Jelas dia tidak akan mendapatkan Daffa. Harusnya dia sadar kalau hanya sekedar teman jalan. Perasaannya saja yang sukar dikendalikan. Di matanya tak ada lelaki sesempurna Daffa. Sosok yang selama ini ada dalam impiannya. Pangeran yang selalu hadir dalam angan-angan.Melihat cara lelaki itu mengkhawatirkan istrinya, membuat Abila benci. Kenapa Daffa bukan lelaki yang benar-benar br*ngsek. Memilih meninggalkan istrinya dan bisa bersamanya. Kenapa Daffa tidak seperti Fergie yang rakus melihat kemolekan tubuhnya. Kenapa selingkuh hanya setengah-setengah. Abila melempar bantal yang ada di dekatnya. Menabrak pigura foto yang tergantung di dinding dan membuatnya terjatuh. Kaca pecah menjadi serpihan kecil di lantai. Abila melempar guling, selimut, dan apapun yang ada di atas tempat tidur.Gadis itu tidak bisa mengendalikan emosinya. Rasa putus asa kembali menguasai diri. Satu pecahan kaca diambil dari lantai. Kemudian memerhatikan pergelangan tangan yang dulu pernah disayatnya. Dulu gagal,
"Tapi beneran bukan Daffa pelakunya?"Abila menggeleng."Lalu siapa?" tanya Bu Yumna. Dia tak sabar menghadapi putrinya.Kembali Abila menatap sang mama begitu sengit. "Dia lelaki peliharaanmu, Ma!" teriak Abila dengan wajah merah padam.Bu Yumna dan semua yang masih di kamar terkejut. Bahkan istri Har dan adik perempuan Har kembali masuk ke dalam kamar."Jangan bercanda, Bila. Kamu waktu itu bilang kalau Daffa yang melakukannya. Ternyata bohong. Sekarang kamu menyebut Fergie. Kamu mau bohong lagi." Sang mama tidak terima."Aku nggak bohong kali ini. Brondongmu yang menodaiku." Tatapan Abila menyala-nyala. Bu Yumna duduk lemas di lantai. Namun tetap tidak yakin dengan apa yang dikatakan putrinya. Bagaimana Fergie melakukan itu sementara antara Abila dan suaminya hanya bertemu beberapa kali dan itu pun ada dirinya di rumah. Selama ia tinggal serumah dengan Fergie, Abila hanya dua kali datang ke Jakarta dan hanya dua hari di sana."Bil, kamu serius?" Bu Yumna masih belum yakin."Tersera
RINDU YANG TERLUKA - Petaka Flashback on ....Abila yang hendak mengambil air di dispenser berbalik arah karena melihat Fergie tengah minum di sana. Lelaki yang baru pulang dari gym itu memandangnya."Kamu mau minum?" tanya Fergie.Abila menjawab dengan menatap sinis pada laki-laki itu. "Ambillah!" Fergie berkata lagi sambil bergeser dan duduk di kursi meja makan. Dia tidak peduli tatap kebencian dari Abila.Tanpa merespon, Abila masuk kamar dan membanting pintu. Dia duduk terpekur di tepi pembaringan. Muak melihat lelaki muda yang jadi simpanan sang mama. Apa mamanya tidak risih hidup bersama dengan lelaki yang pantas jadi adik atau bahkan anaknya jika wanita itu nikah muda.Kenapa dia tadi mau saja dijemput mamanya. Bukankah lebih nyaman tinggal di hotel. "Ngapain tinggal di hotel. Tidur saja di apartemen mama. Jarak kantormu dan apartemen hanya sepuluh menit naik mobil. Nanti mama yang antar jemput kamu," rayu sang mama di telepon ketika Abila baru sampai hotel setelah diantar
Abila tak menjawab dan Daffa tetap mengantarnya pulang. Saat berhenti di depan rumah. Abila bergeming hingga Daffa berinisiatif turun membukakan pintu dan mengantarnya hingga ke teras.Mereka sering jalan sejenak usai bekerja. Dan itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Abila. Makin membuatnya nyaman dan bertambah cinta.Daffa seumuran dengan lelaki simpanan mamanya. Sama-sama tampan. Namun memiliki daya tarik yang berbeda karena Daffa jauh lebih berkelas. Dia pekerja keras meski dari keluarga berada. Berbeda dengan Fergie yang menjadi benalu dalam hidup mamanya. Entah dari mana dia berasal, Abila tidak mau tahu. Bahkan Daffa itu suami siapa, Abila juga bodo amat. Yang penting dia bahagia. Titik.Gadis itu menoleh saat mendengar benda jatuh di luar kamar. Dia bangkit dan mengintip dari pintu yang dibuka sedikit. Di dekat sofa, ia melihat Fergie membungkuk sambil mengumpulkan serakan guci mahal di atas meja yang tak sengaja dijatuhkannya. Karena tersenggol sikunya.Abila mendesis lirih
"Aku hamil anak lelaki brengs*k itu. Aku menggugurkannya sendiri tanpa memberitahu siapapun."Dua sepupu Abila kembali terkejut. Tidak bisa membayangkan Abila yang benar-benar berantakan sendirian.Ketiga perempuan itu tidak tahu kalau Bu Yumna mendengar semuanya dari balik pintu. Kali ini untuk pertama kalinya hati seorang ibu terasa hancur lebur. Kegilaannya pada Fergie telah merusak anak gadisnya sendiri.Bu Yumna membekap mulutnya untuk meredam tangis. Wanita kembali melangkah ke kamarnya. Rasa sedih bercampur kaget dan kecewa."Kenapa kamu diam? Kenapa nggak cerita saja pada Tante atau kami?" tanya istrinya Har.Abila menggeleng."Kenapa?" Sepupunya yang ganti bertanya."Karena aku nggak mau kehilangan Daffa."Dua wanita itu berdecak lirih saat mendengar jawaban Abila. Kasihan bercampur jengkel. Bisa-bisanya Abila melakukan itu. Padahal Daffa ini suami orang. "Lalu kamu menjebak Daffa?"Abila diam."Sampai Mas Har menghajar orang yang nggak bersalah. Untung saja tidak sampai ber
RINDU YANG TERLUKA- Permintaan Maaf "Mbak Ika dan Mbak Iren bicara apa tadi?" tanya Daffa di kamar. Usai makan malam tadi kedua kakaknya mengajak bicara Rinjani di ruang keluarga. Hanya bertiga.Rinjani yang tengah mengikat rambut memandang sang suami yang duduk di tepi pembaringan dari pantulan cermin. "Minta maaf."Daffa lega. Syukurlah kalau kedua kakaknya sadar dan mau minta maaf pada Rinjani. Semoga hubungan mereka bisa membaik sebagai saudara ipar. "Mbak Ika cerita tentang perselingkuhan Mas Bobby. Kalau sudah sampai separah itu, berpisah memang satu solusi yang tepat. Nggak semua wanita bisa sehebat mama. Berkas gugatannya sudah masuk pengadilan hari ini.""Ya, pengacara keluarga yang mengurusnya.""Katanya anak-anak sudah dikasih tahu tentang papanya. Mbak Ika ditemani psikolog anak untuk menjelaskan pada mereka. Altha yang sepertinya belum bisa mengerti. Sebab masih sering menanyakan tentang papanya.""Altha memang yang paling dekat dengan papanya.""Anak-anak yang selalu
Pertemuan keluarga di ruang meeting pagi itu cukup menegangkan. Yansa mengakui kesalahannya dan memberitahu sejumlah uang perusahaan yang dipakainya.Dia bernegosiasi dengan pihak kerabat yang termasuk anggota direksi untuk memberinya kesempatan mengembalikan sejumlah dana yang telah dipakai. Membicarakan secara kekeluargaan tanpa melibatkan pihak aparat."Saya tidak setuju. Proses hukum harus tetap berjalan." Teddy membantah. Dan sungguh itu sangat mengejutkan semua pihak. Keluarga termuda yang biasa diam saja, kini berani mengutarakan pendapatnya. Teddy yang selama ini manut, kini berani speak up tentang perlakuan berbeda yang diterimanya. Mentang-mentang dia terlahir dari saudara perempuan mereka yang paling muda dan ayahnya sudah tidak ada. Tinggal sang ibu yang menjanda dan tidak berkarir di perusahaan."Aku mendukungmu. Ungkapkan ketidakpuasanmu. Jangan khawatir aku berada dipihakmu." Daffa mengutarakan dukungannya saat mereka berbincang tadi malam. Sebab dia tahu kalau selama
"Ada perlu apa Anda datang menemui saya?" Perasaan Daffa tidak enak. Datang secara baik-baik dan bicara sopan tidak menjamin tujuannya baik. Mengingat kasus mereka sebelum ini.Har diam sejenak. Kembali meminta maaf atas kekasarannya waktu itu. Kemudian meluruskan semua yang terjadi. Bagaimana adik sepupunya telah memprovokasi mereka untuk menghajar Daffa demi meminta tanggungjawab lelaki itu. Namun Har tetap menutupi kejadian yang menimpa Abila. Tentang pemerk0saan yang dilakukan oleh ayah tirinya. Bagaimanapun juga itu tetap sebuah aib.Daffa bernapas lega. Pada kenyataannya dia memang tidak sampai melakukan hubungan terlarang dengan Abila. Dalam hati sangat bersyukur. Har juga menelpon sang adik karena tidak ada di Surabaya. Lelaki di seberang meminta maaf. Mereka sama-sama mengakui kesalahan telah menghajar Daffa siang itu. Kalau soal perselingkuhan yang dilakukan Daffa dan Abila, bukan urusan mereka. Yang penting sudah meminta maaf karena telah melakukan kesalahan dengan main ha