Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Arjuna / BAB 3 Ayah Berniat Menjualku?

Share

BAB 3 Ayah Berniat Menjualku?

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2025-02-11 21:59:59

“A-aku juga tidak mengenalinya, aku datang ke hotel ini juga atas dasar permintaan Ayah untuk kencan buta,” jawab Nadia santai. Sebenarnya dia juga tidak tahu siapa pria yang berada di sampingnya kini.

“Dia bukan orang yang Ayah pilih untuk kencan buta denganmu!” balas Pak Abraham kesal bukan main, wajahnya menunjukkan kalau sedang marah sekaligus kecewa karena gagal mendapatkan uang.

Nadia terkejut mendengar ucapan Ayahnya, lalu dia melihat dengan seksama wajah pria yang kini duduk santai di ranjang.

Wajah terkejut juga terlihat dari ekspresi Karina. Dia sedikit kesal, sebab Nadia masih diberi keberuntungan menghabiskan malam dengan pria tampan. Bukan dengan sosok gempal dan tua, seperti yang dia tahu.

Namun, alih-alih menyuarakan kekesalannya, Karina lebih memilih fokus pada tujuannya kali ini. Membuat Nadia dan Langit putus.

“Nadia, aku tidak menyangka kamu semunafik ini!" decih Karina. "Kamu selalu menunjukkan jika kamu wanita polos di depan umum, ternyata... kamu seliar ini,” ucapnya lebih lanjut sembari menunjukkan tatapan jijik.

Karina kemudian beralih pada ayahnya dan berkata, "Ayah, karena Nadia salah... bagaimana dengan teman ayah? Apakah akan membuat perusahaan Ayah gagal diselamatkan?"

Kemarahan di wajah ayah Nadia semakin menyala. Sorot mata pria yang seharusnya marah karena anaknya diperlakukan demikian, justru terlihat marah.

Sementara itu, Langit... terlihat menjadi satu-satunya pria yang benar-benar terluka.

Bukan terluka karena dikhianati Nadia, tapi terluka karena bukan Langit, orang yang pertama kali mereguk keperawanannya. “Sudah hampir lima tahun kita bersama, Nadia. Kamu bahkan tidak pernah mau aku sentuh, tapi kamu malah bermain dengan pria tidak jelas sepertinya?!"

Nadia menatap ketiga orang yang ada di depannya itu dengan tatapan penuh kebencian.

Bagaimana bisa mereka datang langsung menyalahkan satu orang saja tanpa mau melihat kebenaran yang ada?

Hanya karena satu kesalahan, Nadia  tidak menemui orang yang benar sesuai pilihan Ayahnya.

“Karina, bukankah awalnya kamu adalah orang yang harus mendatangi kencan buta yang sudah diatur oleh Ayah?" Nadia berdiri dan dengan berani menatap saudara tirinya. "Aku hanya menggantikanmu. Bahkan, kamu yang mengantarkanku semalam. Apa kamu ingin cuci tangan dari semuanya?"

Plak!

Pak Abraham menampar Nadia lalu berkata, “Kamu sudah membuat kesalahan tapi masalah menyalahkan saudaramu?! Kalau sudah begini, bagaimana Ayah bisa mendapatkan uang untuk membangkitkan kembali perusahaan Ayah yang hampir bangkrut, hah!”

Nada bicara Pak Abraham yang keras serta menampar Nadia di depan banyak orang seperti ini membuat Nadia sakit hati. Berbeda dengan Karina yang sedikit puas karena sudah membuat Ayahnya marah sampai memukul Nadia.

“Jadi Ayah memang berniat menjualku?" Tubuh Nadia gemetar karena merasakan kekesalan yang sudah lama tertumpuk di benaknya. Bukankah selama ini dia sudah banyak mengalah? Kali ini dia ingin mempertahankan harga dirinya. Memangnya perusahaan yang susah payah dibangun oleh ibu itu bangkrut karena siapa? Bukankan karena gundik yang Ayah bawa pulang bersama putrinya yang serakah itu!” lanjut Nadia kesal.

Melihat Nadia yang berani tanpa takut membantah orang tuanya, pria asing itu semakin penasaran.

“Lagipula bukan ibumu saja yang berjuang memajukan perusahaan. Bukankah semua modal adalah milik Ayah?” tanya Karina sambil menyunggingkan senyuman mengejek karena Langit sudah berada dipihaknya.

“Karina benar, pemilik modal adalah aku. Ibumu hanya bekerja saja untukku!” bentak Pak Abraham.

Nadia menyunggingkan senyuman, dia mengingatkan sang Ayah. “Modal awal perusahaan adalah warisan dari Kakek pihak Ibu!! Ayah sebelumnya hanya karyawan biasa yang dijadikan menantu karena berkepribadian baik dan pekerja keras. Apa Ayah lupa??”

Dia tahu jelas bagaimana perusahaan yang kini sedang diperdebatkan tumbuh dan hancur karena siapa. Ayahnya. Ayahnya yang telah dipercaya itu ternyata berkhianat.

Ibunya yang sudah luar biasa baik ternyata hanya dimanfaatkan. Sang ayah bersekongkol dengan mantan kekasihnya yang sudah menikah dengan orang lain dan memiliki anak itu, lalu menipu ibunya dan mengambil alih perusahaan.

“Semua ini sudah takdir yang maha kuasa Nadia. Kamu jangan menyalahkan ibuku. Ayah dan ibu saling mencintai sebelumnya,” ucap Karina.

Nadia tersenyum sinis mendengar sahutan saudara tirinya.“Kalau begitu kenapa bukan kamu yang mencari dana untuk memulihkan kembali perusahaan? Kenapa ujung-ujungnya kalian mengorbankan aku?”

“Cukup Nadia. Intinya kamu melakukan kesalahan. Tidak usah membahas yang bukan inti permasalahan ini,” ucap Pak Abraham.

Nadia mengepalkan tangannya kesal. Dia ingin segera membantah apa yang mereka katakan tapi justru pria yang bermalam dengannya itu sudah bertepuk tangan duluan membuat empat orang yang sedang adu argumen serta memojokkan Nadia itu mengalihkan pandangan kepadanya.

“Ternyata benar, seorang lelaki, juga ayah kandung yang dibutakan cinta... tega menelantarkan anaknya demi membela anak dari seorang wanita yang dicintainya.” ucap Pria itu.

“Ini bukan urusanmu! Seharusnya kamu malu dengan wajahmu itu! Hanya tampan, tapi tidak bermoral karena sudah merenggut mahkota wanita yang tidak kamu kenal!" Langit berseru.

Pria itu menunjuk wajahnya dengan satu jari sambil tertawa mengejek, “Aku, hanya bermodal wajah tampan saja?”

“Benar itu, Langit!" Kali ini, Karina ikut membela. Dia yang tadinya terpesona oleh paras si pria, kini berbalik menyerang. "Aku sudah banyak melihat pria sepertimu. Berpenampilan menarik tapi tidak memiliki uang,” balas Karina meremehkan.

“Seharusnya kamu mengganti rugi perbuatanmu karena sudah merayu putriku dan menikmati tubuhnya! Karena gara-gara kamu, rencanaku menikahkan putriku dengan pria kaya jadi gagal!” hardik Pak Abraham, untuk saat ini di pikirannya memang dipenuhi oleh uang dan uang.

Pria itu tersenyum tipis, lalu berjalan mendekati Pak Abraham. Dengan tatapan tegas dia lalu berucap, “Katakan berapa uang yang Anda inginkan?”

Ketiga orang yang datang untuk mempermalukan Nadia itu langsung saling pandang dan menertawakan Pria sombong itu.

“Memangnya kamu siapa berlagak sekali mengatakan itu?” ledek Langit.

“Kalau begitu aku minta uang satu milyar!” seru Karina.

“Anak muda jangan membual didepanku jika kamu punya uang karena aku tidak akan percaya padamu,” ucap Pak Abraham dengan tegas.

Nadia juga membisikkan sebuah kalimat kepada pria itu, “Aku tahu kamu hanya mempertahankan harga diri, sudah jangan ladeni mereka. Biar aku urus sendiri, sejujurnya kita ini tidak saling mengenal bukan?”

Pria itu menyeringai tipis, lalu memberikan sebuah kartu nama kepada Pak Abraham. Sontak saja Pak Abraham terkejut dengan nama yang tertulis di kartu nama itu.

“Ka-mu,” ucap Pak Abraham terbata lalu secara seksama menatap sosok yang ada di depannya itu.

"Siapa dia Ayah, kenapa Ayah tampak terkejut seperti itu?” tanya Karina lalu merebut kartu nama yang ada ditangan Ayahnya. Mata Karina tampak melotot melihat nama yang tertera di kartu.

Arjuna Anwar. Sebuah nama yang tidak asing.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 4 Mulai Sekarang Kita Putus

    Karina mengucek matanya untuk memperjelas apakah benar Arjuna Anwar yang merupakan putra pertama dari pemilik perusahaan besar bergerak di bidang real estate itu?“Banyak yang mengaku sebagai Arjuna Anwar di kota ini, apa mungkin kamu salah satunya?” tanya Karina sembari membuang kartu nama itu.“Jadi lelaki ini mengaku sebagai Arjuna Anwar? Cih pantas saja Nadia sampai tertipu!” cibir Langit.“Kalian bisa berkata seperti itu karena belum pernah bertatap muka dengan seorang Arjuna Anwar, ‘kan?” tanya Arjuna dengan penuh tekanan. Karena memang dia selalu menggunakan perantara asisten untuk bertemu dengan tamu yang menurutnya tidak penting.Langit maupun Karina menggertakan giginya mendengar ucapan itu. Memang benar mereka tidak pernah bertatap muka langsung, tapi tidak seharusnya lelaki di hadapannya bertingkah sombong seperti itu.“Walau begitu aku adalah mitra bisnis dari perusahaan besar milik Arjuna,” jawab Langit.“Aku sampai lupa kalau memiliki hubungan bisnis dengan pemilik peru

    Last Updated : 2025-02-11
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 5 Aku datang untuk menemui, Dia.

    “Kamu kenal pria tampan itu, Karina?” bisik Ibu Lentina yang sangat terpesona dengan paras rupawan Arjuna.“Hmm, dia itu seorang penipu, Bu. Dia yang melakukan hal tak senonoh dengan Nadia lalu masih mengaku sebagai Arjuna Anwar,” jawab Karina sinis.Awalnya Ibu Lentina sangat kagum dengan paras rupawan dan tubuh atletis seorang Arjuna Anwar. Tapi sayang sekali kekaguman itu berubah menjadi tatapan sengit dan ejekan yang dilontarkan oleh Ibu Lentina.“Siapa kamu beraninya datang tanpa pemberitahuan seperti ini ke perusahaanku?” bentak Ibu Lentina.“Calon mertuaku benar, memangnya perusahaan ini bisa dimasuki sembarang orang sepertimu,” imbuh Langit.Arjuna menyeringai tipis, melihat para manusia serakah dan tidak tahu malu di depannya itu. Lirikan matanya sekilas melihat ke arah Nadia yang mencoba untuk tegar namun sebenarnya rapuh itu. Satu lawan empat orang bagaimana Nadia bisa sekuat itu. Lalu tatapannya kembali ke depan dua orang yang meremehkannya barusan.“Datang tanpa pemberita

    Last Updated : 2025-02-11
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 6 Maukah Kamu Menikah denganku?

    Mereka semua yang ada di ruangan itu tampak terkejut karena Arjuna sangaja datang ingin menemui Nadia. “Ini tidak boleh dibiarkan, Nadia tidak boleh mendapatkan pria yang lebih mapan dariku,” gumam Karina dalam hati, dia mengepalkan tangannya kesal merasa cemburu dengan Nadia.“Tuan Arjuna. Bagaimana kalau kita ke ruang meeting saja. Kami biasanya menjamu para tamu di ruang Meeting perusahaan. Kita bisa mengobrol bersama dengan santai, Bukan?” bujuk Karina dengan wajah yang lemah lembut berusaha untuk mengambil hati Arjuna.“Tidak perlu, urusanku bukan dengan kalian, tapi dengan Nadia. Terlebih penting kalau ada Pak Abraham aku mau bicara dengannya juga,” jawab Arjuna.Karina tampak tidak suka dengan jawaban itu, apalagi melihat tangan kekar Arjuna yang merangkul pundak Nadia dengan mesra. Nadia hanya diam di sampingnya dengan senyuman yang merekah, dia seolah sedang menertawakan Karina yang sedang berusaha mendapatkan hati Arjuna.“Ayah masih lama datang ke perusahaan, bagaimana kala

    Last Updated : 2025-02-25
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 7 Aku bersedia

    Nadia tersenyum lebar, tampak wajahnya sangat bahagia dengan ucapan dari Arjuna. Tentu saja Nadia tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini untuk membuat mantan kekasih yang telah mencampakannya juga saudara tirinya kesal.“Aku, bersedia menjadi istrimu,” jawab Nadia.“Tidak!” seru Karina reflek lalu menutupi mulutnya dengan tangan.“Kenapa tidak, Karina?” ucap Nadia dengan senyuman yang merekah. “Kamu juga bahagia akan menikah, bukan? Sama seperti kamu yang sedang bahagia, maka ijinkan aku untuk menikah juga dengan pria yang mencintaiku,”Ucapan itu terdengar biasa saja, tapi sebenarnya merupakan pukulan telak untuk Langit yang telah berkhianat untuknya. Untuk Karina yang selalu membanggakan diri setelah merebut apa yang Nadia miliki selama ini.“Tapi keluarga kita menganut tradisi dalam satu tahun tidak boleh menikahkan dua anak sekaligus, ini akan berakibat buruk bagi keluarga kita menurut nenek moyang,” ucap Ibu Lentina yang juga berusaha menghalangi pernikahan Nadia.“Ini sudah ta

    Last Updated : 2025-02-26
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 8 Ibu Tidak Menerima Menantu

    Jantung Arjuna semakin berdebar melihat ekpresi terkejut Nadia. Wanita cantik itu semakin terlihat cantik di matanya.“Lebih cepat lebih baik, bukan?” jawab Arjuna yang sudah tidak sabar membawa Nadia menghadap Nyonya Rana Anwar, yakni ibunda tercinta yang selalu mengharapkan Arjuna menikah.“Aku ini hanya anak dari pengusaha bangkrut yang ayah dan ibunya juga bercerai, aku sangat takut bertemu dengan orang tuamu,” ucap Nadia sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia merasa kehadirannya di tengan keluarga Arjuna akan ditolak.Arjuna berdiri dari tempat duduknya, dia merangkul Nadia dengan lembut seraya berkata, “Aku tidak peduli respon orang sekitarku terhadapmu, yang jelas aku menginginkanmu, Nadia,”Nadia tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia takut melangkah, di satu sisi Ayahnya sudah menerima uang sebanyak itu dari Arjuna. Satu sisi lagi dia baru saja patah hati haruskah benar-benar menerima pernyataan cinta Arjuna dan menikah dengannya walau nanti perjalanan cintanya akan

    Last Updated : 2025-02-27
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 9 Terperangkap Rayuan

    Nyonya Rana menatap sang putra dengan senyuman manisnya, lalu mengirim sebuah link berita terpanas hari ini ke nomor Arjuna.“Cek saja apa yang Ibu kirim ke ponselmu,” jawab Nyonya Rana sembari duduk di sofa ruang tamu.“I-ni,” ucap Arjuna terbata. Matanya terbelalak melihat berita yang hangat hari ini. Sosok wanita cantik yang memamerkan tubuh indahnya itu adalah Nadia, topik itu berjudul, “Putri pemilik perusahaan tas terkemuka di kota ini yang terkenal sebagai sosok yang menginspirasi ternyata memiliki sisi liar seperti ini,”Bahkan banyak komen dari netizen yang mengatakan bahwa jangan percaya dengan wajah polos seseorang, karena bisa saja sebenarnya pergaulannya buruk.“Memangnya berita apa yang sedang viral hari ini?” ucap Nadia seraya merebut ponsel Arjuna. Dia sama sekali tidak terkejut dengan foto yang beredar di internet dan akun-akun gossip yang cepat menyebar seperti angin itu. Bahkan banyak komen dari akun pria yang melecehkannya.“Kam

    Last Updated : 2025-02-28
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 10 Di Cap Sebagai Pelakor

    Arjuna menggertakkan giginya karena sikap sang Ibu yang menolak Nadia sebagai calon istrinya.“Baik aku akan membawanya pergi,” ucap Arjuna seraya menggenggam tangan Nadia.“Memang seharusnya seperti itu. Kamu tidak membawa wanita kotor ke rumah ini,” balas Nyonya Rana.“Tapi ibu harus ingat, aku tidak akan menikah selain dengan Nadia,” ucap Arjuna lalu melihat ke arah Nadia.“Ayo Nadia kita pergi,”Nadia mengangguk lalu pergi mengikuti Arjuna. Sedangkan Nyonya Rana memegang kepalanya yang pusing karena putra yang diharapkan untuk segera menikah malah membawa wanita yang jauh dari ekspektasinya. Nyonya Rana memanggil pelayan dengan menjentikkan jari seraya berkata, “Selidiki latar belakang wanita yang dibawa putraku,”Di luar rumah itu, Nadia melepaskan genggaman tangan Arjuna. Sehingga mereka berdua menghentikan langkah sejenak.“Ada apa, Nadia?” tanya Arjuna.“Arjuna sebelum terlambat mari kita sudahi permainan ini,” jawab Na

    Last Updated : 2025-03-01
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 11 Nyonya Rana ingin bertemu

    Nadia sengaja ingin melihat reaksi sang Ayah. Karena selama ini dia selalu membela Karina dan Ibu tirinya walau bukan Nadia yang salah.Apa kali ini sang Ayah hanya akan diam saja melihat nama keluarganya sudah tercoreng walau sudah ketahuan bahwa pelaku penyebaran foto itu adalah Karina dan Ibunya.“Diamlah, ini bukan saatnya berseteru. Sesuai permintaanmu Nadia, Ayah akan mencari cara untuk menemukan pelaku penyebaran fotomu,” ucap Pak Abraham.“Seharusnya memang begitu, Ayah. Karena kalau pernikahanku dan Arjuna sampai gagal. Dia akan menarik kembali uang satu milyar yang sudah diberikan kepada Ayah,” balas Nadia.“Itu yang Ayah takutkan, dari mana Ayah mengganti uang sebanyak itu!” seru Pak Abraham sembari mengepalkan tangannya.Berbeda dengan Nadia yang tersenyum senang dengan sikap sang Ayah. Justru Karina dan Ibunya terlihat ketar ketir.“Aku tahu Ayah, uang itu mungkin sudah digunakan foya-foya oleh istri dan anak tercinta Ayah. Maka

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 76 Apa Ibu Akan menikah dengan Paman Arjuna?

    Pak Abraham menghentikan langkahnya dia menatap sosok cantik paripurna walau usianya sudah tak lagi muda. Siapa dia kalau bukan Ibu Sonia. Mantan mertuanya juga selangkah lebih maju menjilat Ibu Sonia agar bermurah hati pada Meraka. "Sonia, kamu semakin cantik saja. Ah, apa kabar Sonia. Kita sudah lama tidak bertemu, ya," ucap Neneknya Nadia. "Aku memang cantik dari dulu. Tapi bukankah Ibu sibuk dengan menantu baru dambaan Ibu yang menurut sama mertua itu. Tidak seperti diriku yang pembangkang. Jadi tidak usah basa basi," balas Ibu Sonia. "Lancang sekali kamu, punya anak lonte saja belagu," balas mantan adik iparnya. Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Adiknya Pak Abraham. "Jangan hina anakku," ucap Pak Abraham. "Ka-kak kenapa kamu tega menamparku?" tanya Adiknya. "Kamu lancang, kamu bisa membuat Sonia tidak suka dan marah," jawab Pak Abraham. Ibu Sonia menertawakan Pak Abraham yang sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Entah apa yang se

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 75 Jual saja Adik Ayah, itu juga kalau laku.

    Apk Abraham menggertakkan giginya, dia sangat tersinggung. Walau itu kenyataannya Nadia yang merupakan anaknya tidak boleh berkata seperti itu."Jaga mulutmu, Nadia. Mana mungkin Ayah menipu wanita yang Ayah cintai sendiri," ucap Pak Abraham."Ibumu tidak memiliki apapun saat menikah dengan Ayahmu. Dia hanya pekerja Ayahmu saja," balas Bibinya Nadia."Kalau memang begitu kenyataannya. Kenapa perusahaan bangkrut Ayah tidak mampu mengembalikan seperti semula?" tanya Nadia."Kamu pikir mendirikan perusahaan gampang hah?!" bentak Pak Abraham."Asal ada modal semuanya gampang, lihat gedung ini. Ibu yang membjayaiku. Ayah saja yang bodoh lebih memilih ani-ani yang hanya bisa menghabiskan uang daripada Ibuku yang kaya raya," ucap Nadia dengan angkuh.Menurut Nadia memangnya yang bisa angkuh hanya keluarga Ayahnya saja yang parasit itu. Saat ini Nadia juga bisa bersikap angkuh bahkan lebih menyakitkan saat menghina keluarga Ayahnya. Biarkan saja seperti itu mereka ya

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 74 Ayah, sekarang tahu rasanya dicampakkan?

    Orang yang mengawasi Nadia dan Arjuna masih berada di tempat. Dia heran melihat kebahagiaan dua sejoli itu. Menurutnya seseorang kalau banyak harta harus ingat dengan keluarganya. "Ini tidak bisa dibiarkan. Dia kaya sekarang ditambah menjadi kekasih Arjuna. Aku dengar mereka juga akan menikah. Pasti hidupnya akan semakin berlimang harta," gumam Pak Abraham.Menurutnya seorang anak harus berbakti pada keluarganya. Bukan asyik senang-senang sendiri menikmati harta sendiri atau suaminya. "Aku harus menemui, Nadia bagaimanapun caranya," ucap Pak Abraham.Pria paruh baya itu membuntuti Nadia kemana dia pergi. Hingga tibalah di sebuah gedung tempat Nadia bekerja. Sayangnya saat Pak Abraham ingin masuk ke gedung itu di cegah oleh satpam karena tidak mempunyai identitas masuk ke gedung itu."Bedebah sialan! Apa kalian tahu siapa aku?" bentak Pak Abraham."Kami tidak tahu siapa Anda. Makanya kami tidak memperbolehkan Anda masuk," jawab Satpam."Aku adalah Ayah N

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 73 Nadia, kamu tidak boleh bahagia sendirian

    Nadia menghembuskan nafasnya kasar. Demi bisa mengusir Langit dari hadapannya dia rela menggunakan nama Arjuna sebagai tameng. "Tentu saja karena aku mau memberikan keluarga yang utuh demi anakku," balas Nadia. "Lebih baik kamu segera pergi dan jangan ganggu Nadia lagi sebelum aku kehilangan kesabaran," ucap Arjuna sembari meregangkan jemarinya."Pokoknya sebelum janur melengkung aku akan terus berusaha," balas Langit lalu berdiri dan pergi dari hadapan mereka berdua.Arjuna ingin meninju Langit karena kurang ajar terhadap Nadia. Dia lancang dan seenaknya bersikap. Kesabaran orang ada batasnya apalagi dia berucap di depan Arjuna, seorang lelaki yang akan menjadi suaminya kelak.*Arjuna, jangan bertindak gegabah. Disini banyak mata melihat aku takut akan jadi bahan gosip lagi kalau kamu emosi hanya karena orang tidak penting itu," cegah Nadia."Kamu benar, tapi aku tidak suka dengannya," balas Arjuna."Tahan emosimu, Arjuna. Jangan beri contoh yang tid

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 72 Aku dan Arjuna akan menikah

    Langit ingin segera menyiakan apa yang ditanyakan oleh Arjuna. Masalahnya Nadia akan menghindarinya jika langsung mengakui perasaannya. Tapi kalau kelamaan dipendam Nadia akan lebih dalam mempunyai perasaan dengan Arjuna. Maka dengan nekat Langit mengatakan, "Sebelum janur kuning melengkung, bukankah sebuah hubungan itu belum dikatakan sah. Soal perasan semua orang bisa berubah apalagi belum ada pernikahan yang sah," "Memangnya siapa juga yang mau menjalin hubungan denganmu sampai ke jenjang pernikahan kalau bukan Karina seorang," jawab Nadia. Kalimat itu menusuk hari Langit, Nadia mana mungkin mengatakan itu. Padahal dahulu Nadia sangat mencintai Langit dan menjadikannya tempat bersandar. "Kamu juga dulu ingin menikah denganku, Nadia," ucap Langit. 'Itu dulu, sebelum kamu menjebakku karena sudah berhubungan dengan Karina," balas Nadia. "Sejak saat itu rasa cintaku sudah hilang," lanjut Nadia. Bagaikan tertampar dengan kerasnya. Begitulah rasa sakit y

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 71 Mantan yang menyesal

    Sosok itu adalah Langit, mantan Nadia yang mengkhianati cinta Nadia dengan saudara tirinya. Tanpa di persilahkan Langit langsung duduk diantara mereka berdua mengacaukan kencan yang harusnya hanya ada Nadia dan Arjuna saja.Tanpa rasa malu Langit berkata, "Aku merindukanmu, Nadia," 'Tidak tahu malu sama sekali. Bukankah kamu sudah mempunyai calon istri, Apa kamu juga mau menggoda calon kakak iparmu," balas Arjuna."Memangnya aku tidak boleh merindukan orang yang suatu hari nanti akan jadi keluargaku, walau dia bukan jadi istriku?" tanya Langit."Itu tidak etis, apa kamu mau dibilang ipar adalah maut. Boleh saja asal kamu tidak tahu malu digosipkan seperti itu," jawab Arjuna."Yang ada aku lagi yang akan jadi bahan bully orang-orang," ucap Nadia sinis.Langit merasa sedih mendengar itu. Walaupun memang Langit bisa mengelak dan melindungi diri sendiri jika ada rumor jelek tentangnya. Tapi dia tidak ingin Nadia membencinya. Dia tidak ingin Nadia tidak melihat k

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BaB 70 Lama tidak berjumpa, Nadia.

    Ibu Sonia menghela nafas lagi, bisa-bisanya dua orang pria yang terkenal bengis melawan lawan bisnisnya itu kini berlutut di depannya perihal meminta restu "Bangunlah Arjuna. Soal restu aku akan memberikan untukmu. Asalkan Nadia juga menerimamu sebagai suami dan Ayah Bima," jawab Ibu Sonia. "Apa Nadia, belum cerita kalau sudah menerima penyataan cinta dqariku?" tanya Arjuna. "Aku sudah tahu. Masih dengan permintaanku tempo hari. Kalau Rana belum mau menerima Nadia. Maka aku tidak ingin melepaskan Nadia untuk menjadi Istrimu," balas Ibu Sonia. "Istriku akan menjadi urusanku. Aku yakin dia akan menerima Nadia dan Bima. Karena kenyataan Bima adalah darah daging Arjuna," jawab Pak Anwar. "Kalau begitu aku bisa sedikit tenang. Sekarang kalian jalani saja asmara kalian. Kalau memang tidak ada kendala, menikahlah," tegas Ibu Sonia. Senyum sumringah terlihat di wajah ayah dan anak itu. Lalu Pak Anwar mengatakan, "Terima kasih, Nadia," "Ibu, aku ti

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 69 Aku mohon berikan restumu, Ibu.

    "Panggil aku, Kakek," jawab Pak Anwar dengan bangganya. Dia sangat menyukai anak kecil yang duduk di sampingnya itu. Bagaimana dia tidak suka sudah lama dia menginginkan cucu. Walau telat dan tidak dari pernikahan yang sah Arjuna, Pak Anwar tetap menyukai Bima sebagai cucunya lebih tepatnya mengakui keberadaan anak itu. "Kakek?" tanya Bima. "Ya, dia adalah kakakmu. Ayah dari Ayahmu ini," jawab Arjuna. Bima tersenyum lalu memeluk Pak Anwar bahagia. Dia bahagia mempunyai Ayah dan Kakek. Karena selama lima tahun ini dia hanya mempunyai Ibu dan Nenek saja. "Nanti kalau waktunya sudah pas, kami akan mengenalkanmu dengan Nenekmu juga. Nenek dari pihak Ayahmu." ucap Pak Anwar. "Maksudnya Ibunya Ayah Arjuna?" tanya Bima antusias. "Iya," jawab Pak Anwar sembari merangkul Bima. "Nenek dari pihak Ayah mungkin agak berbeda dengan Nenek Sonia. Dia agak keras dan tidak terlalu menyukai anak kecil. Bima jangan masukkan hari apapun yang. Nenek Rana nanti katakan,

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 68 Pria tua itu siapa Ayah?

    Arjuna mengangguk, dia duduk di samping Bima sembari bekata, "Kamu adalah anakku, jadi semua ini akan menjadi milikmu kelak," Bima tersenyum lalu memeluk Arjuna. Anak kecil itu merasa mempunyai Ayah yang sesungguhnya walaupun memang sebenarnya Arjuna memang Ayah biologisnya. "Terima kasih Ayah. Oh iya aku bukan anak kandung Ayah apa nanti tidak akan terjadi perselisihan jika aku memiliki apa yang Ayah miliki?" tanya Bima. Arjuna menyeringai tipis, bagaimana bisa seorang Anak kecil berpikir seperti itu. Bukankah senang saja saat dia dijanjikan akan memiliki semua harta yang ada. Bima menang anak yang cerdas di usianya. "Kamu adalah anak kandungku," ucap Arjuna sembari mengelus rambut Bima lembut. "Semua orang juga tahu kalau aku bukan anak kandung Ayah. kenapa Ayah berkata seperti itu?" tanya Bima. "Kamu cukup cerdas di usiamu. Ayah tidak akan membahas itu sekarang. Suatu saat nanti kalau kamu sudah dewasa kamu pasti akan mengerti," jawab Arjuna

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status