Share

Bab 2

last update Last Updated: 2025-01-20 11:58:11

"Tunggu!"

Seorang pria muda berpakaian rapi datang tergesa. Wajahnya serius, tatapannya langsung tertuju pada Juragan Sagara.

"Saya tidak bisa membiarkan ini terjadi begitu saja," katanya tegas.

Kalingga yang tengah memandangi jemarinya yang saling memilin mendongak dengan mata membesar. Harapan terselip di hatinya, tetapi sirna ketika pria itu berhenti di hadapan Juragan Sagara, dan bukan dirinya.

“Ini tidak benar,” lanjut pria itu dengan nada tegas, menatap tajam ke arah sang Juragan.

Juragan Sagara tersenyum tipis, santai, seakan protes itu angin lalu. Namun, sebelum ia menjawab, langkah lain terdengar di belakang pria itu. Seorang laki-laki tinggi dengan wajah dingin dan sorot mata tajam muncul di lorong. Gala Sagara.

“Kenapa Papa memanggilku ke sini?” tanya Gala langsung, tanpa basa-basi. Tatapannya menusuk sang ayah, tanpa memperhatikan siapa pun di sekitarnya.

Juragan Sagara melipat tangan di dada, wajahnya serius. “Aku ingin memastikan semuanya berjalan lancar. Itu saja.”

“Berjalan lancar?” Gala tertawa pendek, nadanya penuh sarkasme. “Menyuruhku menikahi seorang gadis yang bahkan aku tidak kenal? Apa Papa sudah gila?”

Perasaan Kalingga bagai dihantam gelombang besar. Kata-kata Gala, yang diucapkan dengan dingin tanpa perasaan, membuat tubuhnya gemetar. Namun, ia tidak punya kekuatan untuk membalas. Pandangannya kembali ke ruangan ayahnya, di dalam sana sang ayah terbaring lemah di ranjang menunggu kepastian dari hidupnya selanjutnya. Tangan Kalingga menggenggam erat gamisnya, seolah-olah itu satu-satunya pijakan yang ia miliki.

Juragan Sagara menghela napas. "Aku sudah menjelaskan semuanya lewat telepon. Kalian berdua saja yang keras kepala."

Gala melirik pada Ilman lalu Kalingga sekilas. Pandangannya dingin, tetapi ada ketegangan yang sulit diuraikan di sana. "Apa maksud Papa menyuruhku menikah dengan gadis ini? Apa Papa pikir aku akan menurut begitu saja?"

"Kalau kamu mau terus menikmati hasil jerih payahku, maka pernikahan ini harus kamu lakukan," balas Juragan dengan suara rendah tapi penuh ancaman. "Atau aku akan tarik semua aset yang sekarang kamu kelola."

Kalingga tertegun. Ia merasa seperti barang tawar-menawar di tengah konflik ayah dan anak ini. Namun, saat Gala mendesah panjang, ia tahu bahwa pria itu kalah dalam perdebatan ini.

Gala mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. “Papa selalu memaksakan kehendak. Kali ini pun sama.”

“Kalau kamu tidak mau, aku akan menarik semua aset yang kamu kelola sekarang,” ancam Juragan Sagara lagi.

Gala terdiam. Sorot matanya berubah, dari penuh kemarahan menjadi keraguan. Dalam diam, ia menatap sepenuhnya pada Kalingga untuk pertama kali. Gadis itu tampak rapuh, dengan kepala tertunduk dan bahu bergetar.

“Papa benar-benar keterlaluan,” gumamnya pada akhirnya.

Namun, sebelum Gala bisa membuat keputusan, suara lembut tetapi tegas terdengar dari sudut ruangan.

“Lingga, jangan khawatir. Aku di sini. Ayahmu pasti sembuh, berdoalah. Mintalah kesembuhan pada Allah.”

Kalingga menoleh, dan matanya bertemu dengan Ilman. Laki-laki itu berdiri tidak jauh darinya, dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Sorot matanya hangat, penuh perhatian, berbeda dari Gala yang dingin dan sulit dijangkau.

“Mas Ilman .…” Kalingga berbisik. Ada sedikit kelegaan di matanya.

Ilman mendekat dan menunduk sedikit, suaranya rendah tetapi terdengar jelas. “Aku akan memastikan kamu baik-baik saja. Jangan khawatir soal ayahmu. Kita semua di sini untuk membantumu.”

Kalingga merasa air matanya semakin deras. Hanya Ilman yang selama ini memberinya sedikit rasa nyaman, rasa aman, di tengah kekacauan yang menderanya.

Namun, pemandangan itu memicu sesuatu dalam diri Gala. Pandangan matanya yang dingin berubah menjadi sesuatu yang sulit diartikan. Melihat asistennya yang biasanya kaku dan acuh pada perempuan berubah menjadi lembut di depan Kalingga membuatnya berpikir keras.

Juragan Sagara yang memperhatikan perubahan ekspresi Gala segera mengambil kesempatan. “Papa tahu kamu tidak menyukai ide ini, tetapi tidak ada cara lain, bisnis kita akan berhenti tanpa keturunan dari kamu, Gala.”

Gala mendesah panjang. Matanya beralih ke Kalingga, yang masih menangis. Interaksinya dengan Ilman membuat rasa kesal muncul di dadanya—entah kenapa. Mungkin karena ia tidak ingin ada orang lain yang terlihat lebih "peduli" dibanding dirinya.

“Baik,” katanya dengan suara datar. “Tapi aku punya syarat.”

“Apa itu?” tanya Juragan Sagara, matanya berbinar.

“Tidak ada yang boleh tahu pernikahan ini. Termasuk Selena dan Mama.”

Juragan Sagara tersenyum lebar. “Aku setuju. Tapi aku juga punya syarat. Gadis ini harus memberikanmu keturunan dalam waktu dua tahun. Kalau tidak, semuanya batal.”

Gala menatap ayahnya dengan penuh ketidaksukaan, tetapi akhirnya mengangguk. Dia mengepalkan tangan, tetapi tetap menjaga nada suaranya tetap dingin. "Baik, selama itu berarti aku tidak kehilangan kendali atas apa yang sudah kupunya."

Kalingga hanya bisa terdiam. Kata-kata mereka seperti hukuman yang menghujam hatinya. Namun, bayangan ayahnya yang terbaring lemah di ruang ICU membuatnya tidak punya pilihan lain.

Malam itu juga Juragan Sagara telah mempersiapkan pernikahan siri dengan cepat. Seorang pemuka agama dipanggil ke rumah sakit, dan Pak Kasno yang menjadi wali nikah Kalingga hanya bisa pasrah.

“Dengan mas kawin seperangkat alat salat, saya terima nikahnya ...,” ujar Gala mantap, meski tanpa ekspresi sedikit pun di wajahnya.

Air mata mengalir di pipi Kalingga. Ia tidak pernah membayangkan pernikahannya akan terjadi dalam situasi seperti ini—tanpa cinta, hanya untuk sebuah perjanjian.

Setelah akad selesai, Gala berdiri di samping Kalingga, menjaga jarak. Namun, pandangannya terus mengawasi Ilman, yang masih berdiri tidak jauh.

Gala melirik sekilas pada Kalingga. "Mulai sekarang, lakukan apa yang aku perintahkan. Jangan macam-macam! Kamu istriku!" katanya tegas penuh penekanan.

Kalingga tidak menjawab. Ia hanya menggigit bibir, menahan tangis.

Kalingga terisak, memegang tangan ayahnya yang dingin. Gala berdiri di sudut ruangan, wajahnya tetap tanpa ekspresi. Namun, saat Kalingga berbalik dan menangis tanpa suara, Gala secara refleks mengulurkan tangan, membiarkannya bersandar di dadanya

Untuk pertama kalinya, Kalingga menangis dalam pelukan seorang pria selain ayahnya. Dan untuk pertama kalinya pula, Gala merasa hatinya sedikit terusik oleh tangisan itu.

Di tengah tangisnya, Kalingga mendongak dan menatap Gala. "Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri," bisiknya. "Semua ini salahku."

Gala hanya diam, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang berubah. Dia memilih tidak menjawab, tetapi pandangannya yang dingin tampak sedikit melunak. Di sudut lain, Ilman mengamati mereka dengan tatapan penuh arti, tetapi tanpa sepatah kata pun.

Iftiati Maisyaroh

Wah, apa Gala akan jatuh cinta pada Kalingga?

| Like

Related chapters

  • Rahim yang Tergadai   Bab 3

    Di tengah tangis, Kalingga mendongak dan menatap suaminya dengan mata yang basah. "Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri," bisiknya lemah. "Semua ini salahku. Ayah pergi karena aku terlalu sibuk mengejar mimpiku." Gala terdiam. Ia bukan tipe pria yang mudah menenangkan orang lain. Tetapi pandangannya terhadap Kalingga berubah, tidak lagi hanya melihat gadis lugu yang menjadi istri keduanya, tetapi seseorang yang benar-benar kehilangan. Di sudut ruangan, Ilman berdiri dengan ekspresi penuh perhatian, tetapi tanpa sepatah kata pun. Ada ketulusan dalam tatapannya, membuat suasana menjadi semakin hening. Beberapa jam kemudian, dokter keluar membawa kabar buruk, Pak Kasno tidak dapat diselamatkan. Keadaan tubuhnya terlalu lemah untuk bertahan lebih lama. Jenazah Pak Kasno segera dikebumikan dini hari itu juga, sesuai tradisi setempat. Gala yang terbiasa dengan kehidupan mewah, merasa canggung berada di lingkungan sederhana rumah Kalingga. Ia sempat berniat kembali ke hotel

    Last Updated : 2025-01-20
  • Rahim yang Tergadai   Bab 4

    Di dalam salon mewah, suara alat-alat perawatan tiba-tiba lenyap, tergantikan keheningan yang menegangkan. Selena berdiri angkuh di tengah ruangan, jari-jarinya yang lentik menunjuk Kalingga yang duduk diam di sudut. “Salon eksklusif seperti ini seharusnya tidak menerima sembarang orang,” ucap Selena dengan senyum tipis yang menawan, namun penuh racun. “Kalian harusnya tahu standar pelayanan di tempat seperti ini. Bukan untuk ... ya, orang seperti dia.” Kalingga menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah. Hatinya terasa sakit mendengar hinaan itu, tapi ia tahu, melawan hanya akan mempermalukannya lebih dalam. Perasaan rendah diri yang selama ini dipendamnya mendadak menyeruak. Benar kata Selena, pikirnya getir. Aku memang bukan siapa-siapa. Bahkan di sini pun aku dianggap tak pantas. Namun sebelum suasana semakin panas, pintu kaca salon terbuka. Suara langkah sepatu tergesa, membawa aura darurat yang membuat semua orang menoleh. "Mbak Selena, janji temu dengan sutr

    Last Updated : 2025-01-20
  • Rahim yang Tergadai   Bab 5

    Di dalam kamar mandi, Gala berdiri di bawah pancuran air, pikirannya berputar tanpa arah. Ia memijat pelipisnya, mencoba mengabaikan bayangan wajah Kalingga—wajah itu yang sebelumnya penuh tekad, kini tergurat kesedihan. Kenapa aku harus peduli? pikir Gala, mencoba menyangkal perasaan aneh yang merayap di dadanya. Namun, bayangan rambut panjang Kalingga yang sempat tergerai tadi terus menghantuinya. Bukan seperti Selena, yang sempurna tanpa cela, tetapi ada sesuatu dari gadis desa itu yang membuatnya terusik. Gala mempercepat mandinya dan keluar dengan handuk melilit di pinggang. Aroma masakan menggugah selera menyeruak dari arah dapur. Dia mempercepat berpakaian dan keluar kamar. Langkah kakinya terhenti di ambang pintu dapur, matanya tertumbuk pada sosok Kalingga yang sibuk mengaduk wajan. Gala mengamati dari kejauhan. Tangannya lihai memasak, gerak-geriknya penuh keanggunan. Sejenak, ia merasa sedang mengamati seorang istri sungguhan, sesuatu yang tak pernah ia lihat dari Sel

    Last Updated : 2025-01-20
  • Rahim yang Tergadai   Bab 6

    Setelah malam panas itu, Selena terbangun lebih dulu, menatap suaminya yang masih terlelap. Sesekali Gala masih menggumamkan nama perempuan itu lagi—Kalingga, nama yang membuat hatinya terbakar amarah dan curiga. "Kalingga ... kamu hanya perlu hamil ..." Gala bergumam pelan sebelum akhirnya diam. Selena mengerutkan keningnya, perasaan tak nyaman menghantui pikirannya. 'Siapa Kalingga? Kenapa nama itu terdengar begitu akrab dari mulut Gala?' Pagi harinya, keluarga Sagara duduk di meja makan. Papa Sagara, istrinya, Gala, dan Selena memulai sarapan dengan suasana yang tampak normal. Namun, tiba-tiba percakapan yang menusuk hati mulai mencuat. "Selena, kamu masih belum hamil juga?" tanya Sagara sambil menatap menantunya dengan tajam. "Kenapa tidak berhenti saja menjadi model? Mau sampai kapan kamu kejar kariermu? Kekayaan Sagara ini tidak cukup untukmu?" Selena hampir tersedak. Pertanyaan itu seperti panah yang langsung menghunjam hatinya. Ia menoleh ke Gala, berharap suaminya membe

    Last Updated : 2025-02-04
  • Rahim yang Tergadai   Bab 7

    Dokter memeriksa laporan kesehatan Kalingga dengan seksama, lalu menghela napas panjang. “Pak Gala, saya harus memberi tahu bahwa ada 2 metode kehamilan tanpa hubungan badan. Yaitu metode Intrauterine Insemination (IUI) atau inseminasi intrauterin adalah prosedur reproduksi buatan di mana sperma yang telah diproses dimasukkan langsung ke dalam rahim wanita menggunakan kateter kecil. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemungkinan pembuahan dengan mendekatkan sperma ke sel telur saat ovulasi. "dan metode In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung adalah metode di mana sel telur diambil dari ovarium wanita dan dibuahi dengan sperma di laboratorium. Setelah embrio berkembang, embrio terbaik dipilih dan ditanamkan kembali ke dalam rahim wanita agar terjadi kehamilan. Dua metode ini memiliki risiko tinggi bagi Nona Kalingga. Jadi aya menyarankan metode alami untuk hasil yang lebih baik.” Wajah Gala berubah dingin, tetapi ia tidak berkomentar. Ia hanya mengangguk dan menerima resep vi

    Last Updated : 2025-02-05
  • Rahim yang Tergadai   Bab 8

    Kalingga akhirnya membuka mulut, suaranya bergetar. “Saya akan berusaha memenuhi janji itu, Tuan.” Gala tersenyum tipis, tetapi ada kepahitan di baliknya. “Bagus,” katanya. Namun, dalam hatinya, ia mulai merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan. Ada perasaan tidak rela melihat Kalingga terus menunduk seperti itu, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengatasinya. Ada sedikit rasa bersalah dalam hati Gala, tapi dia tak peduli. Selama ini dia adalah bosnya, tak ada yang bisa menolak keinginannya. Sejak kecil papa dan mamanya selalu menuruti segala ucapannya. Maka Gala berpikir semua orang pun harus sama. Dan itulah mengapa dia sekarang mau menerima perjodohan dari mamanya untuk menikahi Selena dulu. Dan sekarang Kalingga qtas deaakan papanya. Sementara itu, Ilman mengucap doa dalam hati, berharap Allah memberikan jalan keluar terbaik untuk wanita yang ia cintai dalam diam. --- Sesampainya di rumah, Gala langsung membawa Kalingga ke kamarnya. Dengan nada dingin, ia berkata, “Kamu puny

    Last Updated : 2025-02-05
  • Rahim yang Tergadai   Bab 9

    Gala berjalan keluar kamar mandi dengan handuk kecil di pundaknya. Napasnya masih terdengar berat setelah mendinginkan kepala dengan air dingin. Di ranjang, Kalingga masih menangis dengan tubuh terbungkus selimut tebal.Kalingga ...Bayangan kemarin saat di ruang makan, Gala duduk menatap punggung Kalingga yang sibuk merapikan meja. Tatapannya menyapu gerak-gerik wanita itu yang begitu anggun meskipun terlihat lelah. Hati Gala terhenti sejenak, pikirannya melayang pada perbandingan yang tak bisa ia abaikan.Selena ....Wanita itu selalu datang dengan wangi parfum mahal yang menyengat. Tatapannya tajam, seperti menuntut sesuatu setiap kali berhadapan dengannya. Gala tak pernah merasa nyaman. Di meja makan, Selena jarang menyentuh masakan rumah, lebih memilih salad kemasan atau makanan impor yang dipesannya sendiri. Ia sering mengeluh.Setiap percakapan diakhiri dengan ketus, tanpa kompromi. Bahkan saat Gala mencoba berbicara soal pekerjaan, Selena selalu mengalihkan dengan cerita tenta

    Last Updated : 2025-02-11
  • Rahim yang Tergadai   Bab 10

    Gala berbisik dalam hati, Kenapa kamu begitu berbeda, Kalingga?Lamunan Gala buyar saat mobil yang dikendarai Ilman tiba-tiba mengerem mendadak. Seekor kucing liar melintas cepat di depan mereka. Gala menatap tajam ke arah jalan, memastikan semuanya aman."Apa yang kamu pikirkan, Ilman?" umpat Gala pada asisten pribadinya itu dengan tajam."Maaf, Pak. Seekor kucing, saya kurang fokus." Ilman mengangguk sesaat lalu melajukan mobilnya kembali.Namun, di setir kendali, tangan Ilman sedikit gemetar. Pikiran pria itu melayang, dipenuhi kenangan tentang Kalingga.Dalam lamunannya, Ilman melihat kembali ke masa-masa di mana Kalingga selalu tersenyum padanya. Wajah lembut itu penuh semangat ketika mereka bersama di kampung. Ia ingat betapa cekatan Kalingga membantu orang-orang, mulai dari mengajar anak-anak hingga menyelesaikan urusan rumah tangga.“Mas Ilman, aku ingin suatu hari nanti jadi guru TK. Aku suka anak-anak. Semoga kelak aku pun bisa memiliki banyak anak dengan suami yang mencinta

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Rahim yang Tergadai   Bab 10

    Gala berbisik dalam hati, Kenapa kamu begitu berbeda, Kalingga?Lamunan Gala buyar saat mobil yang dikendarai Ilman tiba-tiba mengerem mendadak. Seekor kucing liar melintas cepat di depan mereka. Gala menatap tajam ke arah jalan, memastikan semuanya aman."Apa yang kamu pikirkan, Ilman?" umpat Gala pada asisten pribadinya itu dengan tajam."Maaf, Pak. Seekor kucing, saya kurang fokus." Ilman mengangguk sesaat lalu melajukan mobilnya kembali.Namun, di setir kendali, tangan Ilman sedikit gemetar. Pikiran pria itu melayang, dipenuhi kenangan tentang Kalingga.Dalam lamunannya, Ilman melihat kembali ke masa-masa di mana Kalingga selalu tersenyum padanya. Wajah lembut itu penuh semangat ketika mereka bersama di kampung. Ia ingat betapa cekatan Kalingga membantu orang-orang, mulai dari mengajar anak-anak hingga menyelesaikan urusan rumah tangga.“Mas Ilman, aku ingin suatu hari nanti jadi guru TK. Aku suka anak-anak. Semoga kelak aku pun bisa memiliki banyak anak dengan suami yang mencinta

  • Rahim yang Tergadai   Bab 9

    Gala berjalan keluar kamar mandi dengan handuk kecil di pundaknya. Napasnya masih terdengar berat setelah mendinginkan kepala dengan air dingin. Di ranjang, Kalingga masih menangis dengan tubuh terbungkus selimut tebal.Kalingga ...Bayangan kemarin saat di ruang makan, Gala duduk menatap punggung Kalingga yang sibuk merapikan meja. Tatapannya menyapu gerak-gerik wanita itu yang begitu anggun meskipun terlihat lelah. Hati Gala terhenti sejenak, pikirannya melayang pada perbandingan yang tak bisa ia abaikan.Selena ....Wanita itu selalu datang dengan wangi parfum mahal yang menyengat. Tatapannya tajam, seperti menuntut sesuatu setiap kali berhadapan dengannya. Gala tak pernah merasa nyaman. Di meja makan, Selena jarang menyentuh masakan rumah, lebih memilih salad kemasan atau makanan impor yang dipesannya sendiri. Ia sering mengeluh.Setiap percakapan diakhiri dengan ketus, tanpa kompromi. Bahkan saat Gala mencoba berbicara soal pekerjaan, Selena selalu mengalihkan dengan cerita tenta

  • Rahim yang Tergadai   Bab 8

    Kalingga akhirnya membuka mulut, suaranya bergetar. “Saya akan berusaha memenuhi janji itu, Tuan.” Gala tersenyum tipis, tetapi ada kepahitan di baliknya. “Bagus,” katanya. Namun, dalam hatinya, ia mulai merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan. Ada perasaan tidak rela melihat Kalingga terus menunduk seperti itu, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengatasinya. Ada sedikit rasa bersalah dalam hati Gala, tapi dia tak peduli. Selama ini dia adalah bosnya, tak ada yang bisa menolak keinginannya. Sejak kecil papa dan mamanya selalu menuruti segala ucapannya. Maka Gala berpikir semua orang pun harus sama. Dan itulah mengapa dia sekarang mau menerima perjodohan dari mamanya untuk menikahi Selena dulu. Dan sekarang Kalingga qtas deaakan papanya. Sementara itu, Ilman mengucap doa dalam hati, berharap Allah memberikan jalan keluar terbaik untuk wanita yang ia cintai dalam diam. --- Sesampainya di rumah, Gala langsung membawa Kalingga ke kamarnya. Dengan nada dingin, ia berkata, “Kamu puny

  • Rahim yang Tergadai   Bab 7

    Dokter memeriksa laporan kesehatan Kalingga dengan seksama, lalu menghela napas panjang. “Pak Gala, saya harus memberi tahu bahwa ada 2 metode kehamilan tanpa hubungan badan. Yaitu metode Intrauterine Insemination (IUI) atau inseminasi intrauterin adalah prosedur reproduksi buatan di mana sperma yang telah diproses dimasukkan langsung ke dalam rahim wanita menggunakan kateter kecil. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemungkinan pembuahan dengan mendekatkan sperma ke sel telur saat ovulasi. "dan metode In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung adalah metode di mana sel telur diambil dari ovarium wanita dan dibuahi dengan sperma di laboratorium. Setelah embrio berkembang, embrio terbaik dipilih dan ditanamkan kembali ke dalam rahim wanita agar terjadi kehamilan. Dua metode ini memiliki risiko tinggi bagi Nona Kalingga. Jadi aya menyarankan metode alami untuk hasil yang lebih baik.” Wajah Gala berubah dingin, tetapi ia tidak berkomentar. Ia hanya mengangguk dan menerima resep vi

  • Rahim yang Tergadai   Bab 6

    Setelah malam panas itu, Selena terbangun lebih dulu, menatap suaminya yang masih terlelap. Sesekali Gala masih menggumamkan nama perempuan itu lagi—Kalingga, nama yang membuat hatinya terbakar amarah dan curiga. "Kalingga ... kamu hanya perlu hamil ..." Gala bergumam pelan sebelum akhirnya diam. Selena mengerutkan keningnya, perasaan tak nyaman menghantui pikirannya. 'Siapa Kalingga? Kenapa nama itu terdengar begitu akrab dari mulut Gala?' Pagi harinya, keluarga Sagara duduk di meja makan. Papa Sagara, istrinya, Gala, dan Selena memulai sarapan dengan suasana yang tampak normal. Namun, tiba-tiba percakapan yang menusuk hati mulai mencuat. "Selena, kamu masih belum hamil juga?" tanya Sagara sambil menatap menantunya dengan tajam. "Kenapa tidak berhenti saja menjadi model? Mau sampai kapan kamu kejar kariermu? Kekayaan Sagara ini tidak cukup untukmu?" Selena hampir tersedak. Pertanyaan itu seperti panah yang langsung menghunjam hatinya. Ia menoleh ke Gala, berharap suaminya membe

  • Rahim yang Tergadai   Bab 5

    Di dalam kamar mandi, Gala berdiri di bawah pancuran air, pikirannya berputar tanpa arah. Ia memijat pelipisnya, mencoba mengabaikan bayangan wajah Kalingga—wajah itu yang sebelumnya penuh tekad, kini tergurat kesedihan. Kenapa aku harus peduli? pikir Gala, mencoba menyangkal perasaan aneh yang merayap di dadanya. Namun, bayangan rambut panjang Kalingga yang sempat tergerai tadi terus menghantuinya. Bukan seperti Selena, yang sempurna tanpa cela, tetapi ada sesuatu dari gadis desa itu yang membuatnya terusik. Gala mempercepat mandinya dan keluar dengan handuk melilit di pinggang. Aroma masakan menggugah selera menyeruak dari arah dapur. Dia mempercepat berpakaian dan keluar kamar. Langkah kakinya terhenti di ambang pintu dapur, matanya tertumbuk pada sosok Kalingga yang sibuk mengaduk wajan. Gala mengamati dari kejauhan. Tangannya lihai memasak, gerak-geriknya penuh keanggunan. Sejenak, ia merasa sedang mengamati seorang istri sungguhan, sesuatu yang tak pernah ia lihat dari Sel

  • Rahim yang Tergadai   Bab 4

    Di dalam salon mewah, suara alat-alat perawatan tiba-tiba lenyap, tergantikan keheningan yang menegangkan. Selena berdiri angkuh di tengah ruangan, jari-jarinya yang lentik menunjuk Kalingga yang duduk diam di sudut. “Salon eksklusif seperti ini seharusnya tidak menerima sembarang orang,” ucap Selena dengan senyum tipis yang menawan, namun penuh racun. “Kalian harusnya tahu standar pelayanan di tempat seperti ini. Bukan untuk ... ya, orang seperti dia.” Kalingga menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah. Hatinya terasa sakit mendengar hinaan itu, tapi ia tahu, melawan hanya akan mempermalukannya lebih dalam. Perasaan rendah diri yang selama ini dipendamnya mendadak menyeruak. Benar kata Selena, pikirnya getir. Aku memang bukan siapa-siapa. Bahkan di sini pun aku dianggap tak pantas. Namun sebelum suasana semakin panas, pintu kaca salon terbuka. Suara langkah sepatu tergesa, membawa aura darurat yang membuat semua orang menoleh. "Mbak Selena, janji temu dengan sutr

  • Rahim yang Tergadai   Bab 3

    Di tengah tangis, Kalingga mendongak dan menatap suaminya dengan mata yang basah. "Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri," bisiknya lemah. "Semua ini salahku. Ayah pergi karena aku terlalu sibuk mengejar mimpiku." Gala terdiam. Ia bukan tipe pria yang mudah menenangkan orang lain. Tetapi pandangannya terhadap Kalingga berubah, tidak lagi hanya melihat gadis lugu yang menjadi istri keduanya, tetapi seseorang yang benar-benar kehilangan. Di sudut ruangan, Ilman berdiri dengan ekspresi penuh perhatian, tetapi tanpa sepatah kata pun. Ada ketulusan dalam tatapannya, membuat suasana menjadi semakin hening. Beberapa jam kemudian, dokter keluar membawa kabar buruk, Pak Kasno tidak dapat diselamatkan. Keadaan tubuhnya terlalu lemah untuk bertahan lebih lama. Jenazah Pak Kasno segera dikebumikan dini hari itu juga, sesuai tradisi setempat. Gala yang terbiasa dengan kehidupan mewah, merasa canggung berada di lingkungan sederhana rumah Kalingga. Ia sempat berniat kembali ke hotel

  • Rahim yang Tergadai   Bab 2

    "Tunggu!" Seorang pria muda berpakaian rapi datang tergesa. Wajahnya serius, tatapannya langsung tertuju pada Juragan Sagara. "Saya tidak bisa membiarkan ini terjadi begitu saja," katanya tegas. Kalingga yang tengah memandangi jemarinya yang saling memilin mendongak dengan mata membesar. Harapan terselip di hatinya, tetapi sirna ketika pria itu berhenti di hadapan Juragan Sagara, dan bukan dirinya. “Ini tidak benar,” lanjut pria itu dengan nada tegas, menatap tajam ke arah sang Juragan. Juragan Sagara tersenyum tipis, santai, seakan protes itu angin lalu. Namun, sebelum ia menjawab, langkah lain terdengar di belakang pria itu. Seorang laki-laki tinggi dengan wajah dingin dan sorot mata tajam muncul di lorong. Gala Sagara. “Kenapa Papa memanggilku ke sini?” tanya Gala langsung, tanpa basa-basi. Tatapannya menusuk sang ayah, tanpa memperhatikan siapa pun di sekitarnya. Juragan Sagara melipat tangan di dada, wajahnya serius. “Aku ingin memastikan semuanya berjalan lancar. I

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status