Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Arjuna / BAB 5 Aku datang untuk menemui, Dia.

Share

BAB 5 Aku datang untuk menemui, Dia.

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2025-02-11 22:00:22

“Kamu kenal pria tampan itu, Karina?” bisik Ibu Lentina yang sangat terpesona dengan paras rupawan Arjuna.

“Hmm, dia itu seorang penipu, Bu. Dia yang melakukan hal tak senonoh dengan Nadia lalu masih mengaku sebagai Arjuna Anwar,” jawab Karina sinis.

Awalnya Ibu Lentina sangat kagum dengan paras rupawan dan tubuh atletis seorang Arjuna Anwar. Tapi sayang sekali kekaguman itu berubah menjadi tatapan sengit dan ejekan yang dilontarkan oleh Ibu Lentina.

“Siapa kamu beraninya datang tanpa pemberitahuan seperti ini ke perusahaanku?” bentak Ibu Lentina.

“Calon mertuaku benar, memangnya perusahaan ini bisa dimasuki sembarang orang sepertimu,” imbuh Langit.

Arjuna menyeringai tipis, melihat para manusia serakah dan tidak tahu malu di depannya itu. Lirikan matanya sekilas melihat ke arah Nadia yang mencoba untuk tegar namun sebenarnya rapuh itu. Satu lawan empat orang bagaimana Nadia bisa sekuat itu. Lalu tatapannya kembali ke depan dua orang yang meremehkannya barusan.

“Datang tanpa pemberitahuan? Apa benar perusahaan yang tinggal cangkang ini masih memerlukan aturan memberitahu dulu sebelum datang berkunjung?” ucap Arjuna.

“Jaga mulutmu. Siapa bilang perusahaanku tinggal cangkang saja!” teriak Ibu Lentina.

“Jangan marah seperti itu, bukankah pemilik perusahaan ini rela menukar putri kandungnya untuk menyelamatkan perusahaan?” cibir Arjuna.

“Aku harap kamu tidak menyebar gossip rendahan seperti ini. Mana ada orang tua yang rela menukar putri kandungnya demi menyelamatkan perusahaan,” jawab Ibu Lentina.

 Arjuna menertawakan Ibu Lentina yang pandai bersilat lidah seperti itu. Sedangkan Karina dan Langit tampak menggertakkan giginya karena kesal dengan kedatangan pria yang dia rasa sebagai pembuat onar.

“Apa kamu datang untuk memeras kami, hah?” bentak Karina.

“Memeras kalian. Apa kalian pikir aku kekurangan uang?” jawab Arjuna sambil menatap sinis mereka.

“Lalu untuk apa kamu datang kemari kalau bukan untuk memeras kami. Kamu mengancam kami dengan rumor orang tua kami menjual putri kandungnya demi menyelematkan perusahaan ‘kan,” ucap Karina.

“Benar, trik murahan seperti ini sudah biasa kami dengar. Jadi lebih baik kamu pergi saja dari sini,” bentak Langit.

“Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dari kami. Karena kami tidak takut dengan ancaman seorang penipu sepertimu,” ucap Ibu Lentina dengan nada kesal.

Nadia menghembuskan nafasnya pelan, dia merasa terselamatkan atas kedatangan Arjuna karena tidak jadi menerima pukulan dari sang Ibu tiri dan juga perundungan dari empat orang sekaligus. Tapi dia masih penasaran untuk apa pria yang bermalam dengannya semalam datan ke perusahaan. Sejak tadi dia diam memperhatikan suasana dulu hingga akhirnya angkat bicara.

“Tuan, maafkan karena sudah menunjukkan sisi buruk perusahaan ini,” ucap Nadia dengan ramah. Meski dia juga belum tahu tujuan Arjuna datang dan mengikutinya ke sini untuk apa. Hitung-hitung, balas budi karena pria itu telah menyelamatkannya dari orang-orang yang ingin menjadikannya samsak.

“Cih jangan sok jadi pahlawan kesiangan kamu Nadia. Untuk apa bersikap ramah dan sopan terhadap pria yang datang hanya untuk menipu kita,” bentak Ibu Lentina.

“Ehem, terima kasih Nona Nadia sudah menyambut kedatangan kami dengan ramah. Sebelumnya saya, Yoga, asisten Tuan Arjuna, minta maaf karena datang tanpa pemberitahuan,” ucap pria itu sambil berdeham.

Melihat siapa yang ada di samping Arjuna membuat Karina dan Langit terkejut. Ada seorang asisten yang sangat mereka kenal. Dialah orang yang selalu mewakili kehadiran Arjuna di setiap urusan pekerjaan.

“Tuan Yoga, maafkan kami yang tidak menyadari kedatangan Anda,” ucap Karina lembut. Sejenak sikap mereka yang tadinya arogan langsung berubah drastis saat melihat sosok Yoga. Hal ini membuat Nadia sangat muak dengan sikap saudara tiri dan mantan kekasihnya itu. Mereka memang terlihat cocok satu sama lain karena sama-sama, Munafiik.

“Aku juga minta maaf, ini semua gara-gara pria penipu yang ada di sebelah Anda,” imbuh Langit.

Yoga melirik ke arah sang bos sejenak. Kerlingan mata dari Arjuna membuat Yoga paham akan situasinya dan tahu harus bersikap apa. “Penipu?” keluh yoga.

“Iya, dia seorang penipu yang telah menipu saudara perempuanku ini dan mengaku sebagai Arjuna Anwar, lalu menidurinya,” jawab Karina sembari merangkul Nadia. Dia sengaja ingin mempermalukan Nadia di depan tamu yang datang ke perusahaan.

Sikap Karina ini semakin membuat Nadia muak, tapi dia harus diam dulu melihat situasi. Nadia tidak ingin Karina berhasil memperlihatkan sosok Nadia yang tersulut emosi karena pancingan dari Karina. Bisa-bisa akan tersebar rumor jelek tentangnya. Sama dengan Nadia, Arjuna dan Yoga melihat wanita licik itu juga tidak suka dengan perilakunya yang terkesan menjatuhkan orang lain demi menaikkan dirinya sendiri.

“Ah, begitu? Karena Anda tidak pernah satu kalipun melihat wajahnya, wajar saja kalau Anda menganggap bos saya sebagai penipu,” ucap Yoga dengan nada lembut tapi sebenarnya mengejek mereka.

“A-pa madsud Anda, Asisten Yoga?” tanya Langit terbata dia masih berharap salah dengan pendengarannya.

“Kami memang tidak pernah melihat wajah bos Anda, Tuan Yoga. Saya tahu kalau seorang Arjuna Anwar itu dipenuhi kesibukan,” ucap Karina sambil melingkarkan tangan ke lengan Langit. Dia juga mencoba meyakinkan diri menganggap apa yang dia dengar adalah kesalahan. "Tapi, saya percaya, kalau seorang Arjuna Anwar tidak mungkin meniduri perempuan sembarangan, kan?"

Arjuna menyeringai tipis melihat wajah Karina dan Langit yang tampak kebingungan, sedangkan Nadia masih menikmati drama ini. Dia masih menunggu kebenaran siapa pria yang melakukan cinta semalam dengannya itu. Lebih baik diam dulu dan menemukan kepastian sebelum bertindak melakukan sesuatu.

“Pria yang Anda berdua anggap penipu ini adalah, Arjuna Anwar. Bos saya yang tidak pernah kalian lihat wajahnya sama sekali,” ucap Yoga dengan penuh tekanan.

Nadia menyeringai tipis, melihat ekpresi yang terlihat dari Langit dan Karina. Mereka sangat memalukan, sudah menghina orang dengan bangga tapi malah sekarang terlihat bodoh.

“A-pa kami tidak salah dengar?” ucap Langit dan Karina bersamaan.

“Anda tidak salah dengar,” jawab Yoga. "Dan perihal kejadian semalam, justru itulah tujuan kami datang kemari."

“Kalau begitu maafkan kami, Tuan Arjuna yang tidak mengetahui kedatangan Anda. Kalau tahu pasti kami akan menyambut dan menjamu Tuan Arjuna dengan baik,” ucap Ibu Lentina yang segera maju berbasa basi dengan Arjuna untuk menutupi kesalahan sang putri tercinta.

Wajah yang semula garang penuh kebencian berubah menjadi wajah manis penuh pujian. Tapi sayang sekali Arjuna tidak menghiraukan mereka yang mencoba mengambil hati Arjuna. Lalu dia berjalan menuju tempat Nadia berada.

“Aku tidak butuh disambut oleh kalian, aku datang untuk...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 6 Maukah Kamu Menikah denganku?

    Mereka semua yang ada di ruangan itu tampak terkejut karena Arjuna sangaja datang ingin menemui Nadia. “Ini tidak boleh dibiarkan, Nadia tidak boleh mendapatkan pria yang lebih mapan dariku,” gumam Karina dalam hati, dia mengepalkan tangannya kesal merasa cemburu dengan Nadia.“Tuan Arjuna. Bagaimana kalau kita ke ruang meeting saja. Kami biasanya menjamu para tamu di ruang Meeting perusahaan. Kita bisa mengobrol bersama dengan santai, Bukan?” bujuk Karina dengan wajah yang lemah lembut berusaha untuk mengambil hati Arjuna.“Tidak perlu, urusanku bukan dengan kalian, tapi dengan Nadia. Terlebih penting kalau ada Pak Abraham aku mau bicara dengannya juga,” jawab Arjuna.Karina tampak tidak suka dengan jawaban itu, apalagi melihat tangan kekar Arjuna yang merangkul pundak Nadia dengan mesra. Nadia hanya diam di sampingnya dengan senyuman yang merekah, dia seolah sedang menertawakan Karina yang sedang berusaha mendapatkan hati Arjuna.“Ayah masih lama datang ke perusahaan, bagaimana kala

    Last Updated : 2025-02-25
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 7 Aku bersedia

    Nadia tersenyum lebar, tampak wajahnya sangat bahagia dengan ucapan dari Arjuna. Tentu saja Nadia tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini untuk membuat mantan kekasih yang telah mencampakannya juga saudara tirinya kesal.“Aku, bersedia menjadi istrimu,” jawab Nadia.“Tidak!” seru Karina reflek lalu menutupi mulutnya dengan tangan.“Kenapa tidak, Karina?” ucap Nadia dengan senyuman yang merekah. “Kamu juga bahagia akan menikah, bukan? Sama seperti kamu yang sedang bahagia, maka ijinkan aku untuk menikah juga dengan pria yang mencintaiku,”Ucapan itu terdengar biasa saja, tapi sebenarnya merupakan pukulan telak untuk Langit yang telah berkhianat untuknya. Untuk Karina yang selalu membanggakan diri setelah merebut apa yang Nadia miliki selama ini.“Tapi keluarga kita menganut tradisi dalam satu tahun tidak boleh menikahkan dua anak sekaligus, ini akan berakibat buruk bagi keluarga kita menurut nenek moyang,” ucap Ibu Lentina yang juga berusaha menghalangi pernikahan Nadia.“Ini sudah ta

    Last Updated : 2025-02-26
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 8 Ibu Tidak Menerima Menantu

    Jantung Arjuna semakin berdebar melihat ekpresi terkejut Nadia. Wanita cantik itu semakin terlihat cantik di matanya.“Lebih cepat lebih baik, bukan?” jawab Arjuna yang sudah tidak sabar membawa Nadia menghadap Nyonya Rana Anwar, yakni ibunda tercinta yang selalu mengharapkan Arjuna menikah.“Aku ini hanya anak dari pengusaha bangkrut yang ayah dan ibunya juga bercerai, aku sangat takut bertemu dengan orang tuamu,” ucap Nadia sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia merasa kehadirannya di tengan keluarga Arjuna akan ditolak.Arjuna berdiri dari tempat duduknya, dia merangkul Nadia dengan lembut seraya berkata, “Aku tidak peduli respon orang sekitarku terhadapmu, yang jelas aku menginginkanmu, Nadia,”Nadia tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia takut melangkah, di satu sisi Ayahnya sudah menerima uang sebanyak itu dari Arjuna. Satu sisi lagi dia baru saja patah hati haruskah benar-benar menerima pernyataan cinta Arjuna dan menikah dengannya walau nanti perjalanan cintanya akan

    Last Updated : 2025-02-27
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 9 Terperangkap Rayuan

    Nyonya Rana menatap sang putra dengan senyuman manisnya, lalu mengirim sebuah link berita terpanas hari ini ke nomor Arjuna.“Cek saja apa yang Ibu kirim ke ponselmu,” jawab Nyonya Rana sembari duduk di sofa ruang tamu.“I-ni,” ucap Arjuna terbata. Matanya terbelalak melihat berita yang hangat hari ini. Sosok wanita cantik yang memamerkan tubuh indahnya itu adalah Nadia, topik itu berjudul, “Putri pemilik perusahaan tas terkemuka di kota ini yang terkenal sebagai sosok yang menginspirasi ternyata memiliki sisi liar seperti ini,”Bahkan banyak komen dari netizen yang mengatakan bahwa jangan percaya dengan wajah polos seseorang, karena bisa saja sebenarnya pergaulannya buruk.“Memangnya berita apa yang sedang viral hari ini?” ucap Nadia seraya merebut ponsel Arjuna. Dia sama sekali tidak terkejut dengan foto yang beredar di internet dan akun-akun gossip yang cepat menyebar seperti angin itu. Bahkan banyak komen dari akun pria yang melecehkannya.“Kam

    Last Updated : 2025-02-28
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 10 Di Cap Sebagai Pelakor

    Arjuna menggertakkan giginya karena sikap sang Ibu yang menolak Nadia sebagai calon istrinya.“Baik aku akan membawanya pergi,” ucap Arjuna seraya menggenggam tangan Nadia.“Memang seharusnya seperti itu. Kamu tidak membawa wanita kotor ke rumah ini,” balas Nyonya Rana.“Tapi ibu harus ingat, aku tidak akan menikah selain dengan Nadia,” ucap Arjuna lalu melihat ke arah Nadia.“Ayo Nadia kita pergi,”Nadia mengangguk lalu pergi mengikuti Arjuna. Sedangkan Nyonya Rana memegang kepalanya yang pusing karena putra yang diharapkan untuk segera menikah malah membawa wanita yang jauh dari ekspektasinya. Nyonya Rana memanggil pelayan dengan menjentikkan jari seraya berkata, “Selidiki latar belakang wanita yang dibawa putraku,”Di luar rumah itu, Nadia melepaskan genggaman tangan Arjuna. Sehingga mereka berdua menghentikan langkah sejenak.“Ada apa, Nadia?” tanya Arjuna.“Arjuna sebelum terlambat mari kita sudahi permainan ini,” jawab Na

    Last Updated : 2025-03-01
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 11 Nyonya Rana ingin bertemu

    Nadia sengaja ingin melihat reaksi sang Ayah. Karena selama ini dia selalu membela Karina dan Ibu tirinya walau bukan Nadia yang salah.Apa kali ini sang Ayah hanya akan diam saja melihat nama keluarganya sudah tercoreng walau sudah ketahuan bahwa pelaku penyebaran foto itu adalah Karina dan Ibunya.“Diamlah, ini bukan saatnya berseteru. Sesuai permintaanmu Nadia, Ayah akan mencari cara untuk menemukan pelaku penyebaran fotomu,” ucap Pak Abraham.“Seharusnya memang begitu, Ayah. Karena kalau pernikahanku dan Arjuna sampai gagal. Dia akan menarik kembali uang satu milyar yang sudah diberikan kepada Ayah,” balas Nadia.“Itu yang Ayah takutkan, dari mana Ayah mengganti uang sebanyak itu!” seru Pak Abraham sembari mengepalkan tangannya.Berbeda dengan Nadia yang tersenyum senang dengan sikap sang Ayah. Justru Karina dan Ibunya terlihat ketar ketir.“Aku tahu Ayah, uang itu mungkin sudah digunakan foya-foya oleh istri dan anak tercinta Ayah. Maka

    Last Updated : 2025-03-01
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 12 Terima Uang Ini dan tinggalkan Putraku

    Keesokan harinya dimana hari yang telah di tunggu untuk bertemu Nyonya Rana sudah tiba. Tepat pukul dua belas siang di kafe mawar sesuai janji Nadia menemui Nyonya Rana calon ibu mertuanya.Mata Nadia melihat sekeliling mencari sosok Nyonya Rana yang akan ditemuinya, matanya tertuju pada sebuah meja di paling pojok. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik memkai dress motif bunga sedang duduk dengan anggun sambil menikmati kopi di cangkirnya.“Selamat siang, Nyonya Rana,” sapa Nadia.“Duduklah,” jawab Nyonya Rana sembari menyeruput kopi dalam cangkirnya.Nadia duduk melihat gurat wajah Nyonya Rana sepertinya beliau masih tidak menyukai Nadia.“Punya nyali juga kamu datang menemuiku,” ucap Nyonya Rana dengan tatapan sinisnya.“Aku mendapatkan undangan pertemuan yang disampaikan Asisten Yoga jadi aku wajib datang, bukan,” balas Nadia.Nyonya Rana menatap wajah cantik Nadia lekat-lekat. Dia sudah menerima informasi tentang apa saja menengenai Nadia dari anak buahnya. Informas

    Last Updated : 2025-03-01
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 13 Putraku Hanya bermain-main denganmu

    Nyonya Rana menyerahkan cek kepada Nadia. Dia berharap Nadia tidak berhubungan lagi dengan sang putra. "Kenapa diam saja. Bukankah kamu membutuhkan uang?" ucap Nyonya Rana kemudian."Aku memang membutuhkan uang. Tapi apakah Nyonya Rana pikir segalanya bisa dibeli dengan uang," balas Nadia sembari melihat cek yang tertera tulisan lima ratus juta itu."Jangan mencoba trik tarik ulur denganku, Nadia. Padahal kamu bisa pergi memulai hidup baru dengan uang ini," ucap Nyonya Rana.Ucapan Nyonya Rana memang betul, Nadia bisa pergi ke suatu tempat yang tidak ada satu orang pun mengenalnya. Memulai hidup baru dengan tenang tanpa gangguan ibu tiri dan putri kesayangannya. Atau Nadia bisa pulang ke rumah Ibunya yang kini tinggal di desa semenjak perceraiannya dengan sang Ayah."Bukanya aku munafik. Apakah dengan aku menerima uang ini, Arjuna tidak akan mencariku?" tanya Nadia."Kamu pikir siapa dirimu sehingga putraku benar-benar tergila-gila padamu," ledek Nyony

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 76 Apa Ibu Akan menikah dengan Paman Arjuna?

    Pak Abraham menghentikan langkahnya dia menatap sosok cantik paripurna walau usianya sudah tak lagi muda. Siapa dia kalau bukan Ibu Sonia. Mantan mertuanya juga selangkah lebih maju menjilat Ibu Sonia agar bermurah hati pada Meraka. "Sonia, kamu semakin cantik saja. Ah, apa kabar Sonia. Kita sudah lama tidak bertemu, ya," ucap Neneknya Nadia. "Aku memang cantik dari dulu. Tapi bukankah Ibu sibuk dengan menantu baru dambaan Ibu yang menurut sama mertua itu. Tidak seperti diriku yang pembangkang. Jadi tidak usah basa basi," balas Ibu Sonia. "Lancang sekali kamu, punya anak lonte saja belagu," balas mantan adik iparnya. Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Adiknya Pak Abraham. "Jangan hina anakku," ucap Pak Abraham. "Ka-kak kenapa kamu tega menamparku?" tanya Adiknya. "Kamu lancang, kamu bisa membuat Sonia tidak suka dan marah," jawab Pak Abraham. Ibu Sonia menertawakan Pak Abraham yang sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Entah apa yang se

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 75 Jual saja Adik Ayah, itu juga kalau laku.

    Apk Abraham menggertakkan giginya, dia sangat tersinggung. Walau itu kenyataannya Nadia yang merupakan anaknya tidak boleh berkata seperti itu."Jaga mulutmu, Nadia. Mana mungkin Ayah menipu wanita yang Ayah cintai sendiri," ucap Pak Abraham."Ibumu tidak memiliki apapun saat menikah dengan Ayahmu. Dia hanya pekerja Ayahmu saja," balas Bibinya Nadia."Kalau memang begitu kenyataannya. Kenapa perusahaan bangkrut Ayah tidak mampu mengembalikan seperti semula?" tanya Nadia."Kamu pikir mendirikan perusahaan gampang hah?!" bentak Pak Abraham."Asal ada modal semuanya gampang, lihat gedung ini. Ibu yang membjayaiku. Ayah saja yang bodoh lebih memilih ani-ani yang hanya bisa menghabiskan uang daripada Ibuku yang kaya raya," ucap Nadia dengan angkuh.Menurut Nadia memangnya yang bisa angkuh hanya keluarga Ayahnya saja yang parasit itu. Saat ini Nadia juga bisa bersikap angkuh bahkan lebih menyakitkan saat menghina keluarga Ayahnya. Biarkan saja seperti itu mereka ya

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 74 Ayah, sekarang tahu rasanya dicampakkan?

    Orang yang mengawasi Nadia dan Arjuna masih berada di tempat. Dia heran melihat kebahagiaan dua sejoli itu. Menurutnya seseorang kalau banyak harta harus ingat dengan keluarganya. "Ini tidak bisa dibiarkan. Dia kaya sekarang ditambah menjadi kekasih Arjuna. Aku dengar mereka juga akan menikah. Pasti hidupnya akan semakin berlimang harta," gumam Pak Abraham.Menurutnya seorang anak harus berbakti pada keluarganya. Bukan asyik senang-senang sendiri menikmati harta sendiri atau suaminya. "Aku harus menemui, Nadia bagaimanapun caranya," ucap Pak Abraham.Pria paruh baya itu membuntuti Nadia kemana dia pergi. Hingga tibalah di sebuah gedung tempat Nadia bekerja. Sayangnya saat Pak Abraham ingin masuk ke gedung itu di cegah oleh satpam karena tidak mempunyai identitas masuk ke gedung itu."Bedebah sialan! Apa kalian tahu siapa aku?" bentak Pak Abraham."Kami tidak tahu siapa Anda. Makanya kami tidak memperbolehkan Anda masuk," jawab Satpam."Aku adalah Ayah N

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 73 Nadia, kamu tidak boleh bahagia sendirian

    Nadia menghembuskan nafasnya kasar. Demi bisa mengusir Langit dari hadapannya dia rela menggunakan nama Arjuna sebagai tameng. "Tentu saja karena aku mau memberikan keluarga yang utuh demi anakku," balas Nadia. "Lebih baik kamu segera pergi dan jangan ganggu Nadia lagi sebelum aku kehilangan kesabaran," ucap Arjuna sembari meregangkan jemarinya."Pokoknya sebelum janur melengkung aku akan terus berusaha," balas Langit lalu berdiri dan pergi dari hadapan mereka berdua.Arjuna ingin meninju Langit karena kurang ajar terhadap Nadia. Dia lancang dan seenaknya bersikap. Kesabaran orang ada batasnya apalagi dia berucap di depan Arjuna, seorang lelaki yang akan menjadi suaminya kelak.*Arjuna, jangan bertindak gegabah. Disini banyak mata melihat aku takut akan jadi bahan gosip lagi kalau kamu emosi hanya karena orang tidak penting itu," cegah Nadia."Kamu benar, tapi aku tidak suka dengannya," balas Arjuna."Tahan emosimu, Arjuna. Jangan beri contoh yang tid

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 72 Aku dan Arjuna akan menikah

    Langit ingin segera menyiakan apa yang ditanyakan oleh Arjuna. Masalahnya Nadia akan menghindarinya jika langsung mengakui perasaannya. Tapi kalau kelamaan dipendam Nadia akan lebih dalam mempunyai perasaan dengan Arjuna. Maka dengan nekat Langit mengatakan, "Sebelum janur kuning melengkung, bukankah sebuah hubungan itu belum dikatakan sah. Soal perasan semua orang bisa berubah apalagi belum ada pernikahan yang sah," "Memangnya siapa juga yang mau menjalin hubungan denganmu sampai ke jenjang pernikahan kalau bukan Karina seorang," jawab Nadia. Kalimat itu menusuk hari Langit, Nadia mana mungkin mengatakan itu. Padahal dahulu Nadia sangat mencintai Langit dan menjadikannya tempat bersandar. "Kamu juga dulu ingin menikah denganku, Nadia," ucap Langit. 'Itu dulu, sebelum kamu menjebakku karena sudah berhubungan dengan Karina," balas Nadia. "Sejak saat itu rasa cintaku sudah hilang," lanjut Nadia. Bagaikan tertampar dengan kerasnya. Begitulah rasa sakit y

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 71 Mantan yang menyesal

    Sosok itu adalah Langit, mantan Nadia yang mengkhianati cinta Nadia dengan saudara tirinya. Tanpa di persilahkan Langit langsung duduk diantara mereka berdua mengacaukan kencan yang harusnya hanya ada Nadia dan Arjuna saja.Tanpa rasa malu Langit berkata, "Aku merindukanmu, Nadia," 'Tidak tahu malu sama sekali. Bukankah kamu sudah mempunyai calon istri, Apa kamu juga mau menggoda calon kakak iparmu," balas Arjuna."Memangnya aku tidak boleh merindukan orang yang suatu hari nanti akan jadi keluargaku, walau dia bukan jadi istriku?" tanya Langit."Itu tidak etis, apa kamu mau dibilang ipar adalah maut. Boleh saja asal kamu tidak tahu malu digosipkan seperti itu," jawab Arjuna."Yang ada aku lagi yang akan jadi bahan bully orang-orang," ucap Nadia sinis.Langit merasa sedih mendengar itu. Walaupun memang Langit bisa mengelak dan melindungi diri sendiri jika ada rumor jelek tentangnya. Tapi dia tidak ingin Nadia membencinya. Dia tidak ingin Nadia tidak melihat k

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BaB 70 Lama tidak berjumpa, Nadia.

    Ibu Sonia menghela nafas lagi, bisa-bisanya dua orang pria yang terkenal bengis melawan lawan bisnisnya itu kini berlutut di depannya perihal meminta restu "Bangunlah Arjuna. Soal restu aku akan memberikan untukmu. Asalkan Nadia juga menerimamu sebagai suami dan Ayah Bima," jawab Ibu Sonia. "Apa Nadia, belum cerita kalau sudah menerima penyataan cinta dqariku?" tanya Arjuna. "Aku sudah tahu. Masih dengan permintaanku tempo hari. Kalau Rana belum mau menerima Nadia. Maka aku tidak ingin melepaskan Nadia untuk menjadi Istrimu," balas Ibu Sonia. "Istriku akan menjadi urusanku. Aku yakin dia akan menerima Nadia dan Bima. Karena kenyataan Bima adalah darah daging Arjuna," jawab Pak Anwar. "Kalau begitu aku bisa sedikit tenang. Sekarang kalian jalani saja asmara kalian. Kalau memang tidak ada kendala, menikahlah," tegas Ibu Sonia. Senyum sumringah terlihat di wajah ayah dan anak itu. Lalu Pak Anwar mengatakan, "Terima kasih, Nadia," "Ibu, aku ti

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 69 Aku mohon berikan restumu, Ibu.

    "Panggil aku, Kakek," jawab Pak Anwar dengan bangganya. Dia sangat menyukai anak kecil yang duduk di sampingnya itu. Bagaimana dia tidak suka sudah lama dia menginginkan cucu. Walau telat dan tidak dari pernikahan yang sah Arjuna, Pak Anwar tetap menyukai Bima sebagai cucunya lebih tepatnya mengakui keberadaan anak itu. "Kakek?" tanya Bima. "Ya, dia adalah kakakmu. Ayah dari Ayahmu ini," jawab Arjuna. Bima tersenyum lalu memeluk Pak Anwar bahagia. Dia bahagia mempunyai Ayah dan Kakek. Karena selama lima tahun ini dia hanya mempunyai Ibu dan Nenek saja. "Nanti kalau waktunya sudah pas, kami akan mengenalkanmu dengan Nenekmu juga. Nenek dari pihak Ayahmu." ucap Pak Anwar. "Maksudnya Ibunya Ayah Arjuna?" tanya Bima antusias. "Iya," jawab Pak Anwar sembari merangkul Bima. "Nenek dari pihak Ayah mungkin agak berbeda dengan Nenek Sonia. Dia agak keras dan tidak terlalu menyukai anak kecil. Bima jangan masukkan hari apapun yang. Nenek Rana nanti katakan,

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 68 Pria tua itu siapa Ayah?

    Arjuna mengangguk, dia duduk di samping Bima sembari bekata, "Kamu adalah anakku, jadi semua ini akan menjadi milikmu kelak," Bima tersenyum lalu memeluk Arjuna. Anak kecil itu merasa mempunyai Ayah yang sesungguhnya walaupun memang sebenarnya Arjuna memang Ayah biologisnya. "Terima kasih Ayah. Oh iya aku bukan anak kandung Ayah apa nanti tidak akan terjadi perselisihan jika aku memiliki apa yang Ayah miliki?" tanya Bima. Arjuna menyeringai tipis, bagaimana bisa seorang Anak kecil berpikir seperti itu. Bukankah senang saja saat dia dijanjikan akan memiliki semua harta yang ada. Bima menang anak yang cerdas di usianya. "Kamu adalah anak kandungku," ucap Arjuna sembari mengelus rambut Bima lembut. "Semua orang juga tahu kalau aku bukan anak kandung Ayah. kenapa Ayah berkata seperti itu?" tanya Bima. "Kamu cukup cerdas di usiamu. Ayah tidak akan membahas itu sekarang. Suatu saat nanti kalau kamu sudah dewasa kamu pasti akan mengerti," jawab Arjuna

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status