Pemimpin mereka tampak memiliki bekas luka di wajahnya dan tato di lengannya, sepertinya dia bukan orang baik."Ka ... kalian mau apa?" tanya Kristin dengan gugup."Buat apa? Kamu rasa?"Tanpa basa-basi, pemimpin itu langsung menerobos masuk dan mendorong Kristin yang menghalanginya itu, lalu berkata dengan suara lantang, "Nyali kalian hebat juga. Beraninya kalian nggak menandatangani harga sebagus itu."Saat Meli menyadari ada sesuatu yang tidak biasa, dia pun segera melangkah maju dan berkata dengan marah, "Apa yang kalian lakukan? Mengapa kalian masuk ke rumah kami?""Apa yang kami lakukan? Kamu pasti Meli, 'kan? Kalau kalian mau bekerja sama dengan baik, maka kami nggak akan melakukan apa-apa. Sebaliknya, kalau kalian nggak mau bekerja sama, kami akan melakukan apa saja.""Biar aku kenalkan diriku terlebih dahulu, namaku Bram! Meski nggak sampai sepuluh orang, setidaknya ada tujuh atau delapan orang yang tewas di tanganku. Aku harap kalian nggak menjadi korban berikutnya."Bram tid
Walaupun Tobi memiliki ilmu medis yang sangat baik, tapi dia bukan orang berkuasa. Meli agak khawatir dan tidak ingin melibatkan pria itu, jadi dia pun berkata, "Tuan Tobi ....""Bibi panggil aku Tobi saja," ucap Tobi buru-buru."Oke. Tobi, Bibi menerima niat baikmu, tapi orang-orang itu sangat serakah dan kejam. Apalagi, trik mereka sangat kotor. Lebih baik, lupakan saja. Aku khawatir nantinya akan melibatkan dirimu.""Hanya berdasarkan mereka?""Tenang saja, Bibi. Kalau mereka berani bertindak sembarangan, aku punya cara untuk menghadapinya. Singkatnya, kamu nggak perlu khawatir. Kita hanya perlu menunggu di sini saja," terang Tobi dengan penuh percaya diri.Melihat Tobi begitu percaya diri, Meli tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya bisa mengambil tindakan berdasarkan apa yang dilakukan lawan nantinya.Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Tobi bahkan menyempatkan diri untuk makan malam di sana. Namun, hingga sekitar jam sepuluh malam, lawan masih belum muncul juga."Tobi,
Apa itu gadis cantik dari perjamuan terakhir?Tidak peduli siapa pun dia, Widia merasa tidak senang dan jengkel.Kristin hendak meletakkan kembali ponselnya di atas meja, tetapi tiba-tiba terdengar ketukan dari luar. Dia tertegun sejenak. Apa Kak Tobi sudah kembali?Dia segera melangkah maju untuk membuka pintu. Dia tidak menyangka tamu itu adalah Bram, orang yang mengusik mereka sepanjang hari itu. Wajah gadis itu berubah drastis dan hendak menjerit.Lawan segera mengeluarkan sebuah handuk dari tangan kanannya dan langsung menutupi hidung Kristin.Kristin langsung pingsan dan berhenti meronta.Meli merasa ada yang tidak beres dan buru-buru berteriak, "Kristin, ada apa?"Namun, saat dia menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Dia juga langsung pingsan di tempat."Bawa pergi!" pinta Bram dengan dingin.Padahal, proses kerjanya berjalan sangat lancar dalam dua hari ini dan seharusnya sudah kelar, tetapi ibu dan anak ini berani mengabaikan ancamannya hingga membuatnya emosi.Karena mereka
Kobaran api bertambah besar. Tobi masih mencari-cari, tetapi tidak menemukan jejak, bahkan tidak ada sedikit pun tanda keberadaan mereka.Setelah menenangkan diri, Tobi merasa hal ini agak aneh. Kemungkinan besar, mereka dibawa pergi sebelum terjadi kebakaran. Jadi, dia pun segera keluar dari lautan api.Orang-orang di sekitar tampak melongo begitu melihat sebuah sosok keluar dari kobaran api itu.Namun, sebelum mereka bisa melihat dengan jelas, sosok itu segera masuk ke dalam mobil dan berlalu dengan cepat.Itu semua karena setelah Tobi keluar, mata tajamnya mendapati sekelompok orang di kejauhan sedang membawa Kristin dan ibunya masuk ke dalam mobil, jadi dia pun bergerak cepat untuk mendekati mereka.Ternyata begitu melihat kobaran api, Bram dan yang lainnya tidak langsung pergi, melainkan berdiri di sana dan mengamati beberapa saat."Sialan, sialan!" geram Bram."Kak Bram, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya si anak buah buru-buru."Masalahnya sudah menjadi seperti ini, ja
Anak buah lainnya juga dipukul oleh Tobi hingga terbaring di tanah sambil meringis kesakitan.Di saat itu juga, Bram baru menyadari kalau dirinya telah dilanda masalah.Lawan jelas-jelas sedang mempermainkan mereka. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh lawan, mereka bisa ditaklukkan dengan mudah dari awal.Selesai memberi pelajaran kepada Bram dan yang lainnya, Tobi bergegas melangkah maju dan membuka pintu mobil. Dia memeriksa kondisi Meli dan Kristin dan menghela napas lega setelah tahu mereka hanya dibius saja.Ibu dan anak itu akan tersadar setelah beberapa saat.Tobi langsung menggendong mereka berdua ke dalam mobilnya dan membaringkannya di sana.Sebenarnya, pria itu tidak langsung mengeluarkan tindakan keras sebelumnya karena ingin melumpuhkan lawan dan membuat semuanya menjauh.Dengan begitu, dia baru bisa memastikan keselamatan Kristin tanpa terjadi hal buruk lainnya.Kini, ingatan masa lalunya telah pulih. Dalam sekejap, posisi Kristin dan ibunya dalam hatinya langsung meningka
Wajah Damar langsung memucat begitu mendengar penjelasan itu. Walaupun penyebab ledakan itu bukan Bram, dia juga telah melakukan hal yang melanggar hukum.Apalagi, dia masih melibatkan Raja Naga di dalam itu."Pemimpin, maaf. Aku telah bersalah. Aku terlalu obsesi hingga bertindak sembarangan ....""Diam! Jangan minta maaf kepadaku. Kalau Tuan Tobi nggak memaafkanmu, silakan lompat ke laut sendiri," ucap Damar dengan gusar."Berikan ponsel kepada Tuan Tobi!"Bram dengan gemetar menyerahkan telepon kepada Tobi. Sorot matanya tampak dipenuhi rasa ketakutan dan tidak percaya. Dia tidak menyangka pria di depannya itu begitu menakutkan.Tampaknya Pemimpin juga sangat menghormati dan takut kepada Tobi.Tobi mengambil ponsel itu kembali dan berkata dengan nada datar, "Ini aku!""Raja Naga, ini kesalahan saya. Saya nggak mendisiplinkan bawahan saya dengan baik dan membuat Anda kesulitan.""Jangan khawatir. Aku pasti akan menghukum sekelompok orang ini dan meminta mereka membayar kompensasi yan
"Jangan bahas ini dulu. Bibi masih belum sadarkan diri, ayo masuk dulu dan bicarakan lagi nanti."Setelah kejadian malam itu, kompensasi yang akan diterima oleh keluarga Kristin pasti lebih tinggi dibandingkan yang lainnya."Ya!"Kristin menganggukkan kepala. Karena kamar hotel hanya tersisa satu, mereka pun hanya bisa memesan satu kamar.Tak lama kemudian, mereka bertiga pun tiba di kamar hotel. Setelah Tobi mendudukkan mereka, dia pun berkata, "Sekarang sudah sangat larut. Istirahatlah lebih awal. Aku akan datang menemui kalian besok pagi."Mendengar itu, Kristin langsung berteriak, "Jangan!""Ada apa?""Tinggal aku sendirian dan ibuku masih belum bangun. Aku takut.""Nggak akan terjadi apa-apa, kok.""Tapi aku benar-benar ketakutan. Kak Tobi, jangan pergi malam ini," ucap Kristin dengan wajah memucat.Dia masih trauma dengan kejadian barusan dan takut orang jahat itu akan kembali mencari mereka."Tapi ini nggak terlalu baik," jawab Tobi tak berdaya."Ada dua ranjang di sini. Ibu dan
Widia bertambah kesal memikirkan hal itu. Tiba-tiba dia teringat dengan pengemis kecil yang memberinya liontin giok berbentuk pisau dulu. Pengemis kecil itu jauh lebih baik daripada Tobi.Saat itu, pengemis kecil selalu menurutinya, menjaga dirinya dan bermain dengannya dengan penuh perhatian.Ponselnya berdering. Ternyata Tobi meneleponnya balik.'Huh!''Berengsek!''Aku nggak akan mengangkat teleponmu.'Widia langsung menekan tombol tutup.Begitu Tobi keluar dari kamar mandi dan mendengar ucapan Kristin, dia langsung mengambil ponselnya dan menelepon Widia kembali.Tidak disangka, begitu tersambung, Widia langsung menutup teleponnya.Tobi berpikir mungkin Widia sudah mau tidur atau sedang sibuk dengan urusan penting. Lagi pula, akibat Joni, Keluarga Lianto kini menghadapi banyak masalah.Dia pun tidak meneleponnya lagi dan menunggu besok saja.Namun, Widia masih menunggu Tobi meneleponnya lagi untuk menjelaskan, tetapi nihil. Emosi wanita itu seketika meledak.Saking kesalnya, dia ha