Widia yang dipenuhi dengan amarah dan rasa sakit langsung melampiaskannya keluar.Mulai dari Joni, hingga Tuan Darel dari Kota Sawarna dan kali ini Rio dari Keluarga Yudistira di Jatra.Apalagi, latar belakang mereka makin lama makin menakutkan. Begitu pula dengan bahaya yang ditimbulkan, juga akan bertambah mengerikan.Jika kakeknya dan orang tuanya tidak memaksa dirinya, bagaimana mereka bisa mencapai titik ini?Saat Widia kembali hari ini, dia menerima telepon dari Rio. Pria itu menjelaskan bahwa dia berharap Widia bisa muncul di Jatra dalam waktu tiga hari. Jika tidak, Keluarga Lianto pasti akan hancur.Selain itu, Rio juga mengetahui keberadaan Tobi. Dia juga mengancam, kalau Widia tidak menuruti permintaannya, dia pasti akan membuat Tobi mati secara tragis.Padahal, kemarin Kakek Muhar hanya berpura-pura menjadi Rio dan mengancam untuk menipu Widia. Namun, siapa sangka, Widia hari ini sungguh telah diancam oleh Rio.Rio jelas-jelas tidak sabar. Awalnya dia berencana menggunakan p
Selama memungkinkan, dia pasti akan terus mengulur waktu.Andai tidak berhasil, sekalipun harus mengorbankan nyawanya, dia juga tidak akan membiarkan Rio memperoleh keinginannya. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk Tobi adalah menjaga tubuhnya agar tidak dinodai Rio.Dia telah berkorban begitu banyak untuk Keluarga Lianto, jadi dia hanya bisa menyerahkan sisanya kepada takdir.Mendengar tuduhan Widia, wajah Kakek Muhar berubah muram. Dia tidak berkata apa-apa. Dia mendadak ragu dengan dirinya sendiri. Apa tindakannya kali ini sudah benar?Namun, tak berselang lama, dia segera menghibur dirinya sendiri dan mengatakan bahwa keputusannya sudah tepat.Yang salah itu cucunya. Widia masih terlalu muda dan tidak mengerti apa yang dia butuhkan. Setelah menikah dengan Keluarga Yudistira di Jatra, saat itu, dia pasti akan memahami niat hatinya.Kakek Muhar melakukan semua ini demi Widia.Ibunya Widia juga tertegun sejenak, tetapi dia segera berkata dengan marah, "Apa yang kamu bicarakan
Selesai berbicara, Candra langsung menarik tangan Widia dan berkata, "Kak, jangan pedulikan mereka. Ayo kita cari Kak Tobi!"Mendengar itu, ibunya Widia sangat marah. Bukan hanya putrinya ditipu oleh Tobi, tetapi putranya juga demikian.Bukankah dirinya juga sempat tertipu sebelumnya? Dia bahkan sibuk mencari cara untuk menyenangkan Tobi. Benar-benar memalukan sekali. Ibunya Widia langsung berteriak, "Candra, berhenti di situ!"Candra mengabaikan ibunya begitu saja. Pokoknya, mereka harus mencari kakak iparnya.Namun, langkah Widia terhenti. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak perlu lagi. Kami sudah bercerai, mengapa aku harus mencarinya lagi?""Tapi ...." Candra masih ingin menyampaikan yang lainnya."Nggak perlu tapi-tapi lagi."Setelah menjatuhkan kata-kata itu, Widia langsung berjalan masuk ke kamarnya.Setelah masuk, dia tak kuasa menahan diri lagi. Tangisnya pecah seketika. Air mata memenuhi wajahnya, bahkan bantalnya juga ikut basah.Semua rasa sakit, keputusasaan ya
Candra pun berlalu dengan kesal. Mungkin karena telah melalui banyak hal. Candra kini jauh lebih dewasa. Setidaknya dia sudah tidak kekanak-kanakan seperti sebelumnya.Candra sendiri juga menyadari semua ini, jadi dia sangat berterima kasih kepada Tobi. Tidak peduli Tobi benar-benar kuat atau tidak, pokoknya dia hanya mengakui kakak ipar yang satu iniIbunya Widia tak berdaya. Dia hanya bisa memutuskan untuk melakukannya perlahan di masa depan. Dia yakin wajah asli Tobi suatu hari nanti pasti akan terungkap. Dia tidak peduli dengan pendapat putranya mengenai Tobi. Yang penting Widia bisa melepaskan Tobi dan bersedia bersama dengan Tuan Rio.Dengan begitu, Keluarga Lianto mereka akan benar-benar berkembang.Setelah keluar dari vila Keluarga Lianto, Tobi masuk ke dalam mobil. Dia menatap Pandu, lalu bertanya dengan heran, "Bukankah aku menyuruhmu kembali dulu? Kenapa kamu terus menunggu di sini?""Aku lihat kondisi Tuan kurang baik, jadi aku tunggu saja di sini. Lagi pula, latihan di man
Setelah Tobi menutup telepon, dia pun berkata dengan nada datar, "Kembali ke vila!""Ya!"Pandu segera menyalakan mesin, tetapi hatinya dipenuhi kekhawatiran. Sejak bertemu dengan tuan, dia belum pernah melihat kondisinya yang seperti itu.Setelah memasuki vila, Tobi terus mencoba berbagai cara agar bisa segera memulihkan kondisi fisiknya.Namun, setelah menggunakan berbagai cara, bahkan menghabiskan waktu selama dua jam, dia hanya menambah beberapa genangan darah di depannya.Sepertinya dia hanya bisa menelepon guru dan menanyakan solusinya. Bagaimanapun juga, situasi saat ini sangat kacau, jadi dia harus memperoleh kembali kekuatannya secepat mungkinNamun, di saat itu, ada orang yang meneleponnya. Tobi menundukkan kepalanya dan menyadari itu nomor yang tidak dikenal, jadi dia segera mengangkatnya.Ternyata si penelepon adalah Martha. Dia ingin minta maaf.Tobi mengerutkan kening dan bertanya dengan nada dingin, "Ada apa?""Maaf, hari ini aku ...."Tobi langsung menyela, "Jangan baha
Lagi pula, pria normal mana yang bisa menahan semua ini. Siapa sangka ibunya akan memberikan obat yang begitu keras kepadanya.Namun, sekalipun mengetahui semua hal ini, memangnya dia bisa apa? Keluarga Yudistira di Jatra bagaikan gunung besar yang menekan kepalanya, membuatnya tidak berdaya dan putus asa."Kak Widia, maaf!""Jangan khawatir. Aku pasti akan mencari Kak Tobi dan menjelaskan semua kepadanya agar dia tahu kamu hanya salah paham kepadanya," ujar Martha."Nggak perlu!""Martha, kamu masih belum mengerti? Aku sudah nggak ingin bersamanya lagi," kata Widia."Karena Keluarga Yudistira dari Jatra itu?""Bisa dikatakan begitu!"Martha bertanya balik, "Kamu pernah pikir nggak, siapa tahu Kak Tobi punya cara untuk melawan Keluarga Yudistira dan melindungimu?""Nggak mungkin! Kamu nggak tahu betapa menakutkannya Keluarga Yudistira dari Jatra itu. Sekalipun Tobi punya kemampuan hebat, dia juga nggak mungkin bisa mengalahkan mereka."Widia menggelengkan kepalanya, berdiri, lalu menin
"Kamu nggak boleh bilang begitu. Istriku diculik, masa aku hanya berdiam diri?" kata Tobi."Sudahlah, kamu benar, ok? Sebenarnya ada cara yang lebih bagus untuk memulihkan kondisimu saat ini.""Begitu digunakan, bukan hanya bisa mengobati cederamu, tapi kamu juga mungkin bisa menerobos dan memasuki tingkat puncak Guru Besar," ucap Raja Naga tua.Mendengar itu, Tobi langsung mengerti maksud gurunya. Pasti ada hubungannya dengan Jessi. Kalau tidak, beliau tidak akan berkata seperti itu. Gurunya mengira kekuatan Tobi masih berada di tingkat akhir Guru Besar.Gurunya masih belum tahu dirinya telah mencapai tingkat puncak Guru Besar sebelumnya."Kenapa diam saja? Kamu tahu, 'kan?""Lagi pula, gadis kecil itu cantik dan baik. Selain itu, kamu bisa berselisih dengan Tetua Akmal dari Sekte Suganda juga karena dia. Apa lagi yang kamu khawatirkan?" tanya Raja Naga tua.Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak! Aku nggak boleh mengecewakan Widia!"Raja Naga tua mengomelinya, "Kalau begitu
"Kebetulan sekali!""Dia memang sudah mati.""Apalagi, dia dibunuh olehku. Apa boleh buat, dia nggak bisa menahan pukulanku," kata Pandu sambil tersenyum sinis. Dia sengaja membuat lawan emosi agar mereka hanya menargetkannya seorang."Kamu cari mati!"Benar saja. Raja Setan terlihat marah. Dia kini hanya memusatkan perhatiannya kepada Pandu."Tergantung kamu punya kemampuan atau nggak. Jangan seperti anak buahmu. Dia bahkan nggak bisa menahan seranganku," ucap Pandu dengan nada menyindir. Setelah itu, dia segera berbisik dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua, "Tuan, kalau ada kesempatan, segeralah kabur. Biar aku yang menahan mereka."Apa pun yang terjadi, sekalipun harus mempertaruhkan nyawanya, Pandu juga harus melindungi Tobi."Mau kabur?"Raja Setan tersenyum sinis, "Lihat dia sudah begitu lemah. Kamu pikir dia masih bisa kabur?"Begitu selesai berbicara, dia segera memberi isyarat. Anak buahnya langsung berpencar ke berbagai sudut. Pokoknya, mereka tidak akan m