Home / Fantasi / Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir / [Bab 7] Penyerangan Werewolf

Share

[Bab 7] Penyerangan Werewolf

Author: moonstar
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Jadi, kau pikir aku tidak mungkin menjadi penyihir kerajaan yang pandai karena menurutmu aku bodoh?"

Zevana bertanya, membalas perkataan Arres beberapa saat lalu. 

Sebenarnya bisa saja Zevana langsung membalas pada saat Arres mengatakan dirinya bodoh, tidak bisa apa-apa, dan ceroboh. Namun Zevana lebih memilih mencoba menenangkan diri, mengikuti Arres sampai mereka sudah memasuki hutan lebih dalam.

Kejengkelan Zevana akan berisiko membuatnya ingin meninju Arres. 

Kalau saja bukan karena Arres yang mengobatinya tadi, Zevana tidak akan segan melayangkan tinju. Masalahnya, selain karena Arres sudah mengobatinya tadi, tenaganya tidak sekuat itu untuk meninju. 

"Memang," jawab Arres yang berada dua langkah di depan Zevana. "Apa kau tidak sadar?" 

Zevana mendecak. Lantas tertawa miring bernada sinis. "Bisa-bisanya kau mengatakan aku seperti itu. Padahal aku yang menyelamatkanmu dari kejaran para pasukan sialan."

"Itu hanya keberuntungan. Kalau tidak beruntung, kita tidak akan selamat."

"Keberuntunganmu ada karena kecerdikanku," balas Zevana tak mau kalah. "Kau tau ada bola Agyss yang bisa digunakan untuk memantrai mereka.  Kenapa tidak dipakai?"

Saat itu, langkah Arres langsung berhenti. Untung saja Zevana refleks turut menghentikan langkah sebelum menabrak tubuh Arres kedua kali. 

"Tunggu. Aku baru ingat soal itu. Bagaimana bisa?" tanya Arres kemudian sebelum berbalik badan.  

Sementara Zevana memasang raut muka keheranan, Arres berjalan mendekatinya. Sambil menggenggam bola Agyss yang berpendar kuning, dipandangi Zevana dengan lamat-lamat. 

Selama sepersekian detik Arres tidak bersuara. Hal itu yang memancing kecurigaan Zevana sehingga ia memundurkan wajah, lalu kakinya mundur satu langkah. 

"Apa? Hei, apa tatapanmu tidak bisa biasa saja?" Zevana melontarkan pertanyaan dengan nada sinis.  

Arres mengerutkan kening. Bukannya mengatakan sesuatu, ia justru mempertajam pandangannya kepada Zevana. Semakin lama kedua matanya yang menyorot dingin itu memicing. 

"Kenapa kau bisa menggunakan mantra itu?" Suara Arres terdengar rendah, memancing bulu kuduk Zevana meremang. 

"A-apa … maksudmu?" Sungguh, Zevana sama sekali tidak mengerti. 

Arres memiringkan kepala. "Kau tidak mengerti atau hanya pura-pura tidak mengerti?"

Zevana menggelengkan kepala. "Aku tidak mengerti. Jangan bicara melantur," jawabnya sambil mengibaskan satu tangan. 

Wajah Arres sempat terhenyak sebab nyaris terkena kibasan tangan Zevana. Namun alih-alih mundur, Arres justru berjalan mundur dengan tatapan sama sekali tak mau berpaling.  

"Jawab, Zevana. Tidak mungkin kau bisa menggunakan mantra itu tanpa alasan," desak Arres. 

Helaan napas kasar Zevana terdengar. Raut mukanya sudah jengkel. Mau berapa kalipun Arres mengoceh tentang mantra yang digunakannya tadi, Zevana tetap tidak mengerti. 

Sungguh. Kalau diingat-ingat, Zevana hanya mengikuti apa yang terlintas di kepalanya. Ketika situasi tadi terasa begitu mendesak, bayangan di kepala Zevana sudah memutar ketakutan: mereka pasti akan tertangkap. 

Namun dari antah berantah, sebuah bisikan muncul dalam pikirannya. Emfanto Similura! 

Bukan hanya satu kali, melainkan nyaris empat kali. 

Tentu saja Zevana merasakan dorongan muak mendengar kalimat itu dibisikkan entah siapa. Tanpa pikir panjang, Zevana yang terjebak dalam situasi mendesak, tiba-tiba terpikirkan mengambil bola Agyss milik Arres. 

Lalu kalimat itu dituturkan begitu saja. 

Dan, boom. 

Yang terjadi sangat di luar dugaan. 

Zevana tidak menyangka efek dari kalimat yang dituturkan tadi bagaimana. Di pikirannya saat itu hanya ingin melarikan diri bersama Arres. Sejauh-jauhnya dari kejaran para pasukan sialan.  

Meskipun sebenarnya tanah yang berdebum mencuat keluar sudah cukup menghalangi jalan para pasukan mengejar mereka berdua. 

"Katakan, Zevana, kau harus mengatakan—"

"Aku tidak mengerti, Arres!" tandas Zevana langsung. Kesal sekali. 

Lalu hening. Arres seketika terdiam karena terkejut melihat kejengkelan Zevana. Langkahnya sudah tidak bergerak mundur. Begitu pula Zevana yang terkejut karena … untuk apa dirinya kesal? 

"Aku tidak tau mantra yang kau katakan itu. Yang aku tau, kita berdua harus lari dari para pasukan sialan," jawab Zevana akhirnya. Dia sudah menghentikan langkah. 

Arres belum menjawab. Agak keheranan kenapa juga Zevana terdengar seperti orang frustasi?

"Tidak mungkin kau tidak tau, tapi kau mengucapkan," balas Arres, membuat Zevana memutar bola mata jengah. 

"Aku tidak tau," Zevana menegaskan kalimatnya. "Kalimat itu muncul begitu saja dalam kepalaku. Aku hanya merasakan dorongan untuk mengambil Agyss-mu dan menuturkan kalimat itu." 

Penjelasan Zevana sama sekali tidak menghilangkan rasa penasaran Arres. Selama sepersekian detik, raut muka Arres masih bertanya-tanya. Entah kenapa rasanya mengganjal. 

"Apa itu aneh bagimu?" Zevana bertanya kepada Arres. 

Arres menganggukkan kepala. "Bola Agyss ini khusus untuk orang-orang penyembuh, atau tabib kerajaan. Kekuatannya berbeda dengan bola kekuatan Agyss yang dimiliki penyihir, manusia serigala, atau bahkan pengawal kerajaan. 

Tapi kau bisa menggunakan untuk mengeluarkan kekuatan tanah. Terlebih, mantra yang kau gunakan itu adalah mantra para penyihir."

Sekujur tubuh Zevana bergeming kaku. Dua mata miliknya terpaku pada pergerakan siluet sesuatu dari balik semak-semak tinggi. Ada sesuatu yang melintas sekelebat tepat ketika Arres menjelaskan tentang mantra. 

Bak embusan angin, ucapan Arres tadi lewat begitu saja. 

Seluruh fokus indra Zevana kini tertuju pada suara gesekan halus yang terdengar tidak jauh. Seperti ada seseorang mengawasi di antara kegelapan, diam-diam mengendap, lalu nantinya akan menyerang mereka. 

"Zevana?" Arres memanggil. 

Satu tangan Zevana teracung, memberikan isyarat agar Arres diam.  

Sayangnya, pemilik nama Arres tidak akan menuruti begitu saja. 

Arres menyadari kalau tatapan mata Zevana sedang tertuju pada sesuatu. Namun pekatnya hutan bagian dalam ini membuat Arres tidak bisa tahu apa yang sedang ditatap Zevana. 

"Kau lihat apa?" Suara Arres merendah, nyaris berbisik.

"Ssst. Kau dengar?" 

Arres diam. Zevana diam. Keduanya menajamkan telinga sembari Zevana memberikan isyarat agar Arres bergerak mundur perlahan.

Suara daun rerimbun semak-semak bergesek. Dalam situasi kegelapan pekat, Zevana perlu memastikan apakah daun semak-semak itu bergesek karena angin atau ... 

Srek! 

Seseorang melintas sekelebat menuju sisi kanan. 

Zevana dan Arres sama-sama menangkap sekelebatan itu. Insting awas mereka langsung menyala, terpancar jelas dari sorot kedua mata masing-masing. 

"Arres ..." Zevana berkata amat pelan.  

Arres tidak menjawab. Entah kenapa, pergerakan sekelebat tadi memancing rasa penasarannya. 

Detik berikutnya, suara gesekan kembali terdengar. Mulanya samar-samar sampai Zevana dan Arres perlu memejamkan mata sembari menajamkan indra pendengaran. 

Lalu suara samar-samar itu berangsur-angsur menjadi terdengar jelas. 

Zevana dan Arres memasang tatapan mata ke sisi kanan hutan. Cahaya bola Agyss hanya mampu memantul hingga jarak sepuluh meter saja. Meski begitu, mereka bisa menyaksikan tak ada siapa pun di antara semak-semak itu. 

Grrrr…. 

Indra pendengaran Zevana menangkap suara geraman. Tidak jauh, tidak dekat. Zevana tidak bergerak sama sekali, tetapi lirikan matanya bergerak ke arah kiri. 

Sementara Arres, yang berada di sisi kiri Zevana, menyadari lirikan mata itu. 

"Hitungan ketiga, berbalik badan dan pergi dari sini," ujar Arres sepelan mungkin.  

Zevana mengangguk.  

"Satu." 

Arres meraih pergelangan tangan Zevana. Bergerak mundur satu langkah secara sangat lamban, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara gesekan sepatu dan tanah atau ranting. Sembari mata keduanya mengawasi sekeliling.

"Dua." 

Grrr…. 

Geraman itu semakin lama semakin terdengar jelas. Bukan dari sisi kanan, melainkan…

"Satu. Sekarang, Zevana!" 

"GRRRUAGH!" 

Tepat saat Arres menyerukan itu, tiba-tiba seekor serigala mencuat keluar dari rerimbun semak-semak sisi kiri. Zevana memekik terkejut, hampir terkena terkam serigala berbulu abu-abu. Namun Arres sudah refleks mendorong punggungnya. 

"Arres!" Zevana melotot terkejut saat serigala itu berdiri gagah menghalangi Arres. 

Kini Zevana dan Arres terpisah serigala yang mendadak keluar hendak menerkam mereka. 

"Arres, kau tidak apa-apa?!" seru Zevana kepada Arres. 

"Pergi! Selamatkan dirimu, Zevana!" Arres mengatakan kepada Zevana. 

"Lantas kau bagaimana?!" 

Sebelum Arres menjawab, seekor serigala mencuat keluar dari rerimbun semak-semak. Hampir menerkam tubuh Zevana kalau saja Zevana tidak langsung mundur beberapa langkah dengan cepat. 

"LARI, ZEVANA!" 

Sekarang ada dua serigala berbulu lebat dan bertubuh gagah berada di tengah Zevana dan Arres. Keduanya terpisah cukup jauh sebab dua serigala itu mengincar masing-masing dari mereka. 

"Tebing Zelf!" 

Tidak ada yang dipikirkan Zevana selain menuruti perkataan Arres. 

Meskipun ragu-ragu, Zevana mundur beberapa langkah sebelum membalikkan badan. Saat itu Zevana sempat menolehkan wajah untuk memeriksa bagaimana keadaan Arres. 

"Ke sini serigala sialan!"  

Dua serigala itu sudah memalingkan fokus mereka kepada Arres. Kekhawatiran Zevana memuncak. Namun sesuatu yang mengganjal disaksikan sepasang matanya. 

Bola Agyss milik Arres perlahan berubah warna seiring Arres bersiap menghadapi dua serigala itu.  

Related chapters

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 8]: Kalung Arres Pada Tubuh Werewolf

    Bagaimana bisa Zevana meninggalkan Arres dalam keadaan tenang? Zevana melambankan laju larinya ketika tiba di tanjakan menuju bukit tebing Zelf. Nafasnya terengah-engah setelah sejak tadi berlari dengan rasa ketakutan kalau akan ada serigala yang mengikutinya dari belakang menghantui. Sepanjang berlari menuju tebing Zelf, Zevana tidak bisa menyingkirkan pikiran tentang bagaimana kondisi Arres. Ia mengingat bentuk dua serigala yang menyerang mereka berdua tadi: bertubuh besar, gagah, tinggi hampir mencapai dua meter, berbulu lebat sampai menutupi seluruh tubuh. Zevana merinding mengingat bentuk tubuh dua serigala yang sempat memblokade jarak dirinya dan Arres. Kenapa Arres sangat bodoh untuk menyerahkan diri mengalihkan perhatian dua serigala besar itu? Memangnya ada jaminan Arres akan menang dan selamat? 'Sial! Sekarang aku justru tidak tenang karena memikirkan keadaan Arres!'Zevana meletakkan kedua tangannya pada pinggang. Dalam keheningan, ia mengatur napas sembari memperhatik

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 1] Seorang Werewolf yang Menyelamatkan

    Kegelapan paling terkutuk datang. Kegelapan terkutuk yang akan mengendalikan jiwa, mengundang kehancuran, mengancam negeri dan tanah suci.Empat ratus tahun lalu, ramalan itu ditemukan tercatat dalam kitab penyihir Negeri Amaphera—sebuah kitab yang mencatat kesaktian, kekuatan, penyiksaan, dan segala hal yang terjadi pada penyihir setiap zaman. Namun kitab kuno itu telah ditinggalkan dan tidak dipercaya siapa pun. Kerajaan-kerajaan seluruh klan di Negeri Amaphera mengalami perkembangan zaman. Mereka meninggalkan kepercayaan kepada kitab kuno itu, menganggap kekuatan gelap tidak mungkin kembali, berganti menaruh kepercayaan kepada naluri tujuh penyihir terkuat Negeri Amaphera dan bola kekuatan Agyss. Tujuh penyihir yang dipilih langsung oleh para dewa-dewi, dan bola kekuatan Agyss tingkat tertinggi mereka yang diturunkan secara turun-temurun telah menghancurkan kekuatan gelap lima ratus tahun lalu. Sayangnya, ramalan itu terjadi. "Maviolus peviatto!" Lolongan kesakitan terdengar d

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 2] Pengkhianatan Besar

    Seiring langkah sosok siluet itu menuju titik keberadaan enam penyihir, kabut-kabut ungu kehitaman membuat makhluk hidup di sekelilingnya layu. Mati hanya dalam hitungan detik. Hutan yang sudah hampir mati tak bernyawa, kini semakin menjadi hitam pekat. Pepohonan seketika membengkok karena ranting-rantingnya tidak bernyawa. Akar-akarnya seakan kaku, makhluk-makhluk melolong kesakitan sebab jiwa mereka dicabut paksa. Tanda-tanda seperti ini… keenam penyihir sudah bisa mengetahui siapa yang datang. "Sang Bayang Hitam," lirih Narvi, memandang khawatir sosok siluet yang disembunyikan kabut pekat. Aslyn menggeram kesal. Dia menjulurkan Agyss merah miliknya ke arah sosok siluet itu. "Mavesto Ila—ah!" Aslyn langsung terlempar ke samping, menghantam batang pohon besar yang sudah mati. "Aslyn!" Narvi dan Maggni berseru serempak. Aslyn mengerang memegang dadanya. Serangan sihir kabut yang tiba-tiba melesat cepat seakan menusuk dadanya. Sekuat mungkin Aslyn mencengkeram bola kekuatan Agys

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 3] Lahir Kembali

    (Tiga abad kemudian.)Dingin, gelap, sunyi, nyeri bagai penyiksaan menjalar ke sekujur tubuh, dan otot-otot seakan terkunci kaku. Zevana tidak mengerti apa yang dirasakannya sekarang. Telinganya berdengung kuat mendapatkan tekanan dari kedua sisi. Tak ada bagian dari tubuhnya yang bisa digerakkan. Hanya sakit. Sakit sekali—dan tak bisa dilawan meski otak Zevana sudah mengirim sinyal ke tubuhnya agar bergerak.Tubuh Zevana bergerak melayang perlahan semakin ke atas. Tidak, bukan melayang, lebih tepatnya mengapung. Rasa nyeri dari tekanan pada sekujur tubuh membuatnya kebas, dingin menusuk kulit—bahkan rasanya berkali lipat menusuk ketimbang rasa panas luka bakar melepuhkan kulit. Kedua matanya tidak bisa dibuka. Entah apa yang menggerakkan tubuhnya sekarang. Semakin mengapung naik, semakin dirinya merasakan tekanan. Dalam hening Zevana ingin menangis, tetapi otot wajahnya pun tidak bereaksi untuk membentuk ekspresi. Tak ada suara yang didengar olehnya kecuali dengung menyakitkan.

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 4] Pesan Tersirat: Siapa Sebenarnya Aku?

    Kegelapan yang mencekam menyambut kedua mata Zevana begitu kelopak mata itu terbuka. Entah bagaimana bisa Zevana secara tiba-tiba terbangun di tengah hutan. Udara dingin jatuh menusuk pori-pori seiring Zevana bangkit posisi menjadi duduk. Butuh waktu beberapa detik bagi Zevana untuk memperhatikan sekeliling. Siluet pepohonan menjulang tinggi, siluet dedaunan yang tumbuh lebat menutup akses cahaya bulan, dan suara-suara hewan hutan sahut-bersahutan. Tunggu, ini pasti masih mimpi, elaknya dalam hati ketika agak kesulitan berdiri dari duduk. Tubuhnya bergerak sempoyongan sambil menjulurkan tangan, meraba-raba sekitar. Ini mengerikan. Tidak ada cahaya membuat pergerakan Zevana sungguh kesulitan. Zevana merasakan seluruu bulu kuduknya seketika meremang mendengar nada-nada siul burung hantu. Masalahnya, Zevana tidak bisa melihat wujud burung hantu itu. Netra Zevana hanya menangkap siluet-siluet sekitar."Cahaya, di mana ca—" kalimat Zevana seketika terhenti setelah sepasang matanya mene

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 5] Identitas Misterius

    Sial. Zevana sama sekali tidak bisa memejamkan mata dengan tenang. Mimpi buruk yang mendatanginya saat beberapa waktu lalu masih terngiang-ngiang. Katakanlah Zevana terlalu berlebihan karena, alih-alih menganggap angin lalu mimpi itu, justru memikirkannya amat keras. Persetan. Bayang-bayang wanita di antara kabut yang menyelimuti sekujur tubuh membuat Zevana tidak nyaman. Entah kenapa Zevana merasa seperti familiar dengan wanita itu. Ini semacam perasaan ketika dirinya bertemu seseorang, lalu bertemu lagi kesekian kalinya. Namun Zevana tidak bisa mengingat. Sejak kapan dirinya mengenal atau bertemu wanita menyeramkan itu?"Argggh!" Zevana mengusap kepala bagian kanannya, frustasi. "Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun? Dan ... siapa nama yang disebut wanita itu?"Benar. Ada nama yang disebut sosok wanita berkabut dalam mimpinya: Zevana. Apakah itu nama dirinya? Sebenarnya Zevana sendiri tidak yakin. Meskipun di sisi lain, jika diingat-ingat ulang, Zevana tidak menemukan siapa

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 6] Antara Peduli & Sinis

    "AISH…."Langit semakin pekat. Hanya ada suara burung hantu yang tidak ada wujudnya bercampur deru napas tersengal-sengal. Tidak ada lagi kejaran para pasukan sialan yang entah dari mana datangnya. Di sinilah Zevanna dan Arres terjebak. Karena hanya fokus melarikan diri dari para pasukan sialan, keduanya tidak sadar telah memasuki bagian hutan lebih dalam. Mereka memang berhasil melarikan diri. Sayang sekali, mereka tidak tahu di mana keberadaan mereka sekarang. "Kau mengajakku berlari tanpa berpikir kita akan terjebak!" Arres menghardik Zevanna. Tentu saja Zevanna tidak terima. Tubuh Zevanna langsung menegak—setelah sedari tadi membungkuk memegang kedua lutut. Zevanna memandang Arres dengan rasa tidak terima. "Hei. Aku menyelamatkanmu dari kejaran mereka," ujar Zevanna yang membela dirinya. "Kenapa sikapmu menyebalkan begitu?" Siapa yang sudi disalahkan? Lagipula Arres ini menyebalkan. Sudah beruntung tadi Zevanna sempat menarik tangannya supaya mereka bisa melarikan diri bers

Latest chapter

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 8]: Kalung Arres Pada Tubuh Werewolf

    Bagaimana bisa Zevana meninggalkan Arres dalam keadaan tenang? Zevana melambankan laju larinya ketika tiba di tanjakan menuju bukit tebing Zelf. Nafasnya terengah-engah setelah sejak tadi berlari dengan rasa ketakutan kalau akan ada serigala yang mengikutinya dari belakang menghantui. Sepanjang berlari menuju tebing Zelf, Zevana tidak bisa menyingkirkan pikiran tentang bagaimana kondisi Arres. Ia mengingat bentuk dua serigala yang menyerang mereka berdua tadi: bertubuh besar, gagah, tinggi hampir mencapai dua meter, berbulu lebat sampai menutupi seluruh tubuh. Zevana merinding mengingat bentuk tubuh dua serigala yang sempat memblokade jarak dirinya dan Arres. Kenapa Arres sangat bodoh untuk menyerahkan diri mengalihkan perhatian dua serigala besar itu? Memangnya ada jaminan Arres akan menang dan selamat? 'Sial! Sekarang aku justru tidak tenang karena memikirkan keadaan Arres!'Zevana meletakkan kedua tangannya pada pinggang. Dalam keheningan, ia mengatur napas sembari memperhatik

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 7] Penyerangan Werewolf

    "Jadi, kau pikir aku tidak mungkin menjadi penyihir kerajaan yang pandai karena menurutmu aku bodoh?"Zevana bertanya, membalas perkataan Arres beberapa saat lalu. Sebenarnya bisa saja Zevana langsung membalas pada saat Arres mengatakan dirinya bodoh, tidak bisa apa-apa, dan ceroboh. Namun Zevana lebih memilih mencoba menenangkan diri, mengikuti Arres sampai mereka sudah memasuki hutan lebih dalam.Kejengkelan Zevana akan berisiko membuatnya ingin meninju Arres. Kalau saja bukan karena Arres yang mengobatinya tadi, Zevana tidak akan segan melayangkan tinju. Masalahnya, selain karena Arres sudah mengobatinya tadi, tenaganya tidak sekuat itu untuk meninju. "Memang," jawab Arres yang berada dua langkah di depan Zevana. "Apa kau tidak sadar?" Zevana mendecak. Lantas tertawa miring bernada sinis. "Bisa-bisanya kau mengatakan aku seperti itu. Padahal aku yang menyelamatkanmu dari kejaran para pasukan sialan.""Itu hanya keberuntungan. Kalau tidak beruntung, kita tidak akan selamat.""Ke

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [Bab 6] Antara Peduli & Sinis

    "AISH…."Langit semakin pekat. Hanya ada suara burung hantu yang tidak ada wujudnya bercampur deru napas tersengal-sengal. Tidak ada lagi kejaran para pasukan sialan yang entah dari mana datangnya. Di sinilah Zevanna dan Arres terjebak. Karena hanya fokus melarikan diri dari para pasukan sialan, keduanya tidak sadar telah memasuki bagian hutan lebih dalam. Mereka memang berhasil melarikan diri. Sayang sekali, mereka tidak tahu di mana keberadaan mereka sekarang. "Kau mengajakku berlari tanpa berpikir kita akan terjebak!" Arres menghardik Zevanna. Tentu saja Zevanna tidak terima. Tubuh Zevanna langsung menegak—setelah sedari tadi membungkuk memegang kedua lutut. Zevanna memandang Arres dengan rasa tidak terima. "Hei. Aku menyelamatkanmu dari kejaran mereka," ujar Zevanna yang membela dirinya. "Kenapa sikapmu menyebalkan begitu?" Siapa yang sudi disalahkan? Lagipula Arres ini menyebalkan. Sudah beruntung tadi Zevanna sempat menarik tangannya supaya mereka bisa melarikan diri bers

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 5] Identitas Misterius

    Sial. Zevana sama sekali tidak bisa memejamkan mata dengan tenang. Mimpi buruk yang mendatanginya saat beberapa waktu lalu masih terngiang-ngiang. Katakanlah Zevana terlalu berlebihan karena, alih-alih menganggap angin lalu mimpi itu, justru memikirkannya amat keras. Persetan. Bayang-bayang wanita di antara kabut yang menyelimuti sekujur tubuh membuat Zevana tidak nyaman. Entah kenapa Zevana merasa seperti familiar dengan wanita itu. Ini semacam perasaan ketika dirinya bertemu seseorang, lalu bertemu lagi kesekian kalinya. Namun Zevana tidak bisa mengingat. Sejak kapan dirinya mengenal atau bertemu wanita menyeramkan itu?"Argggh!" Zevana mengusap kepala bagian kanannya, frustasi. "Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun? Dan ... siapa nama yang disebut wanita itu?"Benar. Ada nama yang disebut sosok wanita berkabut dalam mimpinya: Zevana. Apakah itu nama dirinya? Sebenarnya Zevana sendiri tidak yakin. Meskipun di sisi lain, jika diingat-ingat ulang, Zevana tidak menemukan siapa

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 4] Pesan Tersirat: Siapa Sebenarnya Aku?

    Kegelapan yang mencekam menyambut kedua mata Zevana begitu kelopak mata itu terbuka. Entah bagaimana bisa Zevana secara tiba-tiba terbangun di tengah hutan. Udara dingin jatuh menusuk pori-pori seiring Zevana bangkit posisi menjadi duduk. Butuh waktu beberapa detik bagi Zevana untuk memperhatikan sekeliling. Siluet pepohonan menjulang tinggi, siluet dedaunan yang tumbuh lebat menutup akses cahaya bulan, dan suara-suara hewan hutan sahut-bersahutan. Tunggu, ini pasti masih mimpi, elaknya dalam hati ketika agak kesulitan berdiri dari duduk. Tubuhnya bergerak sempoyongan sambil menjulurkan tangan, meraba-raba sekitar. Ini mengerikan. Tidak ada cahaya membuat pergerakan Zevana sungguh kesulitan. Zevana merasakan seluruu bulu kuduknya seketika meremang mendengar nada-nada siul burung hantu. Masalahnya, Zevana tidak bisa melihat wujud burung hantu itu. Netra Zevana hanya menangkap siluet-siluet sekitar."Cahaya, di mana ca—" kalimat Zevana seketika terhenti setelah sepasang matanya mene

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 3] Lahir Kembali

    (Tiga abad kemudian.)Dingin, gelap, sunyi, nyeri bagai penyiksaan menjalar ke sekujur tubuh, dan otot-otot seakan terkunci kaku. Zevana tidak mengerti apa yang dirasakannya sekarang. Telinganya berdengung kuat mendapatkan tekanan dari kedua sisi. Tak ada bagian dari tubuhnya yang bisa digerakkan. Hanya sakit. Sakit sekali—dan tak bisa dilawan meski otak Zevana sudah mengirim sinyal ke tubuhnya agar bergerak.Tubuh Zevana bergerak melayang perlahan semakin ke atas. Tidak, bukan melayang, lebih tepatnya mengapung. Rasa nyeri dari tekanan pada sekujur tubuh membuatnya kebas, dingin menusuk kulit—bahkan rasanya berkali lipat menusuk ketimbang rasa panas luka bakar melepuhkan kulit. Kedua matanya tidak bisa dibuka. Entah apa yang menggerakkan tubuhnya sekarang. Semakin mengapung naik, semakin dirinya merasakan tekanan. Dalam hening Zevana ingin menangis, tetapi otot wajahnya pun tidak bereaksi untuk membentuk ekspresi. Tak ada suara yang didengar olehnya kecuali dengung menyakitkan.

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 2] Pengkhianatan Besar

    Seiring langkah sosok siluet itu menuju titik keberadaan enam penyihir, kabut-kabut ungu kehitaman membuat makhluk hidup di sekelilingnya layu. Mati hanya dalam hitungan detik. Hutan yang sudah hampir mati tak bernyawa, kini semakin menjadi hitam pekat. Pepohonan seketika membengkok karena ranting-rantingnya tidak bernyawa. Akar-akarnya seakan kaku, makhluk-makhluk melolong kesakitan sebab jiwa mereka dicabut paksa. Tanda-tanda seperti ini… keenam penyihir sudah bisa mengetahui siapa yang datang. "Sang Bayang Hitam," lirih Narvi, memandang khawatir sosok siluet yang disembunyikan kabut pekat. Aslyn menggeram kesal. Dia menjulurkan Agyss merah miliknya ke arah sosok siluet itu. "Mavesto Ila—ah!" Aslyn langsung terlempar ke samping, menghantam batang pohon besar yang sudah mati. "Aslyn!" Narvi dan Maggni berseru serempak. Aslyn mengerang memegang dadanya. Serangan sihir kabut yang tiba-tiba melesat cepat seakan menusuk dadanya. Sekuat mungkin Aslyn mencengkeram bola kekuatan Agys

  • Reinkarnasi Kejayaan Sang Penyihir   [BAB 1] Seorang Werewolf yang Menyelamatkan

    Kegelapan paling terkutuk datang. Kegelapan terkutuk yang akan mengendalikan jiwa, mengundang kehancuran, mengancam negeri dan tanah suci.Empat ratus tahun lalu, ramalan itu ditemukan tercatat dalam kitab penyihir Negeri Amaphera—sebuah kitab yang mencatat kesaktian, kekuatan, penyiksaan, dan segala hal yang terjadi pada penyihir setiap zaman. Namun kitab kuno itu telah ditinggalkan dan tidak dipercaya siapa pun. Kerajaan-kerajaan seluruh klan di Negeri Amaphera mengalami perkembangan zaman. Mereka meninggalkan kepercayaan kepada kitab kuno itu, menganggap kekuatan gelap tidak mungkin kembali, berganti menaruh kepercayaan kepada naluri tujuh penyihir terkuat Negeri Amaphera dan bola kekuatan Agyss. Tujuh penyihir yang dipilih langsung oleh para dewa-dewi, dan bola kekuatan Agyss tingkat tertinggi mereka yang diturunkan secara turun-temurun telah menghancurkan kekuatan gelap lima ratus tahun lalu. Sayangnya, ramalan itu terjadi. "Maviolus peviatto!" Lolongan kesakitan terdengar d

DMCA.com Protection Status