Home / Fantasi / Raja Boneka / Dunia Lain

Share

Dunia Lain

last update Last Updated: 2024-05-23 20:09:14

Kesadaranku kembali tidak berlangsung lama dari pingsanku lalu akibat keterkejutan. Aku pun dengan cepat duduk dan berdiri. Merobek bagian bawah gaun hitamku dan mengelapnya ke darah yang merembes keluar dari tubuh Benedict. Selesainya aku langsung mengangkat tubuh Benedict dengan cara merangkul tubuhnya. Pikiranku terasa kacau sekarang. Pertama aku tidak tau dimana posisi kami sekarang. Kedua aku harus cepat menguburkan atau membuang Benedict sebelum ketahuan orang lain. Dengan sigap ku buka pintu keluar gubuk dengan agak sedikit kesulitan karena harus menopang berat tubuh Benedict. Di depanku terlihat hamparan warna hitam dari air akibat gelap. Yang bisa ku yakini bahwa posisi kami sekarang masih berada di kekaisaran dan tidak jauh dari istana kekaisaran. Ya tebakanku rasanya benar, sekarang kami berada di dekat Danau Violet. Aku pun kembali berjalan memapah Benedict sedikit ke ujung dekat Danau Violet. Setelahnya tubuhnya aku buang ke Danau Violet dengan menaruh batu yang agak besar menimpa tubuhnya agar tidak cepat mengapung. Setelahnya aku berlari keluar menuju sekelompok kereta keluarga bangsawan. Memanggil Roni dan memintanya untuk mengirimku pulang ke kastil. Untungnya Roni tidak menyadari keadaan diriku yang berantakan dengan bagian bawah gaun yang sudah robek. Kereta yang di ku naiki bergerak berjalan keluar halaman luas istana kekaisaran. Aku tidak mau lagi berpikir dengan apa yang terjadi di dalam aula pesta tersebut.

Heaaah~Heaahh~

Ku menghela napasku. Pikiranku berkelana di kejadian beberapa waktu lalu. Bisa ku tarik kesimpulan yang pasti. Benedict menculik dan ingin membunuhku tidak ada campur tangan kelompok Alec Tyron lainnya. Count Yhale tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh anaknya hari ini. Sehingga aku akan aman dari tuduhan dan dugaan masyarakat kekaisaran Wonderland. Syukur ya Dewi. Terima kasih dan maafkanku dewi. Aku tau engkau tau dengan sangat jelas apa yang terjadi antara kami berdua dan dapat memberikan penilaian yang murni.

Brrrrr~Brrrr

Setelahnya tubuhku menggigil dan tubuhku rasanya tidak enak. Rasa mual membuncah perutku.

“Roniiiiii!Roniii!” Panggilku pada Roni menggedor kereta bagian depan.

“Iya Nona” Jawab Roni masih menjalankan kereta.

“Tolong hentikan kereta sekarang!” Perintahku pada Roni dengan menahan muntah ku yang hampir sudah tidak tertahankan.

“Astaga baik Nona!” Balas Roni ketika mendengar suaraku yang menahan mutah.

Kereta pun berhenti dipinggir jalan. Dan dengan cepat aku langsung membuka pintu dan berlari keluar tanpa menunggu lagi Roni membukakan pintu kereta.

Uweeeek~Uweeeekkkk

Muntahan keluar dari mulutku. Gejolak di perutku terus memaksaku memuntahkan isi perutku. Setelah dilihatnya aku tidak muntah lagi. Roni memberikanku botol minum padaku.

“Nona minum dulu biar perutnya agak tenang” Tutur Roni padaku dengan wajah prihatin dan cemas menatapku yang masih berjongkok di dekat rerumputan pinggir jalan.

Sedikit lama aku berjongkok di tempat itu selepas menenggak habis minuman yang diberikan Roni lalu.

“Ayo kita lanjutkan perjalanan kita kembali Roni. Aku sudah tidak tahan lagi rasanya ingin beristirahat” Pintaku pada Roni dengan beranjak dari tempat tersebut berjalan menuju ke dalam kereta yang masih terbuka. Tidak berselang lama Roni kembali menjalankan kereta di jalan. Dengan cepat aku memejamkan mataku. Tubuhku kelelahan dan terasa remuk keseluruhan. Tak berselang lama aku tertidur.

“Aku mengutukmu Irene Devolt. Ya Dewi Nara, tolong buat Irene Devolt menjadi seseorang yang tidak bahagia setelah membunuhku”

“Hahahaha. Jangan-jangan sekarang akhirnya kamu sadar bahwa aku menakutkan. Hahahah”

“Hahahahahahah Ayu Claudia. Kamu telah membunuh seseorang”

“Aku mengutukmu Irene!”

“Kamu telah membunuh seseorang”

“Aku mengutukmu Irene!”

“Kamu telah membunuh seseorang”

“Hahahaha. Jangan-jangan sekarang akhirnya kamu sadar bahwa aku menakutkan. Hahahah”

Makin banyak suara-suara tersebut merasuki isi tidurku.

Heeahhhhh~Heahhhh~

Aku pun terbangun di kasurku dengan basah keringat. Napasku masih tersenggal akibat mimpi yang barusan datang dari tidurku. Gigiku menggigit jemariku hingga suara seseorang memecahkan pikiranku.

“Sayangggg, kamu sakit?” Tanya ibunda dan ayahanda yang baru kembali dari pesta.

Mereka menatapku dengan kekhawatiran dan kecemasan yang jelas dari ekspresi wajahnya.

“Nggak bisa, Rina!. Panggil Edward kesini. Suruh ia bergesa datang!” sebelum aku menjawab ayahanda telah memerintahkan Rina memanggil dokter pribadi keluarga Count Devolt.

Tenagaku terkuras habis. Tubuhku rasanya lemas dan nyeri sekali. Aku hanya bisa tersenyum senduh dan pucat pada kedua orang tuaku.

“Ya Dewi Nara. Anakku!” Tutur ibunda padaku dengan memeluk lembutku. Bisa ku lihat mata ibunda beruraian air mata dan ayahanda berkaca-kaca menatapku.

Aku tau mereka berdua tidak tau apa yang telah terjadi padaku beberapa saat lalu dan kenapa aku menghilang dari aula pesta dan kembali dalam keadaan sakit. Mereka tidak menanyakan apa-apa kepadaku. Selekas Edward memeriksaku dan memberitahukan bahwa aku terkena flu dan stress. Edward menyarankanku untuk beristirahat di kastil selama sepekan agar tubuhku membaik. Ayahanda dan ibunda menyetujui saran Edward dan beranjak keluar kamarku agar aku bisa beristirahat.

“Nona, kamu tau aku cemas dan takut sekali ketika melihatmu di bawa Roni dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan wajah yang pucat pasi” Ungkap Rina dengan air mata beruraian keluar dari matanya.

“Iya Rina, terima kasih sudah mengkhawatirku. Aku mau istirahat” balasku dengan suara lemah dan wajah pucat pada Rina.

“Baik Nona Irene. Selamat beristirahat. Kalau perlu apa-apa panggil saja kami ya menggunakan bel itu” Jawab Rina dengan menunjuk bel yang ada di nakas samping tempat tidurku. Lalu menunduk memberiku hormat dan beranjak keluar meninggalkan kamarku.

___”_____

“Aku dimana?” Tanyaku pada diri melihat di sekelilingku dipenuhi awan putih dan kelabu.

“Hello?. Apakah ada seseorang disini?. Aku Ayu Claudia. Bukan, aku Irene Devolt” Tanyaku lagi kepada sekitarku berharap ada balasan dari seseorang.

Ku langkahkan kakiku menyusuri awan putih dan kelabu di sekitarku. Tidak terlihat tanda-tanda adanya kehadiran makhluk hidup atau seseorang. Dan aku tidak tau dimana keberadaan diriku sekarang. Rasanya sepi dan menyedihkan sekali tempat ini. Dimana tidak ada kehidupan atau keberadaan seseorang disini. Seharusnya aku senang dan bahagia dengan keberadaan diriku yang sendiri bukan?. Sedari kecil dan kehidupan sebelumnya rasanya aku lebih menikmati sepi dan sendiri. Tidak, itu hanya kehidupanku yang dulu. Sekarang aku berbeda. Aku dilahirkan kembali menjadi seseorang yang menyukai keramaian dan keceriaan bukan kesunyian. Dilahirkan di keluarga yang sangat mencintai dan menyayangiku bukan membuangku demi dirinya masing-masing.

“Seseorang tolong aku disini!” Raungku pada sekitar.

“Aku belum mati kan?. Aku belum mau mati. Hiksss hiksss” Tanyaku pada diri dengan tangisan terisak keluar dari bibirku.

“Anakku tersayang, Irene Devolt” Panggil seseorang bersuara merdu dan lembut yang ku tebak seorang perempuan muda yang sontak membuatku berhenti menangis.

“Kamu siapa?!. Aku dimana sekarang?!.” Tanyaku pada suara tersebut dengan marah.

“Hahaha ayo tebak anakku, siapa aku?” Pintanya ke aku dengan tawa cekikikan melihat reaksiku.

“Aku nggak peduli siapa kamu!” Teriakku kesal pada suara tiada berwujud itu.

“Baik, aku dengan murah hati akan memberimu petunjuk siapa aku”. Ujarnya setelah menyelesaikan tawanya.

“Aku adalah seseorang pencipta dunia ini. Dan aku yang memberikanmu kesempatan hidup kedua dengan baik. Lalu, siapakah aku”. Lanjutnya dengan memberikan nada seolah teka teki tentangnya.

Sontak aku terkejut ketika mendengar petunjuk tentang siapa dirinya. Dan tentu saja aku tau siapa dia seperti yang sering diceritakan oleh terdekatku tentang hebatnya ia.

“Tidak mungkin. Kamu Dewi Nara?” Jawabku dengan suara mencicit hampir seperti bisikan karena terkejut.

“Baik tebakanmu, Benar sekali!. Aku adalah Dewi Nara” Ungkapnya kembali dengan suara lembut sekaligus menampakkan dirinya di hadapanku.

Related chapters

  • Raja Boneka   Kehidupan Kedua

    Tanah bersalju membentuk jejak kaki dari sepatu yang ku kenakan. Salju masih berhamburan turun dari langit jatuh ke tanah dan membentuk tumpukkan tanah menjadi berwarna putih. Derapan langkah kaki berdatangan tergesa-gesa terdengar dibelakangku. Aku tidak tau dimana tempatku berpijak sekarang ini berlari menghindari sekelompok manusia yang ingin menghempaskan telur ayam dan kotoran Dugong yang berbau busuk kepadaku. “Hey Irene, berhentilah berlari. Kalau kamu berhasil kami tangkap, jangan harap kamu bisa kabur.” Ungkap malas pimpinan kelompok yang mengejarku.“Kamu yang berhentilah mengangguku Alec, dasar anak kurang kasih sayang!.” Teriakku marah sambil terus berlari ke depan dengan sesekali kepalaku menengok ke belakang.“Tom, Ben, Lisa, Kate. Lakukan yang kita diskusikan tadi.” Bisik Rey pada rekan kelompoknya.Pandanganku tergesa-gesa mencari tempatku bersembunyi. Sekelompok orang tadi tidak terlihat lagi di belakangku.Berganti serigala putih berada di depanku. Menatapku dengan t

    Last Updated : 2024-05-20
  • Raja Boneka   Mitos Wonderland

    Sesampainya di Kastil Devolt, kedua orang tuanya menunggunya di halaman kastil.“Irene!Astaga ya Dewi! Anakku” Seru Countess Devolt atau ibunda dari Irene yang bernama Rania Devolt.Ibunda memelukku dengan sangat hangat dan khawatir. Terlihat dari kedua matanya beruraian air mata dengan suara tangisan khawatir.“Syukur ya Dewi!. Irene setelah kamu bersih-bersih datang ke ruang kerja ayah.” Perintah Count Devolt atau ayahanda dari Irene yang bernama George Devolt.“Bunda ayah, Irene nggak apa-apa. Seriusan deh tadi Irene sibuk di perpustakaan dan tidak disangka-sangka Irene lantas ketiduran di perpustakaan dan nggak ingat lagi waktu sudah sore.” Jelasku kepada Count dan Countess Devolt dengan nada ceria dan manja khas dari Irene Devolt.“Ya Irene lain kali kamu kabari Roni kalau setelah selesai kelas mau ke perpustakaan lagi ya. Biar Roni nggak cemas dan memberikan kabar yang sangat mengkhawatirkan kepada kami. Paham anakku?” Ujar Rania Devolt dengan mata sendu dan kasih sayang menatap

    Last Updated : 2024-05-21
  • Raja Boneka   Ajakan Permusuhan

    Teng~Teng Denting bel terdengar dari luar kelas. Dan aku bersyukur telah berada di kelas sekarang. Tak lama dari bunyi bel tersebut masuklah Mr. Joe dengan kacamata tebalnya dan tumpukkan bukunya ke dalam kelas. “Selamat pagi semuanya. Sepertinya di pertemuan sebelumnya aku telah menerangkan kepada kalian terkait tugas hari ini. Keluarkan tugas kalian!.” Tutur Mr. Joe dengan langsung tanpa kalimat basa basi. “Sekarang kita akan mulai dari Vivian!.” Panggil Mr. Joe kepada teman-temanku untuk maju dan memaparkan hasil tugas kami kepadanya. Hingga hampir setengah jam berlalu kini giliranku di panggilnya. “Irene Devolt!” Panggilnya aku pun dengan cepat maju ke depan hingga tanpa ku ketahui bahwa kursi yang ku duduki tadi sudah ditempelkan oleh kelompok Alec dengan cairan siput. “Ehhhhh, kenapa aku tidak bisa berdiri. Apaan ini! Astaga!” Seruku kesal dengan benda yang ada dibawah pantaku dan tepatnya di kursi yang ku duduki kini. Hingga kumpulan tawa yang menyadarkanku akan perb

    Last Updated : 2024-05-21
  • Raja Boneka   Kasih Sayang Keluarga

    “Ireeneeee!Ya Dewiiii!”Keluh seseorang dengan memanggil nama ku dan Dewi Nara.Suara seseorang itu penuh dengan kekhawatirin, cemas, dan sayang kepada diriku. Benar, itu Rania Devolt, ibunda Irene Devolt. Ibunda langsung memeluk diriku setelah melihatku berbaring di ranjang kamarku.“Irene nggak apa-apa bunda. Tadi Irene izin pulang duluan karena nggak enak badan” Jelasku pada ibunda dalam pelukannya dengan suara lembut dan ekspresi ceria.“Kamu ini!. Belakangan ini sangat mengkhawatirkan. Dari hampir meninggal di Danau Violet. Lalu hampir menghilang lalu di akademi. Dan sekarang pulang ke kastil mendadak sekali. Membuat cemas semua orang” Ungkap ibunda padaku dengan kesal sekaligus khawatir.Ah, rasanya aku tidak pernah di khawatirin segininya di kehidupan pertamaku. Orang tuaku khawatir?. Bahkan mereka nggak pernah mau menemuiku di kehidupanku kalau nggak berbasa basi perihal uang. Sedangkan kini di kehidupan kedua ini aku hidup dengan rasa cinta yang sangat besar dari orang tua dan

    Last Updated : 2024-05-21
  • Raja Boneka   Tangan Berlumuran Darah

    Kesunyian yang terjadi beberapa menit sebelumnya terpecahkan oleh suara tawa dari Benedict. “Hahahaha. Jangan-jangan sekarang akhirnya kamu sadar bahwa aku menakutkan. Hahahah” Tuturnya dengan tawa iblis menghiasi bibirnya. “Baiklah Irene. Sebelum aku membunuhmu, aku akan menceritakan padamu sebuah cerita yang sangat memilukan terjadi beberapa tahun yang lalu” Ungkapnya yang kini telah berganti ekspresi menjadi datar dan dingin memandangku. ‘Dahulu beberapa tahun lalu, keluarga Count Yhale memiliki keluarga yang lengkap. Dengan memiliki kedua anak yang terdiri dari satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Anak laki-laki bernama Benedict Yhale dan anak perempuan bernama Marie Yhale. Mereka berdua hanya berbeda 3 tahun kelahirannya. Benedict selaku kakak laki-laki amat menyayangi dan memanjakan Marie Yhale termasuk halnya pekerja di keluarga Count Yhale. Marie Yhale hidup dengan kebahagiaan tiap harinya kerena cinta dan kasih sayang dari orang sekitarnya. Hingga suatu peristiwa m

    Last Updated : 2024-05-21

Latest chapter

  • Raja Boneka   Dunia Lain

    Kesadaranku kembali tidak berlangsung lama dari pingsanku lalu akibat keterkejutan. Aku pun dengan cepat duduk dan berdiri. Merobek bagian bawah gaun hitamku dan mengelapnya ke darah yang merembes keluar dari tubuh Benedict. Selesainya aku langsung mengangkat tubuh Benedict dengan cara merangkul tubuhnya. Pikiranku terasa kacau sekarang. Pertama aku tidak tau dimana posisi kami sekarang. Kedua aku harus cepat menguburkan atau membuang Benedict sebelum ketahuan orang lain. Dengan sigap ku buka pintu keluar gubuk dengan agak sedikit kesulitan karena harus menopang berat tubuh Benedict. Di depanku terlihat hamparan warna hitam dari air akibat gelap. Yang bisa ku yakini bahwa posisi kami sekarang masih berada di kekaisaran dan tidak jauh dari istana kekaisaran. Ya tebakanku rasanya benar, sekarang kami berada di dekat Danau Violet. Aku pun kembali berjalan memapah Benedict sedikit ke ujung dekat Danau Violet. Setelahnya tubuhnya aku buang ke Danau Violet dengan menaruh batu yang agak besa

  • Raja Boneka   Tangan Berlumuran Darah

    Kesunyian yang terjadi beberapa menit sebelumnya terpecahkan oleh suara tawa dari Benedict. “Hahahaha. Jangan-jangan sekarang akhirnya kamu sadar bahwa aku menakutkan. Hahahah” Tuturnya dengan tawa iblis menghiasi bibirnya. “Baiklah Irene. Sebelum aku membunuhmu, aku akan menceritakan padamu sebuah cerita yang sangat memilukan terjadi beberapa tahun yang lalu” Ungkapnya yang kini telah berganti ekspresi menjadi datar dan dingin memandangku. ‘Dahulu beberapa tahun lalu, keluarga Count Yhale memiliki keluarga yang lengkap. Dengan memiliki kedua anak yang terdiri dari satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Anak laki-laki bernama Benedict Yhale dan anak perempuan bernama Marie Yhale. Mereka berdua hanya berbeda 3 tahun kelahirannya. Benedict selaku kakak laki-laki amat menyayangi dan memanjakan Marie Yhale termasuk halnya pekerja di keluarga Count Yhale. Marie Yhale hidup dengan kebahagiaan tiap harinya kerena cinta dan kasih sayang dari orang sekitarnya. Hingga suatu peristiwa m

  • Raja Boneka   Kasih Sayang Keluarga

    “Ireeneeee!Ya Dewiiii!”Keluh seseorang dengan memanggil nama ku dan Dewi Nara.Suara seseorang itu penuh dengan kekhawatirin, cemas, dan sayang kepada diriku. Benar, itu Rania Devolt, ibunda Irene Devolt. Ibunda langsung memeluk diriku setelah melihatku berbaring di ranjang kamarku.“Irene nggak apa-apa bunda. Tadi Irene izin pulang duluan karena nggak enak badan” Jelasku pada ibunda dalam pelukannya dengan suara lembut dan ekspresi ceria.“Kamu ini!. Belakangan ini sangat mengkhawatirkan. Dari hampir meninggal di Danau Violet. Lalu hampir menghilang lalu di akademi. Dan sekarang pulang ke kastil mendadak sekali. Membuat cemas semua orang” Ungkap ibunda padaku dengan kesal sekaligus khawatir.Ah, rasanya aku tidak pernah di khawatirin segininya di kehidupan pertamaku. Orang tuaku khawatir?. Bahkan mereka nggak pernah mau menemuiku di kehidupanku kalau nggak berbasa basi perihal uang. Sedangkan kini di kehidupan kedua ini aku hidup dengan rasa cinta yang sangat besar dari orang tua dan

  • Raja Boneka   Ajakan Permusuhan

    Teng~Teng Denting bel terdengar dari luar kelas. Dan aku bersyukur telah berada di kelas sekarang. Tak lama dari bunyi bel tersebut masuklah Mr. Joe dengan kacamata tebalnya dan tumpukkan bukunya ke dalam kelas. “Selamat pagi semuanya. Sepertinya di pertemuan sebelumnya aku telah menerangkan kepada kalian terkait tugas hari ini. Keluarkan tugas kalian!.” Tutur Mr. Joe dengan langsung tanpa kalimat basa basi. “Sekarang kita akan mulai dari Vivian!.” Panggil Mr. Joe kepada teman-temanku untuk maju dan memaparkan hasil tugas kami kepadanya. Hingga hampir setengah jam berlalu kini giliranku di panggilnya. “Irene Devolt!” Panggilnya aku pun dengan cepat maju ke depan hingga tanpa ku ketahui bahwa kursi yang ku duduki tadi sudah ditempelkan oleh kelompok Alec dengan cairan siput. “Ehhhhh, kenapa aku tidak bisa berdiri. Apaan ini! Astaga!” Seruku kesal dengan benda yang ada dibawah pantaku dan tepatnya di kursi yang ku duduki kini. Hingga kumpulan tawa yang menyadarkanku akan perb

  • Raja Boneka   Mitos Wonderland

    Sesampainya di Kastil Devolt, kedua orang tuanya menunggunya di halaman kastil.“Irene!Astaga ya Dewi! Anakku” Seru Countess Devolt atau ibunda dari Irene yang bernama Rania Devolt.Ibunda memelukku dengan sangat hangat dan khawatir. Terlihat dari kedua matanya beruraian air mata dengan suara tangisan khawatir.“Syukur ya Dewi!. Irene setelah kamu bersih-bersih datang ke ruang kerja ayah.” Perintah Count Devolt atau ayahanda dari Irene yang bernama George Devolt.“Bunda ayah, Irene nggak apa-apa. Seriusan deh tadi Irene sibuk di perpustakaan dan tidak disangka-sangka Irene lantas ketiduran di perpustakaan dan nggak ingat lagi waktu sudah sore.” Jelasku kepada Count dan Countess Devolt dengan nada ceria dan manja khas dari Irene Devolt.“Ya Irene lain kali kamu kabari Roni kalau setelah selesai kelas mau ke perpustakaan lagi ya. Biar Roni nggak cemas dan memberikan kabar yang sangat mengkhawatirkan kepada kami. Paham anakku?” Ujar Rania Devolt dengan mata sendu dan kasih sayang menatap

  • Raja Boneka   Kehidupan Kedua

    Tanah bersalju membentuk jejak kaki dari sepatu yang ku kenakan. Salju masih berhamburan turun dari langit jatuh ke tanah dan membentuk tumpukkan tanah menjadi berwarna putih. Derapan langkah kaki berdatangan tergesa-gesa terdengar dibelakangku. Aku tidak tau dimana tempatku berpijak sekarang ini berlari menghindari sekelompok manusia yang ingin menghempaskan telur ayam dan kotoran Dugong yang berbau busuk kepadaku. “Hey Irene, berhentilah berlari. Kalau kamu berhasil kami tangkap, jangan harap kamu bisa kabur.” Ungkap malas pimpinan kelompok yang mengejarku.“Kamu yang berhentilah mengangguku Alec, dasar anak kurang kasih sayang!.” Teriakku marah sambil terus berlari ke depan dengan sesekali kepalaku menengok ke belakang.“Tom, Ben, Lisa, Kate. Lakukan yang kita diskusikan tadi.” Bisik Rey pada rekan kelompoknya.Pandanganku tergesa-gesa mencari tempatku bersembunyi. Sekelompok orang tadi tidak terlihat lagi di belakangku.Berganti serigala putih berada di depanku. Menatapku dengan t

DMCA.com Protection Status