Beranda / Fantasi / Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir / [Bab 8]: Kalung Arres Pada Tubuh Werewolf

Share

[Bab 8]: Kalung Arres Pada Tubuh Werewolf

Penulis: moonstar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bagaimana bisa Zevana meninggalkan Arres dalam keadaan tenang?

Zevana melambankan laju larinya ketika tiba di tanjakan menuju bukit tebing Zelf. Nafasnya terengah-engah setelah sejak tadi berlari dengan rasa ketakutan kalau akan ada serigala yang mengikutinya dari belakang menghantui.

Sepanjang berlari menuju tebing Zelf, Zevana tidak bisa menyingkirkan pikiran tentang bagaimana kondisi Arres. Ia mengingat bentuk dua serigala yang menyerang mereka berdua tadi: bertubuh besar, gagah, tinggi hampir mencapai dua meter, berbulu lebat sampai menutupi seluruh tubuh.

Zevana merinding mengingat bentuk tubuh dua serigala yang sempat memblokade jarak dirinya dan Arres.

Kenapa Arres sangat bodoh untuk menyerahkan diri mengalihkan perhatian dua serigala besar itu? Memangnya ada jaminan Arres akan menang dan selamat?

'Sial! Sekarang aku justru tidak tenang karena memikirkan keadaan Arres!'

Zevana meletakkan kedua tangannya pada pinggang. Dalam keheningan, ia mengatur napas sembari memperhatikan sekeliling.

Suasana sunyi. Sepertinya Zevana sudah memasuki kawasan hutan lebih dalam. Bunyi-bunyi gesekan antar daun menimbulkan suara yang jauh berbeda dibanding area hutan tempat dirinya dan Arres berpisah.

'Aku harus berjalan ke mana lagi?' bisik Zevana dalam hati, menyadari tidak ada cahaya sedikitpun.

Zevana lupa membawa bola Agyss-nya. Jadilah ia terpaksa melangkahkan kaki untuk menanjak menuju tebing Zelf.

Pikiran Zevana berputar mengingat satu kejadian mengganjal. Sebelum dirinya melarikan diri, dia sempat menyaksikan bola Agyss milik Arres berpendar dan perlahan berubah warna.

Sungguh hal itu mengganggu perasaan Zevana. Sampai detik ini, Zevana memikirkan kemungkinan alasan mengapa bola Agyss Arres seperti mau berubah warna.

Apalagi, ketika Arres mengatakan bola Agyss itu hanya untuk para tabib kerajaan maupun luar kerajaan, Zevana merasa aneh.

"Memangnya bola Agyss untuk menyembuhkan luka bisa dipakai mantra yang menimbulkan getaran tanah seperti gempa?" Zevana berkata pelan.

Tidak mungkin, 'kan?

Zevana menghela napas pelan. Memikirkan hal-hal yang baru saja dialaminya, termasuk ketika dirinya tiba-tiba terbangun dalam keadaan hampir terhanyut arus sungai, membuatnya pusing.

"Kalau aku tidak—"

Srek! Srek!

Ucapan dan langkah Zevana spontan berhenti bersamaan. Tubuhnya menegang sepersekian detik. Ia mengerutkan kening setelah mendengar suara gesekan dari arah belakangnya.

'Kenapa suara itu mirip suara gesekan langkah serigala yang kudengar bersama Arres?' tanya Zevana di hatinya.

Zevana mencoba mempertajam indra pendengarannya. Namun semakin lama, di antara suara gesekan langkah dengan daun berserakan di tanah, terselip suara geraman kecil.

Sangat kecil, tetapi telinga Zevana seakan sensitif mendengar itu.

Detak jantung Zevana berpacu cepat seiring firasat tidak enak muncul. Zevana memejamkan mata untuk memastikan apakah dia salah mendengar atau tidak.

'GRRRR...'

Zevana langsung membuka mata lagi sesudah mendengar suara geraman. Kali ini suaranya lebih jelas daripada sebelumnya.

'Suara itu ....'

Meskipun takut, Zevana menengok ke belakang. Dari balik kegelapan dan semak-semak, sepasang mata Zevana menangkap pergerakan sesuatu.

Pemandangannya terlihat seperti bagian atas tubuh makhluk. Tubuh makhluk itu tertutup semak-semak yang tingginya mencapai pundak Zevana. Makhluk itu terlihat berjalan menyamping menyusuri semak-semak.

Zevana langsung menenggak ludah susah payah. Entah kenapa Zevana bisa menebak apa makhluk yang berjalan perlahan menyamping di sana.

'Serigala!' pekik Zevana dalam hatinya.

Kedua kaki Zevana melangkah mundur sangat perlahan. Pandangannya tidak lepas dari makhluk yang ia duga adalah serigala.

Karena keterbatasan cahaya, Zevana hanya bisa menyaksikan makhluk itu dalam bentuk siluet. Setiap kali bergerak, semak-semak bergoyang pelan seakan tubuhnya cukup besar untuk membuat semak-semak tebal itu bergerak ke kanan-kiri.

"Pelan-pelan, Zevana..." Zevana berkata dalam batinnya.

Sial. Kalau pada akhirnya tetap bertemu serigala, mengapa Arres menyuruhnya berlari sendiri?

Sebenarnya ada berapa serigala yang berkeliaran di sini?

Seiring langkah mundurnya sudah agak menjauh, Zevana langsung membalikkan badan dan berlari. Sebisa mungkin Zevana tidak membuat suara gesekan antara langkah kakinya dengan daun-daun yang berserakan.

Sayangnya kaki Zevana tidak sengaja menginjak batang kayu yang rapuh.

'KREKKK'

Suara kayu yang patah membuat Zevana membeku. Ia mendengar suara geraman di belakangnya semakin kencang.

'GRRRRR...'

Zevana menoleh, dan detik itu juga ia melihat serigala itu sudah menengok ke arahnya.

'Sial!'

Tanpa basa-basi, Zevana langsung berlari lebih kencang daripada sebelumnya. Dia tahu jelas kalau pergerakannya sekarang akan memancing perhatian serigala itu—dan benar saja, sekarang serigala itu mengejarnya!

"Arres..." Zevana tak sengaja berucap lirih mengatakan nama itu.

'GRRROOAAAA'

Zevana tak sengaja memekik tertahan saat menyadari jarak serigala itu semakin dekat. Di tengah suasana gelap hutan, Zevana bisa melihat jelas kedua mata serigala itu menyala tajam. Memandang Zevana sebagai santapan yang tidak sabar untuk dimakan.

'GRRROAAA!'

Serigala itu mulai melompat zig-zag dari satu pohon ke pohon lain. Deru nafas Zevana memacu cepat. Ia tidak bisa menambah kecepatan larinya karena rasa letih yang belum pulih seutuhnya.

Zevana memejamkan mata kuat-kuat di sela berlari.

'Arres! Arres! Kenapa kau tidak datang dan meninggalkanku?!' Zevana memekik dalam hatinya.

Zevana menengok ke belakang, ia terbelalak karena menyaksikan serigala itu melompat menerjangnya.

Sontak, Zevana tidak memiliki kesempatan untuk menghindar. Ia hanya menyingkir ke sisi kiri, tetapi terlambat.

Serigala itu memang tidak berhasil menerjang Zevana. Namun salah satu kakinya mengenai pundak kanan Zevana sehingga tubuhnya langsung terdorong cukup keras ke belakang.

Tubuh Zevana menghantam salah satu pohon besar. Ia memejamkan mata sambil memegang sisi kanan pundaknya yang terkena hantaman ke pohon itu.

"Argh..." Zevana mengerang selama memegang erat pundaknya.

Rasa nyeri luar biasa menjalar dari pundak menuju seluruh lengan. Zevana terduduk lemas, bersandar pada batang pohon, merasakan rasa sakit dan letih bercampur dalam dadanya.

'Grrrr....'

Zevana sedikit membuka mata. Serigala itu perlahan berjalan menghampirinya dengan mulut menggeram. Ia bisa melihat taring-taring yang begitu tajam dan air liur dari mulut serigala itu.

Seakan memang malam ini Zevana ditakdirkan menjadi santapan serigala.

"Argh..." Sayang sekali, Zevana tidak bisa melawan sama sekali.

Zevana tidak bisa bangun. Entah kenapa kakinya sekarang terasa kram.

'Sial sekali. Hidupku sangat sial,' batin Zevana.

Bagaimanapun Zevana mencoba bangun dari posisinya, ia tidak bisa. Tubuhnya terlalu lemas.

'Grrr....'

Perlahan-lahan, langkah serigala itu semakin dekat ke arah Zevana.

Tidak ada yang bisa dilakukan Zevana sekarang selain memejamkan mata.

Ia sudah siap kalau memang malam ini adalah takdir kematiannya. Lagipula ia tidak tahu bagaimana kehidupannya sebenarnya.

Kalaupun mati menjadi santapan serigala, setidaknya Zevana akan memejamkan mata supaya tidak menyaksikan tubuh malangnya terkoyak-koyak taring itu.

Sampai kemudian, takdir sepertinya tidak ingin Zevana mati terlalu cepat.

'GROOOAAARR!'

Suara serigala lain terdengar mengejutkan Zevana. Ketika kedua mata wanita itu terbuka, pemandangan seekor serigala lebih besar menerjang tubuh serigala di depan Zevana dari samping membuatnya terperangah.

Serigala yang hendak menyerang Zevana terpental beberapa meter. Namun tubuhnya langsung sigap kembali berdiri dan menggeram kepada serigala yang datang, seakan sengaja menantang.

Satu-satunya hal lebih mencengangkan bagi Zevana adalah serigala yang datang, kini berdiri di hadapannya, membelakangi, menjadi penghalang bagi serigala yang tadi hendak menyerang.

Zevana memundurkan tubuhnya karena refleks terkejut meskipun sudah terpojok ke batang pohon. Tatapan matanya tidak bisa lepas dari serigala yang baru saja datang.

'Ada apa ini?' batin Zevana.

'GRROAAAR!'

Zevana terkejut ketika serigala hitam menyerang serigala di depannya. Lalu pertarungan pecah: serigala abu-abu menahan tubuh serigala hitam dan membawanya menjauh, kedua serigala itu terguling tanpa melepaskan cengkeraman satu sama lain, lalu berdiri tegak untuk kembali memberikan serangan cakaran antar sesama.

Serigala hitam melolong sakit ketika serigala abu-abu berhasil mencakar wajahnya.

Kemudian serigala hitam membalas serangan dari samping. Serigala abu-abu menghindar, menepis, setelah itu menggigit leher serigala hitam.

Serigala hitam sengaja menjatuhkan diri ke tanah, menggerakkan kedua kaki bagian depan meliuk-liuk serupa cacing. Mencakar tubuh bagian bawah serigala abu-abu.

Zevana benar-benar tak bisa berkutik menyaksikan pertarungan dua serigala secara langsung. Dia tidak tahu harus melakukan apa.

Sementara serigala abu-abu, yang sempat terkena cakaran kaki serigala hitam, melompat ke samping. Sengaja terguling dan menjatuhkan diri supaya bisa menyingkir dari cakaran kaki serigala hitam.

Karena tidak menyerah, serigala abu-abu melepaskan gigitannya. Dia langsung mendapatkan serangan brutal dari serigala hitam. Namun semua serangan jenis apapun dari serigala hitam mampu ditangkis oleh serigala abu-abu.

'GROAAAAR!'

'AUUUUUMMM!'

Serigala hitam melolong kesakitan ketika serigala abu-abu membalas serangan brutal. Kakinya mencakar tanpa berhenti, melompat menyingkir lalu menendang wajah serigala hitam dari samping, dan menerjang tanpa aba-aba.

Karena lengah, akhirnya serigala hitam itu terjatuh dan berhasil dijatuhkan serigala abu-abu dalam posisi tidak bisa melawan.

Detik itu serigala abu-abu terdiam dalam posisi menggigit leher serigala hitam. Tubuh serigala hitam semakin lama semakin tidak berdaya. Darah merah pekat mengalir perlahan dari gigitan serigala abu-abu.

Dari tempatnya berada, Zevana memicingkan mata ketika menyadari sesuatu yang familiar pada serigala abu-abu. Posisi serigala abu-abu yang menghadap ke arahnya membuat sebuah kalung menggelantung di leher bisa terlihat.

Zevana terbelalak setelah menyadari kalung apa yang ada di leher serigala abu-abu.

Beberapa menit sebelum penyerangan prajurit kerajaan, Zevana melihat kalung yang sama melingkar di leher Arres.

Bab terkait

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 1] Seorang Werewolf yang Menyelamatkan

    Kegelapan paling terkutuk datang. Kegelapan terkutuk yang akan mengendalikan jiwa, mengundang kehancuran, mengancam negeri dan tanah suci.Empat ratus tahun lalu, ramalan itu ditemukan tercatat dalam kitab penyihir Negeri Amaphera—sebuah kitab yang mencatat kesaktian, kekuatan, penyiksaan, dan segala hal yang terjadi pada penyihir setiap zaman. Namun kitab kuno itu telah ditinggalkan dan tidak dipercaya siapa pun. Kerajaan-kerajaan seluruh klan di Negeri Amaphera mengalami perkembangan zaman. Mereka meninggalkan kepercayaan kepada kitab kuno itu, menganggap kekuatan gelap tidak mungkin kembali, berganti menaruh kepercayaan kepada naluri tujuh penyihir terkuat Negeri Amaphera dan bola kekuatan Agyss. Tujuh penyihir yang dipilih langsung oleh para dewa-dewi, dan bola kekuatan Agyss tingkat tertinggi mereka yang diturunkan secara turun-temurun telah menghancurkan kekuatan gelap lima ratus tahun lalu. Sayangnya, ramalan itu terjadi. "Maviolus peviatto!" Lolongan kesakitan terdengar d

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 2] Pengkhianatan Besar

    Seiring langkah sosok siluet itu menuju titik keberadaan enam penyihir, kabut-kabut ungu kehitaman membuat makhluk hidup di sekelilingnya layu. Mati hanya dalam hitungan detik. Hutan yang sudah hampir mati tak bernyawa, kini semakin menjadi hitam pekat. Pepohonan seketika membengkok karena ranting-rantingnya tidak bernyawa. Akar-akarnya seakan kaku, makhluk-makhluk melolong kesakitan sebab jiwa mereka dicabut paksa. Tanda-tanda seperti ini… keenam penyihir sudah bisa mengetahui siapa yang datang. "Sang Bayang Hitam," lirih Narvi, memandang khawatir sosok siluet yang disembunyikan kabut pekat. Aslyn menggeram kesal. Dia menjulurkan Agyss merah miliknya ke arah sosok siluet itu. "Mavesto Ila—ah!" Aslyn langsung terlempar ke samping, menghantam batang pohon besar yang sudah mati. "Aslyn!" Narvi dan Maggni berseru serempak. Aslyn mengerang memegang dadanya. Serangan sihir kabut yang tiba-tiba melesat cepat seakan menusuk dadanya. Sekuat mungkin Aslyn mencengkeram bola kekuatan Agys

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 3] Lahir Kembali

    (Tiga abad kemudian.)Dingin, gelap, sunyi, nyeri bagai penyiksaan menjalar ke sekujur tubuh, dan otot-otot seakan terkunci kaku. Zevana tidak mengerti apa yang dirasakannya sekarang. Telinganya berdengung kuat mendapatkan tekanan dari kedua sisi. Tak ada bagian dari tubuhnya yang bisa digerakkan. Hanya sakit. Sakit sekali—dan tak bisa dilawan meski otak Zevana sudah mengirim sinyal ke tubuhnya agar bergerak.Tubuh Zevana bergerak melayang perlahan semakin ke atas. Tidak, bukan melayang, lebih tepatnya mengapung. Rasa nyeri dari tekanan pada sekujur tubuh membuatnya kebas, dingin menusuk kulit—bahkan rasanya berkali lipat menusuk ketimbang rasa panas luka bakar melepuhkan kulit. Kedua matanya tidak bisa dibuka. Entah apa yang menggerakkan tubuhnya sekarang. Semakin mengapung naik, semakin dirinya merasakan tekanan. Dalam hening Zevana ingin menangis, tetapi otot wajahnya pun tidak bereaksi untuk membentuk ekspresi. Tak ada suara yang didengar olehnya kecuali dengung menyakitkan.

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 4] Pesan Tersirat: Siapa Sebenarnya Aku?

    Kegelapan yang mencekam menyambut kedua mata Zevana begitu kelopak mata itu terbuka. Entah bagaimana bisa Zevana secara tiba-tiba terbangun di tengah hutan. Udara dingin jatuh menusuk pori-pori seiring Zevana bangkit posisi menjadi duduk. Butuh waktu beberapa detik bagi Zevana untuk memperhatikan sekeliling. Siluet pepohonan menjulang tinggi, siluet dedaunan yang tumbuh lebat menutup akses cahaya bulan, dan suara-suara hewan hutan sahut-bersahutan. Tunggu, ini pasti masih mimpi, elaknya dalam hati ketika agak kesulitan berdiri dari duduk. Tubuhnya bergerak sempoyongan sambil menjulurkan tangan, meraba-raba sekitar. Ini mengerikan. Tidak ada cahaya membuat pergerakan Zevana sungguh kesulitan. Zevana merasakan seluruu bulu kuduknya seketika meremang mendengar nada-nada siul burung hantu. Masalahnya, Zevana tidak bisa melihat wujud burung hantu itu. Netra Zevana hanya menangkap siluet-siluet sekitar."Cahaya, di mana ca—" kalimat Zevana seketika terhenti setelah sepasang matanya mene

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 5] Identitas Misterius

    Sial. Zevana sama sekali tidak bisa memejamkan mata dengan tenang. Mimpi buruk yang mendatanginya saat beberapa waktu lalu masih terngiang-ngiang. Katakanlah Zevana terlalu berlebihan karena, alih-alih menganggap angin lalu mimpi itu, justru memikirkannya amat keras. Persetan. Bayang-bayang wanita di antara kabut yang menyelimuti sekujur tubuh membuat Zevana tidak nyaman. Entah kenapa Zevana merasa seperti familiar dengan wanita itu. Ini semacam perasaan ketika dirinya bertemu seseorang, lalu bertemu lagi kesekian kalinya. Namun Zevana tidak bisa mengingat. Sejak kapan dirinya mengenal atau bertemu wanita menyeramkan itu?"Argggh!" Zevana mengusap kepala bagian kanannya, frustasi. "Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun? Dan ... siapa nama yang disebut wanita itu?"Benar. Ada nama yang disebut sosok wanita berkabut dalam mimpinya: Zevana. Apakah itu nama dirinya? Sebenarnya Zevana sendiri tidak yakin. Meskipun di sisi lain, jika diingat-ingat ulang, Zevana tidak menemukan siapa

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 6] Antara Peduli & Sinis

    "AISH…."Langit semakin pekat. Hanya ada suara burung hantu yang tidak ada wujudnya bercampur deru napas tersengal-sengal. Tidak ada lagi kejaran para pasukan sialan yang entah dari mana datangnya. Di sinilah Zevanna dan Arres terjebak. Karena hanya fokus melarikan diri dari para pasukan sialan, keduanya tidak sadar telah memasuki bagian hutan lebih dalam. Mereka memang berhasil melarikan diri. Sayang sekali, mereka tidak tahu di mana keberadaan mereka sekarang. "Kau mengajakku berlari tanpa berpikir kita akan terjebak!" Arres menghardik Zevanna. Tentu saja Zevanna tidak terima. Tubuh Zevanna langsung menegak—setelah sedari tadi membungkuk memegang kedua lutut. Zevanna memandang Arres dengan rasa tidak terima. "Hei. Aku menyelamatkanmu dari kejaran mereka," ujar Zevanna yang membela dirinya. "Kenapa sikapmu menyebalkan begitu?" Siapa yang sudi disalahkan? Lagipula Arres ini menyebalkan. Sudah beruntung tadi Zevanna sempat menarik tangannya supaya mereka bisa melarikan diri bers

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 7] Penyerangan Werewolf

    "Jadi, kau pikir aku tidak mungkin menjadi penyihir kerajaan yang pandai karena menurutmu aku bodoh?"Zevana bertanya, membalas perkataan Arres beberapa saat lalu. Sebenarnya bisa saja Zevana langsung membalas pada saat Arres mengatakan dirinya bodoh, tidak bisa apa-apa, dan ceroboh. Namun Zevana lebih memilih mencoba menenangkan diri, mengikuti Arres sampai mereka sudah memasuki hutan lebih dalam.Kejengkelan Zevana akan berisiko membuatnya ingin meninju Arres. Kalau saja bukan karena Arres yang mengobatinya tadi, Zevana tidak akan segan melayangkan tinju. Masalahnya, selain karena Arres sudah mengobatinya tadi, tenaganya tidak sekuat itu untuk meninju. "Memang," jawab Arres yang berada dua langkah di depan Zevana. "Apa kau tidak sadar?" Zevana mendecak. Lantas tertawa miring bernada sinis. "Bisa-bisanya kau mengatakan aku seperti itu. Padahal aku yang menyelamatkanmu dari kejaran para pasukan sialan.""Itu hanya keberuntungan. Kalau tidak beruntung, kita tidak akan selamat.""Ke

Bab terbaru

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 8]: Kalung Arres Pada Tubuh Werewolf

    Bagaimana bisa Zevana meninggalkan Arres dalam keadaan tenang? Zevana melambankan laju larinya ketika tiba di tanjakan menuju bukit tebing Zelf. Nafasnya terengah-engah setelah sejak tadi berlari dengan rasa ketakutan kalau akan ada serigala yang mengikutinya dari belakang menghantui. Sepanjang berlari menuju tebing Zelf, Zevana tidak bisa menyingkirkan pikiran tentang bagaimana kondisi Arres. Ia mengingat bentuk dua serigala yang menyerang mereka berdua tadi: bertubuh besar, gagah, tinggi hampir mencapai dua meter, berbulu lebat sampai menutupi seluruh tubuh. Zevana merinding mengingat bentuk tubuh dua serigala yang sempat memblokade jarak dirinya dan Arres. Kenapa Arres sangat bodoh untuk menyerahkan diri mengalihkan perhatian dua serigala besar itu? Memangnya ada jaminan Arres akan menang dan selamat? 'Sial! Sekarang aku justru tidak tenang karena memikirkan keadaan Arres!'Zevana meletakkan kedua tangannya pada pinggang. Dalam keheningan, ia mengatur napas sembari memperhatik

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 7] Penyerangan Werewolf

    "Jadi, kau pikir aku tidak mungkin menjadi penyihir kerajaan yang pandai karena menurutmu aku bodoh?"Zevana bertanya, membalas perkataan Arres beberapa saat lalu. Sebenarnya bisa saja Zevana langsung membalas pada saat Arres mengatakan dirinya bodoh, tidak bisa apa-apa, dan ceroboh. Namun Zevana lebih memilih mencoba menenangkan diri, mengikuti Arres sampai mereka sudah memasuki hutan lebih dalam.Kejengkelan Zevana akan berisiko membuatnya ingin meninju Arres. Kalau saja bukan karena Arres yang mengobatinya tadi, Zevana tidak akan segan melayangkan tinju. Masalahnya, selain karena Arres sudah mengobatinya tadi, tenaganya tidak sekuat itu untuk meninju. "Memang," jawab Arres yang berada dua langkah di depan Zevana. "Apa kau tidak sadar?" Zevana mendecak. Lantas tertawa miring bernada sinis. "Bisa-bisanya kau mengatakan aku seperti itu. Padahal aku yang menyelamatkanmu dari kejaran para pasukan sialan.""Itu hanya keberuntungan. Kalau tidak beruntung, kita tidak akan selamat.""Ke

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 6] Antara Peduli & Sinis

    "AISH…."Langit semakin pekat. Hanya ada suara burung hantu yang tidak ada wujudnya bercampur deru napas tersengal-sengal. Tidak ada lagi kejaran para pasukan sialan yang entah dari mana datangnya. Di sinilah Zevanna dan Arres terjebak. Karena hanya fokus melarikan diri dari para pasukan sialan, keduanya tidak sadar telah memasuki bagian hutan lebih dalam. Mereka memang berhasil melarikan diri. Sayang sekali, mereka tidak tahu di mana keberadaan mereka sekarang. "Kau mengajakku berlari tanpa berpikir kita akan terjebak!" Arres menghardik Zevanna. Tentu saja Zevanna tidak terima. Tubuh Zevanna langsung menegak—setelah sedari tadi membungkuk memegang kedua lutut. Zevanna memandang Arres dengan rasa tidak terima. "Hei. Aku menyelamatkanmu dari kejaran mereka," ujar Zevanna yang membela dirinya. "Kenapa sikapmu menyebalkan begitu?" Siapa yang sudi disalahkan? Lagipula Arres ini menyebalkan. Sudah beruntung tadi Zevanna sempat menarik tangannya supaya mereka bisa melarikan diri bers

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 5] Identitas Misterius

    Sial. Zevana sama sekali tidak bisa memejamkan mata dengan tenang. Mimpi buruk yang mendatanginya saat beberapa waktu lalu masih terngiang-ngiang. Katakanlah Zevana terlalu berlebihan karena, alih-alih menganggap angin lalu mimpi itu, justru memikirkannya amat keras. Persetan. Bayang-bayang wanita di antara kabut yang menyelimuti sekujur tubuh membuat Zevana tidak nyaman. Entah kenapa Zevana merasa seperti familiar dengan wanita itu. Ini semacam perasaan ketika dirinya bertemu seseorang, lalu bertemu lagi kesekian kalinya. Namun Zevana tidak bisa mengingat. Sejak kapan dirinya mengenal atau bertemu wanita menyeramkan itu?"Argggh!" Zevana mengusap kepala bagian kanannya, frustasi. "Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun? Dan ... siapa nama yang disebut wanita itu?"Benar. Ada nama yang disebut sosok wanita berkabut dalam mimpinya: Zevana. Apakah itu nama dirinya? Sebenarnya Zevana sendiri tidak yakin. Meskipun di sisi lain, jika diingat-ingat ulang, Zevana tidak menemukan siapa

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 4] Pesan Tersirat: Siapa Sebenarnya Aku?

    Kegelapan yang mencekam menyambut kedua mata Zevana begitu kelopak mata itu terbuka. Entah bagaimana bisa Zevana secara tiba-tiba terbangun di tengah hutan. Udara dingin jatuh menusuk pori-pori seiring Zevana bangkit posisi menjadi duduk. Butuh waktu beberapa detik bagi Zevana untuk memperhatikan sekeliling. Siluet pepohonan menjulang tinggi, siluet dedaunan yang tumbuh lebat menutup akses cahaya bulan, dan suara-suara hewan hutan sahut-bersahutan. Tunggu, ini pasti masih mimpi, elaknya dalam hati ketika agak kesulitan berdiri dari duduk. Tubuhnya bergerak sempoyongan sambil menjulurkan tangan, meraba-raba sekitar. Ini mengerikan. Tidak ada cahaya membuat pergerakan Zevana sungguh kesulitan. Zevana merasakan seluruu bulu kuduknya seketika meremang mendengar nada-nada siul burung hantu. Masalahnya, Zevana tidak bisa melihat wujud burung hantu itu. Netra Zevana hanya menangkap siluet-siluet sekitar."Cahaya, di mana ca—" kalimat Zevana seketika terhenti setelah sepasang matanya mene

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 3] Lahir Kembali

    (Tiga abad kemudian.)Dingin, gelap, sunyi, nyeri bagai penyiksaan menjalar ke sekujur tubuh, dan otot-otot seakan terkunci kaku. Zevana tidak mengerti apa yang dirasakannya sekarang. Telinganya berdengung kuat mendapatkan tekanan dari kedua sisi. Tak ada bagian dari tubuhnya yang bisa digerakkan. Hanya sakit. Sakit sekali—dan tak bisa dilawan meski otak Zevana sudah mengirim sinyal ke tubuhnya agar bergerak.Tubuh Zevana bergerak melayang perlahan semakin ke atas. Tidak, bukan melayang, lebih tepatnya mengapung. Rasa nyeri dari tekanan pada sekujur tubuh membuatnya kebas, dingin menusuk kulit—bahkan rasanya berkali lipat menusuk ketimbang rasa panas luka bakar melepuhkan kulit. Kedua matanya tidak bisa dibuka. Entah apa yang menggerakkan tubuhnya sekarang. Semakin mengapung naik, semakin dirinya merasakan tekanan. Dalam hening Zevana ingin menangis, tetapi otot wajahnya pun tidak bereaksi untuk membentuk ekspresi. Tak ada suara yang didengar olehnya kecuali dengung menyakitkan.

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 2] Pengkhianatan Besar

    Seiring langkah sosok siluet itu menuju titik keberadaan enam penyihir, kabut-kabut ungu kehitaman membuat makhluk hidup di sekelilingnya layu. Mati hanya dalam hitungan detik. Hutan yang sudah hampir mati tak bernyawa, kini semakin menjadi hitam pekat. Pepohonan seketika membengkok karena ranting-rantingnya tidak bernyawa. Akar-akarnya seakan kaku, makhluk-makhluk melolong kesakitan sebab jiwa mereka dicabut paksa. Tanda-tanda seperti ini… keenam penyihir sudah bisa mengetahui siapa yang datang. "Sang Bayang Hitam," lirih Narvi, memandang khawatir sosok siluet yang disembunyikan kabut pekat. Aslyn menggeram kesal. Dia menjulurkan Agyss merah miliknya ke arah sosok siluet itu. "Mavesto Ila—ah!" Aslyn langsung terlempar ke samping, menghantam batang pohon besar yang sudah mati. "Aslyn!" Narvi dan Maggni berseru serempak. Aslyn mengerang memegang dadanya. Serangan sihir kabut yang tiba-tiba melesat cepat seakan menusuk dadanya. Sekuat mungkin Aslyn mencengkeram bola kekuatan Agys

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 1] Seorang Werewolf yang Menyelamatkan

    Kegelapan paling terkutuk datang. Kegelapan terkutuk yang akan mengendalikan jiwa, mengundang kehancuran, mengancam negeri dan tanah suci.Empat ratus tahun lalu, ramalan itu ditemukan tercatat dalam kitab penyihir Negeri Amaphera—sebuah kitab yang mencatat kesaktian, kekuatan, penyiksaan, dan segala hal yang terjadi pada penyihir setiap zaman. Namun kitab kuno itu telah ditinggalkan dan tidak dipercaya siapa pun. Kerajaan-kerajaan seluruh klan di Negeri Amaphera mengalami perkembangan zaman. Mereka meninggalkan kepercayaan kepada kitab kuno itu, menganggap kekuatan gelap tidak mungkin kembali, berganti menaruh kepercayaan kepada naluri tujuh penyihir terkuat Negeri Amaphera dan bola kekuatan Agyss. Tujuh penyihir yang dipilih langsung oleh para dewa-dewi, dan bola kekuatan Agyss tingkat tertinggi mereka yang diturunkan secara turun-temurun telah menghancurkan kekuatan gelap lima ratus tahun lalu. Sayangnya, ramalan itu terjadi. "Maviolus peviatto!" Lolongan kesakitan terdengar d

DMCA.com Protection Status