Pandangannya di edarkan pada senja telah tenggelam. Rinjani berhenti dan duduk di halte. Tempat itu masih sama seperti beberapa tahun yang lalu, disaat dia bersama dengan beberapa rekannya menunggu angkutan kota setelah cuci mata di mall.Sinta. Dia tidak tahu kalau Rinjani ada di Surabaya. Kemarin sempat menelepon tapi lupa mau memberitahunya. Lagian waktu sangat terbatas. Kalau besok ada waktu, dia bisa langsung ke rumah sahabatnya untuk memberikan surprise.Ponsel di tasnya terus bergetar. Entah sudah berapa kali Daffa menelepon. Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi dalam hidup, tentang para pasien yang terkadang tidak manut, tentang kerabat pasien yang ngotot, marah, tidak terima, dan lain sebagainya. Namun tidak seberat permasalahan perselingkuhan suaminya. Ini tidak hanya menyakiti tapi mengoyak harga diri.Rinjani berdiri setelah halte mulai dipenuhi beberapa orang yang menunggu bis dan angkutan kota. Ia kembali ke parkiran mall untuk mengambil mobilnya. Setelah itu l
Daffa diam sejenak, kemudian menceritakan garis besar permasalahan kedua orang tuanya. Tentang perselingkuhan sang papa yang berujung balas dendam. Ini memalukan sebenarnya, tapi ia harus cerita. Mendengar itu, Rinjani menahan napas. Bisa merasakan betapa sakitnya menjadi Bu Tiwi. Ternyata perselingkuhan Pak Farhan lebih parah lagi. Namun bisa-bisanya papa mertuanya menyuruh mereka bercerai.Tadi sore waktu bertemu mama mertuanya, wanita itu biasa saja. Seperti tidak terjadi apa-apa. Mendekap Noval erat dan memeluknya dengan hangat. Begitu kuatnya setelah disakiti puluhan tahun.Tak terasa air mata Rinjani menetes. "Sudahlah, Mas. Nggak usah lanjutkan cerita itu. Biar diselesaikan sendiri oleh papa." Capek Rinjani mendengarnya. "Papa sebenarnya meminta kita ke rumahnya malam ini.""Aku lelah, Mas. Besok harus berangkat lebih pagi. Mau ketemuan sama dokter Ratih sebelum seminar di mulai. Nggak usah di antar. Aku bisa nyetir sendiri. Mas, juga sibuk kan.""Sebenarnya mas bisa menganta
RINDU YANG TERLUKA - NodaAbila tidak mempedulikan suara Fergie. Gadis itu membuka pintu, keluar, dan menutup pintu dengan membantingnya. Suara bedebam membuat kaget orang-orang yang ada di lantai bawah. Bu Yumna tergesa menaiki tangga dan berpapasan dengan Abila yang turun dengan wajah memerah sarat amarah. "Ada apa, Bila?""Kenapa kalian tidur di kamarku?" Sengit Abila menatap mamanya. Kebencian yang teramat sangat.Kamar tidurnya di rumah sang nenek ditempati oleh mama dan suami barunya. Padahal mereka memiliki kamar sendiri yang lebih luas dan mewah."O, itu masalahnya. Sorry, Sayang. Nanti kami pindah. Lagian Fergie kembali ke Jakarta sore ini. Dia ada acara besok pagi. Tadi Fergie hanya nganterin mama doang." Bu Yumna sudah bisa menerka kalau Abila memergoki Fergie ada dalam kamarnya. "Nggak usah. Aku bisa pakai kamar lain." Abila menuruni tangga dengan cepat kemudian menghilang masuk kamar di dekat tangga.Semenjak Abila terkena bipolar, Bu Yumna tidak pernah berkata kasar
Jelas dia tidak akan mendapatkan Daffa. Harusnya dia sadar kalau hanya sekedar teman jalan. Perasaannya saja yang sukar dikendalikan. Di matanya tak ada lelaki sesempurna Daffa. Sosok yang selama ini ada dalam impiannya. Pangeran yang selalu hadir dalam angan-angan.Melihat cara lelaki itu mengkhawatirkan istrinya, membuat Abila benci. Kenapa Daffa bukan lelaki yang benar-benar br*ngsek. Memilih meninggalkan istrinya dan bisa bersamanya. Kenapa Daffa tidak seperti Fergie yang rakus melihat kemolekan tubuhnya. Kenapa selingkuh hanya setengah-setengah. Abila melempar bantal yang ada di dekatnya. Menabrak pigura foto yang tergantung di dinding dan membuatnya terjatuh. Kaca pecah menjadi serpihan kecil di lantai. Abila melempar guling, selimut, dan apapun yang ada di atas tempat tidur.Gadis itu tidak bisa mengendalikan emosinya. Rasa putus asa kembali menguasai diri. Satu pecahan kaca diambil dari lantai. Kemudian memerhatikan pergelangan tangan yang dulu pernah disayatnya. Dulu gagal,
"Tapi beneran bukan Daffa pelakunya?"Abila menggeleng."Lalu siapa?" tanya Bu Yumna. Dia tak sabar menghadapi putrinya.Kembali Abila menatap sang mama begitu sengit. "Dia lelaki peliharaanmu, Ma!" teriak Abila dengan wajah merah padam.Bu Yumna dan semua yang masih di kamar terkejut. Bahkan istri Har dan adik perempuan Har kembali masuk ke dalam kamar."Jangan bercanda, Bila. Kamu waktu itu bilang kalau Daffa yang melakukannya. Ternyata bohong. Sekarang kamu menyebut Fergie. Kamu mau bohong lagi." Sang mama tidak terima."Aku nggak bohong kali ini. Brondongmu yang menodaiku." Tatapan Abila menyala-nyala. Bu Yumna duduk lemas di lantai. Namun tetap tidak yakin dengan apa yang dikatakan putrinya. Bagaimana Fergie melakukan itu sementara antara Abila dan suaminya hanya bertemu beberapa kali dan itu pun ada dirinya di rumah. Selama ia tinggal serumah dengan Fergie, Abila hanya dua kali datang ke Jakarta dan hanya dua hari di sana."Bil, kamu serius?" Bu Yumna masih belum yakin."Tersera
RINDU YANG TERLUKA - Petaka Flashback on ....Abila yang hendak mengambil air di dispenser berbalik arah karena melihat Fergie tengah minum di sana. Lelaki yang baru pulang dari gym itu memandangnya."Kamu mau minum?" tanya Fergie.Abila menjawab dengan menatap sinis pada laki-laki itu. "Ambillah!" Fergie berkata lagi sambil bergeser dan duduk di kursi meja makan. Dia tidak peduli tatap kebencian dari Abila.Tanpa merespon, Abila masuk kamar dan membanting pintu. Dia duduk terpekur di tepi pembaringan. Muak melihat lelaki muda yang jadi simpanan sang mama. Apa mamanya tidak risih hidup bersama dengan lelaki yang pantas jadi adik atau bahkan anaknya jika wanita itu nikah muda.Kenapa dia tadi mau saja dijemput mamanya. Bukankah lebih nyaman tinggal di hotel. "Ngapain tinggal di hotel. Tidur saja di apartemen mama. Jarak kantormu dan apartemen hanya sepuluh menit naik mobil. Nanti mama yang antar jemput kamu," rayu sang mama di telepon ketika Abila baru sampai hotel setelah diantar
Abila tak menjawab dan Daffa tetap mengantarnya pulang. Saat berhenti di depan rumah. Abila bergeming hingga Daffa berinisiatif turun membukakan pintu dan mengantarnya hingga ke teras.Mereka sering jalan sejenak usai bekerja. Dan itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Abila. Makin membuatnya nyaman dan bertambah cinta.Daffa seumuran dengan lelaki simpanan mamanya. Sama-sama tampan. Namun memiliki daya tarik yang berbeda karena Daffa jauh lebih berkelas. Dia pekerja keras meski dari keluarga berada. Berbeda dengan Fergie yang menjadi benalu dalam hidup mamanya. Entah dari mana dia berasal, Abila tidak mau tahu. Bahkan Daffa itu suami siapa, Abila juga bodo amat. Yang penting dia bahagia. Titik.Gadis itu menoleh saat mendengar benda jatuh di luar kamar. Dia bangkit dan mengintip dari pintu yang dibuka sedikit. Di dekat sofa, ia melihat Fergie membungkuk sambil mengumpulkan serakan guci mahal di atas meja yang tak sengaja dijatuhkannya. Karena tersenggol sikunya.Abila mendesis lirih
"Aku hamil anak lelaki brengs*k itu. Aku menggugurkannya sendiri tanpa memberitahu siapapun."Dua sepupu Abila kembali terkejut. Tidak bisa membayangkan Abila yang benar-benar berantakan sendirian.Ketiga perempuan itu tidak tahu kalau Bu Yumna mendengar semuanya dari balik pintu. Kali ini untuk pertama kalinya hati seorang ibu terasa hancur lebur. Kegilaannya pada Fergie telah merusak anak gadisnya sendiri.Bu Yumna membekap mulutnya untuk meredam tangis. Wanita kembali melangkah ke kamarnya. Rasa sedih bercampur kaget dan kecewa."Kenapa kamu diam? Kenapa nggak cerita saja pada Tante atau kami?" tanya istrinya Har.Abila menggeleng."Kenapa?" Sepupunya yang ganti bertanya."Karena aku nggak mau kehilangan Daffa."Dua wanita itu berdecak lirih saat mendengar jawaban Abila. Kasihan bercampur jengkel. Bisa-bisanya Abila melakukan itu. Padahal Daffa ini suami orang. "Lalu kamu menjebak Daffa?"Abila diam."Sampai Mas Har menghajar orang yang nggak bersalah. Untung saja tidak sampai ber