"Aku hamil anak lelaki brengs*k itu. Aku menggugurkannya sendiri tanpa memberitahu siapapun."Dua sepupu Abila kembali terkejut. Tidak bisa membayangkan Abila yang benar-benar berantakan sendirian.Ketiga perempuan itu tidak tahu kalau Bu Yumna mendengar semuanya dari balik pintu. Kali ini untuk pertama kalinya hati seorang ibu terasa hancur lebur. Kegilaannya pada Fergie telah merusak anak gadisnya sendiri.Bu Yumna membekap mulutnya untuk meredam tangis. Wanita kembali melangkah ke kamarnya. Rasa sedih bercampur kaget dan kecewa."Kenapa kamu diam? Kenapa nggak cerita saja pada Tante atau kami?" tanya istrinya Har.Abila menggeleng."Kenapa?" Sepupunya yang ganti bertanya."Karena aku nggak mau kehilangan Daffa."Dua wanita itu berdecak lirih saat mendengar jawaban Abila. Kasihan bercampur jengkel. Bisa-bisanya Abila melakukan itu. Padahal Daffa ini suami orang. "Lalu kamu menjebak Daffa?"Abila diam."Sampai Mas Har menghajar orang yang nggak bersalah. Untung saja tidak sampai ber
RINDU YANG TERLUKA- Permintaan Maaf "Mbak Ika dan Mbak Iren bicara apa tadi?" tanya Daffa di kamar. Usai makan malam tadi kedua kakaknya mengajak bicara Rinjani di ruang keluarga. Hanya bertiga.Rinjani yang tengah mengikat rambut memandang sang suami yang duduk di tepi pembaringan dari pantulan cermin. "Minta maaf."Daffa lega. Syukurlah kalau kedua kakaknya sadar dan mau minta maaf pada Rinjani. Semoga hubungan mereka bisa membaik sebagai saudara ipar. "Mbak Ika cerita tentang perselingkuhan Mas Bobby. Kalau sudah sampai separah itu, berpisah memang satu solusi yang tepat. Nggak semua wanita bisa sehebat mama. Berkas gugatannya sudah masuk pengadilan hari ini.""Ya, pengacara keluarga yang mengurusnya.""Katanya anak-anak sudah dikasih tahu tentang papanya. Mbak Ika ditemani psikolog anak untuk menjelaskan pada mereka. Altha yang sepertinya belum bisa mengerti. Sebab masih sering menanyakan tentang papanya.""Altha memang yang paling dekat dengan papanya.""Anak-anak yang selalu
Pertemuan keluarga di ruang meeting pagi itu cukup menegangkan. Yansa mengakui kesalahannya dan memberitahu sejumlah uang perusahaan yang dipakainya.Dia bernegosiasi dengan pihak kerabat yang termasuk anggota direksi untuk memberinya kesempatan mengembalikan sejumlah dana yang telah dipakai. Membicarakan secara kekeluargaan tanpa melibatkan pihak aparat."Saya tidak setuju. Proses hukum harus tetap berjalan." Teddy membantah. Dan sungguh itu sangat mengejutkan semua pihak. Keluarga termuda yang biasa diam saja, kini berani mengutarakan pendapatnya. Teddy yang selama ini manut, kini berani speak up tentang perlakuan berbeda yang diterimanya. Mentang-mentang dia terlahir dari saudara perempuan mereka yang paling muda dan ayahnya sudah tidak ada. Tinggal sang ibu yang menjanda dan tidak berkarir di perusahaan."Aku mendukungmu. Ungkapkan ketidakpuasanmu. Jangan khawatir aku berada dipihakmu." Daffa mengutarakan dukungannya saat mereka berbincang tadi malam. Sebab dia tahu kalau selama
"Ada perlu apa Anda datang menemui saya?" Perasaan Daffa tidak enak. Datang secara baik-baik dan bicara sopan tidak menjamin tujuannya baik. Mengingat kasus mereka sebelum ini.Har diam sejenak. Kembali meminta maaf atas kekasarannya waktu itu. Kemudian meluruskan semua yang terjadi. Bagaimana adik sepupunya telah memprovokasi mereka untuk menghajar Daffa demi meminta tanggungjawab lelaki itu. Namun Har tetap menutupi kejadian yang menimpa Abila. Tentang pemerk0saan yang dilakukan oleh ayah tirinya. Bagaimanapun juga itu tetap sebuah aib.Daffa bernapas lega. Pada kenyataannya dia memang tidak sampai melakukan hubungan terlarang dengan Abila. Dalam hati sangat bersyukur. Har juga menelpon sang adik karena tidak ada di Surabaya. Lelaki di seberang meminta maaf. Mereka sama-sama mengakui kesalahan telah menghajar Daffa siang itu. Kalau soal perselingkuhan yang dilakukan Daffa dan Abila, bukan urusan mereka. Yang penting sudah meminta maaf karena telah melakukan kesalahan dengan main ha
RINDU YANG TERLUKA- Tak Segampang Itu Rinjani sebenarnya lelah. Badannya meriang dan ingin segera beristirahat. Namun terpaksa harus menunggu Abila.Apa setelah pertemuan ini nanti bisa merubah masa lalu? Tidak bukan. Tetap saja kenangan itu menjadi noktah hitam dalam hidupnya. Mantan narapid*na tetap tersemat. Suatu saat akan tetap diingat dan disebut sekali waktu. Dan Noval pun akan tahu hal itu.Luka tetap luka. Sakit tetaplah sakit. Apa dengan kata maaf bisa menyembuhkan lukanya. Mau tidak mau, dirinya yang harus berdamai dengan mereka, dengan diri sendiri.Daffa bisa merasakan kegelisahan sang istri di tengah ia berbincang dengan Har. Ia sadar Rinjani merasa tidak nyaman."Assalamu'alaikum." Suara salam itu membuat mereka menoleh."Wa'alaikumsalam."Rinjani muak melihat gadis itu lagi. Mungkin lebih baik tidak usah bertemu. Saling menjauh lagi bagus. Malang tempat yang tepat untuk mengobati lukanya. Di sana dia lebih merasa tenang. Surabaya seolah kembali menenggelamkannya ke d
"Lalu sekarang seolah hanya akan selesai dengan kata maaf. Semua ini tidak bisa mengembalikan nama baik dan karir saya di kota ini. Tapi tak mengapa, saya tidak akan dendam pada kalian. Saya memaafkan apa yang telah kalian lakukan pada saya." Rinjani memandang satu per satu keluarga Abila."Kami akan memulihkan nama baik Dokter Rin. Saya janji akan mengembalikan lagi dokter ke rumah sakit di mana dokter pernah mengabdi." Pakdhenya Abila bicara serius.Rinjani tersenyum samar mendengar ucapan itu. Siapa lelaki ini, menggampangkan perkataan seolah semua bisa ditebus dengan kekuatannya."Saya sudah nyaman di tempat baru saya. Saya mendapatkan pekerjaan itu atas usaha sendiri setelah saya terbuang. Masih ada teman yang baik dan mengerti keadaan saya. Jadi, Bapak nggak perlu repot-repot untuk mengembalikan saya ke kota ini. Surabaya bukan tempat yang tepat bagi saya lagi."Deg. Di antara mereka semua, Daffa-lah yang paling terhenyak. Kalimat terakhir seolah mengisyaratkan bahwa sang istri
"Biar aku bisa istirahat sehari dan prepare untuk hari Senin. Daffa juga harus sekolah karena sudah izin dua hari."Daffa meriah kedua tangan istrinya agar merapat. "Semalam saja tinggal lagi di sini. Kita belum sempat candle light dinner."Rinjani melepaskan tangannya. "Aku pengen kembali ke Malang. Surabaya terlalu panas untukku." Ucapan itu bagi Daffa memiliki makna berbeda. Ia bangkit dan memeluk istrinya dari belakang. Rinjani sedang emosi. Dia butuh waktu untuk kembali tenang. Atau mungkin dia yang harus membuat keputusan segera. Ikut pindah ke Malang atau berusaha meyakinkan sang istri, kalau Surabaya masih menjadi tempat terbaik untuk Rinjani."I love you," bisik Daffa. Namun Rinjani hanya memandang suaminya dari pantulan cermin."Kamu yakin untuk ke seminar hari ini?" tanya Daffa karena tubuh Rinjani terasa panas dikulitnya."Iya. Hari ini terakhir seminar. Aku ingin bersembang dengan teman-teman sebelum balik ke Malang. Kapan lagi kami bisa bertatap muka kalau nggak waktu a
RINDU YANG TERLUKA- Kejutan "Kamu serius dengan ucapanmu ini?" Pak Farhan terkejut dengan keputusan Daffa yang bilang ingin pindah ke Malang. Dia juga menceritakan pertemuannya dengan keluarga Abila tadi malam.Tidak hanya Pak Daffa, Ika yang di sana juga kaget. Tentu setelah pengkhianatan suami dan perusahaan yang sedang tidak baik-baik saja, keberadaan Daffa sangat diperlukan.Namun ia tidak punya kuasa untuk menahan adiknya. "Apa Rin nggak mempertimbangkan tawaran papa. Di sini karirnya bisa lebih cepat menanjak, dia juga bisa kembali ke kampus untuk mengambil spesialis yang dia minati. Coba kamu bicarakan ini dengan Rin, Fa. Papa rasa dia punya banyak kesempatan untuk mengambil spesialis yang diinginkan.""Jangan paksa, Pa," sela Bu Tiwi. Dia sangat mengerti bagaimana perasaan menantunya. Dari cerita Daffa tadi, luka sang menantu sangat terasa hingga ke relung hati."Mama mengerti sekali dengan keputusan Rin yang nggak ingin kembali ke Surabaya. Tentu nggak gampang menoleransi