Share

Ajakan Permusuhan

Teng~Teng

Denting bel terdengar dari luar kelas. Dan aku bersyukur telah berada di kelas sekarang. Tak lama dari bunyi bel tersebut masuklah Mr. Joe dengan kacamata tebalnya dan tumpukkan bukunya ke dalam kelas.

“Selamat pagi semuanya. Sepertinya di pertemuan sebelumnya aku telah menerangkan kepada kalian terkait tugas hari ini. Keluarkan tugas kalian!.” Tutur Mr. Joe dengan langsung tanpa kalimat basa basi.

“Sekarang kita akan mulai dari Vivian!.” Panggil Mr. Joe kepada teman-temanku untuk maju dan memaparkan hasil tugas kami kepadanya. Hingga hampir setengah jam berlalu kini giliranku di panggilnya.

“Irene Devolt!” Panggilnya aku pun dengan cepat maju ke depan hingga tanpa ku ketahui bahwa kursi yang ku duduki tadi sudah ditempelkan oleh kelompok Alec dengan cairan siput.

“Ehhhhh, kenapa aku tidak bisa berdiri. Apaan ini! Astaga!” Seruku kesal dengan benda yang ada dibawah pantaku dan tepatnya di kursi yang ku duduki kini. Hingga kumpulan tawa yang menyadarkanku akan perbuatan siapa yang melakukan lelucon omong kosong ini ke kursi yang ku duduki sekarang.

“Irene Devolt!” Panggil Mr. Joe dengan raut muka kesal kepadaku karena tidak bergerak memaparkan tugasku ke depan kelas.

“Mr. Joe sebentar. Ini kursiku lengket banget sehingga aku tidak bisa berdiri. Tolong tunggu sebentar!” Panikku akan kursi yang ku duduki sekarang tidak mau lepas dari rok yang ku pakai.

Hingga sebuah suara berhasil memecahkan kesenangan kelompok Alec. Sebuah suara yang berasal dariku.

‘Breeeeeettttttt’

Rok ku pun sobek tepat di tengah pantatku. Dan aku pun berhasil berdiri dari kursi ku. Sontak saja suara tawa meledak dari dalam kelas yang disebabkan oleh sobeknya rokku.

“IRENE DEVOLT!. KAMU TIDAK LULUS!” Raung Mr. Joe kepadaku karena berhasil mengacaukan kelasnya dengan lelucon akan sobeknya rok ku.

Aku masih terpaku berdiri di meja ku dengan pandangan nanar menatap robekan rokku di kursi tersebut. Pakaian dalamku dengan jelas terlihat akibat sobekan tersebut. Sebuah suara tawa yang masih membahana berasal dari kelompok manusia yang sangat aku benci keberadaannya. Ya, tentu saja ini pasti ulah Alec dan kawan-kawannya.

“Bangsat ya kalian!” Marahku kepada kelompok Alec dengan melempar tugas Mr. Joe yang telah ku kerjakan dengan kasar.

“Sudah ku bilangkan kemarin. Kalau kita bertemu lagi kamu jangan harap bisa kabur dan tenang” Ucap malas seseorang dengan mata berwarna biru laut yang rasanya telah berhasil menenggelamkanku.

‘Plak’

Suara tamparan terdengar dari kulit pipiku akibat benturan tangan seseorang. Tangannya masih tegak berdiri dari tubuhnya dan dengan suara puas ia mengatakan.

“Terima itu, Bitch” Balas Benedict, teman Alec.

Kini ia menatapku dengan mata nyalang dan puas akan perbuatan yang mereka lakukan kepadaku.

“Brengsek elo, bangsat!” Raungku dengan menendang selangkangannnya dengan kaki ku.

Aku pun dengan cepat beranjak dari kelas setelah mengambil tas dan mantelku. Berlari menjauh kelas hingga masih terdengar sayup-sayup suara marah seseorang yang tadi menamparku. Dengan cepat aku pun keluar akademi dan mendatangi Roni kusir kereta keluargaku yang selalu hadir dan menungguku selama di akademi.

“Roni, aku mau pulang” Pintaku setelah berhasil melihat Roni di dekat kereta keluarga Devolt.

“Nona ada apa dengan pipi anda” tanya Roni stelah melihat pipiku yang memerah sebelah akibat tamparan Benedict lalu.

“Enggak apa-apa Roni. Aku mau pulang sekarang. Cepat!” Perintahku pada Roni dengan suara tidak mau ditanyakan apapun lagi.

Setelahnya Roni bergerak membukakan pintu kereta kepadaku dan tidak bertanya lagi setelah aku memerintahkannya diam. Tidak berselang lama kereta bergerak dan berjalan meninggalkan akademi. Selama perjalanan pulang ke kastil. Pikiranku penuh dengan kebencian kepada satu subjek dan lalu bertambah menjadi tiga objek. Pertama jelas pada Alec Tyron, anjing gila kekaisaran Wonderland. Aku tidak tau apa yang telah dilakukan oleh Irene sebelumnya hingga berhasil memancing kemarahan dan permusuhan yang amat besar oleh Alec Tyron padanya. Tiba-tiba aku teringat perkataan Rina.

“Beberapa hari sebelum kecelakaan yang terjadi pada Nona di Danau Violet. Nona beradu tanding pedang dengan pangeran Alec Tyron. Dan Nona memenangkan pertandingan tersebut sehingga setelahnya pangeran Alec mulai mengganggu Nona.” Cerita Rina padaku setelah aku memaksanya bercerita tentang permusuhan yang terjadi antara Irene sebelumnya dengan Alec Tyron.

Perkataan Rina tersebut berhasil memancing kemarahan dan kebencianku terhadap perilaku yang dilakukan oleh Alec Tyron kepadaku hanya diakibatkan suatu hal sepele. Suatu hal yang sangatlah tidak adil menjadi penyebab kemarahan dan kebenciannya padaku. Seharusnya dari kekalahannya ia belajar untuk menjadi lebih hebat dariku. Jiwaku pun tanpa ku sadari telah menanamkan kebencian yang mendalam pada pangeran ketiga kekaisaran yaitu Alec Tyron. Objek kedua dari kemarahanku jelas Benedict. Ia merupakan anak dari Count Yhale. Aku tidak mengetahui penyebab kebenciannya padaku. Dari cerita Rina bisa ku ketahui bahwa memang benar Irene Devolt dan Alec Tyron merupakan musuh akibat pertandingan pedang dan sama-sama biang kerak atau trouble maker dari masing-masing keluarga. Tetapi benedict Yhale, kosong. Aku tidak mengingat apapun kenangan yang terjadi di jiwa ini sebelumnya dengan Benedict Yhale. Irene Devolt jelas pernah mengerjai Marie Yhale ketika ia masih kecil tapi tidak dengan Benedict Yhale. Oh iya, Rina tidak pernah menceritakan lagi tentang Marie Yhale yang pernah dikerjai oleh Irene ketika kecil. Objek ketiga dari kemarahanku jelas asal muasal cairan siput itu berada di kursiku. Ya, ketiga teman lainnya Alec Tyron yaitu Thomas Greff, Kate Gaston, dan Lisa Roq. Sepanjang perjalanan menuju kastil Devolt, pikiranku sibuk mengumpati kelompok manusia tersebut dan menyesali sikap cerobohku yang tidak sadar dengan ketenangan yang kelompok itu lakukan padaku setelah peristiwa kejar-kejaran kemarin. Pepatah yang mengatakan tenangnya laut merupakan pertanda bahwa benar akan terjadi tsunami. Maka berhati-hatilah. Dan akibatnya hari ini aku mendapatkan tsunami akibat kecerobohanku. Salah satu kelasku gagal, sobekan rokku, hingga kejadian memalukan di kelas. Jujur aku tidak lagi dikuasai malu setelah memarahi kelompok Alec Tyron itu tapi diriku dikuasai oleh kemarahan dan dominan kebencian pada tiga objek tersebut. Tanpa sadar aku tertidur setelah perdebatan lama pikiranku terhadap peristiwa yang terjadi beberapa menit lalu. Hingga sebuah suara berhasil membangunkan ku dari dunia mimpi tersebut.

"Nona!" Panggil seseorang yang ku lihat seorang perempuan setelah membuka mataku.

"Rina, aku haus" Ujarku pada pelayan pribadiku tersebut.

" Iya-iya Nona Irene. Mohon tunggu sebentar" Jawab Rina sambil berjalan keluar kamarku mengambil pesanan ku.

Ya betul, sekarang aku berada di kamarku. Aku yakin setelah sampai kastil Roni menggendongku dan membawaku ke kamarku. Jam di dinding menunjukkan tengah hari. Tetapi aku telah berada di rumah sedangkan kelasku hari ini belum berakhir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status