"Dave!" Seketika sang kakak ipar terkesiap. Suara wanita yang menjadi penghuni hatinya, kini menyadarkan dari lamunan. "Ya. Ada apa?" tanyanya sambil tersenyum kikuk. Celine mengernyitkan dahinya, merasa aneh dengan pria yang ada di hadapannya. "Bukankah kamu ingin mengatakan sesuatu tadi, karena itulah kamu ke sini?" Sontak saja Dave teringat akan tujuannya menemui wanita yang telah melahirkan putranya. Tanpa basa-basi, dia pun berkata, "Apa hasil tes DNA milikku dan Hero ada padamu?" "Apa? Tes DNA? Untuk apa?" celetuk Celine dengan gugup. Dave menatap lekat manik mata sang wanita, mendalami perasaan yang tersimpan di dalam matanya, dan berkata, "Aku ingin menyimpannya. Itu satu-satunya bukti yang menyatakan bahwa Hero adalah putraku." Wanita bermata almond itu menghela nafasnya. Dia menatap intens mata sang kakak ipar, seraya berkata, "Untuk apa, Dave? Tidak akan ada yang berubah meskipun dunia mengetahuinya. Yang ada mereka malah mencemooh kita. Kamu tahu artinya itu, b
Seruan dari Celine membuat kedua pria tersebut menoleh ke arahnya. Semua orang pasti mengatakan jika dia sangat beruntung karena diperebutkan oleh kakak beradik dari keluarga Mayer."Apa kalian tahu, jika dengan bersikap seperti ini, kalian malah membuat orang lain berpikiran buruk padaku dan juga Hero?!" ujar Celine dengan suara yang bergetar, disertai matanya yang berkaca-kaca.Seketika kedua pria kakak beradik tersebut sadar akan sikap egois mereka. Sayangnya Mayer bersaudara itu masih tetap menginginkan Celine untuk menjadi wanitanya."Sayang, aku tidak pernah bermaksud seperti itu. Percayalah padaku. Aku selalu menjagamu dan Hero agar tidak ada yang merendahkan kalian," ucap Sean sembari berjalan menghampiri sang istri, dan berusaha meraih kedua tangannya.Namun, Celine segera menghempaskan tangan suaminya, seraya menatap penuh kebencian dan berkata,"Tidak ada yang bisa aku percaya darimu, Sean. Setelah aku berkali-kali memberimu kesempatan, saat itu juga kamu membuat kesempatan
Cara Antonio menyelesaikan masalah memang berbeda. Dia lebih suka menggunakan otaknya daripada menggunakan tenaganya. Seperti saat ini. Tanpa dia berusaha mencari tahu tentang ayah biologis dari cucunya, dua orang putranya tanpa sadar memperebutkan bayi mungil tersebut."Tutup mulutmu, Dave!" sentak sang adik dengan tatapan penuh amarahnya."Kenapa? Hero memang anakku. Jadi, jangan pernah lupakan fakta itu!" ujar Dave seraya menunjuk dada adiknya, seolah sedang menantangnya.Sean menyeringai mendengar sang kakak yang untuk pertama kalinya mempublikasikan hubungannya dengan putra kebanggaan keluarga mereka. Tangannya mengepal kuat, ingin mendaratkan bogeman mentahnya pada wajah tampan sang kakak. Hanya saja dia masih memiliki kesadaran saat ini. Mereka berdua berada di hadapan sang mama yang sedang memperhatikan kakak beradik tersebut."Kamu juga jangan melupakan fakta bahwa ibu dari bayi itu adalah istriku. Jadi, tidak mungkin jika Hero adalah anakmu, Dave. Kecuali kalian--"Ucapan Se
Seketika bibir Sean melengkung ke atas, seolah telah mendapatkan angin segar dari sang penguasa keluarga Mayer. 'Aku akan mendapatkannya dari Hero. Dia akan menjadi perantara untuk keberhasilanku menguasai dunia bisnis secara global,' batinnya membayangkan kesuksesan yang dicapai bersama bayi ahli waris keluarga Mayer.Antonio tersenyum tipis melihat ekspresi kedua putranya. Terlebih pada putra keduanya. Dia tahu persis jika Sean sangat berambisi untuk menguasai semuanya. Beruntung sekali Dave, putra pertamanya itu tidak pernah punya ambisi seperti sang adik. Dave hanya melakukan semua sesuai dengan perintah sang papa sebagai orang tua dan pemegang tahta tertinggi pada perusahaan global miliknya."Sudahlah, Pa. Lebih baik kita bicarakan nanti. Saat ini yang terpenting adalah kesembuhan Hero, cucu kita."Tiba-tiba saja terdengar suara seorang wanita yang berada di belakang tuan Mayer. Wanita paruh baya yang merupakan nyonya besar dari keluarga tersebut, menyela pembicaraan mereka yang
Hero benar-benar tertidur nyenyak dalam gendongan sang nenek. Bahkan tidak ada lagi suara rengekan lirih dari bibir mungilnya."Biar Celine saja yang gendong Hero, Ma," ucapnya lirih sembari memegang tubuh sang bayi untuk digendongnya.Melihat sang menantu yang seolah memaksa untuk mengambil bayinya, dengan berat hati wanita paruh baya tersebut memberikan cucu kesayangan pada ibunya."Apa Hero sudah minum obatnya?" tanya wanita paruh baya tersebut yang masih betah menatap cucunya."Sudah, Ma. Ini juga sudah agak reda demamnya," jawab sang menantu sambil menempelkan tangannya pada dahi sang buah hati.Anna menatap paras ayu sang menantu. Dalam hatinya berkata,'Kamu memang menantu terbaik, Celine. Wajah cantikmu sepertinya sedang menyimpan rahasia. Kenapa tidak kamu bagikan ke Mama saja, agar kamu tidak perlu gusar seperti itu?'Memang benar adanya. Wajah cantik Celine seolah sedang menyimpan keresahan dan kesedihan. Akan tetapi, ibu kandung daei bayi tersebut, menutupi semuanya dengan
"Sayang?!" "Celine?!"Kedua kakak beradik tersebut, menatap seseorang yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada. Wanita yang memakai dress selutut berwarna baby pink, terlihat begitu cantik dan anggun dengan rambut ash brown tergerai indah sedang berdiri menatap dingin pada seluruh anggota keluarga tersebut.Pria paruh baya yang merupakan kepala keluarga dalam rumah itu, menyeringai mendengar salah satu nama putranya disebut sang menantu sebagai ayah biologis dari bayinya."Apa maksudmu, Celine? Apakah ayah kandung Hero adalah Dave?" tanya sang papa seolah tidak percaya dengan pendengarannya.Sean menatap tajam pada wanita tersebut. Kedua tangannya mengepal kuat, berusaha untuk tidak meluapkan amarahnya pada sang istri di hadapan keluarganya. Bahkan gigi-giginya pun mengerat kuat, memperlihatkan betapa marahnya dia saat ini.Celine mengerti akan arti tatapan kemarahan sang suami. Dia juga mengerti arti tatapan dari kakak iparnya yang seolah menyayangkan pengakuannya. Akan tet
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Celine disertai dengan helaan nafasnya.Wanita cantik yang sedang duduk berhadapan dengan kedua pria dari keluarga Mayer itu, menatap kakak beradik tersebut seolah sedang menyidangvnya. "Semua ini karena mu, Dave!" ujar Sean menyalahkan kakaknya yang sedang duduk di dekatnya. "Seharusnya kamu berterima kasih padaku, karena mereka telah percaya dengan ucapanku" tukas Dave dengan datar, seolah malas berdebat dengan adiknya.Sang adik menyeringai, dan menatap tidak suka pada pria yang duduk di sebelahnya, seraya berkata,"Berterima kasih? Apa aku harus berterima kasih jika semua orang berpikir kalian selingkuh hingga tidur bersama di belakangku?!" Sontak saja Celine berdiri dari duduknya, seraya menatap sang suami dengan tajam dan berseru padanya."Sean! Hentikan omong kosong mu itu!" "Omong kosong?" ucap Sean sembari menyeringai meniru ucapan sang istri."Bukankah itu memang fakta?" tanyanya sembari menatap tajam pada sang istri, seolah t
Celine tersenyum tipis mendengar berita dari asistennya. Hanya saja ada sedikit perasaan sedih dalam hatinya. Rasa bahagia akan keberhasilan yang sudah lima puluh persen dicapainya, terselip kesedihan akan hancurnya rumah tangga yang telah dibangun bersama dengan Sean selama beberapa tahun. Namun, tidak ada lagi yang bisa dilakukannya. Semua usaha dan pengorbanannya selama ini seolah sia-sia belaka. Hanya dia sendiri yang berusaha untuk mempertahankan rumah tangga mereka, sedangkan sang suami bersuka cita mencurangi dirinya bersama dengan wanita yang pernah menjalin hubungan bersamanya."Mungkin ini yang terbaik bagi kita semua. Aku, Hero, Sean dan Dave," gumamnya sembari menatap wajah damai sang buah hati yang terlelap dalam tidurnya.Pandangan matanya beralih menyusuri kamarnya, seolah ingin merekam setiap inchi dari ruangan tersebut. Dia pun kembali bergumam,"Sepertinya kamar ini tidak akan pernah kamu tempati hingga dewasa nanti."Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada sang