Kalimat itu terangkai dengan indah, tetapi tidak membuat Widia merasa senang melainkan kesal, lalu dia berkata dengan marah, "Kamu membunuhnya? Bagaimana kamu membunuhnya?""Tentu saja menggunakan kedua tanganku," jawab Tobi dengan serius."Omong kosong!""Kamu pikir aku nggak tahu bagaimana dia bisa mati?" ucap Widia dengan marah. Walaupun pria itu ingin memamerkan kehebatannya, dia juga tidak perlu berbicara omong kosong seperti ini.Lagi pula, Bakri termasuk ahli tingkat Guru Besar. Sekalipun Tobi telah berlatih seni bela diri sejak kecil, dia juga tidak mungkin bisa menjadi lawannya. Bagaimana Tobi bisa membunuhnya?Akibat kultivasi berlebihan, Bakri kerasukan dan mati. Kalau tidak, bukan hanya Tobi yang akan mati, tetapi Keluarga Lianto juga tidak akan terlepas dalam masalah ini.Tobi tertegun sejenak dan bertanya kembali, "Bagaimana dia mati?"Dia benar-benar tidak tahu bagaimana Lintang menangani masalah tadi malam. Sebelum pergi, dia hanya meminta pria itu menyelesaikan masalah
Widia benar-benar tidak tahan mendengar ucapan ibunya dan berkata, "Bu, kita nggak boleh menyalahkan Tobi atas masalah yang dibuat Joni.""Aku nggak peduli. Lagian, ini semua memang kesalahannya.""Singkatnya, mulai sekarang, kalau dia berani melangkah masuk ke kediaman Keluarga Lianto lagi, aku akan mematahkan kakinya!" ucap Yesa, seraya melampiaskan semua amarahnya pada Tobi."Benar-benar nggak masuk akal!"Widia terlihat marah, lalu membalikkan badannya dan pergi.Keluarga Lianto kini berada dalam kekacauan. Adik Kakek Muhar sekeluarga telah kehilangan uang. Mereka masih bersikeras tidak mau melepaskannya dan membuat Kakek Muhar tidak sanggup menahan mereka lagi."Kamu!"Melihat kelakuan putrinya seperti itu, Yesa makin marah. Dia langsung mencari putranya dan menyuruhnya mencari orang untuk menangani Tobi secepat mungkin.Meskipun Tobi mahir seni bela diri, dia juga tidak bisa mengalahkan sekelompok orang sendirian. Kemampuan seseorang itu terbatas, jadi dia pasti bisa menghabisi T
"Kamu nggak perlu seperti ini, nggak ada gunanya. Ya sudah, kelak kalau nggak ada urusan, jangan telepon aku lagi."Keragu-raguan akan mendatangkan masalah. Tobi malas meladeninya lagi dan langsung menutup telepon.Mendengar nada "tut" dari seberang sana, wajah Tania langsung pucat. Baginya, Tobi adalah satu-satunya harapannya untuk mengubah nasib agar bisa hidup dalam kemewahan.Apalagi, pria ini sangat berbakat.Demi pria itu, dia rela melakukan apa saja.Itu semua gara-gara Widia, wanita jalang itu. Jika dia tidak ada, Kak Tobi tidak akan memperlakukannya seperti ini dan mungkin dari awal mereka telah tidur bersama.'Widia!''Wanita jalang! Beraninya kamu merebut priaku. Jangan salahkan aku bersikap kasar nantinya!'Saat ini, matanya tampak memerah dan terlihat gila.Tobi sama sekali tidak mengetahui hal ini.Di mata Tobi, hubungan antara Tania dan Widia sangatlah baik.Begitu menutup telepon, ponselnya kembali berdering lagi.Awalnya, dia berpikir Tania meneleponnya lagi dan bernia
Pemimpin mereka tampak memiliki bekas luka di wajahnya dan tato di lengannya, sepertinya dia bukan orang baik."Ka ... kalian mau apa?" tanya Kristin dengan gugup."Buat apa? Kamu rasa?"Tanpa basa-basi, pemimpin itu langsung menerobos masuk dan mendorong Kristin yang menghalanginya itu, lalu berkata dengan suara lantang, "Nyali kalian hebat juga. Beraninya kalian nggak menandatangani harga sebagus itu."Saat Meli menyadari ada sesuatu yang tidak biasa, dia pun segera melangkah maju dan berkata dengan marah, "Apa yang kalian lakukan? Mengapa kalian masuk ke rumah kami?""Apa yang kami lakukan? Kamu pasti Meli, 'kan? Kalau kalian mau bekerja sama dengan baik, maka kami nggak akan melakukan apa-apa. Sebaliknya, kalau kalian nggak mau bekerja sama, kami akan melakukan apa saja.""Biar aku kenalkan diriku terlebih dahulu, namaku Bram! Meski nggak sampai sepuluh orang, setidaknya ada tujuh atau delapan orang yang tewas di tanganku. Aku harap kalian nggak menjadi korban berikutnya."Bram tid
Walaupun Tobi memiliki ilmu medis yang sangat baik, tapi dia bukan orang berkuasa. Meli agak khawatir dan tidak ingin melibatkan pria itu, jadi dia pun berkata, "Tuan Tobi ....""Bibi panggil aku Tobi saja," ucap Tobi buru-buru."Oke. Tobi, Bibi menerima niat baikmu, tapi orang-orang itu sangat serakah dan kejam. Apalagi, trik mereka sangat kotor. Lebih baik, lupakan saja. Aku khawatir nantinya akan melibatkan dirimu.""Hanya berdasarkan mereka?""Tenang saja, Bibi. Kalau mereka berani bertindak sembarangan, aku punya cara untuk menghadapinya. Singkatnya, kamu nggak perlu khawatir. Kita hanya perlu menunggu di sini saja," terang Tobi dengan penuh percaya diri.Melihat Tobi begitu percaya diri, Meli tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya bisa mengambil tindakan berdasarkan apa yang dilakukan lawan nantinya.Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Tobi bahkan menyempatkan diri untuk makan malam di sana. Namun, hingga sekitar jam sepuluh malam, lawan masih belum muncul juga."Tobi,
Apa itu gadis cantik dari perjamuan terakhir?Tidak peduli siapa pun dia, Widia merasa tidak senang dan jengkel.Kristin hendak meletakkan kembali ponselnya di atas meja, tetapi tiba-tiba terdengar ketukan dari luar. Dia tertegun sejenak. Apa Kak Tobi sudah kembali?Dia segera melangkah maju untuk membuka pintu. Dia tidak menyangka tamu itu adalah Bram, orang yang mengusik mereka sepanjang hari itu. Wajah gadis itu berubah drastis dan hendak menjerit.Lawan segera mengeluarkan sebuah handuk dari tangan kanannya dan langsung menutupi hidung Kristin.Kristin langsung pingsan dan berhenti meronta.Meli merasa ada yang tidak beres dan buru-buru berteriak, "Kristin, ada apa?"Namun, saat dia menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Dia juga langsung pingsan di tempat."Bawa pergi!" pinta Bram dengan dingin.Padahal, proses kerjanya berjalan sangat lancar dalam dua hari ini dan seharusnya sudah kelar, tetapi ibu dan anak ini berani mengabaikan ancamannya hingga membuatnya emosi.Karena mereka
Kobaran api bertambah besar. Tobi masih mencari-cari, tetapi tidak menemukan jejak, bahkan tidak ada sedikit pun tanda keberadaan mereka.Setelah menenangkan diri, Tobi merasa hal ini agak aneh. Kemungkinan besar, mereka dibawa pergi sebelum terjadi kebakaran. Jadi, dia pun segera keluar dari lautan api.Orang-orang di sekitar tampak melongo begitu melihat sebuah sosok keluar dari kobaran api itu.Namun, sebelum mereka bisa melihat dengan jelas, sosok itu segera masuk ke dalam mobil dan berlalu dengan cepat.Itu semua karena setelah Tobi keluar, mata tajamnya mendapati sekelompok orang di kejauhan sedang membawa Kristin dan ibunya masuk ke dalam mobil, jadi dia pun bergerak cepat untuk mendekati mereka.Ternyata begitu melihat kobaran api, Bram dan yang lainnya tidak langsung pergi, melainkan berdiri di sana dan mengamati beberapa saat."Sialan, sialan!" geram Bram."Kak Bram, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya si anak buah buru-buru."Masalahnya sudah menjadi seperti ini, ja
Anak buah lainnya juga dipukul oleh Tobi hingga terbaring di tanah sambil meringis kesakitan.Di saat itu juga, Bram baru menyadari kalau dirinya telah dilanda masalah.Lawan jelas-jelas sedang mempermainkan mereka. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh lawan, mereka bisa ditaklukkan dengan mudah dari awal.Selesai memberi pelajaran kepada Bram dan yang lainnya, Tobi bergegas melangkah maju dan membuka pintu mobil. Dia memeriksa kondisi Meli dan Kristin dan menghela napas lega setelah tahu mereka hanya dibius saja.Ibu dan anak itu akan tersadar setelah beberapa saat.Tobi langsung menggendong mereka berdua ke dalam mobilnya dan membaringkannya di sana.Sebenarnya, pria itu tidak langsung mengeluarkan tindakan keras sebelumnya karena ingin melumpuhkan lawan dan membuat semuanya menjauh.Dengan begitu, dia baru bisa memastikan keselamatan Kristin tanpa terjadi hal buruk lainnya.Kini, ingatan masa lalunya telah pulih. Dalam sekejap, posisi Kristin dan ibunya dalam hatinya langsung meningka