Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Arjuna / BAB 4 Mulai Sekarang Kita Putus

Share

BAB 4 Mulai Sekarang Kita Putus

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2025-02-11 22:00:16

Karina mengucek matanya untuk memperjelas apakah benar Arjuna Anwar yang merupakan putra pertama dari pemilik perusahaan besar bergerak di bidang real estate itu?

“Banyak yang mengaku sebagai Arjuna Anwar di kota ini, apa mungkin kamu salah satunya?” tanya Karina sembari membuang kartu nama itu.

“Jadi lelaki ini mengaku sebagai Arjuna Anwar? Cih pantas saja Nadia sampai tertipu!” cibir Langit.

“Kalian bisa berkata seperti itu karena belum pernah bertatap muka dengan seorang Arjuna Anwar, ‘kan?” tanya Arjuna dengan penuh tekanan. Karena memang dia selalu menggunakan perantara asisten untuk bertemu dengan tamu yang menurutnya tidak penting.

Langit maupun Karina menggertakan giginya mendengar ucapan itu. Memang benar mereka tidak pernah bertatap muka langsung, tapi tidak seharusnya lelaki di hadapannya bertingkah sombong seperti itu.

“Walau begitu aku adalah mitra bisnis dari perusahaan besar milik Arjuna,” jawab Langit.

“Aku sampai lupa kalau memiliki hubungan bisnis dengan pemilik perusahaan kecil sepertimu, Langit Suwarto,” ucap Arjuna.

Sesaat, wajah Langit memucat,“Bagaimana kamu tahu siapa namaku?" Namun detik berikutnya, dia kembali menampakkan aura sombong, "Ah siapa yang tak kenal pemilik perusahaan yang kamu hina kecil itu!”

Arjuna tertawa kecil lalu dia mengucapkan kata, “Kamu benar siapa yang tidak kenal dengan seorang Langit Suwarto yang suka berselingkuh dari kekasihnya?”

Terjadi adu mulut antar lelaki itu, Nadia yang sejak tadi memperhatikan mereka malah tertarik dengan ekpresi sang Ayah.

“Cukup. Kalau memang benar kamu adalah Arjuna Anwar. Kamu harus membayar ganti rugi atas perbuatanmu!” Pak Abraham yang sedari tadi diam kini berujar, tampak menantang.

Nadia mendengus, dia menggumam dalam hati,“Cih, sampai sejauh ini hanya uang yang dia pikirkan!”

"Katakan saja aku harus mengganti rugi berapa?” tanya Arjuna.

“Ayah, dia mana mungkin punya uang. Aku yakin dia hanya seorang penipu!” seru Karina.

“Diam kamu,” bisik Pak Abraham dengan nada memerintah. “Satu Milyar!” tegas Pak Abraham dengan wajah yang sumringah. Wajahnya berubah drastis ketika membicarakan soal uang. Mau seorang penipu atau bukan yang penting dia akan mendapatkan uang.

Arjuna tersenyum, uang satu milyar itu tidak seberapa baginya. Tapi apakah pantas seorang Ayah menjual putri kandungnya seperti itu? Benar-benar hubungan keluarga yang rumit.

Arjuna menatap Langit yang masih meremehkannya dari tatapan. Dia menatap Langit, kemudian beralih ke Pak Abraham.

“Aku akan memberikan uang itu, tapi bukan kepada Anda,” ucap Arjuna.

“Kamu telah menodai putriku, kalau tidak memberikan uang kompensasi kepadaku, lalu ke siapa lagi?” teriak Pak Abraham naik pitam.

“Ayah, sepertinya dia memang pembual. Kasihan sekali Nadia ini ditiduri oleh seorang lelaki miskin yang tidak punya uang,” ledek Karina.

Pak Abraham menunjukkan wajah kecewa pada Nadia. “Ayah sangat kecewa padamu, ternyata kamu jauh lebih rendahan dari pada apa yang kamu ucapkan ke Karina,” ucap Pak Abraham sembari keluar dari kamar hotel.

Setelah itu, Karina dan Langit mengikuti. Tidak lupa, sebelum Langit keluar dari kamar itu, dia memutuskan Nadia.

"Mulai sekarang, kita putus, Nadia. Aku akan menikahi Karina setelah ini,"

Nadia duduk di ranjang kamar itu lalu merenung memikirkan nasibnya ke depan. Sedangkan, pria yang mengaku sebagai Arjuna itu menemani di sampingnya.

“Jawab jujur siapa kamu sebenarnya?” tanya Nadia dengan tatapan tajam.

“Kenapa aku harus menjawab untuk yang kedua kali, bukankah tadi aku sudah menjawabnya,” jawab Arjuna.

“Sejujurnya aku masih belum percaya,” ucap Nadia. Namun, dia lebih memilih pergi daripada bertanya lebih lanjut mengenai identitas pria itu.

Meninggalkan pria yang mengaku bernama Arjuna, Nadia memutuskan untuk datang ke perusahaan.

“Dasar tidak tahu malu, masih berani datang ke perusahaan!”

“Aku pikir dia wanita terhormat, ternyata suka bermain dengan pria sembarangan untuk melepas penat!”

Cibiran itu langsung terdengar begitu Nadia memasuki lobi perusahaan.

Meski cibiran itu mengganggu, Nadia tidak menghentikan langkahnya. Dia terus menuju ke sebuah ruangan, tetapi beberapa orang menghadangnya.

"Mau apa lagi kamu ke sini, wanita murahan! Bukankah anakku sudah memutuskan hubungannya denganmu?"

Mereka adalah ibunya Langit, yang terlihat sedang menggandeng Karina yang kini tersenyum jumawa.

Nadia menatap nanar ke empat orang itu bergantian. Dua pasang ibu dan anak kini terlihat kompak menatapnya jengah.

"Apakah ucapanku tadi kurang jelas?" Kali ini, Langit kembali angkat bicara. "Pernikahan kita batal, karena aku akan menikahi Karina."

“Menikah saja kalau kalian saling cinta.”

Nadia mengucap itu walau sebenarnya hatinya rapuh. Orang yang dulu sangat dia cintai, kini mengkhianatinya. Namun setelah kejadian semalam dan hari ini, hal itu membuka mata Nadia.

Dia tidak benar-benar dicintai oleh Langit. Nadia juga menatap ke arah saudara tirinya.

“Aku ucapkan selamat atas kehamilanmu, Karina. Cepatlah menikah sebelum semua orang mencemoohmu sebagai seorang perebut tunangan saudarimu ini,” ucap Nadia kalem, tapi membuat Karian dan ibunya tertusuk sampai dalam hatinya.

“Jaga bicaramu Nadia. Kamu lebih kotor dari Karina!” seru Ibu Lentina seraya menunjuk Nadia dengan jari telunjuknya. Wajahnya menunjukkan kemarahan karena tidak terima atas ucapan sang anak sambung.

Nadia tersenyum tipis lalu mentap Ibu Lentina, ibu tirinya, dengan tatapan tajam seraya berkata, “Mungkin aku memang lebih kotor, tapi sepertinya pepatah 'Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya', itu memang benar.”

“Apa maksudmu, Nadia?” teriak Langit karena Nadia masih saja terlihat santai menghadapi mereka.

“Dasar wanita gila, aku tahu kamu mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal karena masih sakit hati karean putraku lebih memilih Karina daripada wanita kotor sepertimu,” ucap Ibu Marta, ibunya Langit, geram.

“Ibu Lentina merebut kebahagiaan ibuku sampai bercerai. Sekarang, anaknya pun mengikuti jejak ibunya, bukankah begitu, Ibu?” ucap Nadia sembari tersenyum tipis lalu berjalan menuju ruang kerjanya.

“Aku tidak pernah merebut Ayahmu dari Ibumu, Nadia. Aku dan ayahmu saling mencintai. Kalau saja Ibumu merestui Ayahmu menikah lagi mungkin saat ini kami bisa bersama-sama melayani Ayahmu sebagai suami bersama. Tapi Ibumu yang memilih pergi,” bantah Ibu Lentina membela diri.

"Tapi saat itu Ibu juga masih memiliki suami. Istri macam apa yang berselingkuh di belakang suaminya dan rela meninggalkan suami demi merebut kebahagiaan orang lain. Sekarang anakmu pun mengikuti jejakmu dengan merebut tunangan orang lain,” ucap Nadia sinis.

Pertikaian antar keluarga itu terdengar oleh beberapa karyawan. Namun, mereka bungkam dan langsung mengalihkan pandangan pada monitor lagi usai Lentina memperingati.

Sedangkan Lentina, diikuti oleh Karina, juga sang calon menantu dan besannya... mereka memasuki ruangan kerja Lentina setelah melihat sang ibu tiri menyeret paksa Nadia.

“Dasar anak kurang ajar! Mungkin satu pukulan akan membuatmu sadar kalau aku bukan seorang perusak rumah tangga orang!”

Lentina sudah menaikkan tangannya, siap melakukan pukulan. Akan tetapi, tangannya ditahan oleh seseorang.

“Apa aku datang di saat yang tidak tepat?” tanya Seseorang yang baru datang dan langsung mencuri perhatian.

“Ka-kamu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 5 Aku datang untuk menemui, Dia.

    “Kamu kenal pria tampan itu, Karina?” bisik Ibu Lentina yang sangat terpesona dengan paras rupawan Arjuna.“Hmm, dia itu seorang penipu, Bu. Dia yang melakukan hal tak senonoh dengan Nadia lalu masih mengaku sebagai Arjuna Anwar,” jawab Karina sinis.Awalnya Ibu Lentina sangat kagum dengan paras rupawan dan tubuh atletis seorang Arjuna Anwar. Tapi sayang sekali kekaguman itu berubah menjadi tatapan sengit dan ejekan yang dilontarkan oleh Ibu Lentina.“Siapa kamu beraninya datang tanpa pemberitahuan seperti ini ke perusahaanku?” bentak Ibu Lentina.“Calon mertuaku benar, memangnya perusahaan ini bisa dimasuki sembarang orang sepertimu,” imbuh Langit.Arjuna menyeringai tipis, melihat para manusia serakah dan tidak tahu malu di depannya itu. Lirikan matanya sekilas melihat ke arah Nadia yang mencoba untuk tegar namun sebenarnya rapuh itu. Satu lawan empat orang bagaimana Nadia bisa sekuat itu. Lalu tatapannya kembali ke depan dua orang yang meremehkannya barusan.“Datang tanpa pemberita

    Last Updated : 2025-02-11
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 6 Maukah Kamu Menikah denganku?

    Mereka semua yang ada di ruangan itu tampak terkejut karena Arjuna sangaja datang ingin menemui Nadia. “Ini tidak boleh dibiarkan, Nadia tidak boleh mendapatkan pria yang lebih mapan dariku,” gumam Karina dalam hati, dia mengepalkan tangannya kesal merasa cemburu dengan Nadia.“Tuan Arjuna. Bagaimana kalau kita ke ruang meeting saja. Kami biasanya menjamu para tamu di ruang Meeting perusahaan. Kita bisa mengobrol bersama dengan santai, Bukan?” bujuk Karina dengan wajah yang lemah lembut berusaha untuk mengambil hati Arjuna.“Tidak perlu, urusanku bukan dengan kalian, tapi dengan Nadia. Terlebih penting kalau ada Pak Abraham aku mau bicara dengannya juga,” jawab Arjuna.Karina tampak tidak suka dengan jawaban itu, apalagi melihat tangan kekar Arjuna yang merangkul pundak Nadia dengan mesra. Nadia hanya diam di sampingnya dengan senyuman yang merekah, dia seolah sedang menertawakan Karina yang sedang berusaha mendapatkan hati Arjuna.“Ayah masih lama datang ke perusahaan, bagaimana kala

    Last Updated : 2025-02-25
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 7 Aku bersedia

    Nadia tersenyum lebar, tampak wajahnya sangat bahagia dengan ucapan dari Arjuna. Tentu saja Nadia tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini untuk membuat mantan kekasih yang telah mencampakannya juga saudara tirinya kesal.“Aku, bersedia menjadi istrimu,” jawab Nadia.“Tidak!” seru Karina reflek lalu menutupi mulutnya dengan tangan.“Kenapa tidak, Karina?” ucap Nadia dengan senyuman yang merekah. “Kamu juga bahagia akan menikah, bukan? Sama seperti kamu yang sedang bahagia, maka ijinkan aku untuk menikah juga dengan pria yang mencintaiku,”Ucapan itu terdengar biasa saja, tapi sebenarnya merupakan pukulan telak untuk Langit yang telah berkhianat untuknya. Untuk Karina yang selalu membanggakan diri setelah merebut apa yang Nadia miliki selama ini.“Tapi keluarga kita menganut tradisi dalam satu tahun tidak boleh menikahkan dua anak sekaligus, ini akan berakibat buruk bagi keluarga kita menurut nenek moyang,” ucap Ibu Lentina yang juga berusaha menghalangi pernikahan Nadia.“Ini sudah ta

    Last Updated : 2025-02-26
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 8 Ibu Tidak Menerima Menantu

    Jantung Arjuna semakin berdebar melihat ekpresi terkejut Nadia. Wanita cantik itu semakin terlihat cantik di matanya.“Lebih cepat lebih baik, bukan?” jawab Arjuna yang sudah tidak sabar membawa Nadia menghadap Nyonya Rana Anwar, yakni ibunda tercinta yang selalu mengharapkan Arjuna menikah.“Aku ini hanya anak dari pengusaha bangkrut yang ayah dan ibunya juga bercerai, aku sangat takut bertemu dengan orang tuamu,” ucap Nadia sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia merasa kehadirannya di tengan keluarga Arjuna akan ditolak.Arjuna berdiri dari tempat duduknya, dia merangkul Nadia dengan lembut seraya berkata, “Aku tidak peduli respon orang sekitarku terhadapmu, yang jelas aku menginginkanmu, Nadia,”Nadia tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia takut melangkah, di satu sisi Ayahnya sudah menerima uang sebanyak itu dari Arjuna. Satu sisi lagi dia baru saja patah hati haruskah benar-benar menerima pernyataan cinta Arjuna dan menikah dengannya walau nanti perjalanan cintanya akan

    Last Updated : 2025-02-27
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 9 Terperangkap Rayuan

    Nyonya Rana menatap sang putra dengan senyuman manisnya, lalu mengirim sebuah link berita terpanas hari ini ke nomor Arjuna.“Cek saja apa yang Ibu kirim ke ponselmu,” jawab Nyonya Rana sembari duduk di sofa ruang tamu.“I-ni,” ucap Arjuna terbata. Matanya terbelalak melihat berita yang hangat hari ini. Sosok wanita cantik yang memamerkan tubuh indahnya itu adalah Nadia, topik itu berjudul, “Putri pemilik perusahaan tas terkemuka di kota ini yang terkenal sebagai sosok yang menginspirasi ternyata memiliki sisi liar seperti ini,”Bahkan banyak komen dari netizen yang mengatakan bahwa jangan percaya dengan wajah polos seseorang, karena bisa saja sebenarnya pergaulannya buruk.“Memangnya berita apa yang sedang viral hari ini?” ucap Nadia seraya merebut ponsel Arjuna. Dia sama sekali tidak terkejut dengan foto yang beredar di internet dan akun-akun gossip yang cepat menyebar seperti angin itu. Bahkan banyak komen dari akun pria yang melecehkannya.“Kam

    Last Updated : 2025-02-28
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 10 Di Cap Sebagai Pelakor

    Arjuna menggertakkan giginya karena sikap sang Ibu yang menolak Nadia sebagai calon istrinya.“Baik aku akan membawanya pergi,” ucap Arjuna seraya menggenggam tangan Nadia.“Memang seharusnya seperti itu. Kamu tidak membawa wanita kotor ke rumah ini,” balas Nyonya Rana.“Tapi ibu harus ingat, aku tidak akan menikah selain dengan Nadia,” ucap Arjuna lalu melihat ke arah Nadia.“Ayo Nadia kita pergi,”Nadia mengangguk lalu pergi mengikuti Arjuna. Sedangkan Nyonya Rana memegang kepalanya yang pusing karena putra yang diharapkan untuk segera menikah malah membawa wanita yang jauh dari ekspektasinya. Nyonya Rana memanggil pelayan dengan menjentikkan jari seraya berkata, “Selidiki latar belakang wanita yang dibawa putraku,”Di luar rumah itu, Nadia melepaskan genggaman tangan Arjuna. Sehingga mereka berdua menghentikan langkah sejenak.“Ada apa, Nadia?” tanya Arjuna.“Arjuna sebelum terlambat mari kita sudahi permainan ini,” jawab Na

    Last Updated : 2025-03-01
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 11 Nyonya Rana ingin bertemu

    Nadia sengaja ingin melihat reaksi sang Ayah. Karena selama ini dia selalu membela Karina dan Ibu tirinya walau bukan Nadia yang salah.Apa kali ini sang Ayah hanya akan diam saja melihat nama keluarganya sudah tercoreng walau sudah ketahuan bahwa pelaku penyebaran foto itu adalah Karina dan Ibunya.“Diamlah, ini bukan saatnya berseteru. Sesuai permintaanmu Nadia, Ayah akan mencari cara untuk menemukan pelaku penyebaran fotomu,” ucap Pak Abraham.“Seharusnya memang begitu, Ayah. Karena kalau pernikahanku dan Arjuna sampai gagal. Dia akan menarik kembali uang satu milyar yang sudah diberikan kepada Ayah,” balas Nadia.“Itu yang Ayah takutkan, dari mana Ayah mengganti uang sebanyak itu!” seru Pak Abraham sembari mengepalkan tangannya.Berbeda dengan Nadia yang tersenyum senang dengan sikap sang Ayah. Justru Karina dan Ibunya terlihat ketar ketir.“Aku tahu Ayah, uang itu mungkin sudah digunakan foya-foya oleh istri dan anak tercinta Ayah. Maka

    Last Updated : 2025-03-01
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 12 Terima Uang Ini dan tinggalkan Putraku

    Keesokan harinya dimana hari yang telah di tunggu untuk bertemu Nyonya Rana sudah tiba. Tepat pukul dua belas siang di kafe mawar sesuai janji Nadia menemui Nyonya Rana calon ibu mertuanya.Mata Nadia melihat sekeliling mencari sosok Nyonya Rana yang akan ditemuinya, matanya tertuju pada sebuah meja di paling pojok. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik memkai dress motif bunga sedang duduk dengan anggun sambil menikmati kopi di cangkirnya.“Selamat siang, Nyonya Rana,” sapa Nadia.“Duduklah,” jawab Nyonya Rana sembari menyeruput kopi dalam cangkirnya.Nadia duduk melihat gurat wajah Nyonya Rana sepertinya beliau masih tidak menyukai Nadia.“Punya nyali juga kamu datang menemuiku,” ucap Nyonya Rana dengan tatapan sinisnya.“Aku mendapatkan undangan pertemuan yang disampaikan Asisten Yoga jadi aku wajib datang, bukan,” balas Nadia.Nyonya Rana menatap wajah cantik Nadia lekat-lekat. Dia sudah menerima informasi tentang apa saja menengenai Nadia dari anak buahnya. Informas

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 110 Ijinkan aku bahagia

    Langit menatap Nadia dengan tatapan penuh kegembiraan. Langit tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengatakan bahwa dia masih ingin bersama Nadia.“Tolong tinggalkan Arjuna dan hidup bersamaku!” tegas Langit dia ingin menggenggam tangan Nadia tapi Nadia reflek menjauhkan tangan dari jangkauan Langit.“Kamu itu sungguh tidak tahu diri. Apa kamu pikir setelah kamu campakan dan ibumu hina aku masih sudi menjalin hubungan denganmu!” seru Nadia yang sangat kesal dengan ucapan Langit itu.“Nadia, aku sangat menyesal. Tolong mengertilah Nadia, jika itu kamu yang berada di posisiku aku yakin kamu pasti melakukan hal yang sama,” ucap Langit lalu dia berlutut di depan Nadia.Nadia yang melihat Langit berlutut memohon seperti itu, hatinya sangat tidak tergugah dia justru jijik depan apa yang dilakukan Langit.“Kalau begitu coba kamu posisikan dirimu di posisiku waktu itu,” balas Nadia.“Aku tidak bisa membayangkannya karena aku merasa kamu kecewakan,” jawab Langit.“Justru aku yang kecewa

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 109 Kenapa kamu ingin balikan

    Arjuna langsung memarkir mobilnya sembarangan lalu segera berlari ke lobby biasa yang dipakai untuk antar jemput siswa. Dia sangat panic mendengar percakapan Nadia. Jika sampai Bima diculik dia akan menuntut pihak sekolah.“Ayaahhh,” teriak Bima.Suara anak itu membuat Arjuna berhenti berlari lalu menoleh ke sumber suara bocah yang memanggilnya.“Bima,” gumam Arjuna.Bima berlari ke arah Arjuna dan memeluknya erat, Arjuna yang tadinya panic menjadi lega karena Bima ada dipelukannya. Sedangkan Nadia yang ikut mengejarnya tengah ngos-ngosan ketika sudah berada di dekatnya.“Kenapa berlari sekencang itu?” ucap Nadia disela nafasnya yang berderu kencang.“Aku mendengarmu kalau Bima sudah ada yang menjemput, jadi aku panic dan khawatir kalau Bima diculik,” balas Arjuna.“Aku juga sama ikut panic tapi kita bisa ‘kan berpikir jernih dulu, sebelum bertindak,” ucap Nadia mencoba mengontorl emosinya.“Maafkan aku,” balas Arjuna lalu mereka bertiga berpelukan bersama.“Sudah sudah jangan berteng

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 108 Lelaki pertama yang tidur dengannya

    Nadia segera melihat siapa yang menelpon di ponselnya. Ternyata itu adalah Langit yang entah ingin mengatkan apa, Nadia yang tidak napsu untuk mengangkat telpon itu langsung mematikan dan menyimpan ponsel ke dalam tasnya kembali.“Dari orang yang tak penting, aku tak mau mengangkatnya,” gumam Nadia.“Apa aku pukuli saja dia sampai bengek ya,” ucap Arjuna kesal.“Jangan nanti kamu berurusan dengan polisi,” balas Nadia.“Berurusan dengan polisi itu hal yang mudah diatasi, tapi kalau bajingan gila itu meminta uang ganti rugi aku tidak sudi memberikannya. Uang akan sangat menguntungkan baginya,” ucap Arjuna sedikit marah dia membanyangkan Langit akan mendapatkan keuntungan dari satu pukulan yang dia berikan padannya.“Aku juga tidak sudi bagian tubuhku menyentuh tubuh pria miskin itu!” seru Arjuna lagi.“Tenangkan pikiranmu kita ini sedang menyetir loh,” ucap Nadia.Lagipula Nadia sudah tidak ada urusan lagi dengan Langit, peristiwa reuni sekolah tempo hari sudah mengisyaratkan semuanya,

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 107 Dunia serasa milik berdua.

    Arjuna mencumbu Nadia dengan semangat, dia ingin melampirkan kerinduan yang mendalam yang terbelenggu di benaknya.“Tolong hentikan, kita bisa telat menjemput Bima,” bujuk Nadia.“Aku tidak bisa menunda lagi,” balas Arjuna lalu mencecap bibir Nadia lembut.Kali ini Nadia tidak bisa berkutik dia pasrah saja dengan apa yang dilakukan oleh Arjuna. Mereka memadu kasih selama beberapa saat sebelum menjemput Bima.“Dasar pria mesum,” gerutu Nadia.“Biarkan saja, aku hanya bisa mesum padamu,” balas Arjuna sembari menyeringai tipis.“Apa di otakmu hanya ada hal bercumbu saja?” gerutu Nadia lagi sembari membetulkan kemeja yang dia pakai.“Sebenarnya sih tidak. Tapi saat bersamamu aku tidak bisa menahan hasrat bercumbu denganmu,” balas Arjuna kali ini disertai tertawa kencang.Nadia mendengus kesal mendengar ucapan Arjuna. Dia langsung memoles bedak di wajahnya sebelum akhirnya meminta cepatan untuk menjemput Bima.“Hei, tunggu!” seru Arjuna seraya mengikuti langkah kaki Nadia yang terlalu cep

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 106 Waktu terasa cepat berlalu saat bersamamu.

    Nadia menggelengkan kepalanya, dia tidak sakit tapi ssmalam hanya tidak bisa tidur."Aku sangat khawatir padamu, biar aku saja yang menyetir," ucap Arjuna."Boleh," jawab Nadia lalu menyerahkan kunci mobil kepada Arjuna. Nadia duduk di kursi belakang barang Bima, sambil mobil jalan Nadia mengganti baju Bima dengan seragam sekolah. Setelahnya Bima duduk di sebelah Arjuna di jok depan."Ibu," panggil Bima yang memerlukan sesuatu.Tapi saat dia menoleh Nadia sudah tidur di jok belakang dengan pulas "Biarkan saja ibumu tidur. Kamu butuh apa?' tanya Arjuna."Aku hanya ingin mengecek tas sekolahku, tapi ya sudahlah biarkan ibu tidur saja sebentar," balas Bima.Arjuna mengangguk pelan, dia mengusap rambut Bima lembut karena merasa Bima sangat khawatir terhadap Nadia."Ibumu hanya khawatir padamu jadi tidak tidur semalaman memikirkan kamu, itu feeling ayah saya," ucap Arjuna."Aku juga berpikir begitu, kasihan Ibu, kenapa aku tidak mengajak ibu saja menginap di rumah ayah," keluh Bima."Saba

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 105 Aku sangat menyesal

    Bima mengangguk pelan, tandanya dia mau memakan sandwich buatan Nyonya Rana.“Ambilah,” ucap Arjuna ketika melihat putranya mengangguk setuju untuk memakan Sandwich buatan Nyonya Rana.“Terima kasih, Ayah,” jawab BIma sembari mengambil sandwich yang disodorkan oleh Arjuna.Bima menggigit sandwich itu lalu menunjukkan jempol tangannya kepada sang Nenek.“Kamu menyukainya, Nak?” tanya Nyonya Rana.“Iya,” jawab Bima lalu menggigit lagi sarapan buatan Nyonya Rana.“Syukurlah,” ucap Nyonya Rana terenyum bahagia. Tak lupa Nyonya Rana menyeduh susu untuk Bima. Biasanya anak kecil suka diberikan susu oleh orang tuanya karena masa pertumbuhan. Seperti yang dia lakukan ketika Arjuna masih kecil.“Minumlah, Nak. Dulu Ayahmu sangat suka susu. Nenek selalu menyediakan susu sapi murni setiap pagi dan malam hari,” ucap Nyonya Rana bersemangat menceritakan sedikit masa lalu Arjuna.“Sama dong sama aku,” jawab Bima.“Maksudmu, kebiasaan Ayahmu itu sama denganmu?” tanya Nyonya Rana.“Iya,” balas Bima s

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 104 Berbaika dengan cucu

    Nyonya Rana menatap lembut wajah Arjuna dan membelainya..Wanita paruh baya itu tersenyum menatap putranya. "Jadilah suami dan ayah yang melindungi keluarga," ucap Nyonya Rana."Aku akan berusaha untuk itu, Bu," balas Arjuna."Ibu Beroda supaya kamu bisa menjadi Ayah dan Suami panutan buat keluargamu," ucap Nyonya Rana."terima kasih doanya Bu, aku juga berharap bisa menjadi seorang suami sekaligus Ayah panutan," balas Arjuna.Nyonya Rana memeluk Arjuna, dia berdoa penuh harap ayah putranya menjadi lelaki yang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Istri dan Anaknya harus bahagia."Sekarang istirahatlah besok ibu ingin bertemu dan bermain dengan cucu," ucap Nyonya Rana."Baiklah, ibu juga istirahat ya," balas Arjuna.Nyonya Rana mengangguk pelan, Arjuna keluar dari kamar sang Ibu lalu menemui sang Ayah di kamar Bima. Ternyata mereka berdua sudah tidur nyenyak di kamar berdua. Arjuna juga ikut tidur di kamar itu dia tidur di sofa dengan perasaan yang lega karena sudah mendapatkan r

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 103 Ibu Punya Pesan Untukmu

    Arjuna duduk di samping Nyonya Rana dia memeluk wanita paruh baya yang masih cantik itu. Sejenak seperti waktu terulang kembali ketika dia masih kecil dan dipelukan Nyonya Rana.“Bu, tidak ada anak yang senang melihat ibunya menderita,” ucap Arjuna.“Kalau begitu kenapa kamu masih saja ingin menikahi wanita murahan itu?” tanya Nyonya Rana. “Bukan karena dia sudah melahirkan putramu ‘kan. Kalau itu alasanmu tinggalkan wanita itu dan ambil putramu,” lanjut Nyonya Rana.“Ibu salah, aku sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali bertemu. Bukan karena dia telah melahirakan anakku. Kalau aku harus memisahkan anak dan ibu apa ibu mau jika aku dan ibu dipisahkan paksa?” jawab Arjuna.Nyonya Rana menundukkan pandangannya, tentu saja dia tidak ingin dijauhkan dari anak yang sudah dia lahirkan sendiri. Apa rasanya berjauhan dengan anak yang sudah dia kandung dan lahirkan sendiri. Lebih baik dirawat sendiri sepenuh hati.“Tentu saja tidak mau,” jawab Nyonya Rana.“Kalau begitu Bima dan Nadia ju

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 102 Sudah kalah dari kalian

    Nadia mengangguk, yang berarti mengijinkan Bima ikut bersama sang Ayah. Biarkan dia malam ini menghabiskan malam bersama Arjuna.“Ikutlah dengan Ayahmu dan ikuti semua aturannya,” jawab Nadia.“Terima kasih, Ibu. Hati-hati di jalan, ya,” balas Bima.Arjuna juga mengucapkan kata serupa kepada Nadia lalu melanjutkannya dengan kata, “Aku akan menjaga Bima seperti kamu menjaganya selama ini. Malam ini tidurlah dengan nyenyak, Nadia,”“Terima kasih, Arjuna. Aku akan percayakan putraku padamu,” balas Nadia.“Dia juga putraku, jadi aku akan menjaganya dengan baik kamu tidak usah berterima kasih segala,” ucap Arjuna.Mereka berpisah di parkiran, melajukan mobil ke tempat tujuan masing-masing. Bima si anak jenius itu mengatakan kepada Ayahnya perihal Nenek yang dibawa pulang dari tempat pertemuan keluarga tadi.“Ayah, apa yang Ayah dan Kakek lakukan pada Nenek yang jahat itu?” tanya Bima.“Hanya memberi hukuman ringan saja,” jawab Arjuna.“Aku harap nenek itu dihukum berat karena selalu menghin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status