin memberikan kejutan ini, agar dirinya terperangkap janji."Aku tahu, Sania wanita yang cantik. Wajar kalau kamu berdesir ketika melihatnya. Sedangkan aku? Apa yang kamu harapkan dariku, Mas?" tanya Yasmin. Tertawa miris. Mentertawakan hal yang menimpanya akhir-akhir ini.Ashraf terus memberikan penjelasan, pria itu sudah menyergapnya ke dalam pelukan. Yasmin diam, perkataan Ashraf lembut tapi menghujam. Memb

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 06. Berdiskusi Dengan Yasmin

    Suara denting notifikasi membuat Yasmin mengalihkan atensi. Wanita muda itu diam di hadapan cermin, memolesi wajahnya dengan make up tipis agar wajahnya tetap segar.Jari lentiknya memegang ponsel, melihat siapa yang mengirimkannya pesan. Di sana tertera nama Sania. Sania Sahabatku. Begitulah nama kontaknya.[Yasmin, sibuk nggak nih?] tulisan Sania di aplikasi chat tersebut.[Ibu rumah tangga sibuk apa, nggak kok. Aku free nih di rumah aja. Kenapa? Cuma aku nggak lagi di rumah. Lagi di Apartemen.] balas Yasmin pada sahabat baiknya.Tak lama kemudian, Sania membalas. [Hari ini aku ke Apartemen kamu, ya, Min. Kangen. Sekalian ada hal penting yang mau aku omongin.][Aku lagi di Apartemen Mas Ashraf, San. Aku kirim alamatnya, ya.]Setelah mengatakan itu, tiba-tiba sosmed Sania centang satu. Yasmin meletakkan gawainya. Dia memegang dadanya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat dan juga perasaannya mendadak tak enak.Yasmin berusaha untuk berpikir positif. Entah apa yang dia pikirkan, sehing

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 05. Meminang Sahabat Istrinya

    Kedua insan itu saling mengikis jarak, menyatukan kedua bibir mereka untuk melepaskan rindu karena dua hari saling mendiamkan. Keduanya melepaskan, ketika napas keduanya sudah terengah-engah."Aku mencintaimu, Mas ..." ungkap Yasmin, memeluk tubuh suaminya."Yeah, aku juga mencintai kamu. Berjanjilah untuk tetap bersamaku dan jangan pernah meninggalkanku!" tegas Ashraf, membelai lembut surai panjang Yasmin yang dibiarkan tergerai.Yasmin mulai menerbitkan senyum, dia mengangguk pelan. "Aku berjanji, akan terus bersamamu dan nggak bakalan meninggalkan kamu, Mas."***Pagi hari kembali menyapa. Ashraf sudah merasa lebih baik karena ia sudah mulai berinteraksi lagi dengan Yasmin, hanya sekedar itu, tentu saja soal kebutuhan biologis Ashraf hanya bisa menahannya.Lelaki bertubuh jangkung itu menyapa para pekerja, seperti yang ia lakukan biasanya. Saat berpaspasan dengan Sania, Ashraf mulai tidak tenang rasanya.Terlebih saat penampilan Sania yang memang terbuka, memperlihatkan lekukan tub

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 04. Merasa Gagal

    Pikiran Ashraf semakin kalut malut, ia bingung harus bagaimana sekarang. Sudah 2 hari ini dia mendiamkan Yasmin, wanita yang sudah menemaninya tak pupus di hati dan pikirannya.Ia ingin hubungan keduanya seperti semula, karena Ashraf merasakan rindu jika jauh dari istrinya. Walaupun dia sendiri yang menjaga jarak, malah dia juga yang tersiksa."Aku memaafkanmu, karena aku mencintaimu, Yasmin," gumam Ashraf bermonolog sendiri.Dia memainkan balpoint di jarinya dengan pikiran kosong. Ini benar-benar mengusiknya, saat melihat wajah sendu istirahat membuat Ashraf tidak tega.Ingin sekali dia mencoba untuk baik-baik saja, menganggap tak terjadi apa-apa pada rumah tangganya. Malah tidak bisa, sebab, ini bukanlah perkara biasa yang dengan mudah dilupakan.Dari arah depan, Ashraf terpaku melihat Sania yang sedang mengobrol dengan para pekerja di sana. Seolah ada magnet yang mengarahkan pada daya tarik, Ashraf terus memperhatikan wanita cantik nan mempesona dalam segi penampilannya.Bagi siapa

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 03. Menjaga Jarak

    Meski rumah tangganya berubah dingin. Yasmin masih tetap menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik, tetapi tidak soal urusan nafkah batin, karena saat ini dia tidak bisa melayani suaminya.Dengan penampilan yang tertutup, Yasmin berdiri menyambut kepulangan suaminya di depan teras. Tak lama, mobil milik Ashraf terbuka dan sang pemilik mulai menunjukkan batang hidungnya."Mas, aku udah masakin makanan kesukaan kamu. Makan dulu, ya," ujar Yasmin. Meraih tangan suaminya dan menicum punggung tangannya dengan takzim.Hampa. Tidak ada pelukan dan kecupan hangat seperti biasa. Ashraf malah diam dan tak mau membuka suara.Perlahan, senyuman di bibir Yasmin memudar. Menyadari jika Ashraf enggan."Kenapa, Mas? Kamu seperti enggan bertemu denganku. Apakah kamu jijik padaku?" Pertanyaan Yasmin sukses membuat Ashraf jadi menghadap ke arahnya."Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Ashraf, cepat."Karena Mas ... berubah," balas Yasmin. Membalas tatapan suaminya dengan sendu, ada perasaan rindu me

  • Rumah Kedua Suamiku Ternyata Sahabatku   Bab 02. Desiran Aneh

    Semenjak mengetahui bahwa Yasmin sedang berbadan dua, sikap Ashraf langsung berubah dingin. Pulang dari Rumah Sakit, tidak ada yang membuka pembicaraan. Hingga sampai di kediaman, Ashraf melengos begitu saja.Yasmin merasa sesak, tapi Ashraf jauh lebih sesak karena dirinya tidak bisa disetubuhi sampai bayinya lahir. Yasmin pasrah saja, apapun keputusan Ashraf nantinya, ia harus menerima sekalipun Ashraf menceraikannya."Ya Rabb ... ampuni aku, aku nggak bermaksud menipu suamiku," lirih Yasmin, air di matanya tak kunjung surut juga.Dia memang mengalami kejadian naas ketika dirinya menginap di sebuah Apartemen, saat itu dia tidak mengingat apa-apa. Saat bangun, dia dalam keadaan tanpa sehelai benang dan nyeri di bagian kewanitaan.Saat itu, Yasmin benar-benar hancur dan nyaris bunuh diri. Andai tidak dosa, ia sudah pasti melakukannya.Dia tidak tahu, setelah mimpi buruk itu malah membuahkan nyawa yang tumbuh di dalam rahimnya. Sungguh, Yasmin baru mengetahui.Salahnya, tidak memeriksa

DMCA.com Protection Status