Share

Bab 7

last update Last Updated: 2025-02-05 03:43:56

Dokter memeriksa laporan kesehatan Kalingga dengan seksama, lalu menghela napas panjang.

“Pak Gala, saya harus memberi tahu bahwa ada 2 metode kehamilan tanpa hubungan badan. Yaitu metode Intrauterine Insemination (IUI) atau inseminasi intrauterin adalah prosedur reproduksi buatan di mana sperma yang telah diproses dimasukkan langsung ke dalam rahim wanita menggunakan kateter kecil. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemungkinan pembuahan dengan mendekatkan sperma ke sel telur saat ovulasi.

"dan metode In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung adalah metode di mana sel telur diambil dari ovarium wanita dan dibuahi dengan sperma di laboratorium. Setelah embrio berkembang, embrio terbaik dipilih dan ditanamkan kembali ke dalam rahim wanita agar terjadi kehamilan. Dua metode ini memiliki risiko tinggi bagi Nona Kalingga. Jadi aya menyarankan metode alami untuk hasil yang lebih baik.”

Wajah Gala berubah dingin, tetapi ia tidak berkomentar. Ia hanya mengangguk dan menerima resep vitamin yang diberikan dokter untuk memperkuat kondisi rahim Kalingga. Karena penjelasan dokter selanjutnya adalah kondisi ketebalan endometrium yang terlalu tipis. Yang menyebabkan Kalingga harus lebih banyak mempersiapkan kehamilannya dengan konsumsi asam folat.

Beberapa wanita memiliki respons ovarium yang lemah terhadap obat stimulasi, sehingga sel telur yang matang sedikit atau tidak ada. maka dari itu dokter meresepkan sejumlah vitamin pada Kalingga agar rahimnya lebih siap. Begitu juga Gala juga harus memperbaiki kualitas spermanya agar lebih subur lagi. Dokter meresepkan vitamin untuk pasangan siri di depannya.

Di luar ruang dokter, Kalingga menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Ia mengetik pesan untuk Ilman.

“Maaf, Mas Ilman. Dokter menyarankan metode alami ... Apa Mas Ilman masih mau menunggu Lingga?”

Ilman membaca pesan itu dengan hati yang berat. Ia merasakan kekalutan Kalingga, tetapi ia tidak bisa memberikan banyak harapan.

“Jangan terlalu khawatir, Lingga. Cinta yang tulus tidak akan pernah mempertanyakan masa lalu atau hal-hal seperti itu.”

Membaca pesan itu, Kalingga meneteskan air mata. Ia merasa sedikit tenang, meskipun hatinya masih diliputi keraguan.

Di sisi lain, Gala memperhatikan Kalingga dengan tatapan penuh kecurigaan. Ia sudah menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dalam antara Kalingga dan asistennya.Bukan sekadar teman sekampung atau yang lainnya. Dan entah mengapa itu membuatnya tidak tenang.

"Bagus! Aku akan memanfaatkan keadaan ini," batinnya mengepalkan tangan.

****

Dalam perjalanan pulang, Gala sengaja mendekati Kalingga dengan sikap manis yang tak biasa. Ia memegang tangan Kalingga, menggenggamnya erat. “Lingga, sebagai istri, kamu harus tahu posisimu. Apa kamu tidak merasa bersalah berhubungan dengan pria lain selama pernikahan?”

Kalingga terkejut mendengar ucapannya, tetapi ia memilih diam.

Gala berpaling ke Ilman di kursi depan. “Ilman, sebagai seorang yang—" Dia memilih kata yang tepat, menjedanya sejenak, "—paham agama, bukankah dalam Islam, seorang istri harus setia dan patuh pada suaminya?” Suaranya terdengar sinis, penuh sindiran.

Ilman menelan salivanya lekat-lekat, merasa terpojok, tetapi ia tetap tenang. “Betul, Pak. Namun, seorang suami juga harus memperlakukan istrinya dengan kasih sayang dan keadilan.”

Gala tersenyum tipis, tetapi ada kegelapan dalam tatapannya. Ia merasa bahwa hubungannya dengan Kalingga harus segera diperjelas.

Di dalam mobil yang bergerak lambat melewati kemacetan itu suasana terasa tegang. Gala duduk bersandar di kursi belakang bersama Kalingga, sementara Ilman di kursi pengemudi terlihat diam dengan raut wajah yang sulit ditebak.

Gala melirik ke arah Kalingga yang tertunduk lesu. Perasaan campur aduk memenuhi benaknya. Gadis itu polos, berbeda dari Selena yang penuh tuntutan. Namun, ia tidak bisa menoleransi kedekatannya dengan Ilman. Ia harus memastikan batasan jelas ditegakkan.

“Kamu diam terus sejak tadi, Lingga?” Gala membuka suara dengan nada dingin. “Apa aku tidak cukup jelas sebagai suamimu yang sah?”

Kalingga menelan ludah, menahan sakit hati yang mulai bergejolak. "Saya tidak tahu apa yang Tuan maksud."

Gala mendengkus, lalu menatap Ilman. “Ilman, kamu tahu, kan? Dalam pernikahan, istri harus menjaga kehormatannya. Itu kewajiban, bukan sekadar pilihan, 'kan?”

Ilman tetap fokus mengemudi, tetapi tangannya menggenggam setir lebih erat. Ia tahu Gala sengaja memancing emosinya dan Kalingga. “Betul, Pak,” jawabnya hati-hati, “tetapi suami juga memiliki kewajiban. Seperti dalam hadis Nabi, ‘Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya.’ Suami harus melindungi, memberi nafkah, dan menjaga perasaan istrinya.”

Gala tertawa kecil, penuh ironi. “Jadi menurutmu, aku ini suami yang buruk?” tanyanya, menekan setiap kata.

“Bukan begitu, Pak,” Ilman menjawab, tetap tenang meski hatinya berkecamuk. “Namun, adab dalam pernikahan itu harus berjalan dua arah. Keduanya saling melengkapi, bukan menuntut sepihak. Apalagi ....” Kalimatnya terjeda cukup lama.

Kalingga menunduk lebih dalam. Hatinya terasa remuk mendengar percakapan itu. Ia merasa seperti boneka yang diadu oleh dua pria yang, ironisnya, peduli padanya dengan cara yang berbeda.

'Tunggu! Apa Gala juga peduli padanya secara personal? Bukankah dia hanya menginginkan keturunan dari rahimku saja?' Kalingga mencerna setiap sindiran Gala untuk hubungannya dengan Ilman.

Gala memiringkan tubuhnya, mendekat ke arah Kalingga. Tatapannya tajam, menusuk. “Lingga, sebagai istri, apa kamu tidak malu memiliki hubungan yang ... bagaimana ya, terlihat tidak pantas dengan pria lain, bahkan hanya sebatas perhatian?”

Kalingga menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan tangis. Ia tidak tahu bagaimana membela dirinya tanpa membuat situasi semakin buruk.

Ilman akhirnya berbicara lagi, suaranya lebih rendah tetapi penuh ketegasan. “Dalam Islam, seorang istri memang harus menjaga kehormatan suaminya. Tetapi, Pak Gala, apakah adil menghakimi seseorang tanpa memberi ruang untuk menjelaskan?”

Kata-kata itu membuat Gala terdiam. Ada perasaan tertohok, tetapi egonya terlalu besar untuk mengakuinya. Ia tahu Ilman benar, tetapi ia tidak bisa menghilangkan rasa cemburu yang terus menghantuinya.

'Benar juga, aku yang memberi kesempatan Ilman untuk dekat pada Kalingga sejak kemarin. Bodoh!' Gala merutuki dirinya sendiri dalam hati.

“Saya hanya menjalankan perintah seorang atasan kepada saya untuk mengantarkan ke pusat perbelanjaan kemarin, Pak!" balas Ilman serius. Dia merasa ada kesalahpahaman di antara dirinya dan Gala.

"Oke, aku hanya ingin memastikan semua berjalan sesuai perjanjian,” kata Gala akhirnya, dengan nada yang tidak kalah dingin. “Lagipula, tugas Kalingga di sini hanya satu, yaitu memberi keturunan. Bukan menjadi pusat perhatian orang lain, apalagi kamu, Ilman.”

Ilman menahan napas, merasa dihujani tuduhan tanpa dasar. Namun, ia memilih diam. Hatinya sakit, tetapi ia tidak ingin membuat situasi semakin buruk untuk Kalingga.

Kalingga akhirnya membuka mulut, suaranya bergetar.

Iftiati Maisyaroh

Apa yang hendak di katakan Kalingga?

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahim yang Tergadai   Bab 8

    Kalingga akhirnya membuka mulut, suaranya bergetar. “Saya akan berusaha memenuhi janji itu, Tuan.” Gala tersenyum tipis, tetapi ada kepahitan di baliknya. “Bagus,” katanya. Namun, dalam hatinya, ia mulai merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan. Ada perasaan tidak rela melihat Kalingga terus menunduk seperti itu, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengatasinya. Ada sedikit rasa bersalah dalam hati Gala, tapi dia tak peduli. Selama ini dia adalah bosnya, tak ada yang bisa menolak keinginannya. Sejak kecil papa dan mamanya selalu menuruti segala ucapannya. Maka Gala berpikir semua orang pun harus sama. Dan itulah mengapa dia sekarang mau menerima perjodohan dari mamanya untuk menikahi Selena dulu. Dan sekarang Kalingga qtas deaakan papanya. Sementara itu, Ilman mengucap doa dalam hati, berharap Allah memberikan jalan keluar terbaik untuk wanita yang ia cintai dalam diam. --- Sesampainya di rumah, Gala langsung membawa Kalingga ke kamarnya. Dengan nada dingin, ia berkata, “Kamu puny

    Last Updated : 2025-02-05
  • Rahim yang Tergadai   Bab 9

    Gala berjalan keluar kamar mandi dengan handuk kecil di pundaknya. Napasnya masih terdengar berat setelah mendinginkan kepala dengan air dingin. Di ranjang, Kalingga masih menangis dengan tubuh terbungkus selimut tebal.Kalingga ...Bayangan kemarin saat di ruang makan, Gala duduk menatap punggung Kalingga yang sibuk merapikan meja. Tatapannya menyapu gerak-gerik wanita itu yang begitu anggun meskipun terlihat lelah. Hati Gala terhenti sejenak, pikirannya melayang pada perbandingan yang tak bisa ia abaikan.Selena ....Wanita itu selalu datang dengan wangi parfum mahal yang menyengat. Tatapannya tajam, seperti menuntut sesuatu setiap kali berhadapan dengannya. Gala tak pernah merasa nyaman. Di meja makan, Selena jarang menyentuh masakan rumah, lebih memilih salad kemasan atau makanan impor yang dipesannya sendiri. Ia sering mengeluh.Setiap percakapan diakhiri dengan ketus, tanpa kompromi. Bahkan saat Gala mencoba berbicara soal pekerjaan, Selena selalu mengalihkan dengan cerita tenta

    Last Updated : 2025-02-11
  • Rahim yang Tergadai   Bab 10

    Gala berbisik dalam hati, Kenapa kamu begitu berbeda, Kalingga? Lamunan Gala buyar saat mobil yang dikendarai Ilman tiba-tiba mengerem mendadak. Seekor kucing liar melintas cepat di depan mereka. Gala menatap tajam ke arah jalan, memastikan semuanya aman. "Apa yang kamu pikirkan, Ilman?" umpat Gala pada asisten pribadinya itu dengan tajam. "Maaf, Pak. Seekor kucing, saya kurang fokus." Ilman mengangguk sesaat lalu melajukan mobilnya kembali. Namun, di setir kendali, tangan Ilman sedikit gemetar. Pikiran pria itu melayang, dipenuhi kenangan tentang Kalingga. Dalam lamunannya, Ilman melihat kembali ke masa-masa di mana Kalingga selalu tersenyum padanya. Wajah lembut itu penuh semangat ketika mereka bersama di kampung. Ia ingat betapa cekatan Kalingga membantu orang-orang, mulai dari mengajar anak-anak hingga menyelesaikan urusan rumah tangga. “Mas Ilman, aku ingin suatu hari nanti jadi guru TK. Aku suka anak-anak. Semoga kelak aku pun bisa memiliki banyak anak dengan suami yang men

    Last Updated : 2025-02-11
  • Rahim yang Tergadai   Bab 11

    Dalam perjalanan pulang, Ilman kembali mengingat bagaimana ia pertama kali bertemu Kalingga di kampung mereka. Saat itu, Kalingga sedang memapah seorang anak kecil yang jatuh dari sepeda. Ia melakukannya tanpa ragu, dengan penuh kasih sayang.“Mas, nanti kalau aku sudah jadi guru, aku ingin punya murid sebanyak mungkin. Aku ingin mereka semua bahagia,” kata Kalingga saat itu.Ilman tersenyum pahit mengingatnya. Ia tahu, Kalingga kini telah berada di tempat yang berbeda. Ia bukan lagi gadis desa polos, tetapi istri seorang pria seperti Gala. Dan Gala—pria yang dulu begitu dingin—perlahan mulai melunak karena Kalingga.Rasa sesak memenuhi dada Ilman. Kenapa harus Pak Gala? Kenapa bukan aku yang mendampingi Kalingga seperti dulu?Lamunan Ilman terpecah oleh suara Gala di kursi belakang. "Ilman, apa kamu mendengarku?"Ilman tersentak. "Maaf, Pak. Saya hanya … terlalu fokus mengemudi."Tiba-tiba, ponsel Gala berdering. Nama "Papa" tertera di layar. Gala mengangkatnya dengan nada datar. "Ad

    Last Updated : 2025-02-12
  • Rahim yang Tergadai   Bab 12

    Mungkinkah Selena akan setuju, jika Gala mengatakan yang sesungguhnua tentang Selena? Gala segera menepis ide konyol yang terlintas.Apa mungkin yang dikatakan Mita benar tentang Selena? Apakah Selena selama ini merasa tersakiti dengan hubungan mereka? Pernikahan mereka terasa hambar sejak awal, seperti dua orang asing yang dipaksa hidup bersama. Selena sibuk dengan dunianya, dengan karir dan impian yang tak pernah melibatkan dirinya. Tapi apakah itu berarti Selena tidak punya hati?Gala menelan ludah, mencoba meredam gejolak dalam dadanya. Selama ini ia berpikir Selena tidak peduli. Ia hanya memandang dirinya sebagai suami yang harus memenuhi kebutuhannya, bukan sebagai seseorang yang memiliki hati dan perasaan. Namun, ucapan ibunya menohok sesuatu di dalam dirinya. Apa mungkin Selena diam-diam menyimpan luka? Apa mungkin ia telah melukai perasaan Selena lebih dari yang ia sadari?Sementara itu, bayangan Kalingga melintas dalam pikirannya. Senyumnya yang

    Last Updated : 2025-02-12
  • Rahim yang Tergadai   Bab 13

    Deru mobil Gala memecah malam yang sunyi. Ia melesat di antara kendaraan lain tanpa memedulikan lampu merah yang menyala. Tangannya mencengkeram setir erat, sementara pikirannya terus mengulang-ulang kata-kata Ilman."Rumah yang ditempati Kalingga terbakar, Pak. Petugas pemadam sudah membawa Kalingga ke rumah sakit. Dia pingsan di dalam kamarnya saat ditemukan.""Shit!" umpatnya memukul setir.Gala menggeram pelan, tangannya mencengkeram setir begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. "Kenapa? Kenapa dia tidak keluar? Apa yang dia pikirkan?!" gumamnya lirih, penuh nada frustrasi.Lampu merah di depannya menyala, tapi Gala tak menginjak rem. Mobilnya melaju dengan kecepatan penuh, hampir menabrak sebuah motor yang melintas. Klakson membahana, tapi ia tak peduli."Kalau terjadi apa-apa padanya—" ucapnya terputus, suaranya nyaris pecah. "Sial! Kenapa aku kalut seperti ini?!"Gala menginjak pedal gas lebih dalam, adrenalin memacu tubuhnya. Rumah sakit. Lingga. Api. Pingsan. Kata-kata

    Last Updated : 2025-02-13
  • Rahim yang Tergadai   Bab 14

    Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Kalingga sudah terbaring di ranjang pasien di ruang VIP yang disiapkan Gala. Meski tubuhnya lelah, pikirannya tak bisa berhenti berputar.'Kenapa aku selamat? Kenapa harus seperti ini?'Kata-kata itu terus terulang di benaknya. Ia memejamkan mata, berharap gelap bisa menenangkan pikirannya yang berantakan.Baru beberapa detik matanya terbuka lagi, menerawang ke langit-langit. Wajahnya pucat, pikirannya masih berputar pada kejadian beberapa jam lalu.Suara gaduh dari rumah tetangga sebelah awalnya hanya samar-samar terdengar di telinga. Saat itu ia sedang bersiap menunaikan shalat maghrib. Namun, ketika suara ledakan kecil menggema diikuti teriakan panik, jantungnya mulai berdebar.Ia membuka pintu balkon kamar lantai dua dan melihat kepulan asap hitam pekat merayap masuk ke dalam rumahnya melalui ventilasi. Bau gas menyengat semakin kuat. Tetangga sebelah rumahnya tampak panik berlarian keluar, berteri

    Last Updated : 2025-02-13
  • Rahim yang Tergadai   Bab 15

    Gala justru duduk di kursi, tetap memandangi Kalingga yang tak kunjung menjawab pertanyaannya. "Kenapa kamu terus memanggilku dengan panggilan tuan? Kamu istriku, Kalingga.""Istri?" Kalingga membuka mata, berbalik dan menatap Gala. Ia tersenyum pahit. "Istri seperti apa, Tuan? Saya hanyalah bayangan, hanya boneka."Ucapan itu menusuk Gala, tetapi ia memilih diam."Tapi kamu tetap istriku, Kalingga."Kalingga menggeleng pelan. "Karena itu yang benar. Saya harus membatasi diri. Jika semuanya terbongkar nanti, setidaknya saya tidak akan terlalu sakit."Gala terdiam beberapa saat, 'tidak akan terlalu sakit?' Kalimat itu terasa janggal di telinga Gala, tapi dia menepisnya, lalu mengangguk. "Kamu benar. Tapi—" Kata-katanya terhenti. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi memilih menahannya.Gala tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Kalingga begitu tenang dan itu yang telah mengambil alih semua kesombongan dan melemahkan Gala dalam

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Tetap Bersama

    Mentari pagi belum sepenuhnya naik ketika Galen perlahan membuka matanya. Tubuh Maiza masih tertelungkup di dadanya, napasnya tenang, wajahnya damai. Malam panjang yang mereka ulang berkali-kali itu telah menguras seluruh tenaga dan emosi. Tapi Galen tersenyum kecil. Semua itu nyata. Dia kembali ke tempat yang seharusnya: pelukan Maiza. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur, menarik selimut menutupi tubuh kekasihnya. Ia mengenakan kembali celananya, melangkah ringan ke dapur. Tangannya mulai bekerja: mengiris bawang, mengocok telur, menyalakan kompor, dan menyiapkan kopi. Sambil memasak, benaknya melayang ke masa lalu. Ingatannya menguar, sejelas aroma tumisan yang memenuhi udara. Di penjara, Kalingga—ibunya—datang bersama Gala dan Sagara. Pertemuan itu seperti lembaran hidup yang dicabik paksa. Sagara tak lagi segarang dulu, kini hanya pria tua penuh penyesalan. Ia bicara lirih, mengaku semuanya. Bahwa semua ini bermula da

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Maiza Menggila

    "Lakukan saja perintahku, NOAH!" bentak Maiza, suaranya meledak dalam kemarahan.Tak ada sepatah kata pun keluar dari Noah—sang asisten yang juga sahabat Galen. Ia hanya mengangguk singkat, lalu memutar balik kemudinya, melaju menuju tempat yang disebutkan Maiza.Perempuan itu terdiam, pikirannya sibuk menenun kegelisahan. Tatapannya kosong, mengarah lurus ke depan. Wajahnya datar dan dingin—tanpa jejak kesedihan, apalagi kebahagiaan. Namun perlahan, raut itu berubah. Menegang. Menyiratkan kemurkaan yang membakar.‘Kalau ini bukan halusinasi, aku harus tahu apa yang sebenarnya Galen sembunyikan dariku! Mungkin aku lemah di matanya, tapi aku akan buktikan kalau aku bisa hidup tanpa dia!’‘Sudahlah, Za ... ikhlaskan. Buka lembaran baru. Kamu Direktur Utama perusahaan multinasional sekarang—itu kesempatan langka! Gunakan baik-baik, Iza! Kamu bisa!’Suara-suara itu berisik di kepalanya. Saling tindih, saling beradu, seperti dua sisi dirinya t

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Lakukan Saja!

    "Apa ini bagian dari prank, Noah?" Maiza menggeleng dengan senyum kaku yang dipaksakan, meski air matanya telah jatuh tanpa disadari. Suaranya bergetar saat teriakannya pecah, “Ini nggak lucu!?” Ia menggeleng lebih kuat, mata terpejam rapat menahan denyut luka yang begitu dalam.Tubuhnya perlahan kehilangan tenaga. Lututnya lemas, jatuh meluruh ke lantai dingin. Ia terus menggeleng, tangisnya meledak bersamaan dengan wajah yang telah basah kuyup oleh air mata yang tak terbendung.“Galeeen,” panggilnya lirih, suara itu hampir tak terdengar. Tangannya mengusap dada, mengepal erat di sana. “Permainan apa lagi yang harus aku jalani, Tuhan ....” isaknya pecah, mengguncang bahunya dalam tangisan tersedu-sedu.———‘Ingatlah satu hal dariku, Mai ... kamu harus lebih tangguh dari masa lalu kamu. Semua yang kamu lalui adalah obat, meski pahit itu akan membuatmu lebih kuat. Lupakan yang telah ada di belakangmu, syukuri apa yang kamu jalani dan yakinlah bahwa

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Memilih Pergi

    Maiza masih terduduk di lantai, memeluk foto dan secarik kertas yang telah mengubah segalanya. Dada sesak, tangis mengalir tanpa bisa ditahan. Entah berapa menit berlalu dalam diam dan guncangan.Hingga suara ponsel berdering memecah keheningan. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat tanpa sempat melihat nama di layar."Halo?" Suaranya parau."Bu Maiza?" Suara dari seberang terdengar ragu. "Saya dari kepolisian. Kami ... kami ingin menyampaikan kabar duka."Maiza membeku."Apa maksud Anda?""Tahanan atas nama Galen, suami Anda ... ditemukan meninggal dunia pagi ini di ruang isolasi. Beliau diduga mengalami serangan jantung mendadak."Ponsel nyaris terlepas dari genggamannya. Maiza menatap kosong ke depan, seperti tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya."T-tidak ... tidak mungkin. Baru saja aku masih ... masih bertemu dengannya! Dia baik-baik saja!"Suara dari seberang terdengar berat, seolah terb

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bebas atau Tidak?

    "Aku sudah tak mengenalimu lagi, Hubby ...." suara Maiza pecah saat akhirnya ia berdiri dan berbalik, meninggalkan ruang tahanan dengan linangan air mata.Ia melangkah cepat keluar, seolah tak ingin siapa pun melihat rapuhnya. Kedua tangannya menutup mulut dan mengusap wajah yang kini telah basah. Dalam benaknya, kenangan bersama Galen berkelebat seperti kolase yang tersusun acak—tak utuh, tapi penuh warna.Ia mengingat saat pertama kali bertemu Galen, di taman itu, ketika hidupnya terasa seperti reruntuhan. Saat dia menangis dalam diam, dan pria muda itu menghampiri dengan kalimat sederhana yang mampu menyentuh hatinya.Sejak itu, Maiza percaya bahwa masih ada lelaki baik di dunia ini. Tapi mengapa sekarang, sosok yang dulu penuh perhatian itu menghilang? Ke mana mahasiswa polos itu pergi?Galen yang dulu melindunginya dari preman cabul—pria yang begitu sabar dan menjaga batas, yang tak pernah sekalipun memaksakan hasrat. Ia masih ingat jelas mal

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kemarahan Galen

     Flashback – Sebelum Maiza Sadar di Apartemen Galen"Bereskan ma–yatnya," titah Galen sambil menekan earpiece-nya.Tubuhnya tegak, tatapan dinginnya mengarah pada sosok yang tergeletak lemah di sofa. Wajah Maiza tampak damai dalam ketidaksadaran, namun bayangan kemesraan antara mantan pasangan suami istri itu terus mengganggunya. Wajah Galen kembali mengetat, rona merah amarah naik ke pipi. Ia mengalihkan pandang, melangkah cepat keluar ruangan tanpa menoleh sedikit pun.Namun baru beberapa langkah, ia berhenti mendadak. Tangannya meremas rambut sendiri, kepalanya tertunduk, dan matanya terpejam kuat—seperti sedang berusaha menghapus senyuman Maiza di pagi hari dari pikirannya."Aaarrrgh!" teriaknya tertahan, membalikkan badan dengan gerakan penuh gejolak. Ia berjalan cepat kembali, melepas jaket dan merobek gorden hingga terlepas dari gantungannya.Dengan gerakan kasar, ia membungkus tubuh tak berbusana Maiza yang terkulai di sofa. Tidak ada

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kenapa Belum Kembali?

    “By… aku berangkat dulu. Ada meeting penting hari ini. Mungkin pulang agak mal—”“Makanya sini dulu!”Tangan perempuan yang sudah rapi dalam setelan formal kantoran itu ditarik paksa hingga jatuh menimpa tubuh polos suaminya di ranjang.“Aku sudah mandi, By! Lima belas men—”Kalimatnya terpotong. Mulutnya dibungkam tanpa ampun oleh Galen yang langsung membalikkan posisi, menindih dengan gairah yang meletup.Satu minggu telah berlalu sejak insiden mengerikan itu. Tak satu pun jejak kasus tersisa.Pergerakan Secret Umbrella begitu senyap dan bersih. Big Boss mereka, seorang hacker jenius, mampu melumpuhkan sistem pemerintahan, menanamkan tersangka palsu, dan membebaskan seluruh anggota terlibat. Termasuk G4 dan Maiza—keduanya benar-benar lenyap dari radar publik.Hidup Galen dan Maiza kembali seperti biasa. Sepasang pengantin baru beda usia dan profesi itu melanjutkan rutinitas: Galen menyusun skripsi, Maiza sibuk mengelol

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bertukar Kehormatan

    "Jangan takut lagi, aku akan menjaga dan melindungimu. I love you .…" Kecupan yang lama dan dalam dia jatuhkan di kening Maiza yang mengangguk perlahan.Pelukan itu terasa seperti rumah, dan Maiza memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam hangatnya perlindungan Galen—lelaki yang hampir saja dia lupakan, tapi hatinya tetap mengenalinya, selalu."Maafkan aku. Aku pikir tak akan pernah bertemu denganmu, dan aku tak pernah termaafkan atas keegoisanku sendiri.""Tidak ada yang bersalah dan tak ada yang perlu dimaafkan, Sayang." Galen merenggangkan pelukan, menatap manik mata sembab milik cinta pertamanya. Mata yang penuh arti, menunjukkan cinta yang begitu dalam. Memancarkan harapan dan semangat dalam sorot tajamnya."Hub–by...."Mantan anak didiknya itu menarik napasnya, lalu menekan tengkuk Maiza, membuat kepalanya mendongak. Gerakan lembut dan penuh candu itu berkembang cepat—menjadi balasan tak tertahankan antara dua insan yang telah

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bukan Hanya Kamu

    “Aaarrrgh!?” Suara letusan memecah malam, bersamaan dengan jeritan Galen yang menyayat. Namun, tubuhnya tetap meluncur masuk ke dalam pipa pembuangan yang sudah dirusaknya lebih dulu—pelarian terakhir yang ia punya.Pintu kamar mandi didobrak paksa. Tiga pria berpakaian serba hitam menyerbu masuk dan langsung menghujani ruangan dengan tembakan brutal. Cipratan darah membekas di dinding dan lantai, menyisakan jejak yang mengerikan.“Dia nggak akan bertahan lama dengan peluru beracun kita! Cari barangnya di setiap sudut!” bentak pemimpin mereka dengan suara dingin dan menakutkan.Sementara itu, di dalam mobil yang melaju tak tentu arah, Maiza menatap pria yang duduk di balik kemudi dengan pandangan terpaku. Ketakutan makin menyesakkan dadanya.“Ka–kamu bukan Galen?” suaranya nyaris tak terdengar, tercekat oleh rasa ngeri.Dia mencuri pandang, berharap sang penolong hanyalah Galen yang menyamar—tapi tidak. Sosok itu menoleh sekilas, wajahnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status