Share

Bab 6. Jemput Karin

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2024-12-23 16:34:58

"Aku akan menjemputmu, Karin. Jangan kemana-mana. Jangan sedih lagi dong, Kamu 'kan masih punya aku." Jelas itu suara suaminya.

'Mas Krisna kapan pulang?' batin Rania dia bersembunyi di balik tembok.

'Ternyata, tebakkanku benar. Saat aku fokus memulihkan kondisi, Mas Krisna baik padaku karena tidak mau aku mengancam cerai lagi. Tapi di luar, dia masih seperti biasa dengan Karin,' batin Rania.

"Jangan nangis, aku pasti datang kok? Masih sakit nggak? Nanti akan kuantar ke dokter. Pokoknya selama ada aku, kamu jangan takut. Aku pasti akan datang kalau kamu hubungi."

Rania mengernyit dan tersenyum getir, dia menunggu apa lagi yang akan dikatakan suaminya.

'Mas Krisna pasti lagi teleponan dengan Karin,' batin wanita itu. Hatinya mendesir nyeri.

Sambungan telepon dimatikan tanpa ada kata lagi dari suaminya.

Rania lantas mendekat.

"Mas, tadi memanggilku?" Rania tersenyum kaku. Kemarin, dia ingin mencoba bertahan demi ayah mertua. Dia mencoba berdamai dan mau memulai berkomunikasi lagi dengan suaminya. Meski masih minta waktu untuk kembali tidur di kamar yang sama.

Wajah Krisna sebentar gugup, lalu tersenyum. "Oh, iya. Aku mencarimu tadi. Kamu dari mana saja?" Pria itu senang wajah istrinya tidak marah dan sudah kembali seperti biasa.

Rania tersenyum tipis. Suaminya berbohong, tapi masih berusaha tenang. Mencari apanya?

 

"Tadi kamu telepon sama siapa? Siapa yang sakit? Siapa yang lagi nangis? Mas mau antar orang itu? Dia Kiran, kan? Dia masih ganggu suami orang lagi?" cecar wanita itu.

Terdiam. Alis Krisna berkerut hingga hampir terpaut. Dia terjebak pertanyaan istrinya. Dia menarik nafas dalam-dalam. Baru beberapa hari dia menekan emosi agar tidak berdebat, kini Rania membuatnya kesal lagi. Rania menyinggung Kiran, dan Krisna tidak terima.

"Sejak kapan kamu datang, Ran? Lain kali jangan menguping. Karena aku Tidak macam-macam. Tadi itu-"

Rania menunjukkan foto-foto di ponselnya. Wanita itu tak kehabisan akal untuk tahu Kiran dan suaminya masih lengket mesra atau profesional kerja.

"Mas mau ketemu sama wanita ini, kan? Mau seperti ini lagi, kan? Mau jemput lalu nganterin dia lagi? Emang dia sakit apa sampai terus saja telepon suami orang?" Sekian hari malas bicara, kini dia ingin meluapkan gemuruh dadanya.

Pria itu terdiam sesaat mencerna cecaran istrinya. Emosinya semakin naik.

"Ran, dia itu te-man-ku! Teman lama sangat akrab. Kebetulan dia ada di kota ini beberapa bulan yang lalu. Kamu puas? Jadi jangan mikir macam-macam!" Rania menatap guratan wajah kaku, seperti menyembunyikan sesuatu pada suaminya.

Beberapa bulan lalu? Rania jadi ingat kalau suaminya sering pulang telat berdalih lembur. Beberapa kali dia mampir ke tempat kerja suami katanya sedang keluar. Padahal masih jam kerja. Hanya saja, yang dimaksud beberapa bulan yang lalu, seingatnya sudah lebih dari 6 bulan. Jadi?

"Teman? Wanita dan pria dewasa tidak ada yang namanya teman, Mas. Apalagi prianya sudah nikah. Sudah beda cara bergaul pria yang sudah nikah. MESKI DENGAN TEMAN AKRAB! Dan mana ada wanita dewasa mau diajak berdua aja sama suami orang tanpa ada aneh-aneh. Mas Krisna saja belum pernah menemaniku belanja, tapi malah mau menemani wanita itu. Aku sakit diragukan, dia pusing sedikit saja Mas bawa ke dokter."

"Kamu nggak percaya sama suami sendiri? Pernikahan kita sudah hampir dua tahun. Apa kamu pernah lihat aku main sama wanita selama ini?"

"Kalau aku percaya, memangnya Mas Krisna bisa dipercaya? Kalau Mas mau ketemu sama wanita itu sekarang ya udah silahkan. Tapi aku diajak sekalian. Bagaimana?" Tatapan Rania menajam.

"Kamu sungguh-" Krisna mengepal kuat tangannya di bawah.

"Aku sudah menuruti apa kata Mas Krisna untuk bertahan dan coba percaya. Setidaknya aku bertahan karena ayah. Tapi, kalau seperti ini terus, apa aku kuat, Mas?"

"Nggak usah banyak curiga dan menyudutkanku, Ran. Kamu sama sekali tidak tahu tentang hubunganku dengan Karin. Sudahlah, Rania, jangan terlalu cemburu buta. Lagi pula itu hanya foto dari seseorang, tanpa tau kebenarannya, lantas kamu jadi menuduhku yang bukan-bukan. Percaya itu sama suami, bukan percaya orang lain!"

"Wajar jika aku cemburu. Aku ini istrimu dan tadi Mas bilang kalau akan ada setiap dia butuh. Mas juga bilang kalau dia itu punya Mas  Krisna. Enak banget jadi dia. Bisa panggil suami orang seenaknya saja." Rania menaikkan intonasinya.

"Stop, Rania. Jangan bahas ini lagi. Aku nggak mau kita berantem gara-gara pikiranmu yang penuh curiga nggak jelas. Tenangkan dirimu."

"Aku? Curiga?" Bola mata Rania melebar sambil menunjuk wajahnya sendiri.

Krisna mengusap wajahnya dengan helaan berat. "Dia lagi sakit, Ran. Dia membutuhkanku. Keluarganya tidak ada di sini. Sekarang dia lagi kumat di luar."

Rania malah tertawa getir. "Kalau sakit ya suruh aja ke rumah sakit. Telepon dokter, bukan telepon suami orang."

"Pokoknya aku nggak mau debat sama kamu, Ran. Jangan mikir macam-macam. Aku akan jemput Karin dan kamu pergi ke acara Om Soni. Nanti aku akan menghubungimu. Bilang sama ayah kalau aku ada perlu. Jangan ngadu." Krisna berlalu melewati bahu istrinya tanpa menoleh lagi.

"Mas!" Air mata Rania yang tertahan sejak tadi luruh sambil menatap punggung suaminya hilang.

"Mas, apa kamu benar-benar akan mendatangi wanita itu? Hah, sulit dipercaya. Teman? Lucu sekali." Rania tertawa dengan derai air mata.

Bertambah nyeri saat mendengar deru mobil suaminya meninggalkan pelataran. Pria yang dicintainya benar-benar akan mendatangi Karin.

[Pak Joko, minta tolong seperti biasanya. Buntuti suamiku. Dia baru saja keluar. Sebentar lagi pasti lewat pertigaan Pak Joko mangkal. Kalau sampai di mana lapor ya, Pak.]

Untung saja, Rania kenal tukang ojek yang masih mangkal di dekat pertigaan perbatasan perumahan. 

Huh! Rania menghentak nafasnya kuat. Ya, dia harus datang ke acara keluarga suaminya. Ke acara yang sebenarnya sangat tidak disukainya. Jika saja bukan karena ayah mertua, dia ingin sekali menghindar. Kalau asalan sakit, Rania terlanjur mengatakan kalau sudah sembuh dan akan datang.

---------------

Rania telah sampai di acara keluarga suaminya. Dia masih menunggu kabar dari pak Joko. 

Notifikasi masuk.

[Bu Rania, Pak Krisna sedang masuk rumah makan bersama seorang wanita. Tadi saya ikuti, Pak Krisna menjemput wanita itu di pinggir jalan.]

Deg! 

[Pak Joko tetap awasi sampai saya datang ke sana.]

Rania gegas ingin pergi dari acara itu, meski baru saja tiba. Dia ingin membuat bukti lebih kalau hubungan suaminya dan Karin tak sekedar teman. Karena foto saja tak cukup.

"Mau ke mana, Kamu? Nggak usah pergi!" 

Seorang wanita mencegat Rania. Apa Rania bisa keluar?

Related chapters

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 7. Menantu Buat Malu

    "Mau ke mana, Kamu? Nggak usah pergi! Di belakang saja?" Wanita paruh baya itu menekan bibirnya dengan tatapan intimidasi. Dia mencegat agar Rania tidak sampai keluar menemui tamu. Ya, dia Puspa, ibu mertua Rania.Rania diam sebentar, tidak mungkin dia mengatakan kamu mau pergi. Apalagi menyusul suaminya yang sedang bersama wanita lain."Aku mau menemui Ayah, Bu. Disuruh menemui beberapa orang. Katanya mau dikenalkan sebagai menantu." Rania tidak berbohong karena memang kenyataannya seperti itu.Puspa tertawa kecil remeh dengan wajah kecut. "Kamu? Mau dikenalkan? Untuk apa? Cuma buat malu Krisna dan kami saja.""Tapi aku kan istri sah Mas Krisna. Bukankah wajar jika aku dikenal oleh keluarga besar? Banyak yang belum tahu aku istrinya Mas Krisna." Puspa, ibu mertua Rania mendesah kesal. "Kamu ngerti nggak?! Yang hadir di acara ini adalah orang-orang kaya di daerah sini. Mending kamu tidak usah menyapa mereka. Kasihan Krisna kalau orang-orang kaya itu tahu istrinya seperti ini. Level

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 8. Teman tapi Mesra

    "Sungguh pas niat datang aku nggak tahu kalau kamu udah nikah, Kris. Aku datang ke kota ini karena ngerasa nggak punya selain kamu. Keluargaku sedang seperti itu, aku juga sedang sakit. Dengan kondisiku seperti ini, gimana aku harus hidup sendiri tanpa kamu?"Karin. Wanita itu mantan kekasih Krisna saat berada di ibu kota. Kini datang dengan membawa banyak hal tak terduga. Paras cantik dan rintikan air matanya telah menyihir Krisna hingga hatinya goyah dan dilema. Beberapa bulan ini, Krisna disibukan mengingat dan menyelami cerita cinta mereka dulu. Hingga dia lupa memperhatikan istrinya sendiri."Jangan ngomong gitu Karin. Aku masih bisa seperti dulu. Bilang saja kalau kamu kenapa-napa atau butuh sesuatu. Aku akan selalu ada untukmu.""Sekarang kamu tahu 'kan kenapa aku pergi tiba-tiba dan putusin kamu dulu?" Wajah Karin begitu sendu.Krisna ingat, dulu Karin tiba-tiba datang dan memutuskannya. Disaat cintanya pada Karin semakin dalam, disaat itu Karin pergi tanpa kabar. Dia patah ha

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 9. Apa Dia Lebih Penting?

    "Rania?" Krisna menatap lebar tak berpaling dari penampilan istrinya kali ini.Biasanya Rania hanya akan berpenampilan sederhana. Hanya memakai sunscreen, bedak tabur dan lipblam natural. Namun, sebenarnya penampilan sederhana Rania sudah terbilang manis dan cantik. Nyaman dan betah dipandang. Apalagi yang sekarang? Membuat beberapa pria di sekitarnya terpana.Karin tersenyum kaku dengan mata lebar. Dia menangkap wajah tidak nyaman pada Krisna. Seperti maling ketangkap basah."Maaf ganggu. Boleh 'kan aku ikut duduk di sini?" Tanpa menunggu jawaban dari siapapun, Rania menarik sebuah kursi dan duduk di antara mereka. Dia duduk tenang menatap Krisna dan Karin bergantian. Karin diam dan trus tersenyum kaku pada Rania. Wanita ini juga tampak tenang, tak ada gurat wajah bersalah.Krisna tercengang melihat penampilan istrinya. Dia bahkan tak berkedip sekian detik."Mas Krisna." Rania tersenyum manis, dia berusaha tetap tenang dan terus mengatakan pada hatinya agar jangan menangis.Krisna g

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 10. Di Kamar Karin

    "Sebenarnya, yang membuat dia tidak jadi sakit itu, datang ke rumah makan atau suamiku?" Rania menertawakan diri sendiri. Krisna sedang heboh dengan keadaan Karin. "Karin! Karin! Kamu masih mendengarku?" "Nggak apa-apa, Kris. Aku cuma-" Karin lemas begitu saja. Rania beranjak dan menatap adegan itu. Tercengang kembali. Tidak habis pikir dia akan melihat suaminya yang langsung mengangkat wanita lain ala bridal style di tempat umum. Dan ... meninggalkannya. Pergi! Suaminya sudah pergi. Rania mematung hingga suaminya tak terlihat lagi. "Bu Rania. Gimana sekarang? Saya sudah merekam semuanya termasuk saat Bu Rania tadi berantem dengan Pak Krisna. Dan saat Pak Krisna mengejar wanita itu dan pergi. Semuanya akan saya kirim ke Ibu." Pak Joko membuyarkan lamunan Rania. Rania tersenyum tipis. "Makasih ya, Pak. Saya akan transfer seperti kemarin. Besok kalau saat butuh, Bapak harus siap lagi. Dan rahasiakan semua ini. Nanti akan saya tambah bonus." "Sama-sama, Bu. Yang sabar ya.

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 11. Hilang Kendali

    "Kris ...." Nafas Karin kian berat. Dia memajukan wajahnya pada wajah Krisna.Krisna terpaku merasakan tarikan magnet dari sorot mata Karin. Dua tatapan saling terpaut sangat dalam. Keduanya sama-sama tengelam pada rasa masa lalu. Perasaan keduanya makin tak karuan, sangat ingin mengulang keromantisan dulu kala. Kamar itu terasa panas, hingga jantung Krisna berdetak sangat cepat.Kini, hembusan nafas keduanya menjadi satu saling menerpa wajah. Hanya sekian jarak saja wajah keduanya.Akhh! Seketika wajah Rania melintas dalam benak dan membuat mata Krisna menegang. Dia tersadar. Krisna memalingkan wajahnya canggung."Ehem! Kamu istirahatlah. Besok aku akan kembali. Hubungi aku kalau ada apa-apa." Jantung Krisna jadi tak karuan. Dia seperti maling yang ketahuan saja.Karin mencengkram kuat selimutnya dan cepat mengatur deru nafasnya."Kris, maaf kalau kamu jadi nggak nyaman." Karin menggeram dalam hati. Dia tidak hanya canggung, tapi jengkel serasa ditolak Krisna."Ehm, jangan dipikir

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 12. Bulan Madu Bertiga

    'Selamat tinggal, Mas. Sepertinya akulah orang ketiga diantara kalian. Aku tidak tahu kamu menyuruhku bertahan karena mencintaiku atau karena ayah. Akhh, pasti karena ayah. Bodohnya aku yang mengira kamu mencintaiku,' batin Rania.Rania menarik kopernya dengan langkah cepat, seolah tak ingin lagi menoleh ke belakang. Matanya memerah, tapi tidak ada air mata yang keluar. Baginya, cukup sudah semua itu.Krisna yang baru saja keluar dari kamar dan hendak ke kamar Rania mendengar suara koper diseret di lantai bawah. Dia gegas ke tangga dan melihat istrinya mau pergi. "Ran! Rania!" Krisna berlari cepat. Perasaannya makin tak karuan.Rania tak menoleh dan malah mempercepat langkahnya.“Rania, kamu mau ke mana?” Krisna memegang koper agar berhenti. Rania berhenti punggungnya masih membelakangi Krisna. "Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, Mas. Aku akan pergi, kalau tetap di sini hanya akan lebih sakit hati."Krisna serasa tertampar keras, dia cepat berdiri di depan Rania, menghalangi jalan.

    Last Updated : 2025-01-19
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 13. Aroma Shampo Mantan

    "Bulan madu bertiga. Dan aku orang ketiganya. Ya, aku istri yang tak tahu harus bagaimana diacara bulan madu bersama suamiku, karena dia lebih suka bersama dengan mantan kekasihnya."Rania bersembunyi di balik kerumunan orang-orang. Dia mengaktifkan rekam video ponselnya."Bukankah acara bulan madu kali ini harus diabadikan? Ya, harus!" Rania menahan diri untuk tidak keluar untuk merekam apa yang dilakukan suaminya dengan wanita lain. Wanita yang terus dikatakan teman oleh suaminya itu.Sayatan demi sayatan tertoreh di hatinya saat melihat adegan mesra suaminya dengan sang mantan.-----"Kamu ingat, Kris? Dulu kita pernah datang ke pantai ini?" "Tentu. Mana mungkin aku lupa. Kita sering duduk di sini sampai matahari terbenam, hanya berdua."Karin tertawa pelan, tatapannya terfokus pada garis cakrawala yang semakin berwarna oranye. "Waktu itu kita tidak pernah berpikir tentang apa-apa, hanya menikmati kebersamaan. Dan ... tidak pernah berpikir kalau akan berpisah.""Jangan bicara sepe

    Last Updated : 2025-01-20
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 14. Masuk Kamar Mantan

    "Mbak Rania?" Karin tersenyum. Dia hanya sebentar terkejut dan langsung menguasai dirinya. Wanita itu bahkan menyibak sisi rambutnya sambil mengibas kepalanya. Seolah sangat senang karena keberadaannya diketahui Rania.Dua wanita beradu tatapan tajam. Ingin sekali Rania menarik wajah Karin agar topeng itu terbuka jelas. Apalagi saat ini dia melihat wajah Karin sama sekali tak ada rasa bersalah. Bahkan malah menantang."Bagaimana rasanya sarapan dengan suamiku? Di lap bibirnya dengen suami orang. Menyenangkan?" Rania tersenyum kecut."Sarapan yang menyenangkan, apalagi dengan laki-laki perhatian. Jangan kaget, karena itu hal biasa bagi kami. Oh maaf, Mbak kalau kamu jadi nggak selera sarapan gara-gara sendirian. Tadi, Krisna mendadak ngajak sarapan. Dia maksa banget, jadi enak kalau nolak."Huh! Memang sejenis nenek sihir sangat menyebalkan. Harus dilawan dengan akal sehat."Kenapa tadi malam suamiku bisa ingat pulang ke kamarnya? Kamu gagal buat Mas Krisna menginap di kamarmu? Ehm, se

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 61. RMKS

    “Terima kasih, karena Anda masih mau mempertimbangkan Pak Krisna, Bu Rania.”Rania hanya mengangguk pelan. Nafas panjang dihembuskannya berat. Ruang ICU dipenuhi suara monitor yang berdetak pelan, seakan memantau sisa hidup Krisna. Di sisi brankar, Rania duduk dengan tangan menggenggam erat jemari Krisna yang terasa dingin. Hatinya ngilu setiap kali suara bip dari monitor terdengar, takut detak itu mungkin bisa berhenti kapan saja.“Kamu harus bangun, Mas. Kalau kamu benar-benar mau menebus semuanya, kalau kamu benar-benar ingin membahagiakanku. Cepat bangun. Jangan biarkan aku menunggu lebih lama lagi.”Air mata mengalir di pipinya. Jari-jarinya mengusap lembut tangan Krisna.“Aku sudah membatalkan perceraian kita, Mas. Jadi, kumohon, jangan pergi sekarang. Jangan ketika aku sudah memutuskan untuk bertahan.”Hening menyelimuti ruangan. Hanya suara mesin yang terus berdetak monoton.Bayu, yang sejak tadi berdiri di dekat pintu, melangkah perlahan mendekati Rania.“Selama ini, Pak Kri

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 60. RMKS

    “Siapa yang bertanggung jawab atas pasien ini?”"Krisna brengsek .... Rania, aku akan membunuhmu ...." Karin terus maracau lirih, dengan kekehan lirih dan air matanya.Karin berhasil ditangkap polisi, dalam pengejaran itu. Namun, yang di luar dugaan, Karin pingsan dan saat dibawa ke rumah sakit, kondisinya memprihatinkan.Seorang dokter berdiri di depan ruang ICU dengan wajah serius. Tatapannya tertuju pada tubuh lemah Karin yang terbaring di ranjang dengan borgol besi melilit pergelangan tangannya. Wajah wanita itu pucat, bibirnya membiru, dan selang oksigen terpasang di hidungnya. Ada monitor jantung yang merantaunya.Seorang polisi maju selangkah. “Kami yang bertanggung jawab, Dok. Bagaimana kondisinya sekarang? Apa masih ada harapan? Kami menemukan obat-obatan di tasnya kemarin. Obat sakit kepala dosis tinggi, yang seharusnya dengan resep dokter, tapi tidak ada keterangan dokter yang memberikannya.”“Tumor otak stadium akhir. Sepertinya selama ini dia tidak memperhatikan kondisiny

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 59. RMKS

    Rania membuka pintu dengan tatapan tajam dan waspada. Dua sosok yang berdiri di hadapannya—Puspa dan Winda, terlihat lusuh. Mata mereka bengkak, wajah pucat. Namun, bagi Rania, itu tak menghapus jejak luka yang telah mereka tinggalkan di hatinya."Tante Puspa dan … Nona Winda. Ada perlu apa datang sepagi ini? Kalau mau buat masalah, maaf. Aku tidak punya waktu. Dan satu hal yang akan aku pastikan, hari ini aku sangat yakin kalau gugatan ceraiku akan dikabulkan. Jadi, jangan datang kemari lagi hanya untuk mengingatkanku.""Rania ...." Puspa terisak pelan, bahunya bergetar. Dia belum bisa berkata apa-apa. Hanya terus menggeleng karena masih sesak terbayang anaknya yang masuk ruang operasi bersimpah darah dan dinyatakan kritis."Ada apa, Tante?" Rania menekan panggilan Tante agar semakin jelas jarak mereka. Winda yang biasanya berwajah angkuh, kini menunduk. Tak ada kilatan sinis di matanya. Tidak ada kata merendahkan pada Rania."Tante .... Kalau tidak ada urusan penting, sebaiknya si

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 58. RMKS

    "Nyonya Krisna .... kenapa sembunyi? Emang nggak mau nyusul suami ke kuburan? Ha ha ha ha ha ha."Rania gemetar di balik pintu yang telah ditahan dengan meja dan kursi. Ketukan keras bercampur suara tawa para pria di luar semakin membuat nyalinya ciut."Rania! Nyonya Krisna! Keluar! Kita main-main! Masa tamu nggak boleh masuk!"Mereka terus memanggil namanya, jadi semakin takut. "Siapa mereka dan mau apa?"Jari-jarinya gemetar saat mencoba menelepon Ajeng dan Indra, berharap mereka segera datang."Jeng, cepat datang. Aku dalam bahaya!" Anehnya, Rania tidak menghubungi Adrian."Rania! Cepat buka pintunya! Kami tahu kamu ada di dalam!" teriakan itu semakin memekakkan telinga, diiringi gedoran dan dorongan yang hampir meruntuhkan pintu.Air mata Rania mulai mengalir. Dia melihat gagang pintu mulai bergerak terus."Jangan masuk .... Jangan masuk .... Mas .... Mas Krisna .... Kenapa kamu nggak datang ...."Lalu pintu itu didobrak keras.BRAKKK BRAKKK BRAKKK"Mas! Mas Krisna! Aku takut!" p

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 57. RMKS

    "Aku minta maaf atas kejadian semalam, Nia. Bayu sudah menjelaskan semuanya padaku soal apa yang terjadi. Aku sungguh menyesal nggak bisa jagain kamu." Adrian menatap Rania menyesal.Rania menggeleng pelan, mencoba tersenyum meski terlihat hambar. "Aku baik-baik saja. Nggak perlu dipikirkan lagi soal semalam."Adrian mendesah, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Tapi tetap saja, aku kecewa. Harusnya aku yang menyelamatkanmu, bukan Krisna. Dia .… Apa yang dia lakukan sama kamu semalam?"Rania terdiam. Matanya menatap arah jendela, tapi pikirannya melayang pada kejadian tadi malam. Kilasan ingatan tentang sentuhan lembut suaminya, bisikan kecil yang menenangkan, dan kehangatan itu kembali terngiang seperti mimpi yang terlalu nyata.Seperti mimpi, tapi rasa malam itu dan kehangatannya, melekat di hati.Adrian mengangkat alis. "Nia?"Rania cepat mengembalikan fokusnya."Maaf, aku nggak tahu harus jawab apa." Adrian mengangguk pelan, mencoba menerima. "Oke. Yang penting kamu selamat, itu suda

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 56. RMKS

    "Kamu memang milikku, Rania ...."Deru nafas tak terbendung lagi. Rania terus berusaha memprovokasi suaminya, hingga pria itu tak tahan lagi."Mas ....." Hampir hilang kesadaran, tapi Rania seperti paham suara suaminya. Suara suaminya itu kemungkinan tertancap dalam memori hatinya."Aku di sini, Sayang ...."Krisna mengangkat pelan Rania keranjang, lalu melempar jasnya sembarangan. Matanya menatap wajah Rania. Dengan lembut Krisna menghujani wajah itu dengan kecupan."Aku mencintaimu, Sayang. Sangat mencintaimu.""Mas, ..... Aku ...."Di kamar remang, udara malam dipenuhi kehangatan yang terpendam lama. Batasan yang selama ini dipahat ego dan salah paham mulai retak.Di antara nafas yang saling bergelung, Krisna merasakan rindu yang lama tertahan meluap tak terkendali.Menjelang pagi sebelum mentari bersinar, Rania terbangun. Matanya mengerjap pelan, menyadari dirinya dalam dekapan Krisna.'Mas Krisna? Berarti tadi malam bukan mimpi,' batinnya.Hatinya berdegup kencang ketika menyadar

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 55. RMKS

    “Kalau Rania bukan wanita baik, bagaimana denganmu, Puspa? Apa yang harus aku lakukan ketika punya istri sepertimu? Selama ini kamu hanya bisa membuat masalah!”“Cukup, Mas! Jangan teruskan lagi! Aku nggak mau mendengar apa pun dari mulutmu.” Puspa menjerit sambil menutup telinganya.Agung mengatur laju nafasnya yang berat. Dia menyipitkan mata, sudut bibirnya tertarik membentuk senyum remeh. "Kamu takut aku bicara lebih banyak? Kalau nggak berani menghadapi jawaban itu, jangan pernah menekan anakmu sendiri untuk membuat keputusan salah!"Puspa terdiam. Tubuhnya gemetar, kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Nafasnya berat menahan ledakan emosi dan ketakutan yang bercampur jadi satu.Agung menggeram, menatap istrinya dengan penuh kemarahan. “Aku peringatkan satu hal, Puspa. Kalau kamu masih terus berbuat sesuatu yang menghancurkan Krisna atau Rania, aku tidak segan-segan melakukan hal yang lebih gila dari yang pernah kamu bayangkan!”Winda mematung, wajahnya memucat. Dia tak bera

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 54. RMKS

    "Siapa lagi kalau bukan Adrian, Ran? Cuma dia laki-laki waras yang sangat peduli dan tulus padamu.”Rania berhenti sejenak, menatap Ajeng ragu. “Kamu yakin?”“Pasti dia. Adrian kan orang yang paling peduli sama kamu sekarang. Dia mungkin diam-diam membantu lewat relasinya. Sebagai permintaan maaf karena dia nggak ada sisimu.”Rania menghela nafas. Senyum tipis muncul di bibirnya, meski di hatinya terselip keraguan. Dia bersyukur restoran ini akhirnya mulai ada pengunjung. Tapi, ya masih penasaran siapa sebenarnya orang yang merekomendasikan.---PRANGGG! TAAARRRR! Barang-barang melayang di apartemen mewah itu. Gelas kaca, vas bunga, bingkai foto—semua menghantam dinding dan lantai hingga pecah berantakan. Nafas Karin memburu, matanya memerah seperti api yang siap melahap apa saja.“Kalian berdua ... dasar sialan!” Karin memekik sambil melemparkan remote televisi hingga menghantam layar dan menciptakan retakan besar.“Rania! Krisna! Kalian pikir bisa menghancurkan hidupku begitu saja?

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 53. RMKS

    “Aku akan coba memberi kesempatan untukmu.”Adrian membelalak tertegun, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Benarkah nasib berpihak padanya."Sungguh?" Mata Adrian melebar binar.Rania mengangguk dengan senyum tipis. “Tapi jangan salah paham dulu. Aku tidak berani menjanjikan apa-apa. Kamu harus menungguku sampai aku benar-benar bisa membuka hati. Jika kamu mau.”Adrian tersenyum lebar, sorot matanya sangat hangat. “Aku akan menunggu. Berapa lama pun itu. Karena kamu pantas ditunggu.”Rania menghela nafas lega, meski dalam hatinya tetap ada kekhawatiran. Dia tahu Adrian pria baik, tapi trauma masa lalu membuatnya sulit membuka hati. Namun, kali ini dia akan berusaha melupakan Krisna. Harus! Karena dia tidak mau direndahkan lagi.“Untuk sekarang, aku mau fokus mengembalikan restoran ini. Setelah konferensi pers kemarin, aku yakin publik akan mulai percaya lagi.”“Kita bisa buat strategi promosi baru. Media sosial, diskon khusus, atau acara kecil-kecilan untuk me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status