Misi Jazz : Mantanku Matre

"Sayang, nanti order aku lagi ya."

Sebuah kata penutup menjelang berakhirnya masa sewa. Damn, skill penggoda yang dimiliki laki-laki itu bisa membuat lutut jadi lemas. Jazz mengakui kekalahannya. Kalau bisa memberikan rating lebih dari lima pasti dia akan melakukannya. Baron terlalu menarik, membuatnya jadi berpikir sudah berapa banyak perempuan yang jatuh hati untuk memiliki secara utuh.

Sebuah pesan notifikasi masuk dari Ai personal assistant Faux Love.

Hai, Jazz! Jangan lupa hari ini ada jadwal kencan paket standar dengan klien bernama Gema, di depan kampus UPH, jam satu siang.

Ini sudah hari senin lagi, saatnya bekerja mengumpulkan pundi-pundi kekayaan demi membeli sebuah ferrari. Ah, tapi Jazz tidak impulsif seperti itu, dia lebih suka menyimpan uangnya di bank lalu menjalani hidup biasa saja.

Tapi kali ini dia punya ketertarikan baru, menghabiskan uang untuk sewa pacar lagi.

Lebih lima belas menit dari jam yang disepakati, Jazz sudah berdiri dekat ATM centre, di sebuah kampus sesuai lokasi permintaan klien. Tidak lama muncul seorang pria memakai jaket denim berjalan menghampiri.

"Halo, Jazz. Maaf menunggu lama ya," katanya dengan suara yang manis.

"Halo, Gema. Jadi gimana? Rencana kencan apa hari ini?"

Gema mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Jazz, bantu aku ya. Aku ingin membuktikan kepada teman-teman bahwa aku sudah move on dari mantanku. Aku ingin mereka tahu bahwa aku sudah punya pacar yang baru dan lebih baik."

Jazz mengangguk memahami. "I see. Jadi, apa yang aku harus lakukan sebagai pacarmu?" tanyanya dengan senyum.

Gema tersenyum kembali dan mengambil tangan Jazz. "Aku ingin kamu menjadi pacarku yang romantis dan perhatian."

"Aku siap melakukan apa saja asal kamu senang, sayangku" ucap perempuan itu dengan suara yang lembut menggoda.

Lelaki itu membawa Jazz menuju cafetaria, keduanya berjalan seperti pacar sungguhan, bergandeng tangan dan sesekali saling merangkul.

"Guys!" Gema mendekati beberapa mahasiswa yang sedang duduk makan. "Ini pacar gue, Jazz."

Teman-teman Gema terlihat terkejut, saling berpandangan. "Widih, cepat banget move on, Gem!"

Gema tersenyum. "Gue udah bahagia dengan Jazz, ngapain mikirin yang lain? Dia ini udah spek paling oke. Cewek lain, lewat!"

"Sayang ih jangan gitu, malu aku!" sahut Jazz manja makin merapatkan rangkulannya ke punggung Gema.

Tanpa diduga seorang perempuan muncul, tangannya membawa cup minuman. Tatapannya sinis melihat ke pasangan baru itu, terutama pada Jazz.

"Cewek baru kamu?"

"Iya," jawab Gema dingin.

"LC manalagi yang kamu pacari? Selera kamu buruk banget ya sesudah putus dari aku?"

Apa? LC? Perempuan itu telah merendahkannya, membuat Jazz panas dan kesal. Kalau ini bukan karena kerjaan sudah dijambaknya rambut perempuan bernama Bian yang ternyata mantan dari Gema.

"Bian, jaga bicaramu!"

"Jadi gara-gara dia, alasan kamu menolak balik pacaran denganku? Kamu buta kah, tidak bisa kah melihat kalau aku lebih cantik?"

"Kenapa kamu marah? Kamu cemburu?"

"Cemburu? Haha, tidak ada alasan untukku cemburu. Aku senang, hanya masih tidak percaya kalau ternyata kamu tidak bisa mendapatkan pacar dengan spek lebih baik dari aku."

"Sis, cukup ya!" Jazz menghampiri Bian, wajahnya sangat serius. "Kamu memang lebih cantik, lebih baik, kuakui. Tapi karaktermu sangat buruk, sekarang semua orang tahu alasan mengapa Gema meninggalkanmu. Apa kamu sudah sadar, kamu sedang mempermalukan dirimu sendiri?"

Bian terkejut dengan ucapan Jazz yang begitu menusuk. Sekarang dia menjadi pusat tatapan dan bahan gunjing pengunjung. Merasa terpojokkan, dia pun berjalan keluar cafetaria. Tapi mata kebencian itu masih terpaku pada Gema dan pacar barunya.

Jazz memeluk Gema. "Maaf sayang, aku terbawa emosi."

Gema tersenyum dan memeluk Jazz kembali. "Kamu keren, sayang. Jangan pedulikan dia ya, sekarang kita makan aja yuk!"

"Jangan marah-marah ya sayang, nanti gantengnya hilang."

Gema tersenyum dan memeluk Jazz erat. "Mana bisa aku marah sama pacar semanja kamu, duh!"

Sebetulnya memang Gema belum move on dengan Bian. Setelah menjalin hubungan dua tahun, keduanya putus karena lelaki ini tidak sanggup dengan tuntutan Bian untuk memberikan uang jajan sepuluh juta sebulan. Walau ayahnya pejabat, tapi uang yang dimiliki Gema terbatas karena hanya mahasiswa biasa. Dalam hatinya masih ada rasa sayang, terpaksa menyudahi untuk kondisi mental yang lebih baik.

Matre ya? Semua perempuan pada dasarnya matre, tapi ada yang bisa mengendalikan, ada yang tidak tahu diri. Jazz suka uang, tapi dia lebih suka mendapatkannya dengan bekerja daripada hidup menjadi benalu. Sampah.

***

Misi sewa pacar klien Gema, selesai. Rating bintang lima.

Testimonial : "Terima kasih Jazz, bakal kangen sama manjanya kamu!"