Share

Bab 7. Menantu Buat Malu

Penulis: Angsa Kecil
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 20:21:44

"Mau ke mana, Kamu? Nggak usah pergi! Di belakang saja?" 

Wanita paruh baya itu menekan bibirnya dengan tatapan intimidasi. Dia mencegat agar Rania tidak sampai keluar menemui tamu. Ya, dia Puspa, ibu mertua Rania.

Rania diam sebentar, tidak mungkin dia mengatakan kamu mau pergi. Apalagi menyusul suaminya yang sedang bersama wanita lain.

"Aku mau menemui Ayah, Bu. Disuruh menemui beberapa orang. Katanya mau dikenalkan sebagai menantu." Rania tidak berbohong karena memang kenyataannya seperti itu.

Puspa tertawa kecil remeh dengan wajah kecut. "Kamu? Mau dikenalkan? Untuk apa? Cuma buat malu Krisna dan kami saja."

"Tapi aku kan istri sah Mas Krisna. Bukankah wajar jika aku dikenal oleh keluarga besar? Banyak yang belum tahu aku istrinya Mas Krisna." 

Puspa, ibu mertua Rania mendesah kesal. "Kamu ngerti nggak?! Yang hadir di acara ini adalah orang-orang kaya di daerah sini. Mending kamu tidak usah menyapa mereka. Kasihan Krisna kalau orang-orang kaya itu tahu istrinya seperti ini. Level kampungan. Kalau kamu merasa memang istrinya Krisna, harusnya bisa mikir. Jaga nama baik suamimu dengan tidak menampakkan diri! Memangnya kamu nggak sadar kenapa selama ini Krisna tidak mengajakmu ke acara teman-temannya? Dia malu, Rania. Pendidikanmu saja tidak sepadan. Kasihan anakku apes dapat istri kaya kamu. Jangan sampai punya anak, karena aku yakin pernikahan kalian tidak akan lama lagi."

Malu? Benarkah suaminya malu bersanding dengannya selama ini? Pantas suaminya tidak mau mengakuinya kemarin dan belum pernah mengajaknya ke acara teman.

"Pendidikan bukan segalanya, Bu. Aku mungkin hanya lulusan SMA, tapi yakin bisa mendukung Mas Krisna dengan caraku."

Puspa mendekatkan wajahnya ke Rania, suaranya lebih rendah menekan. "Caramu? Caramu hanya akan membuat malu. Mau bilang kamu istri yang tidak punya prestasi dan cuma bisa cuci baju, setrika dan cuci piring? Rania ... Rania ... Tidak ada tempat untuk orang seperti kamu di hadapan tamu-tamu penting."

"Tapi, Bu-" Terpotong. Rania kalah cepat soal silat lidah dengan mertuanya.

"Nggak ada tapi!" Puspa melotot tajam.

Ponsel Rania bergetar di tengah perdebatan. Ada notifikasi, dia meliriknya.

[Bu Rania, saya masuk rumah makan, wajib pesan makan. Nanti dibayarin ya. Saat lihat sekarang Pak Krisna sedang ngobrol sama wanita itu. Saya rekam ya, Bu. Cepat datang. Ngobrolnya soal cerita saat mereka pacaran.]

Deg! Hati dan pikiran Rania semakin tak karuan. 

'Aku harus cepat ke sana, bagaimanapun caranya!' batin Rania.

"Ran, ngapain bengong? Cepat ke belakang!"

Di sisi sana, seorang wanita datang dengan tatapan nyalang pada Rania. Winda-kakak kandung Krisna datang. Dia memakai kebaya putih dengan tatanan rambut terurai. Cantik memang, tapi wajahnya selalu kecut pada Rania.

"Ada apa sih, Bu? Aku lihat Ibu masuk nggak keluar-keluar. Ternyata lagi sama Rania. Kenapa dia malah ada di sini sih, Bu? Harusnya masuk ke mana kek, bikin malu aja." Winda memicing tak suka pada Rania.

"Win, dia mau keluar sapa tamunya Ayah. Apa itu masuk akal?" Puspa tersenyum remeh dengan mata membola.

"Aku cuma mau ketemu Ayah. Mau dikenalkan sebagai bagian dari keluarga—"

Belum sampai Rania menyelesaikan kalimat, Winda sudah menarik tangannya dengan kasar, menyeretnya ke belakang.

Bukk! Rania dihempas ke tembok hingga wanita itu meringis menahan nyeri.

Rania menarik nafas dalam-dalam. Sebisa mungkin menggali kekuatan untuk melawan mereka. "Aku harus ketemu Ayah, Bu, Mbak Winda."

"Udah, nanti bilang aja kamu pusing. Nggak usah banyak protes! Dijelasin kok ngeyel terus. Apa kamu nggak lihat, semua sodara Krisna itu sarjana dan kerja kantoran. Kalau kamu keluar dengan penampilan seperti ini terus bilang istrinya Krisna, mau ditaruh di mana wajah adikku? Makanya mikir. Jadi istri jangan egois. Jaga nama baik suami. Jangan sampai dia malu. Apalagi kamu cuma lulusan SMA di sekolah biasa." Winda menekan telunjuknya pada dahi Rania.

Rania tercengang. Kata-kata itu sungguh sangat menyakitkan, tapi kali ini tidak terasa. Bukan karena bak jadi makanan sehari-hari, pikirannya yang terus terpaku pada suaminya. Sedang apa? Kenapa malah di rumah makan? Bukannya tadi bilang wanita itu sakit? Dia ingin cepat ke sana. Tapi bagaimana cara melepas diri?

"Mikir apa lagi? Mau nagis? Jangan bikin gaduh! Ini acara keluarga besar kami, jangan buat malu!" Mertua itu menunjuk sengit ke wajah Rania. Dia melihat mata berkaca-kaca Rania.

Rania meremas dua sisi bajunya dengan senyum getir. Melawan mertua dan iparnya saat ini tidaklah mungkin. Dia tarik nafas sedalam-dalamnya agar rongga dada tak terlalu sesak.

"Aku tahu tidak punya gelar tinggi seperti kalian, tapi aku bukan wanita rendahan seperti yang Ibu dan Mbak Winda kira. Aku memang mencintai Mas Krisna dan akan melakukan yang terbaik untuknya. Tapi sebaliknya ... aku tidak akan diam saja jika siapapun merusak ketulusanku."  

'Termasuk Mas Krisna sendiri. Aku akan tidak akan diam seperti wanita bodoh!' imbuh Rania dalam hati.

Winda tertawa sinis. "Cinta? Kamu pikir cinta bisa membuatmu layak berdiri di samping Krisna? Kamu harus sadar diri. Kamu cuma anak kampungan miskin yang bikin malu."

Rania mengeratkan dua rahangnya, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku mungkin anak miskin, tapi bukan berarti tidak berharga. Dan apa salahnya dengan lulusan SMA? Banyak lulusan SMA yang berpenghasilan lebih dari sarjana."

"Terus kamu udah bisa lebih dari sarjana? Cih, kamu sudah bisa sepertiku punya penghasilan sendiri?" Winda terkekeh remeh.

Rania terdiam.

"Dengar, Rania. Kamu itu sudah beruntung bisa nikah sama adikku yang lulusan universitas besar di ibu kota. Jadi jangan banyak tingkah. Sok sokan mau nyapa tamu segala. Sepertinya kamu lupa ngaca sebelum datang kemari."

Rania menghembus nafasnya dari mulut. Perasaannya semakin tidak tenang memikirkan suaminya. "Sekarang biarkan aku temui Ayah, Mbak."

Rania yang hendak bangkit kembali didorong Winda ke tembok.

"Budek ya? Disuruh di sini saja ngeyel. Kamu itu nggak pantes buat Krisna. Bagai langit dan bumi. Sekarang jangan bikin malu keluargaku. Di sini aja. Dan inget, jangan ngadu sama Ayah kalau mau tetap jadi istri Krisna!" sentak Winda.

"Tapi, Mbak-"

"Emang susah ya ngomong sama orang bego."

Rania sudah tak bisa lagi membendung desakan keinginan untuk bisa menyusul suaminya. 

Winda mencengkeram bahu Rania dengan kasar. "Yang aku tahu, kamu nggak pantas ada di sini. Ayo, ke dapur saja. Itu tempat yang pantas untukmu. Masak dan cuci piring. Jangan coba-coba keluar lagi. Awas, sampai aku melihatmu keluar! Sekalian aku lempar kamu dari keluarga Krisna."

Dengan paksa, Winda menyeret Rania ke dapur, tempat di mana orang sedang sibuk memasak dan cuci piring. "Ikut ke belakang! Dasar ipar nggak bisa mikir!" omel Winda.

"Mbak, Win!" Rania kaget.

Puspa menepuk-nepuk tangannya dengan senyum lebar. Lalu berbalik kembali ke depan.

Winda mendorong Rania ke meja, melemparkan kain lap ke arahnya. "Mulai sekarang, ini tugasmu. Nggak usah sok mau kenal sama tamu. Kamu nggak lebih dari pembantu di sini."

"Mbak Winda, aku udah ditunggu Ayah."

"Ehm, ibu-ibu, aku bawa orang yang akan bantu masak di sini. Kalau banyak cucian, jangan sungkan suruh dia bantu. Dia datang memang khusus buat bantu di dapur."

Rania tersenyum getir. Dia tidak disebut anggota keluarga, malah bak pembantu. Biarlah untuk kali ini. Tidak harus melawan gonggongan dengan gonggongan agar menang. 

Padahal sebagian besar sudah tahu kalau Rania itu menantunya pak Agung.

Winda langsung keluar dengan senyum lebar. "Beres! Keluargaku selamat dari pencorengan nama baik."

--------

Di rumah makan.

"Sungguh pas niat datang aku nggak tahu kalau kamu udah nikah, Kris. Aku datang ke kota ini karena ngerasa nggak punya selain kamu. Keluargaku sedang seperti itu, aku juga sedang sakit. Dengan kondisiku seperti ini, gimana aku harus hidup sendiri tanpa kamu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 8. Teman tapi Mesra

    "Sungguh pas niat datang aku nggak tahu kalau kamu udah nikah, Kris. Aku datang ke kota ini karena ngerasa nggak punya selain kamu. Keluargaku sedang seperti itu, aku juga sedang sakit. Dengan kondisiku seperti ini, gimana aku harus hidup sendiri tanpa kamu?"Karin. Wanita itu mantan kekasih Krisna saat berada di ibu kota. Kini datang dengan membawa banyak hal tak terduga. Paras cantik dan rintikan air matanya telah menyihir Krisna hingga hatinya goyah dan dilema. Beberapa bulan ini, Krisna disibukan mengingat dan menyelami cerita cinta mereka dulu. Hingga dia lupa memperhatikan istrinya sendiri."Jangan ngomong gitu Karin. Aku masih bisa seperti dulu. Bilang saja kalau kamu kenapa-napa atau butuh sesuatu. Aku akan selalu ada untukmu.""Sekarang kamu tahu 'kan kenapa aku pergi tiba-tiba dan putusin kamu dulu?" Wajah Karin begitu sendu.Krisna ingat, dulu Karin tiba-tiba datang dan memutuskannya. Disaat cintanya pada Karin semakin dalam, disaat itu Karin pergi tanpa kabar. Dia patah ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 9. Apa Dia Lebih Penting?

    "Rania?" Krisna menatap lebar tak berpaling dari penampilan istrinya kali ini.Biasanya Rania hanya akan berpenampilan sederhana. Hanya memakai sunscreen, bedak tabur dan lipblam natural. Namun, sebenarnya penampilan sederhana Rania sudah terbilang manis dan cantik. Nyaman dan betah dipandang. Apalagi yang sekarang? Membuat beberapa pria di sekitarnya terpana.Karin tersenyum kaku dengan mata lebar. Dia menangkap wajah tidak nyaman pada Krisna. Seperti maling ketangkap basah."Maaf ganggu. Boleh 'kan aku ikut duduk di sini?" Tanpa menunggu jawaban dari siapapun, Rania menarik sebuah kursi dan duduk di antara mereka. Dia duduk tenang menatap Krisna dan Karin bergantian. Karin diam dan trus tersenyum kaku pada Rania. Wanita ini juga tampak tenang, tak ada gurat wajah bersalah.Krisna tercengang melihat penampilan istrinya. Dia bahkan tak berkedip sekian detik."Mas Krisna." Rania tersenyum manis, dia berusaha tetap tenang dan terus mengatakan pada hatinya agar jangan menangis.Krisna g

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 10. Di Kamar Karin

    "Sebenarnya, yang membuat dia tidak jadi sakit itu, datang ke rumah makan atau suamiku?" Rania menertawakan diri sendiri. Krisna sedang heboh dengan keadaan Karin. "Karin! Karin! Kamu masih mendengarku?" "Nggak apa-apa, Kris. Aku cuma-" Karin lemas begitu saja. Rania beranjak dan menatap adegan itu. Tercengang kembali. Tidak habis pikir dia akan melihat suaminya yang langsung mengangkat wanita lain ala bridal style di tempat umum. Dan ... meninggalkannya. Pergi! Suaminya sudah pergi. Rania mematung hingga suaminya tak terlihat lagi. "Bu Rania. Gimana sekarang? Saya sudah merekam semuanya termasuk saat Bu Rania tadi berantem dengan Pak Krisna. Dan saat Pak Krisna mengejar wanita itu dan pergi. Semuanya akan saya kirim ke Ibu." Pak Joko membuyarkan lamunan Rania. Rania tersenyum tipis. "Makasih ya, Pak. Saya akan transfer seperti kemarin. Besok kalau saat butuh, Bapak harus siap lagi. Dan rahasiakan semua ini. Nanti akan saya tambah bonus." "Sama-sama, Bu. Yang sabar ya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 11. Hilang Kendali

    "Kris ...." Nafas Karin kian berat. Dia memajukan wajahnya pada wajah Krisna.Krisna terpaku merasakan tarikan magnet dari sorot mata Karin. Dua tatapan saling terpaut sangat dalam. Keduanya sama-sama tengelam pada rasa masa lalu. Perasaan keduanya makin tak karuan, sangat ingin mengulang keromantisan dulu kala. Kamar itu terasa panas, hingga jantung Krisna berdetak sangat cepat.Kini, hembusan nafas keduanya menjadi satu saling menerpa wajah. Hanya sekian jarak saja wajah keduanya.Akhh! Seketika wajah Rania melintas dalam benak dan membuat mata Krisna menegang. Dia tersadar. Krisna memalingkan wajahnya canggung."Ehem! Kamu istirahatlah. Besok aku akan kembali. Hubungi aku kalau ada apa-apa." Jantung Krisna jadi tak karuan. Dia seperti maling yang ketahuan saja.Karin mencengkram kuat selimutnya dan cepat mengatur deru nafasnya."Kris, maaf kalau kamu jadi nggak nyaman." Karin menggeram dalam hati. Dia tidak hanya canggung, tapi jengkel serasa ditolak Krisna."Ehm, jangan dipikir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 12. Bulan Madu Bertiga

    'Selamat tinggal, Mas. Sepertinya akulah orang ketiga diantara kalian. Aku tidak tahu kamu menyuruhku bertahan karena mencintaiku atau karena ayah. Akhh, pasti karena ayah. Bodohnya aku yang mengira kamu mencintaiku,' batin Rania.Rania menarik kopernya dengan langkah cepat, seolah tak ingin lagi menoleh ke belakang. Matanya memerah, tapi tidak ada air mata yang keluar. Baginya, cukup sudah semua itu.Krisna yang baru saja keluar dari kamar dan hendak ke kamar Rania mendengar suara koper diseret di lantai bawah. Dia gegas ke tangga dan melihat istrinya mau pergi. "Ran! Rania!" Krisna berlari cepat. Perasaannya makin tak karuan.Rania tak menoleh dan malah mempercepat langkahnya.“Rania, kamu mau ke mana?” Krisna memegang koper agar berhenti. Rania berhenti punggungnya masih membelakangi Krisna. "Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, Mas. Aku akan pergi, kalau tetap di sini hanya akan lebih sakit hati."Krisna serasa tertampar keras, dia cepat berdiri di depan Rania, menghalangi jalan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 13. Aroma Shampo Mantan

    "Bulan madu bertiga. Dan aku orang ketiganya. Ya, aku istri yang tak tahu harus bagaimana diacara bulan madu bersama suamiku, karena dia lebih suka bersama dengan mantan kekasihnya."Rania bersembunyi di balik kerumunan orang-orang. Dia mengaktifkan rekam video ponselnya."Bukankah acara bulan madu kali ini harus diabadikan? Ya, harus!" Rania menahan diri untuk tidak keluar untuk merekam apa yang dilakukan suaminya dengan wanita lain. Wanita yang terus dikatakan teman oleh suaminya itu.Sayatan demi sayatan tertoreh di hatinya saat melihat adegan mesra suaminya dengan sang mantan.-----"Kamu ingat, Kris? Dulu kita pernah datang ke pantai ini?" "Tentu. Mana mungkin aku lupa. Kita sering duduk di sini sampai matahari terbenam, hanya berdua."Karin tertawa pelan, tatapannya terfokus pada garis cakrawala yang semakin berwarna oranye. "Waktu itu kita tidak pernah berpikir tentang apa-apa, hanya menikmati kebersamaan. Dan ... tidak pernah berpikir kalau akan berpisah.""Jangan bicara sepe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 14. Masuk Kamar Mantan

    "Mbak Rania?" Karin tersenyum. Dia hanya sebentar terkejut dan langsung menguasai dirinya. Wanita itu bahkan menyibak sisi rambutnya sambil mengibas kepalanya. Seolah sangat senang karena keberadaannya diketahui Rania.Dua wanita beradu tatapan tajam. Ingin sekali Rania menarik wajah Karin agar topeng itu terbuka jelas. Apalagi saat ini dia melihat wajah Karin sama sekali tak ada rasa bersalah. Bahkan malah menantang."Bagaimana rasanya sarapan dengan suamiku? Di lap bibirnya dengen suami orang. Menyenangkan?" Rania tersenyum kecut."Sarapan yang menyenangkan, apalagi dengan laki-laki perhatian. Jangan kaget, karena itu hal biasa bagi kami. Oh maaf, Mbak kalau kamu jadi nggak selera sarapan gara-gara sendirian. Tadi, Krisna mendadak ngajak sarapan. Dia maksa banget, jadi enak kalau nolak."Huh! Memang sejenis nenek sihir sangat menyebalkan. Harus dilawan dengan akal sehat."Kenapa tadi malam suamiku bisa ingat pulang ke kamarnya? Kamu gagal buat Mas Krisna menginap di kamarmu? Ehm, se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 15. Rania Terlempar

    "Kris ... Kris ... A-a-aku ... aku nggak kuat lagi ....." Karin terdengar sesak nafas sambil merintis kesakitan. "Kris ... Krisna. Kenapa diam saja?" Suaranya terdengar sangat lemah dan lirih."Ini aku, Rania! Aku akan menghubungi dokter atau pihak hotel agar menyediakan tenaga medis ke kamarmu."Deg! Sambungan itu langsung terputus.Rania tersenyum tipis sambil menatap layar ponsel suaminya. Dia ingin menghapus riwayat panggilan terakhir Karin, tapi ponsel suaminya sudah berganti sandi.Akhh! Rania pasrah. Semoga suaminya tidak menyadari. Menyadari kedatangan suaminya, Rania cepat mengembalikan ponsel suaminya ke saku jas yang dia pegang. Wanita itu bersikap tenang."Maaf lama. Ayo pulang ke hotel," ajak Krisna."Kita pulang? Aku masih ingin ke suatu tempat."Krisna mengerutkan dahinya. Tadi istrinya sangat tidak bersemangat dan bersikap dingin. Sekarang malah mengajak ke suatu tempat. "Ehm, boleh. Katakan saja, kita akan ke sana sekarang." Dia belum melihat ponselnya.Rania hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 74.

    "Rania?!" Ane membelalak. Sekian detik, tubuhnya membeku. Lalu, dengan cepat, dia berusaha tampak tenang.Rania berdiri di depan lift, tersenyum tipis, lalu melangkah masuk. Sikapnya tenang seperti tak mengenal Ane, tapi sorotnya memicing tajam.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa-' batin Ane, tangannya mengepal kuat di bawah. Dadanya bergemuruh hebat. Dia tak terima jika kalah dengan Rania.Jantung Ane berdegup makin keras. Seharusnya ini tidak mungkin. Seharusnya Rania sudah habis. Laporan yang diterimanya tadi menyatakan semuanya beres. Lalu, bagaimana wanita itu bisa berdiri di sini dengan wajah tenang seolah tak terjadi apa-apa?"Ehem!" Rania berdiri di sebelah Ane. Dia memilih diam. Niatnya memang hanya mau muncul di depan wanita yang dia curigai. Ingin tahu seperti apa reaksinya.Lift bergerak. Hening.Ane bisa merasakan tatapan Rania tadi begitu tajam dan tidak biasa.Hening, sampai pintu lift terbuka.Mereka melangkah keluar di lantai yang sama. Ane melirik ke samping, memastikan

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 73.

    [Jangan berani memberi tahu Krisna. Atau kamu tidak akan bertemu denganku.]Satu lagi pesan masuk. Rania mengerutkan keningnya."Aku jadi makin penasaran, siapa orang ini. Kalau aku bilang sama mas Krisna pun, dia lagi sangat sibuk sama proyek barunya. Dan pasti melarangku menemui orang ini. Yang ada, dia malah nggak jadi menampakkan diri."Rania menghentak napasnya dengan tatapan tajam ke depan. Dia terus terbayang calon anaknya yang hilang dan berpikir kalau akar masalahnya tidak disingkirkan, maka jika hamil lagi pun akan jadi incarannya."Apa mas Krisna lagi dekat sama wanita lain? Atau ada wanita yang suka sama mas Krisna? Aku harus tetap tenang."Rania bersiap diri sambil menghubungi seseorang. Tidak munafik kalau dia tidak akan mampu menghadapi hal seperti ini sendirian. Bagaimana kalau nanti ada apa-apa?Ya, meski Krisna pasti sangat bersedia membantunya, tapi musuh ingin Krisna tidak tahu.Sekian saat, Rania siap berangkat.Dia meraih tasnya. Lalu, ke bagian dapur menemui pem

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 72.

    Pagi itu. Di depan rumah, Krisna berdiri, menatap lembut dan penuh cinta pada istrinya. "Kamu hati-hati di jalan. Kalau udah nyampe jangan lupa kabari aku." Rania merapikan dasi suaminya yang hendak berangkat kerja. Di tersenyum lebar dan manis.Sengaja, Rania menahan diri tidak bercerita soal apa yang dilakukan Winda karena suatu alasan.Krisna tersenyum lebar. Jemarinya menggenggam tangan istrinya erat. "Doamu memang luar biasa, Sayang. Aku dapat klien baru dan itu punya nilai keuntungan di atas 10 miliar. Mungkin ini berkat punya istri baik dan sabar sepertimu. Makasih kamu masih mau ada di sisi suami yang brengsek ini."Rania tersenyum kecil. "Selamat. Semoga lancar, Mas. Aku akan selalu mendukung suami tampanku ini."Krisna menatapnya lebih lama, enggan pergi. Lengan kekarnya menarik tubuh Rania ke dalam dekapan erat. "Aku malas ke kantor. Mau di rumah saja sama kamu."Rania tertawa pelan, pipinya terasa panas. "Kamu ini Mas. Cepat pergi, nanti terlambat. Kalau kesiangan jalanan

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 71.

    "Sayang, sepertinya aku akan makan siang di luar. Nggak bisa pulang seperti janjiku. Kamu nggak apa-apa, kan?"Krisna sedang menelepon istrinya. Sebenarnya dia janji akan pulang siang hari menemani istrinya makan. Dan akan melanjutkan pekerjaan di rumah."Nggak apa-apa, Mas." Suara Rania begitu lemas."Kok rasanya kamu lagi nggak semangat, Sayang. Kamu nggak kecapekan, kan?""Nggak kok. Cuma masih lemes saja.""Ya udah, kamu istirahat saja dulu."Rania meletakkan ponselnya di nakas. Dia bukan terlalu lelah dan itu tidak mungkin karena saat ini Krisna telah mempekerjakan 2 pembantu dan 1 tukang kebun.Rania hanya sedang bingung menghadapi situasi saat ini. Di saat dia dan Krisna berdamai, malah ada duri dalam manisnya madu. Sulit dipercaya, ternyata kesabarannya kembali diuji. Apa dia akan bertahan kuat di sisi Krisna kali ini? Yang jelas, dia lelah, enggan kembali dipermainkan dan diremehkan.Yang Rania garis bawahi dalam prinsip hidupnya kali ini, kebahagiaan berumah tangga tak sert

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 70. RMKS

    Ane masih duduk di sofa dengan kaki bersilang. Senyum miring terlukis di wajahnya saat dia menatap suaminya yang sedang menuangkan wine ke gelas kristal."Sayang, aku bagaimana kalau kita membuat kerja sama dengan perusahaan Krisna? Dan biarkan aku yang mengurus langsung kerja sama itu."Suaminya berhenti sejenak. Matanya menyipit menatap Ane. "Kenapa harus kamu? Aku bisa menyuruh orang lain."Ane tersenyum. Jari-jarinya lentiknya melingkar di bahu suaminya, memberikan sentuhan lembut yang selalu membuat pria itu luluh."Aku yang lebih paham bagaimana menghadapi Krisna. Dia pria yang bisa dimanipulasi jika disentuh di titik yang tepat. Jangan khawatir, aku bisa jaga diri dan tidak akan membuatmu kecewa."Suaminya terdiam, memutar gelas di tangannya. "Kerja sama ini memang bisa membawa keuntungan besar. Tapi aku tidak mau kamu terlalu terlibat, jika hanya untuk urusan pribadi. Kamu tahu sendiri, urusan bisnis tidak bisa kamu campur dengan keinginanmu itu. Aku akan bantu kamu membalas d

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 69. RMKS

    "Anak kita, Mas. Apa dia-" Dada Rania sampai bergetar karena terisak. Dia menggeleng. "Nggak! Nggak mungkin."Krisna terdiam. Dadanya bergemuruh. Dia langsung memeluk istrinya. "Jangan pikirkan hal itu dulu. Pikirkan kesehatanmu saat ini."Rania menggigit bibirnya, tangannya semakin menekan perutnya yang terasa hampa. Airmatanya jatuh, tapi dia tidak mengeluarkan suara. Krisna menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. “Kita bicarakan hal itu nanti lagi, Sayang. Sekarang, yang penting kamu harus pulih dulu.”Rania memejamkan mata. Dadanya naik turun menahan sesak yang lebih menyakitkan dari fisiknya sendiri. “Dia sudah tidak ada, kan?”Krisna tak bisa menjawab.“Aku bahkan nggak bisa melindungi anakku sendiri. Dia pergi lagi.” Suaranya begitu lirih, tapi menusuk langsung ke hati Krisna."Aku yang nggak becus menjaga kalian. Maaf, Sayang." Krisna mendongak mengedip-ngedipkan matanya. Pria itu hampir menangis.Krisna sesak mendengarnya. Ya, dia ingat betul. Dulu Rania juga kegug

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 68. RMKS

    "Bagaimana istri dan anak saya, Dok? Mereka baik-baik saja, kan?" Krisna tersenyum miris dengan mata berkaca-kaca menatap dokter itu dan berharap mendapat jawaban seperti keinginannya.Dokter itu menghela napas berat. "Maaf, kami hanya bisa menyelamatkan ibunya. Anak Anda-""Tidak! Tidak mungkin, Dok. Dia nggak mungkin pergi. Kami sangat menantikannya.""Keguguran pasien diduga karena mengkonsumsi semacam obat atau ramuan penggugur kandungan."Krisna berdiri membeku. Kakinya lemas, dadanya sesak, pikirannya berputar liar. Obat penggugur kandungan?Napasnya memburu, menatap dokter yang baru saja menjatuhkan kabar buruk itu. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras.“Dok, apa maksud Anda? Istri saya tidak mungkin minum obat seperti itu. Dia sangat menjaga kehamilannya.” Suaranya bergetar.Dokter menghela napas panjang. “Kami belum bisa menyimpulkan sepenuhnya. Kami butuh hasil laboratorium. Tapi dari gejalanya, ini sangat mengarah ke sana.”Krisna merasakan dadanya terbakar. Tidak mungkin

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 67. RMKS

    Krisna telah menyiapkan kejutan spesial. Sebuah meja makan dengan lilin-lilin kecil di sekelilingnya, di restoran out door.Angin malam berhembus lembut, membawa aroma bunga yang diletakkan di tengah meja."Sebentar lagi, Sayang."Krisna menutup mata istrinya hingga tiba di meja itu "Udah belum, Mas?" Wanita itu terus tersenyum.Pelan Krisna melepas tangannya dari mata Rania.Rania menutup mulutnya ketika melihat kejutan itu. Matanya berkaca-kaca. “Mas ... ini indah sekali.”"Kamu suka? Maaf, aku terlambat melakukan semua ini padamu."Rania menggeleng. "Ini cukup. Aku senang, Mas."Krisna menarik kursi untuk Rania dan mempersilakannya duduk. Mereka akan menikmati makan malam romantis.Sesekali Krisna menyentuh tangan Rania, memastikan bahwa wanita di hadapannya ini benar-benar nyata dan miliknya."Ran, tetap di sisiku.""Memangnya aku mau ke mana, Mas?""Aku senang melihat senyum kamu seperti ini, Sayang. Tetap tersenyum."Krisna berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Rania. Dia

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 66. RMKS

    "Mas, apa ini?"Sebuah paket bulan madu. Agung rupanya telah menyiapkan paket untuk mereka berdua.Krisna mengembangkan senyumnya. Lalu, dia memegang dua bahu istrinya.Rania menatap paket bulan madu itu dengan mata berkaca-kaca. Dia masih ingat bagaimana dulu saat bulan madu dengan kehadiran Karin dan berakhir dia kecelakaan.Lalu, Krisna memeluk istrinya. Dia tahu apa yang dirasakan Rania saat ini. "Maafkan aku untuk masa lalu. Aku sangat ingin menghapus jejak kebodohanku dulu. Ran, paket bulan madu ini, untuk bulan depan. Setelah aku benar-benar pulih. Nanti, aku akan menghapus kesedihanmu di masa lalu dengan kebahagiaan, Ran. Aku sangat mencintaimu."Rania mengangguk dalam pelukan. "Jangan seperti dulu lagi, Mas."“Bulan madu nanti, aku akan buat kamu nggak bisa berhenti tersenyum, Sayang. Romantis dan hanya kamu dan aku.”Rania menarik napas dalam-dalam. Dia tidak mau larut dalam kesedihan. Toh, Karin telah dikabarkan sudah tiada. Jadi tidak akan ada lagi yang mengganggunya nant

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status