Mantan Brengsek

Fuck you, i'm done with your shit. I deserve better.

Dia masih ingat kata-kata terakhir yang diucapkan saat putus dengan mantan, satu tahun yang lalu. Kalau bisa kembali ke masa lalu, Jazz tidak ingin bertemu dengan laki-laki bernama Samael. Tidak mau, najis. Trauma perlakuan buruk selama pacaran yang membuatnya kini tidak percaya cinta, juga menjadi alasan yang membuat Jazz terjun ke dunia rental pacar.

Mereka bertemu dari aplikasi dating online, saat itu Jazz masih high school sementara Sam sudah kuliah. Awal hubungan biasa aja seperti pasangan lain, tapi satu tahun kemudian Sam memperlihatkan perangai buruknya yaitu abusive. Dia juga beberapa kali ketahuan memesan perempuan untuk teman tidur, dari sebuah aplikasi. Alasannya tidak ingin merusak Jazz, jadi dia memilih melampiaskan nafsunya dengan 'jajan'.

Tololnya, saat itu Jazz malah terharu dan kasihan dengan Sam, karena dirinya tidak pernah memberikan pelayanan nafsu pada pacarnya itu

Be careful. Manipulation can feel like love.

Jazz berjalan di koridor supermarket, memilih-milih sayuran dan buah segar untuk stok beberapa hari. She is a picky eater. Dia hanya makan makanan tertentu, yang enak dan sesuai selera lidahnya. That's why perempuan itu lebih suka memasak untuk memenuhi rasa laparnya. Kecuali kalau malas dan terdesak, ya lebih baik beli diluar saja.

"Sendiri aja?"

Ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang daritadi mengamatinya. Seorang lelaki, tinggi, berambut sedikit ikal, dan memakai kaos bertuliskan Slipknot.

"Sam?"

Ternyata mantannya. Lelaki itu berdiri di depan rak minuman, menggandeng perempuan cantik yang mengenakan dress pink seksi.

"Halo," kata Samuel, mendekati Jazz sambil merangkul perempuannya. "Makin gemuk aja!"

Gemuk? Apakah berat badan lima puluh lima kilogram dan tinggi seratus enam puluh tujuh sentimeter di matanya bagaikan bola besar Teletubbies?

Jazz memutar kedua bola matanya, sebal. "Terima kasih, kamu juga semakin jelek. Bagaimana kabar kamu?"

Samuel tertawa, semakin menggandeng perempuannya lebih erat. "Aku baik-baik saja, kenalkan ini Cindy, pacarku. Ayolah, kamu juga harus cepet move on, jangan sendiri terus."

Kenapa lelaki ini begitu menyebalkan ya?

"Kamu salah, aku sudah punya pacar."

"Oh, begitukah? I don't believe you. Aku ingin bertemu dengan pacarmu itu. Bawa dia ke acara festival musik kampus minggu besok, okay?"

Sam menantang. Ya, perempuan itu pun siap menerima tantangannya. "Boleh, aku akan membawa pacarku ke sana. Perlu kamu tahu, he is better than you."

"Aku tidak sabar untuk bertemu dengan pacarmu itu."

Sam memandang Jazz dengan mata yang licik, lalu berbisik, "aku tidak sabar untuk mengetahui kalau ternyata kamu tidak sebahagia saat bersamaku."

Andai dia tidak menahan diri, tentu lelaki itu sudah ditamparnya. Sam masih sama seperti dulu, mulutnya jahat dan suka mengintimidasi. Menghindari konflik di tengah keramaian, Jazz memilih pergi meninggalkan lelaki brengsek itu, walau kekesalan sudah menumpuk di dadanya.

***

"Sam anjing!"

Sebuah frame kayu dilemparkan ke tembok kamar. Kaca didalamnya pecah, hancur berantakan seperti mood Jazz sekarang. Itu adalah foto terakhir bersama Sam yang masih ia simpan, foto couple anniversary satu tahun.

"Cowok bangsat!"

Kali ini ia melemparkan sebuah mini music box yang memutar lagu Fur Elise. Hadiah pemberian Sam di kencan pertama setelah resmi pacaran. Lelaki itu sering memberikan hadiah, setelah putus Jazz membakar semuanya agar memori indah yang pernah tercipta turut hangus jadi abu.

Pertemuan tak sengaja kali ini sungguh menguras emosi. Dia semakin benci Sam, lelaki itu tidak berhenti meremehkannya, menganggapnya bagai kucing hilang arah setelah terlepas dari induk. Sam merasa lebih baik, karena dia yang memutuskan Jazz lebih dahulu.

"BRENGSEK!!"

Tok-tok.

Tepat di saat ia sedang tantrum membanting barang dan berteriak, tiba-tiba terdengar ketukan pintu.

"Permisi"

Suara ketukan pintu berulang. Jazz membuka pintu, memasang wajah marah karena seseorang mengganggunya.

"Siapa?!"

"Maaf, bisa tidak berisik? Saya mau istirahat," ucap seseorang yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum.

Tubuh keduanya mematung beberapa detik, terkejut melihat sosok yang berdiri di depan wajah masing-masing.

"KAMU??" ucap keduanya bersamaan dengan mata terbelalak.

***