Mereka semua yang ada di ruangan itu tampak terkejut karena Arjuna sangaja datang ingin menemui Nadia. “Ini tidak boleh dibiarkan, Nadia tidak boleh mendapatkan pria yang lebih mapan dariku,” gumam Karina dalam hati, dia mengepalkan tangannya kesal merasa cemburu dengan Nadia.
“Tuan Arjuna. Bagaimana kalau kita ke ruang meeting saja. Kami biasanya menjamu para tamu di ruang Meeting perusahaan. Kita bisa mengobrol bersama dengan santai, Bukan?” bujuk Karina dengan wajah yang lemah lembut berusaha untuk mengambil hati Arjuna.
“Tidak perlu, urusanku bukan dengan kalian, tapi dengan Nadia. Terlebih penting kalau ada Pak Abraham aku mau bicara dengannya juga,” jawab Arjuna.
Karina tampak tidak suka dengan jawaban itu, apalagi melihat tangan kekar Arjuna yang merangkul pundak Nadia dengan mesra. Nadia hanya diam di sampingnya dengan senyuman yang merekah, dia seolah sedang menertawakan Karina yang sedang berusaha mendapatkan hati Arjuna.
“Ayah masih lama datang ke perusahaan, bagaimana kalau Ibu dan Aku yang mewakilinya,” pinta Karina.
“Aku tidak ada urusan denganmu,” ucap Arjuna tegas.
“Aku adalah Ibu dari Nadia. Jadi aku bisa mewakili suamiku, memangnya Anda mau membahas apa dengan Nadia?” kepo Ibu Lentina.
“Aku ingin menikahinya!” jawab Arjuna dengan senyuman merekah.
Ucapan itu membuat semua yang ada di ruangan itu terkejut, terlabih lagi adalah Langit. Dia tidak terima juga kalau Nadia lepas darinya mendapatakan lelaki yang lebih hebat darinya. Apalagi pria itu adalah Arjuna Anwar pemilik perusahaan Real Estate yang sangat besar di kota ini.
“Tuan Arjuna, dia adalah wanita kotor yang sudah tidur dengan sembarang pria. Kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari Nadia,” ucap Ibu Marta mencoba untuk menjatuhkan Nadia di depan Arjuna.
“Jadi pria yang kamu sebut sembarangan itu adalah aku?” jawab Arjuna sembari menunjuk wajahnya sendiri.
“Apa maksud Anda?” tanya Ibu Marta sembari menunjukkan wajah terkejut.
“Apa anak kesayanganmu itu tidak memberitahu bahwa pria sembarangan yang tidur dengan Nadia semalam adalah adalah aku?” jawab Arjuna.
“Sial!” gerutu Langit dalam hatinya, dia mengepalkan tangannya tidak terima dengan kenyataan yang ada di depan mata.
Ibu Marta juga sangat terkejut dengan apa yang didengarnya. Jadi Nadia sengaja membuka kakinya untuk pria kaya dan meninggalkan putranya.
“Ta-pi bagaimana bisa wanita yang baru saja putus cinta dengan kekasihnya tiba-tiba mau menikah. Apakah kamu memang sengaja berselingkuh dibelakang putraku?” bentak Ibu Marta tidak terima nasib Nadia yang mujur mendapatkan orang kaya.
“Aku tidak pernah berselingkuh,” ucap Nadia sembari menyeringai tipis lalu melingkarkan tangan ke pinggang Arjuna.
“Justru Putramu lah yang berselingkuh dengan saudara tiriku,” lanjut Nadia.
Karina dan Ibunya mencoba untuk membela diri di depan Arjuna, “Apa yang kamu katakan Nadia, tidak mungkin Karina berselingkuh dengan kekasihmu. Mereka baru saja jadian,” ucap Ibu Lentina.
“Hemm, baru saja jadian tapi sudah mengandung anak Langit,” ucap Nadia.
“I-tu bisa kami jelaskan,” balas Karina terbata.
“Aku tidak butuh penjelasan darimu yang tidak berguna. Yang aku inginkan adalah menikahi Nadia dan memberikan sejumlah uang sebagai kompensasi seperti yang Pak Abraham minta tadi pagi,” sahut Arjuna.
Karina ingin membantahnya, tapi keburu Pak Abraham masuk ruangan itu dan terlanjur mendengarkan sejumlah uang kompensasi dari Arjuna. Awalnya Pak Abraham marah melihat Arjuna yang sedang merangkul Nadia di ruangan itu. Bukankah dia adalah seorang penipu yang menggagalkan rencananya. Jadi Pak Abraham ingin mengusirnya saja dari perusahaannya.
“Pak Abraham, Bos saya ingin memberikan sejumlah uang untuk membangun kembali perusahaanmu. Tetapi saham terbesar harus di miliki bos saya,” ucap Yoga menjelaskan.
“Berarti secara tidak langsung perusahaan pindah kepemilikan?” tanya Pak Abraham.
“Iya, tapi Anda tidak usah khwatir. Bos saya menginginkan putri Anda menjadi istrinya. Jadi Anda masih bisa bekerja di perusahaan ini,” jawab Yoga.
“Putriku Karina itu memang bisa diandalkan. Dia cantik dan pandai wajar Arjuna menginginkannya untuk menjadi istri,” ucap Pak Abraham menyombongkan diri. Setelahnya dia melirik Nadia, “Tidak seperti seseorang, sudah tidur dengan sembarang pria dan tidak mendapatkan apa-apa,” lanjut Pak Abraham.
Dia sangat kesal dengan Nadia yang sudah membuatnya malu dan dimarahi oleh temannya yang sudah dijanjikan akan bermalam dengan salah satu purtinya untuk mendapatkan keuntungan. Pak Abraham terus mengucapkan kata menakjubkan untuk menggambarkan kebaikan sosok Karina sang putri tiri.
“Maaf Pak Abraham. Yang akan dinikahi oleh Bos saya adalah Nadia bukan Karina,” ucap Yoga mewakili Arjuna. Karena dari wajah Arjuna sudah menunjukkan betapa muaknya dia dengan kalimat yang terlontar dari mulut Pak Abraham.
“A-pa?” tanya Pak Abraham terkejut setengahnya sih merasa malu karena sejak tadi sudah membanggakan seorang Karina. Lalu kenapa istrinya tidak mencegahnya melakukan itu kalau sudah tahu yang akan dinikahi adalah Nadia.
“Aku akan memberimu satu milyar sesuai permintaanmu tadi pagi. Tapi sebagai syarat aku akan menikahi Nadia,” ucap Arjuna dengan tegas.
Mata Pak Abraham terbelalak mendengar uang yang akan diterimanya. Wajahnya berubah senang karena akan mendapatkan uang sebanyak satu milyar secara cuma-cuma, yah walau harus mengorbankan Nadia.
“Suamiku, seharusnya yang menikah dengan keluarga kaya adalah Karina. Kita cukup saja menerima uang tapi jangan biarkan mereka menikah,” bisik Ibu Lentina.
“Ehem, Arjuna. Aku akan sangat berterima kasih kalau Anda mau menginvestasikan sejumlah dana untuk membantu pertumbuhan perusahaan ini. Tapi untuk menikahi Nadia aku rasa dia masih terlalu dini untuk menikah,” ucap Pak Abraham yang menuruti permintaan sang istri.
Karina berubah senang wajahnya karena mendengar penolakan lamaran dari mulut sang Ayah. Dengan begini Nadia tidak bisa menyombongkan diri karena akan menikah dengan seorang Arjuna.
“Sebagai seorang pria aku sangat kasihan padamu yang tidak punya pendirian. Bisa-bisa kamu di setir oleh seorang wanita,” ucap Arjuna.
“Apa maksudmu, Arjuna. Aku ini pria yang lebih tua darimu jadi walaupun kamu lebih kaya harus bersikap sopan padaku,” ucap Pak Abraham.
“Aku tidak akan pernah mau bersikap sopan pada seorang Ayah yang rela menjual anaknya demi mendapatkan keuntungan. Apalagi tindakan itu berasal dari hasutan wanita,” balas Arjuna.
Jantung Pak Abraham berdetak lebih cepat, rasanya darahnya juga mendidih karena merasa di permainkan oleh Arjuna. Pantas saja dia dijuluki seorang berbakat dalam dunia bisnis. Dia mampu mengetahui kelemahan lawan bisnisnya dan menggunakan kelemahan itu untuk menindasnya.
“Kamu akan tahu jika sudah berkeluarga nanti, bahwa berdiskusi dengan istri sebelum melakukan sesuatu itu bukan sebuah hasutan,” ucap Pak Abraham.
“Kalau begitu ijinkan aku menikah dengan Nadia. Agar aku bisa merasakan bagaimana diskusi dengan istri sebelum memutuskan sesuatu,” pinta Arjuna.
“Nadia, maukah kamu menikah denganku?”
Nadia tersenyum lebar, tampak wajahnya sangat bahagia dengan ucapan dari Arjuna. Tentu saja Nadia tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini untuk membuat mantan kekasih yang telah mencampakannya juga saudara tirinya kesal.“Aku, bersedia menjadi istrimu,” jawab Nadia.“Tidak!” seru Karina reflek lalu menutupi mulutnya dengan tangan.“Kenapa tidak, Karina?” ucap Nadia dengan senyuman yang merekah. “Kamu juga bahagia akan menikah, bukan? Sama seperti kamu yang sedang bahagia, maka ijinkan aku untuk menikah juga dengan pria yang mencintaiku,”Ucapan itu terdengar biasa saja, tapi sebenarnya merupakan pukulan telak untuk Langit yang telah berkhianat untuknya. Untuk Karina yang selalu membanggakan diri setelah merebut apa yang Nadia miliki selama ini.“Tapi keluarga kita menganut tradisi dalam satu tahun tidak boleh menikahkan dua anak sekaligus, ini akan berakibat buruk bagi keluarga kita menurut nenek moyang,” ucap Ibu Lentina yang juga berusaha menghalangi pernikahan Nadia.“Ini sudah ta
Jantung Arjuna semakin berdebar melihat ekpresi terkejut Nadia. Wanita cantik itu semakin terlihat cantik di matanya.“Lebih cepat lebih baik, bukan?” jawab Arjuna yang sudah tidak sabar membawa Nadia menghadap Nyonya Rana Anwar, yakni ibunda tercinta yang selalu mengharapkan Arjuna menikah.“Aku ini hanya anak dari pengusaha bangkrut yang ayah dan ibunya juga bercerai, aku sangat takut bertemu dengan orang tuamu,” ucap Nadia sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia merasa kehadirannya di tengan keluarga Arjuna akan ditolak.Arjuna berdiri dari tempat duduknya, dia merangkul Nadia dengan lembut seraya berkata, “Aku tidak peduli respon orang sekitarku terhadapmu, yang jelas aku menginginkanmu, Nadia,”Nadia tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia takut melangkah, di satu sisi Ayahnya sudah menerima uang sebanyak itu dari Arjuna. Satu sisi lagi dia baru saja patah hati haruskah benar-benar menerima pernyataan cinta Arjuna dan menikah dengannya walau nanti perjalanan cintanya akan
Nyonya Rana menatap sang putra dengan senyuman manisnya, lalu mengirim sebuah link berita terpanas hari ini ke nomor Arjuna.“Cek saja apa yang Ibu kirim ke ponselmu,” jawab Nyonya Rana sembari duduk di sofa ruang tamu.“I-ni,” ucap Arjuna terbata. Matanya terbelalak melihat berita yang hangat hari ini. Sosok wanita cantik yang memamerkan tubuh indahnya itu adalah Nadia, topik itu berjudul, “Putri pemilik perusahaan tas terkemuka di kota ini yang terkenal sebagai sosok yang menginspirasi ternyata memiliki sisi liar seperti ini,”Bahkan banyak komen dari netizen yang mengatakan bahwa jangan percaya dengan wajah polos seseorang, karena bisa saja sebenarnya pergaulannya buruk.“Memangnya berita apa yang sedang viral hari ini?” ucap Nadia seraya merebut ponsel Arjuna. Dia sama sekali tidak terkejut dengan foto yang beredar di internet dan akun-akun gossip yang cepat menyebar seperti angin itu. Bahkan banyak komen dari akun pria yang melecehkannya.“Kam
Arjuna menggertakkan giginya karena sikap sang Ibu yang menolak Nadia sebagai calon istrinya.“Baik aku akan membawanya pergi,” ucap Arjuna seraya menggenggam tangan Nadia.“Memang seharusnya seperti itu. Kamu tidak membawa wanita kotor ke rumah ini,” balas Nyonya Rana.“Tapi ibu harus ingat, aku tidak akan menikah selain dengan Nadia,” ucap Arjuna lalu melihat ke arah Nadia.“Ayo Nadia kita pergi,”Nadia mengangguk lalu pergi mengikuti Arjuna. Sedangkan Nyonya Rana memegang kepalanya yang pusing karena putra yang diharapkan untuk segera menikah malah membawa wanita yang jauh dari ekspektasinya. Nyonya Rana memanggil pelayan dengan menjentikkan jari seraya berkata, “Selidiki latar belakang wanita yang dibawa putraku,”Di luar rumah itu, Nadia melepaskan genggaman tangan Arjuna. Sehingga mereka berdua menghentikan langkah sejenak.“Ada apa, Nadia?” tanya Arjuna.“Arjuna sebelum terlambat mari kita sudahi permainan ini,” jawab Na
Nadia sengaja ingin melihat reaksi sang Ayah. Karena selama ini dia selalu membela Karina dan Ibu tirinya walau bukan Nadia yang salah.Apa kali ini sang Ayah hanya akan diam saja melihat nama keluarganya sudah tercoreng walau sudah ketahuan bahwa pelaku penyebaran foto itu adalah Karina dan Ibunya.“Diamlah, ini bukan saatnya berseteru. Sesuai permintaanmu Nadia, Ayah akan mencari cara untuk menemukan pelaku penyebaran fotomu,” ucap Pak Abraham.“Seharusnya memang begitu, Ayah. Karena kalau pernikahanku dan Arjuna sampai gagal. Dia akan menarik kembali uang satu milyar yang sudah diberikan kepada Ayah,” balas Nadia.“Itu yang Ayah takutkan, dari mana Ayah mengganti uang sebanyak itu!” seru Pak Abraham sembari mengepalkan tangannya.Berbeda dengan Nadia yang tersenyum senang dengan sikap sang Ayah. Justru Karina dan Ibunya terlihat ketar ketir.“Aku tahu Ayah, uang itu mungkin sudah digunakan foya-foya oleh istri dan anak tercinta Ayah. Maka
Keesokan harinya dimana hari yang telah di tunggu untuk bertemu Nyonya Rana sudah tiba. Tepat pukul dua belas siang di kafe mawar sesuai janji Nadia menemui Nyonya Rana calon ibu mertuanya.Mata Nadia melihat sekeliling mencari sosok Nyonya Rana yang akan ditemuinya, matanya tertuju pada sebuah meja di paling pojok. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik memkai dress motif bunga sedang duduk dengan anggun sambil menikmati kopi di cangkirnya.“Selamat siang, Nyonya Rana,” sapa Nadia.“Duduklah,” jawab Nyonya Rana sembari menyeruput kopi dalam cangkirnya.Nadia duduk melihat gurat wajah Nyonya Rana sepertinya beliau masih tidak menyukai Nadia.“Punya nyali juga kamu datang menemuiku,” ucap Nyonya Rana dengan tatapan sinisnya.“Aku mendapatkan undangan pertemuan yang disampaikan Asisten Yoga jadi aku wajib datang, bukan,” balas Nadia.Nyonya Rana menatap wajah cantik Nadia lekat-lekat. Dia sudah menerima informasi tentang apa saja menengenai Nadia dari anak buahnya. Informas
Nyonya Rana menyerahkan cek kepada Nadia. Dia berharap Nadia tidak berhubungan lagi dengan sang putra. "Kenapa diam saja. Bukankah kamu membutuhkan uang?" ucap Nyonya Rana kemudian."Aku memang membutuhkan uang. Tapi apakah Nyonya Rana pikir segalanya bisa dibeli dengan uang," balas Nadia sembari melihat cek yang tertera tulisan lima ratus juta itu."Jangan mencoba trik tarik ulur denganku, Nadia. Padahal kamu bisa pergi memulai hidup baru dengan uang ini," ucap Nyonya Rana.Ucapan Nyonya Rana memang betul, Nadia bisa pergi ke suatu tempat yang tidak ada satu orang pun mengenalnya. Memulai hidup baru dengan tenang tanpa gangguan ibu tiri dan putri kesayangannya. Atau Nadia bisa pulang ke rumah Ibunya yang kini tinggal di desa semenjak perceraiannya dengan sang Ayah."Bukanya aku munafik. Apakah dengan aku menerima uang ini, Arjuna tidak akan mencariku?" tanya Nadia."Kamu pikir siapa dirimu sehingga putraku benar-benar tergila-gila padamu," ledek Nyony
Padahal saat ini Arjuna sedang merindukan Nadia, telpon tidak aktif dia menjadi gelisah. Di sisi lain Ibunya sedang ingin bertemu dengannya.“Saya tidak tahu, tuan. Lebih baik Anda segera menemui Nyonya Rana,” jawab Yoga.“Kalau begitu aku akan segera menemui Ibuku sekaligus membicarakan tentang Nadia,” balas Arjuna.Pria tampan itu segera berjalan menuju restoran di seberang gedung perusahaannya untuk menemui sang Ibu. Yoga mengekor di belakangnya seperti biasa mengikuti sang bos kemana pergi.Sampai di restoran ternyata Nyonya Rana bersama dengan seorang wanita muda yang lumayan cantik.“Arjuna, kamu sudah sampai. Kemarilah segera duduk. Ibu sedang bersama putri teman ibu, dia sebaya denganmu loh,” ucap Nyonya Rana sumringah.“Senang bertemu denganmu, Arjuna. Namaku Lisa, aku baru saja kembali dari menyelesaikan kuliahku di luar negeri,” sapa wanita cantik yang bersama Nyonya Rana itu.
Pak Abraham menghentikan langkahnya dia menatap sosok cantik paripurna walau usianya sudah tak lagi muda. Siapa dia kalau bukan Ibu Sonia. Mantan mertuanya juga selangkah lebih maju menjilat Ibu Sonia agar bermurah hati pada Meraka. "Sonia, kamu semakin cantik saja. Ah, apa kabar Sonia. Kita sudah lama tidak bertemu, ya," ucap Neneknya Nadia. "Aku memang cantik dari dulu. Tapi bukankah Ibu sibuk dengan menantu baru dambaan Ibu yang menurut sama mertua itu. Tidak seperti diriku yang pembangkang. Jadi tidak usah basa basi," balas Ibu Sonia. "Lancang sekali kamu, punya anak lonte saja belagu," balas mantan adik iparnya. Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Adiknya Pak Abraham. "Jangan hina anakku," ucap Pak Abraham. "Ka-kak kenapa kamu tega menamparku?" tanya Adiknya. "Kamu lancang, kamu bisa membuat Sonia tidak suka dan marah," jawab Pak Abraham. Ibu Sonia menertawakan Pak Abraham yang sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Entah apa yang se
Apk Abraham menggertakkan giginya, dia sangat tersinggung. Walau itu kenyataannya Nadia yang merupakan anaknya tidak boleh berkata seperti itu."Jaga mulutmu, Nadia. Mana mungkin Ayah menipu wanita yang Ayah cintai sendiri," ucap Pak Abraham."Ibumu tidak memiliki apapun saat menikah dengan Ayahmu. Dia hanya pekerja Ayahmu saja," balas Bibinya Nadia."Kalau memang begitu kenyataannya. Kenapa perusahaan bangkrut Ayah tidak mampu mengembalikan seperti semula?" tanya Nadia."Kamu pikir mendirikan perusahaan gampang hah?!" bentak Pak Abraham."Asal ada modal semuanya gampang, lihat gedung ini. Ibu yang membjayaiku. Ayah saja yang bodoh lebih memilih ani-ani yang hanya bisa menghabiskan uang daripada Ibuku yang kaya raya," ucap Nadia dengan angkuh.Menurut Nadia memangnya yang bisa angkuh hanya keluarga Ayahnya saja yang parasit itu. Saat ini Nadia juga bisa bersikap angkuh bahkan lebih menyakitkan saat menghina keluarga Ayahnya. Biarkan saja seperti itu mereka ya
Orang yang mengawasi Nadia dan Arjuna masih berada di tempat. Dia heran melihat kebahagiaan dua sejoli itu. Menurutnya seseorang kalau banyak harta harus ingat dengan keluarganya. "Ini tidak bisa dibiarkan. Dia kaya sekarang ditambah menjadi kekasih Arjuna. Aku dengar mereka juga akan menikah. Pasti hidupnya akan semakin berlimang harta," gumam Pak Abraham.Menurutnya seorang anak harus berbakti pada keluarganya. Bukan asyik senang-senang sendiri menikmati harta sendiri atau suaminya. "Aku harus menemui, Nadia bagaimanapun caranya," ucap Pak Abraham.Pria paruh baya itu membuntuti Nadia kemana dia pergi. Hingga tibalah di sebuah gedung tempat Nadia bekerja. Sayangnya saat Pak Abraham ingin masuk ke gedung itu di cegah oleh satpam karena tidak mempunyai identitas masuk ke gedung itu."Bedebah sialan! Apa kalian tahu siapa aku?" bentak Pak Abraham."Kami tidak tahu siapa Anda. Makanya kami tidak memperbolehkan Anda masuk," jawab Satpam."Aku adalah Ayah N
Nadia menghembuskan nafasnya kasar. Demi bisa mengusir Langit dari hadapannya dia rela menggunakan nama Arjuna sebagai tameng. "Tentu saja karena aku mau memberikan keluarga yang utuh demi anakku," balas Nadia. "Lebih baik kamu segera pergi dan jangan ganggu Nadia lagi sebelum aku kehilangan kesabaran," ucap Arjuna sembari meregangkan jemarinya."Pokoknya sebelum janur melengkung aku akan terus berusaha," balas Langit lalu berdiri dan pergi dari hadapan mereka berdua.Arjuna ingin meninju Langit karena kurang ajar terhadap Nadia. Dia lancang dan seenaknya bersikap. Kesabaran orang ada batasnya apalagi dia berucap di depan Arjuna, seorang lelaki yang akan menjadi suaminya kelak.*Arjuna, jangan bertindak gegabah. Disini banyak mata melihat aku takut akan jadi bahan gosip lagi kalau kamu emosi hanya karena orang tidak penting itu," cegah Nadia."Kamu benar, tapi aku tidak suka dengannya," balas Arjuna."Tahan emosimu, Arjuna. Jangan beri contoh yang tid
Langit ingin segera menyiakan apa yang ditanyakan oleh Arjuna. Masalahnya Nadia akan menghindarinya jika langsung mengakui perasaannya. Tapi kalau kelamaan dipendam Nadia akan lebih dalam mempunyai perasaan dengan Arjuna. Maka dengan nekat Langit mengatakan, "Sebelum janur kuning melengkung, bukankah sebuah hubungan itu belum dikatakan sah. Soal perasan semua orang bisa berubah apalagi belum ada pernikahan yang sah," "Memangnya siapa juga yang mau menjalin hubungan denganmu sampai ke jenjang pernikahan kalau bukan Karina seorang," jawab Nadia. Kalimat itu menusuk hari Langit, Nadia mana mungkin mengatakan itu. Padahal dahulu Nadia sangat mencintai Langit dan menjadikannya tempat bersandar. "Kamu juga dulu ingin menikah denganku, Nadia," ucap Langit. 'Itu dulu, sebelum kamu menjebakku karena sudah berhubungan dengan Karina," balas Nadia. "Sejak saat itu rasa cintaku sudah hilang," lanjut Nadia. Bagaikan tertampar dengan kerasnya. Begitulah rasa sakit y
Sosok itu adalah Langit, mantan Nadia yang mengkhianati cinta Nadia dengan saudara tirinya. Tanpa di persilahkan Langit langsung duduk diantara mereka berdua mengacaukan kencan yang harusnya hanya ada Nadia dan Arjuna saja.Tanpa rasa malu Langit berkata, "Aku merindukanmu, Nadia," 'Tidak tahu malu sama sekali. Bukankah kamu sudah mempunyai calon istri, Apa kamu juga mau menggoda calon kakak iparmu," balas Arjuna."Memangnya aku tidak boleh merindukan orang yang suatu hari nanti akan jadi keluargaku, walau dia bukan jadi istriku?" tanya Langit."Itu tidak etis, apa kamu mau dibilang ipar adalah maut. Boleh saja asal kamu tidak tahu malu digosipkan seperti itu," jawab Arjuna."Yang ada aku lagi yang akan jadi bahan bully orang-orang," ucap Nadia sinis.Langit merasa sedih mendengar itu. Walaupun memang Langit bisa mengelak dan melindungi diri sendiri jika ada rumor jelek tentangnya. Tapi dia tidak ingin Nadia membencinya. Dia tidak ingin Nadia tidak melihat k
Ibu Sonia menghela nafas lagi, bisa-bisanya dua orang pria yang terkenal bengis melawan lawan bisnisnya itu kini berlutut di depannya perihal meminta restu "Bangunlah Arjuna. Soal restu aku akan memberikan untukmu. Asalkan Nadia juga menerimamu sebagai suami dan Ayah Bima," jawab Ibu Sonia. "Apa Nadia, belum cerita kalau sudah menerima penyataan cinta dqariku?" tanya Arjuna. "Aku sudah tahu. Masih dengan permintaanku tempo hari. Kalau Rana belum mau menerima Nadia. Maka aku tidak ingin melepaskan Nadia untuk menjadi Istrimu," balas Ibu Sonia. "Istriku akan menjadi urusanku. Aku yakin dia akan menerima Nadia dan Bima. Karena kenyataan Bima adalah darah daging Arjuna," jawab Pak Anwar. "Kalau begitu aku bisa sedikit tenang. Sekarang kalian jalani saja asmara kalian. Kalau memang tidak ada kendala, menikahlah," tegas Ibu Sonia. Senyum sumringah terlihat di wajah ayah dan anak itu. Lalu Pak Anwar mengatakan, "Terima kasih, Nadia," "Ibu, aku ti
"Panggil aku, Kakek," jawab Pak Anwar dengan bangganya. Dia sangat menyukai anak kecil yang duduk di sampingnya itu. Bagaimana dia tidak suka sudah lama dia menginginkan cucu. Walau telat dan tidak dari pernikahan yang sah Arjuna, Pak Anwar tetap menyukai Bima sebagai cucunya lebih tepatnya mengakui keberadaan anak itu. "Kakek?" tanya Bima. "Ya, dia adalah kakakmu. Ayah dari Ayahmu ini," jawab Arjuna. Bima tersenyum lalu memeluk Pak Anwar bahagia. Dia bahagia mempunyai Ayah dan Kakek. Karena selama lima tahun ini dia hanya mempunyai Ibu dan Nenek saja. "Nanti kalau waktunya sudah pas, kami akan mengenalkanmu dengan Nenekmu juga. Nenek dari pihak Ayahmu." ucap Pak Anwar. "Maksudnya Ibunya Ayah Arjuna?" tanya Bima antusias. "Iya," jawab Pak Anwar sembari merangkul Bima. "Nenek dari pihak Ayah mungkin agak berbeda dengan Nenek Sonia. Dia agak keras dan tidak terlalu menyukai anak kecil. Bima jangan masukkan hari apapun yang. Nenek Rana nanti katakan,
Arjuna mengangguk, dia duduk di samping Bima sembari bekata, "Kamu adalah anakku, jadi semua ini akan menjadi milikmu kelak," Bima tersenyum lalu memeluk Arjuna. Anak kecil itu merasa mempunyai Ayah yang sesungguhnya walaupun memang sebenarnya Arjuna memang Ayah biologisnya. "Terima kasih Ayah. Oh iya aku bukan anak kandung Ayah apa nanti tidak akan terjadi perselisihan jika aku memiliki apa yang Ayah miliki?" tanya Bima. Arjuna menyeringai tipis, bagaimana bisa seorang Anak kecil berpikir seperti itu. Bukankah senang saja saat dia dijanjikan akan memiliki semua harta yang ada. Bima menang anak yang cerdas di usianya. "Kamu adalah anak kandungku," ucap Arjuna sembari mengelus rambut Bima lembut. "Semua orang juga tahu kalau aku bukan anak kandung Ayah. kenapa Ayah berkata seperti itu?" tanya Bima. "Kamu cukup cerdas di usiamu. Ayah tidak akan membahas itu sekarang. Suatu saat nanti kalau kamu sudah dewasa kamu pasti akan mengerti," jawab Arjuna