Share

Raja Boneka
Raja Boneka
Penulis: Butterfly Flower

Kehidupan Kedua

Tanah bersalju membentuk jejak kaki dari sepatu yang ku kenakan. Salju masih berhamburan turun dari langit jatuh ke tanah dan membentuk tumpukkan tanah menjadi berwarna putih. Derapan langkah kaki berdatangan tergesa-gesa terdengar dibelakangku. Aku tidak tau dimana tempatku berpijak sekarang ini berlari menghindari sekelompok manusia yang ingin menghempaskan telur ayam dan kotoran Dugong yang berbau busuk kepadaku.

“Hey Irene, berhentilah berlari. Kalau kamu berhasil kami tangkap, jangan harap kamu bisa kabur.” Ungkap malas pimpinan kelompok yang mengejarku.

“Kamu yang berhentilah mengangguku Alec, dasar anak kurang kasih sayang!.” Teriakku marah sambil terus berlari ke depan dengan sesekali kepalaku menengok ke belakang.

“Tom, Ben, Lisa, Kate. Lakukan yang kita diskusikan tadi.” Bisik Rey pada rekan kelompoknya.

Pandanganku tergesa-gesa mencari tempatku bersembunyi. Sekelompok orang tadi tidak terlihat lagi di belakangku.Berganti serigala putih berada di depanku. Menatapku dengan tatapan marah sekaligus lapar. Tanpa sadar kaki ku berhenti bergerak hingga suara manusia di belakangku menyadarkanku dan dengan cepat berlari ke arah jalur kanan. Untungnya terlihat pohon willow di depanku. Aku pun dengan cepat memanjat pohon tersebut. Serigala tadi dengan cepat menjauh dariku setelah melihat aku telah berada di atas pohon willow. Suasana sore ini sangatlah mendung dan hampir gelap. Sinar matahari hampir sepanjang hari tidak terlihat di musim dingin ini. Tubuhku sudah berkali-kali menggigil dan meminta untuk untuk dihangatkan. Baju yang ku pakai masih seragam musim dingin akademi yang tidak diperuntukkan untuk berlama-lama diluar ruangan. Mantelku masih berada di kursi ruangan kelas bersama dengan peralatan dan tas sekolahku.

“Irene! Kamu dimana! Jangan harap kamu bisa kabur!” Raung seseorang yang tidak perlu ditebak lagi aku pun tau siapa.

Aku pun memilih buat bersembunyi di atas pohon ini sampai kelompok Alec pergi meninggalkan tempat ini. Pikiranku menerawang ke dunia lain. Rasa sesak menghinggapi dadaku. Tanpa sadar air mata pun turun dari mataku. Pikiran tentang menyulitkannya kehidupanku mengusik jiwaku. Ya, aku bukanlah Irene Devolt.

______”______

Di kehidupanku sebelumnya, aku bernama Ayudia Claudia. Tingga di sebuah kota metropolitan Indonesia dari keluarga broken home. Sedari kecil aku diasuh oleh nenekku dari pihak ibu. Masa kecilku penuh dengan perjuangan hanyalah buku dan komik yang mengisi kesulitan hariku. Aku teringat sekali buku yang ku baca pertama kali itu berjudul Hujan, sebuah judul buku yang unik sekali. Hingga aku pun menangisi alur cerita yang ada di bku tersebut yang mana di momen tersulit sekalipun jika kita tegar dan tabah akan kedaan kita hiduplah tidaklah menjadi sulit. Hingga tahun demi tahun dari SD ke SMP beranjak ke SMA hingga bangku kuliah kuhabiskan waktuku dengan serius mengejar mimpi dan cita-citaku yang ingin menghabiskan waktu tanpa memikirkan kesedihan hidupku. Hingga aku berhasil menginjakkan kakiku di perusahaan big 4 yaitu perusahaan multi global dan bekerja di perusahaan hebat ini. Waktu-waktu yang kuhabiskan hanyalah berputar perihal audit dan keuangan. Aku pun bersyukur dengan hidupku. Hingga suatu bulan kami mempunyai banyak klien dan target audit laporan keuangan klien yang memerlukan waktu yang cepat karena adanya kemarahan publik terhadap perusahaan ini karena adanya terduga pencucian uang dan penggelapan uang dan suap menyuap opini audit. Hal ini sontak membuat aku dan tim pun lembur dalam seminggu. Yang mana kami sama sekali tidak dapat banyak waktu untuk bahkan mandi dan makan apalagi tidur. Hingga ketika kami berhasil membuktikan adanya kecurangan opini tersebut, aku mengalami serangan jantung mendadak dan meninggal dalam keadaan tidak bahagia. Itulah cerita singkat kehidupanku sebelumnya. Hingga setelahnya aku terbangun di sebuah kamar yang indah bak di dalam dunia komik. Yups, benar aku terbangun di sebuah dunia bernama Wonderland. Memiliki tubuh seorang putri tunggal Count Devolt. Sontak membuatku berminggu-minggu kaget akan kehidupan baru ku. Nama tubuh yang ku rasuki tubuhnya ini Irene Devolt. Seorang anak yang dikenal manja, ceria, dan pembuat masalah dari keluarga Count Devolt. Irene dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh orang tuanya. Sangat berbeda sekali denganku. Masih teringat olehku wajah orang tuanya yang cemas dan khawatir ketika melihatku telah bangun dari jatuh di Danau Violet. Aku pun masih sangat tidak terbiasa awalnya dengan kasih sayang yang ditunjukkan oleh orang tuanya yang terkesan sangat tiba-tiba aku dapatkan. Dunia yang ku tinggali ini bernama Wonderland, sebuah tempat yang dipimpin oleh berbagai bangsa. Dari manusia, elf, dwarf, vampir, bahkan siren. Dan bangsa manusia berada dalam tingkatan makhluk yang terhebat di dunia Wonderland.Kaum manusia tinggal dan mendiami pusat Wonderland yaitu sebuah pulau dengan perbukitan indah serta pantai yang indah di bawahnya. Teknologi disini bergantung pada batu mana. Sebuah batu yang dapat menghasilkan berbagai keajaiban berbeda berdasarkan warnanya. Konon katanya penemu batu tersebut ialah kaisar yang telah memimpin wonderland beribu-ribu tahun yang lalu yaitu kaisar Julius Tyron. Keluarga Tyron adalah penemu sekaligus pemilik batu mana tersebut yang telah menguasai penuh dunia wonderland ini. Dan sialnya aku, tubuh ini sebelumnya membuat masalah dengan salah satu putra kaisar Wonderland yang dikenal sangat kejam yaitu pangeran Alec Tyron.

_____”______

Kembali ke atas pohon willow, aku pun tersadar dari lamunanku setelah mendengar suara kepakan sekelompok burung gagak di atas pohon willow dekatku.

“Mereka telah pergi kan?” Tanyaku sendiri sambil menajamkan pendengaranku dan mataku ke arah bawah.

“Sepertinya mereka sudah pergi. Aku harus cepat pergi dari sini seblum malam tiba.” Suara kecil hatiku mengingatkan untuk cepat beranjak menjauhi daerah tersebut sebelum malam melanda.

Aku pun dengan cepat berlari dengan tubuh sangat menggigil dan kedinginan karena salju makin menumpuk dan jatuh dari langit. Dengan cepat aku pun kembali ke kelas setibanya di akademi. Aku membuka tasku dan memeriksa buku dan barangku di laci meja untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan. Setelah aku lihat ada batu mana berwarna hijau di laciku dengan cepat batu tersebut ku pegang dan kutaruh di kantong baju akademiku. Batu mana warna hijau berfungsi sebagai penghangat terhadap suhu yang dingin. Aku pun dengan cepat memasang mantelku dan beranjak dari akademi dengan memanggil kusir keretaku yang telah menungguku dari tadi.

“Nona Irene, astagaaa! Darimana saja non, saya khawatir banget daritadi non belum keluar-keluar akademi sedangkan jam akademi telah selesai dari dua jam lalu.” Racau Roni kusir keretaku yang bertugas mengantar dan menjemputku dari akademi.

“Aku tadi sibuk di perpustakaan Ron, biasa tugas dari Mr. Joe banyak sekali.” Dustaku kepada Roni untuk menghilangkan kecemasannya kepadaku.

“Oalah baik non. Silahkan non” Balas Roni menganggukan kepalanya sambil membukakan pintu kereta kepadaku.

“Kita langsung pulang aja ya Ron” Ujarku setelah masuk didalam kereta.

“Siap nona Irene” Balas Roni dengan cepat menutup kereta dan berlari menuju kursi kusir kereta. Setelahnya Roni mengambil batu mana berwarna biru ke dalam kotak depan kusir dan kereta pun berjalan dengan arahan Roni.

Selama perjalanan pulang ke rumah, aku pun memikirkan banyak hal yang harus aku lakukan dari tugas yang diberikan guru-guru di akademi yang harus aku selesaikan dalam minggu-minggu ini hingga persoalanku dengan kelompok Alec.

“Haaaah” Helaan nafas keluar dengan terasa amat berat dari mulutku. Dan waktu berlalu dan tidak terasa sudah 30 menit kereta bergerak dan tiba di depan gerbang rumahku, Kastil Devolt.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status