Karina mengucek matanya untuk memperjelas apakah benar Arjuna Anwar yang merupakan putra pertama dari pemilik perusahaan besar bergerak di bidang real estate itu?
“Banyak yang mengaku sebagai Arjuna Anwar di kota ini, apa mungkin kamu salah satunya?” tanya Karina sembari membuang kartu nama itu.
“Jadi lelaki ini mengaku sebagai Arjuna Anwar? Cih pantas saja Nadia sampai tertipu!” cibir Langit.
“Kalian bisa berkata seperti itu karena belum pernah bertatap muka dengan seorang Arjuna Anwar, ‘kan?” tanya Arjuna dengan penuh tekanan. Karena memang dia selalu menggunakan perantara asisten untuk bertemu dengan tamu yang menurutnya tidak penting.
Langit maupun Karina menggertakan giginya mendengar ucapan itu. Memang benar mereka tidak pernah bertatap muka langsung, tapi tidak seharusnya lelaki di hadapannya bertingkah sombong seperti itu.
“Walau begitu aku adalah mitra bisnis dari perusahaan besar milik Arjuna,” jawab Langit.
“Aku sampai lupa kalau memiliki hubungan bisnis dengan pemilik perusahaan kecil sepertimu, Langit Suwarto,” ucap Arjuna.
Sesaat, wajah Langit memucat,“Bagaimana kamu tahu siapa namaku?" Namun detik berikutnya, dia kembali menampakkan aura sombong, "Ah siapa yang tak kenal pemilik perusahaan yang kamu hina kecil itu!”
Arjuna tertawa kecil lalu dia mengucapkan kata, “Kamu benar siapa yang tidak kenal dengan seorang Langit Suwarto yang suka berselingkuh dari kekasihnya?”
Terjadi adu mulut antar lelaki itu, Nadia yang sejak tadi memperhatikan mereka malah tertarik dengan ekpresi sang Ayah.
“Cukup. Kalau memang benar kamu adalah Arjuna Anwar. Kamu harus membayar ganti rugi atas perbuatanmu!” Pak Abraham yang sedari tadi diam kini berujar, tampak menantang.
Nadia mendengus, dia menggumam dalam hati,“Cih, sampai sejauh ini hanya uang yang dia pikirkan!”
"Katakan saja aku harus mengganti rugi berapa?” tanya Arjuna.
“Ayah, dia mana mungkin punya uang. Aku yakin dia hanya seorang penipu!” seru Karina.
“Diam kamu,” bisik Pak Abraham dengan nada memerintah. “Satu Milyar!” tegas Pak Abraham dengan wajah yang sumringah. Wajahnya berubah drastis ketika membicarakan soal uang. Mau seorang penipu atau bukan yang penting dia akan mendapatkan uang.
Arjuna tersenyum, uang satu milyar itu tidak seberapa baginya. Tapi apakah pantas seorang Ayah menjual putri kandungnya seperti itu? Benar-benar hubungan keluarga yang rumit.
Arjuna menatap Langit yang masih meremehkannya dari tatapan. Dia menatap Langit, kemudian beralih ke Pak Abraham.
“Aku akan memberikan uang itu, tapi bukan kepada Anda,” ucap Arjuna.
“Kamu telah menodai putriku, kalau tidak memberikan uang kompensasi kepadaku, lalu ke siapa lagi?” teriak Pak Abraham naik pitam.
“Ayah, sepertinya dia memang pembual. Kasihan sekali Nadia ini ditiduri oleh seorang lelaki miskin yang tidak punya uang,” ledek Karina.
Pak Abraham menunjukkan wajah kecewa pada Nadia. “Ayah sangat kecewa padamu, ternyata kamu jauh lebih rendahan dari pada apa yang kamu ucapkan ke Karina,” ucap Pak Abraham sembari keluar dari kamar hotel.
Setelah itu, Karina dan Langit mengikuti. Tidak lupa, sebelum Langit keluar dari kamar itu, dia memutuskan Nadia.
"Mulai sekarang, kita putus, Nadia. Aku akan menikahi Karina setelah ini."
Nadia duduk di ranjang kamar itu lalu merenung memikirkan nasibnya ke depan. Sedangkan, pria yang mengaku sebagai Arjuna itu menemani di sampingnya.
“Jawab jujur siapa kamu sebenarnya?” tanya Nadia dengan tatapan tajam.
“Kenapa aku harus menjawab untuk yang kedua kali, bukankah tadi aku sudah menjawabnya,” jawab Arjuna.
“Sejujurnya aku masih belum percaya,” ucap Nadia. Namun, dia lebih memilih pergi daripada bertanya lebih lanjut mengenai identitas pria itu.
Meninggalkan pria yang mengaku bernama Arjuna, Nadia memutuskan untuk datang ke perusahaan.
“Dasar tidak tahu malu, masih berani datang ke perusahaan!”
“Aku pikir dia wanita terhormat, ternyata suka bermain dengan pria sembarangan untuk melepas penat!”
Cibiran itu langsung terdengar begitu Nadia memasuki lobi perusahaan.
Meski cibiran itu mengganggu, Nadia tidak menghentikan langkahnya. Dia terus menuju ke sebuah ruangan, tetapi beberapa orang menghadangnya.
"Mau apa lagi kamu ke sini, wanita murahan! Bukankah anakku sudah memutuskan hubungannya denganmu?"
Mereka adalah ibunya Langit, yang terlihat sedang menggandeng Karina yang kini tersenyum jumawa.
Nadia menatap nanar ke empat orang itu bergantian. Dua pasang ibu dan anak kini terlihat kompak menatapnya jengah.
"Apakah ucapanku tadi kurang jelas?" Kali ini, Langit kembali angkat bicara. "Pernikahan kita batal, karena aku akan menikahi Karina."
“Menikah saja kalau kalian saling cinta.”
Nadia mengucap itu walau sebenarnya hatinya rapuh. Orang yang dulu sangat dia cintai, kini mengkhianatinya. Namun setelah kejadian semalam dan hari ini, hal itu membuka mata Nadia.
Dia tidak benar-benar dicintai oleh Langit. Nadia juga menatap ke arah saudara tirinya.
“Aku ucapkan selamat atas kehamilanmu, Karina. Cepatlah menikah sebelum semua orang mencemoohmu sebagai seorang perebut tunangan saudarimu ini,” ucap Nadia kalem, tapi membuat Karian dan ibunya tertusuk sampai dalam hatinya.
“Jaga bicaramu Nadia. Kamu lebih kotor dari Karina!” seru Ibu Lentina seraya menunjuk Nadia dengan jari telunjuknya. Wajahnya menunjukkan kemarahan karena tidak terima atas ucapan sang anak sambung.
Nadia tersenyum tipis lalu mentap Ibu Lentina, ibu tirinya, dengan tatapan tajam seraya berkata, “Mungkin aku memang lebih kotor, tapi sepertinya pepatah 'Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya', itu memang benar.”
“Apa maksudmu, Nadia?” teriak Langit karena Nadia masih saja terlihat santai menghadapi mereka.
“Dasar wanita gila, aku tahu kamu mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal karena masih sakit hati karean putraku lebih memilih Karina daripada wanita kotor sepertimu,” ucap Ibu Marta, ibunya Langit, geram.
“Ibu Lentina merebut kebahagiaan ibuku sampai bercerai. Sekarang, anaknya pun mengikuti jejak ibunya, bukankah begitu, Ibu?” ucap Nadia sembari tersenyum tipis lalu berjalan menuju ruang kerjanya.
“Aku tidak pernah merebut Ayahmu dari Ibumu, Nadia. Aku dan ayahmu saling mencintai. Kalau saja Ibumu merestui Ayahmu menikah lagi mungkin saat ini kami bisa bersama-sama melayani Ayahmu sebagai suami bersama. Tapi Ibumu yang memilih pergi,” bantah Ibu Lentina membela diri.
pi saat itu Ibu juga masih memiliki suami. Istri macam apa yang berselingkuh di belakang suaminya dan rela meninggalkan suami demi merebut kebahagiaan orang lain. Sekarang anakmu pun mengikuti jejakmu dengan merebut tunangan orang lain,” ucap Nadia sinis.
Pertikaian antar keluarga itu terdengar oleh beberapa karyawan. Namun, mereka bungkam dan langsung mengalihkan pandangan pada monitor lagi usai Lentina memperingati.
Sedangkan Lentina, diikuti oleh Karina, juga sang calon menantu dan besannya... mereka memasuki ruangan kerja Lentina setelah melihat sang ibu tiri menyeret paksa Nadia.
“Dasar anak kurang ajar! Mungkin satu pukulan akan membuatmu sadar kalau aku bukan seorang perusak rumah tangga orang!”
Lentina sudah menaikkan tangannya, siap melakukan pukulan. Akan tetapi, tangannya ditahan oleh seseorang.
“Apa aku datang di saat yang tidak tepat?” tanya Seseorang yang baru datang dan langsung mencuri perhatian.
“Ka-kamu!”
“Kamu kenal pria tampan itu, Karina?” bisik Ibu Lentina yang sangat terpesona dengan paras rupawan Arjuna.“Hmm, dia itu seorang penipu, Bu. Dia yang melakukan hal tak senonoh dengan Nadia lalu masih mengaku sebagai Arjuna Anwar,” jawab Karina sinis.Awalnya Ibu Lentina sangat kagum dengan paras rupawan dan tubuh atletis seorang Arjuna Anwar. Tapi sayang sekali kekaguman itu berubah menjadi tatapan sengit dan ejekan yang dilontarkan oleh Ibu Lentina.“Siapa kamu beraninya datang tanpa pemberitahuan seperti ini ke perusahaanku?” bentak Ibu Lentina.“Calon mertuaku benar, memangnya perusahaan ini bisa dimasuki sembarang orang sepertimu,” imbuh Langit.Arjuna menyeringai tipis, melihat para manusia serakah dan tidak tahu malu di depannya itu. Lirikan matanya sekilas melihat ke arah Nadia yang mencoba untuk tegar namun sebenarnya rapuh itu. Satu lawan empat orang bagaimana Nadia bisa sekuat itu. Lalu tatapannya kembali ke depan dua orang yang meremehkannya barusan.“Datang tanpa pemberita
Mereka semua yang ada di ruangan itu tampak terkejut karena Arjuna sangaja datang ingin menemui Nadia. “Ini tidak boleh dibiarkan, Nadia tidak boleh mendapatkan pria yang lebih mapan dariku,” gumam Karina dalam hati, dia mengepalkan tangannya kesal merasa cemburu dengan Nadia.“Tuan Arjuna. Bagaimana kalau kita ke ruang meeting saja. Kami biasanya menjamu para tamu di ruang Meeting perusahaan. Kita bisa mengobrol bersama dengan santai, Bukan?” bujuk Karina dengan wajah yang lemah lembut berusaha untuk mengambil hati Arjuna.“Tidak perlu, urusanku bukan dengan kalian, tapi dengan Nadia. Terlebih penting kalau ada Pak Abraham aku mau bicara dengannya juga,” jawab Arjuna.Karina tampak tidak suka dengan jawaban itu, apalagi melihat tangan kekar Arjuna yang merangkul pundak Nadia dengan mesra. Nadia hanya diam di sampingnya dengan senyuman yang merekah, dia seolah sedang menertawakan Karina yang sedang berusaha mendapatkan hati Arjuna.“Ayah masih lama datang ke perusahaan, bagaimana kala
“Nadia, kali ini citramu sebagai orang yang menjaga kehormatan akan hilang!"Seorang perempuan muda terlihat menatap sengit ke arah Nadia yang terlihat kelelahan.Nadia Abraham yang baru pulang kerja, dipaksa mendatangi kencan buta yang diatur oleh istri baru sang ayah. Seharusnya yang akan menjalani kencan buta ini adalah saudara tirinya. Namun saudara tirinya tidak dapat dihubungi, jadilah dia yang menggantikan.Dia tahu ini hanya akal-akalan ibu tirinya. Akan tetapi, Nadia tidak punya pilihan selain menurut, sebab keberhasilan kencan ini menentukan nasib perusahaan ayahnya.Sambil menghela nafas kasar Nadia mendumal, “Dasar Ibu tiri licik!"Nadia menunggu dengan lelah. Dia terus melihat jam di tangan, tapi tidak ada tanda-tanda pria itu akan datang. Karena perutnya sudah keronconang, dia segera melahap makanan yang tersaji di meja.Di jarak yang tak terlihat oleh Nadia, seorang perempuan yang selalu memperhatikan gerak gerik Nadia merasa puas.Tak berselang lama usai melahap makana
“Orang tua?”Nadia memicing ke arah pria itu. Rasa panas yang menguasai tubuhnya serasa semakin membara ketika melihat tubuh tegap pria tampan itu.Dia menelan ludahnya, lalu berdiri mendekati sang arjuna. “Berarti kamu adalah orang yang dimaksud oleh Ayahku untuk menjalani kencan buta denganku?”Gejolak yang dia rasakan semakin menggila saat melihat sosok tampan di hadapannya. Nalurinya bergerak sendiri berdiri dan mencoba meraih pria tampan itu."A-aku bersedia menghabiskan malam denganmu, Tuan." Entah keberanian dari mana, Nadia berujar demikian sembari melingkarkan tangan ke leher pria yang baru dia temui itu."Lepas!" Dengan kasar, pria itu melepas rangkulan tangan Nadia.Dia selalu tidak suka dengan gadis yang sembarangan menyentuh tubuhnya. Orang tua pria itu memang baru saja membicarakan tentang pernikahan, tapi dia tidak tahu kalau mereka menjebaknya dengan kehadiran seorang wanita di kamarnya.Terlebih, baru kali ini wanita yang dikirimi orang tuanya terlihat begitu nakal, l
“A-aku juga tidak mengenalinya, aku datang ke hotel ini juga atas dasar permintaan Ayah untuk kencan buta,” jawab Nadia santai. Sebenarnya dia juga tidak tahu siapa pria yang berada di sampingnya kini.“Dia bukan orang yang Ayah pilih untuk kencan buta denganmu!” balas Pak Abraham kesal bukan main, wajahnya menunjukkan kalau sedang marah sekaligus kecewa karena gagal mendapatkan uang.Nadia terkejut mendengar ucapan Ayahnya, lalu dia melihat dengan seksama wajah pria yang kini duduk santai di ranjang.Wajah terkejut juga terlihat dari ekspresi Karina. Dia sedikit kesal, sebab Nadia masih diberi keberuntungan menghabiskan malam dengan pria tampan. Bukan dengan sosok gempal dan tua, seperti yang dia tahu.Namun, alih-alih menyuarakan kekesalannya, Karina lebih memilih fokus pada tujuannya kali ini. Membuat Nadia dan Langit putus.“Nadia, aku tidak menyangka kamu semunafik ini!" decih Karina. "Kamu selalu menunjukkan jika kamu wanita polos di depan umum, ternyata... kamu seliar ini,” uca
Mereka semua yang ada di ruangan itu tampak terkejut karena Arjuna sangaja datang ingin menemui Nadia. “Ini tidak boleh dibiarkan, Nadia tidak boleh mendapatkan pria yang lebih mapan dariku,” gumam Karina dalam hati, dia mengepalkan tangannya kesal merasa cemburu dengan Nadia.“Tuan Arjuna. Bagaimana kalau kita ke ruang meeting saja. Kami biasanya menjamu para tamu di ruang Meeting perusahaan. Kita bisa mengobrol bersama dengan santai, Bukan?” bujuk Karina dengan wajah yang lemah lembut berusaha untuk mengambil hati Arjuna.“Tidak perlu, urusanku bukan dengan kalian, tapi dengan Nadia. Terlebih penting kalau ada Pak Abraham aku mau bicara dengannya juga,” jawab Arjuna.Karina tampak tidak suka dengan jawaban itu, apalagi melihat tangan kekar Arjuna yang merangkul pundak Nadia dengan mesra. Nadia hanya diam di sampingnya dengan senyuman yang merekah, dia seolah sedang menertawakan Karina yang sedang berusaha mendapatkan hati Arjuna.“Ayah masih lama datang ke perusahaan, bagaimana kala
“Kamu kenal pria tampan itu, Karina?” bisik Ibu Lentina yang sangat terpesona dengan paras rupawan Arjuna.“Hmm, dia itu seorang penipu, Bu. Dia yang melakukan hal tak senonoh dengan Nadia lalu masih mengaku sebagai Arjuna Anwar,” jawab Karina sinis.Awalnya Ibu Lentina sangat kagum dengan paras rupawan dan tubuh atletis seorang Arjuna Anwar. Tapi sayang sekali kekaguman itu berubah menjadi tatapan sengit dan ejekan yang dilontarkan oleh Ibu Lentina.“Siapa kamu beraninya datang tanpa pemberitahuan seperti ini ke perusahaanku?” bentak Ibu Lentina.“Calon mertuaku benar, memangnya perusahaan ini bisa dimasuki sembarang orang sepertimu,” imbuh Langit.Arjuna menyeringai tipis, melihat para manusia serakah dan tidak tahu malu di depannya itu. Lirikan matanya sekilas melihat ke arah Nadia yang mencoba untuk tegar namun sebenarnya rapuh itu. Satu lawan empat orang bagaimana Nadia bisa sekuat itu. Lalu tatapannya kembali ke depan dua orang yang meremehkannya barusan.“Datang tanpa pemberita
Karina mengucek matanya untuk memperjelas apakah benar Arjuna Anwar yang merupakan putra pertama dari pemilik perusahaan besar bergerak di bidang real estate itu?“Banyak yang mengaku sebagai Arjuna Anwar di kota ini, apa mungkin kamu salah satunya?” tanya Karina sembari membuang kartu nama itu.“Jadi lelaki ini mengaku sebagai Arjuna Anwar? Cih pantas saja Nadia sampai tertipu!” cibir Langit.“Kalian bisa berkata seperti itu karena belum pernah bertatap muka dengan seorang Arjuna Anwar, ‘kan?” tanya Arjuna dengan penuh tekanan. Karena memang dia selalu menggunakan perantara asisten untuk bertemu dengan tamu yang menurutnya tidak penting.Langit maupun Karina menggertakan giginya mendengar ucapan itu. Memang benar mereka tidak pernah bertatap muka langsung, tapi tidak seharusnya lelaki di hadapannya bertingkah sombong seperti itu.“Walau begitu aku adalah mitra bisnis dari perusahaan besar milik Arjuna,” jawab Langit.“Aku sampai lupa kalau memiliki hubungan bisnis dengan pemilik peru
“A-aku juga tidak mengenalinya, aku datang ke hotel ini juga atas dasar permintaan Ayah untuk kencan buta,” jawab Nadia santai. Sebenarnya dia juga tidak tahu siapa pria yang berada di sampingnya kini.“Dia bukan orang yang Ayah pilih untuk kencan buta denganmu!” balas Pak Abraham kesal bukan main, wajahnya menunjukkan kalau sedang marah sekaligus kecewa karena gagal mendapatkan uang.Nadia terkejut mendengar ucapan Ayahnya, lalu dia melihat dengan seksama wajah pria yang kini duduk santai di ranjang.Wajah terkejut juga terlihat dari ekspresi Karina. Dia sedikit kesal, sebab Nadia masih diberi keberuntungan menghabiskan malam dengan pria tampan. Bukan dengan sosok gempal dan tua, seperti yang dia tahu.Namun, alih-alih menyuarakan kekesalannya, Karina lebih memilih fokus pada tujuannya kali ini. Membuat Nadia dan Langit putus.“Nadia, aku tidak menyangka kamu semunafik ini!" decih Karina. "Kamu selalu menunjukkan jika kamu wanita polos di depan umum, ternyata... kamu seliar ini,” uca
“Orang tua?”Nadia memicing ke arah pria itu. Rasa panas yang menguasai tubuhnya serasa semakin membara ketika melihat tubuh tegap pria tampan itu.Dia menelan ludahnya, lalu berdiri mendekati sang arjuna. “Berarti kamu adalah orang yang dimaksud oleh Ayahku untuk menjalani kencan buta denganku?”Gejolak yang dia rasakan semakin menggila saat melihat sosok tampan di hadapannya. Nalurinya bergerak sendiri berdiri dan mencoba meraih pria tampan itu."A-aku bersedia menghabiskan malam denganmu, Tuan." Entah keberanian dari mana, Nadia berujar demikian sembari melingkarkan tangan ke leher pria yang baru dia temui itu."Lepas!" Dengan kasar, pria itu melepas rangkulan tangan Nadia.Dia selalu tidak suka dengan gadis yang sembarangan menyentuh tubuhnya. Orang tua pria itu memang baru saja membicarakan tentang pernikahan, tapi dia tidak tahu kalau mereka menjebaknya dengan kehadiran seorang wanita di kamarnya.Terlebih, baru kali ini wanita yang dikirimi orang tuanya terlihat begitu nakal, l
“Nadia, kali ini citramu sebagai orang yang menjaga kehormatan akan hilang!"Seorang perempuan muda terlihat menatap sengit ke arah Nadia yang terlihat kelelahan.Nadia Abraham yang baru pulang kerja, dipaksa mendatangi kencan buta yang diatur oleh istri baru sang ayah. Seharusnya yang akan menjalani kencan buta ini adalah saudara tirinya. Namun saudara tirinya tidak dapat dihubungi, jadilah dia yang menggantikan.Dia tahu ini hanya akal-akalan ibu tirinya. Akan tetapi, Nadia tidak punya pilihan selain menurut, sebab keberhasilan kencan ini menentukan nasib perusahaan ayahnya.Sambil menghela nafas kasar Nadia mendumal, “Dasar Ibu tiri licik!"Nadia menunggu dengan lelah. Dia terus melihat jam di tangan, tapi tidak ada tanda-tanda pria itu akan datang. Karena perutnya sudah keronconang, dia segera melahap makanan yang tersaji di meja.Di jarak yang tak terlihat oleh Nadia, seorang perempuan yang selalu memperhatikan gerak gerik Nadia merasa puas.Tak berselang lama usai melahap makana