Share

Bab 7

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 03:43:56

Dokter memeriksa laporan kesehatan Kalingga dengan seksama, lalu menghela napas panjang.

“Pak Gala, saya harus memberi tahu bahwa ada 2 metode kehamilan tanpa hubungan badan. Yaitu metode Intrauterine Insemination (IUI) atau inseminasi intrauterin adalah prosedur reproduksi buatan di mana sperma yang telah diproses dimasukkan langsung ke dalam rahim wanita menggunakan kateter kecil. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemungkinan pembuahan dengan mendekatkan sperma ke sel telur saat ovulasi.

"dan metode In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung adalah metode di mana sel telur diambil dari ovarium wanita dan dibuahi dengan sperma di laboratorium. Setelah embrio berkembang, embrio terbaik dipilih dan ditanamkan kembali ke dalam rahim wanita agar terjadi kehamilan. Dua metode ini memiliki risiko tinggi bagi Nona Kalingga. Jadi aya menyarankan metode alami untuk hasil yang lebih baik.”

Wajah Gala berubah dingin, tetapi ia tidak berkomentar. Ia hanya mengangguk dan menerima resep vitamin yang diberikan dokter untuk memperkuat kondisi rahim Kalingga. Karena penjelasan dokter selanjutnya adalah kondisi ketebalan endometrium yang terlalu tipis. Yang menyebabkan Kalingga harus lebih banyak mempersiapkan kehamilannya dengan konsumsi asam folat.

Beberapa wanita memiliki respons ovarium yang lemah terhadap obat stimulasi, sehingga sel telur yang matang sedikit atau tidak ada. maka dari itu dokter meresepkan sejumlah vitamin pada Kalingga agar rahimnya lebih siap. Begitu juga Gala juga harus memperbaiki kualitas spermanya agar lebih subur lagi. Dokter meresepkan vitamin untuk pasangan siri di depannya.

Di luar ruang dokter, Kalingga menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Ia mengetik pesan untuk Ilman.

“Maaf, Mas Ilman. Dokter menyarankan metode alami ... Apa Mas Ilman masih mau menunggu Lingga?”

Ilman membaca pesan itu dengan hati yang berat. Ia merasakan kekalutan Kalingga, tetapi ia tidak bisa memberikan banyak harapan.

“Jangan terlalu khawatir, Lingga. Cinta yang tulus tidak akan pernah mempertanyakan masa lalu atau hal-hal seperti itu.”

Membaca pesan itu, Kalingga meneteskan air mata. Ia merasa sedikit tenang, meskipun hatinya masih diliputi keraguan.

Di sisi lain, Gala memperhatikan Kalingga dengan tatapan penuh kecurigaan. Ia sudah menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dalam antara Kalingga dan asistennya.Bukan sekadar teman sekampung atau yang lainnya. Dan entah mengapa itu membuatnya tidak tenang.

"Bagus! Aku akan memanfaatkan keadaan ini," batinnya mengepalkan tangan.

****

Dalam perjalanan pulang, Gala sengaja mendekati Kalingga dengan sikap manis yang tak biasa. Ia memegang tangan Kalingga, menggenggamnya erat. “Lingga, sebagai istri, kamu harus tahu posisimu. Apa kamu tidak merasa bersalah berhubungan dengan pria lain selama pernikahan?”

Kalingga terkejut mendengar ucapannya, tetapi ia memilih diam.

Gala berpaling ke Ilman di kursi depan. “Ilman, sebagai seorang yang—" Dia memilih kata yang tepat, menjedanya sejenak, "—paham agama, bukankah dalam Islam, seorang istri harus setia dan patuh pada suaminya?” Suaranya terdengar sinis, penuh sindiran.

Ilman menelan salivanya lekat-lekat, merasa terpojok, tetapi ia tetap tenang. “Betul, Pak. Namun, seorang suami juga harus memperlakukan istrinya dengan kasih sayang dan keadilan.”

Gala tersenyum tipis, tetapi ada kegelapan dalam tatapannya. Ia merasa bahwa hubungannya dengan Kalingga harus segera diperjelas.

Di dalam mobil yang bergerak lambat melewati kemacetan itu suasana terasa tegang. Gala duduk bersandar di kursi belakang bersama Kalingga, sementara Ilman di kursi pengemudi terlihat diam dengan raut wajah yang sulit ditebak.

Gala melirik ke arah Kalingga yang tertunduk lesu. Perasaan campur aduk memenuhi benaknya. Gadis itu polos, berbeda dari Selena yang penuh tuntutan. Namun, ia tidak bisa menoleransi kedekatannya dengan Ilman. Ia harus memastikan batasan jelas ditegakkan.

“Kamu diam terus sejak tadi, Lingga?” Gala membuka suara dengan nada dingin. “Apa aku tidak cukup jelas sebagai suamimu yang sah?”

Kalingga menelan ludah, menahan sakit hati yang mulai bergejolak. "Saya tidak tahu apa yang Tuan maksud."

Gala mendengkus, lalu menatap Ilman. “Ilman, kamu tahu, kan? Dalam pernikahan, istri harus menjaga kehormatannya. Itu kewajiban, bukan sekadar pilihan, 'kan?”

Ilman tetap fokus mengemudi, tetapi tangannya menggenggam setir lebih erat. Ia tahu Gala sengaja memancing emosinya dan Kalingga. “Betul, Pak,” jawabnya hati-hati, “tetapi suami juga memiliki kewajiban. Seperti dalam hadis Nabi, ‘Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya.’ Suami harus melindungi, memberi nafkah, dan menjaga perasaan istrinya.”

Gala tertawa kecil, penuh ironi. “Jadi menurutmu, aku ini suami yang buruk?” tanyanya, menekan setiap kata.

“Bukan begitu, Pak,” Ilman menjawab, tetap tenang meski hatinya berkecamuk. “Namun, adab dalam pernikahan itu harus berjalan dua arah. Keduanya saling melengkapi, bukan menuntut sepihak. Apalagi ....” Kalimatnya terjeda cukup lama.

Kalingga menunduk lebih dalam. Hatinya terasa remuk mendengar percakapan itu. Ia merasa seperti boneka yang diadu oleh dua pria yang, ironisnya, peduli padanya dengan cara yang berbeda.

'Tunggu! Apa Gala juga peduli padanya secara personal? Bukankah dia hanya menginginkan keturunan dari rahimku saja?' Kalingga mencerna setiap sindiran Gala untuk hubungannya dengan Ilman.

Gala memiringkan tubuhnya, mendekat ke arah Kalingga. Tatapannya tajam, menusuk. “Lingga, sebagai istri, apa kamu tidak malu memiliki hubungan yang ... bagaimana ya, terlihat tidak pantas dengan pria lain, bahkan hanya sebatas perhatian?”

Kalingga menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan tangis. Ia tidak tahu bagaimana membela dirinya tanpa membuat situasi semakin buruk.

Ilman akhirnya berbicara lagi, suaranya lebih rendah tetapi penuh ketegasan. “Dalam Islam, seorang istri memang harus menjaga kehormatan suaminya. Tetapi, Pak Gala, apakah adil menghakimi seseorang tanpa memberi ruang untuk menjelaskan?”

Kata-kata itu membuat Gala terdiam. Ada perasaan tertohok, tetapi egonya terlalu besar untuk mengakuinya. Ia tahu Ilman benar, tetapi ia tidak bisa menghilangkan rasa cemburu yang terus menghantuinya.

'Benar juga, aku yang memberi kesempatan Ilman untuk dekat pada Kalingga sejak kemarin. Bodoh!' Gala merutuki dirinya sendiri dalam hati.

“Saya hanya menjalankan perintah seorang atasan kepada saya untuk mengantarkan ke pusat perbelanjaan kemarin, Pak!" balas Ilman serius. Dia merasa ada kesalahpahaman di antara dirinya dan Gala.

"Oke, aku hanya ingin memastikan semua berjalan sesuai perjanjian,” kata Gala akhirnya, dengan nada yang tidak kalah dingin. “Lagipula, tugas Kalingga di sini hanya satu, yaitu memberi keturunan. Bukan menjadi pusat perhatian orang lain, apalagi kamu, Ilman.”

Ilman menahan napas, merasa dihujani tuduhan tanpa dasar. Namun, ia memilih diam. Hatinya sakit, tetapi ia tidak ingin membuat situasi semakin buruk untuk Kalingga.

Kalingga akhirnya membuka mulut, suaranya bergetar.

Iftiati Maisyaroh

Apa yang hendak di katakan Kalingga?

| Sukai

Bab terkait

  • Rahim yang Tergadai   Bab 8

    Kalingga akhirnya membuka mulut, suaranya bergetar. “Saya akan berusaha memenuhi janji itu, Tuan.” Gala tersenyum tipis, tetapi ada kepahitan di baliknya. “Bagus,” katanya. Namun, dalam hatinya, ia mulai merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan. Ada perasaan tidak rela melihat Kalingga terus menunduk seperti itu, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengatasinya. Ada sedikit rasa bersalah dalam hati Gala, tapi dia tak peduli. Selama ini dia adalah bosnya, tak ada yang bisa menolak keinginannya. Sejak kecil papa dan mamanya selalu menuruti segala ucapannya. Maka Gala berpikir semua orang pun harus sama. Dan itulah mengapa dia sekarang mau menerima perjodohan dari mamanya untuk menikahi Selena dulu. Dan sekarang Kalingga qtas deaakan papanya. Sementara itu, Ilman mengucap doa dalam hati, berharap Allah memberikan jalan keluar terbaik untuk wanita yang ia cintai dalam diam. --- Sesampainya di rumah, Gala langsung membawa Kalingga ke kamarnya. Dengan nada dingin, ia berkata, “Kamu puny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Rahim yang Tergadai   Bab 9

    Gala berjalan keluar kamar mandi dengan handuk kecil di pundaknya. Napasnya masih terdengar berat setelah mendinginkan kepala dengan air dingin. Di ranjang, Kalingga masih menangis dengan tubuh terbungkus selimut tebal.Kalingga ...Bayangan kemarin saat di ruang makan, Gala duduk menatap punggung Kalingga yang sibuk merapikan meja. Tatapannya menyapu gerak-gerik wanita itu yang begitu anggun meskipun terlihat lelah. Hati Gala terhenti sejenak, pikirannya melayang pada perbandingan yang tak bisa ia abaikan.Selena ....Wanita itu selalu datang dengan wangi parfum mahal yang menyengat. Tatapannya tajam, seperti menuntut sesuatu setiap kali berhadapan dengannya. Gala tak pernah merasa nyaman. Di meja makan, Selena jarang menyentuh masakan rumah, lebih memilih salad kemasan atau makanan impor yang dipesannya sendiri. Ia sering mengeluh.Setiap percakapan diakhiri dengan ketus, tanpa kompromi. Bahkan saat Gala mencoba berbicara soal pekerjaan, Selena selalu mengalihkan dengan cerita tenta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Rahim yang Tergadai   Bab 10

    Gala berbisik dalam hati, Kenapa kamu begitu berbeda, Kalingga?Lamunan Gala buyar saat mobil yang dikendarai Ilman tiba-tiba mengerem mendadak. Seekor kucing liar melintas cepat di depan mereka. Gala menatap tajam ke arah jalan, memastikan semuanya aman."Apa yang kamu pikirkan, Ilman?" umpat Gala pada asisten pribadinya itu dengan tajam."Maaf, Pak. Seekor kucing, saya kurang fokus." Ilman mengangguk sesaat lalu melajukan mobilnya kembali.Namun, di setir kendali, tangan Ilman sedikit gemetar. Pikiran pria itu melayang, dipenuhi kenangan tentang Kalingga.Dalam lamunannya, Ilman melihat kembali ke masa-masa di mana Kalingga selalu tersenyum padanya. Wajah lembut itu penuh semangat ketika mereka bersama di kampung. Ia ingat betapa cekatan Kalingga membantu orang-orang, mulai dari mengajar anak-anak hingga menyelesaikan urusan rumah tangga.“Mas Ilman, aku ingin suatu hari nanti jadi guru TK. Aku suka anak-anak. Semoga kelak aku pun bisa memiliki banyak anak dengan suami yang mencinta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Rahim yang Tergadai   Bab 1

    Senyum Kalingga memudar kala mendengar suara gaduh dari ruang tamu.Di sana, berdiri tiga orang pria berbadan besar yang wajahnya seperti ditorehkan amarah. Salah satu dari mereka sedang menunjuk-nunjuk ayahnya—Pak Kasno, yang berdiri gemetaran dengan tongkat kayunya. "Pak Kasno, kita dah kasih banyak waktu buat Bapak! Dan kita sudah cukup bersabar untuk ini! Kalau nggak bisa bayar sekarang, keluarkan semua barang-barang dan keluar dari rumah ini!" bentak salah satu pria, wajahnya memerah. "Bapak belum bisa kalo hari ini, Bang. Beri Bapak waktu lagi," Suara Pak Kasno serak dan lemah. "Berapa lama lagi? Tahun depan? Atau sampai kamu terbujur kaku?" Melihat itu, Kalingga segera berlari ke dalam rumah, menyelipkan tubuhnya di antara ayahnya dan para penagih utang. "Pak, ini ada apa?!" Pria bertubuh kekar menatap Kalingga dari ujung kepala sampai kaki. "Kamu anaknya? Bagus. Bapak kamu utang, harus dibayar lunas hari ini!" "Jangan bawa-bawa anak saya!" Pak Kasno berseru, meski

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Rahim yang Tergadai   Bab 2

    "Tunggu!" Seorang pria muda berpakaian rapi datang tergesa. Wajahnya serius, tatapannya langsung tertuju pada Juragan Sagara. "Saya tidak bisa membiarkan ini terjadi begitu saja," katanya tegas. Kalingga yang tengah memandangi jemarinya yang saling memilin mendongak dengan mata membesar. Harapan terselip di hatinya, tetapi sirna ketika pria itu berhenti di hadapan Juragan Sagara, dan bukan dirinya. “Ini tidak benar,” lanjut pria itu dengan nada tegas, menatap tajam ke arah sang Juragan. Juragan Sagara tersenyum tipis, santai, seakan protes itu angin lalu. Namun, sebelum ia menjawab, langkah lain terdengar di belakang pria itu. Seorang laki-laki tinggi dengan wajah dingin dan sorot mata tajam muncul di lorong. Gala Sagara. “Kenapa Papa memanggilku ke sini?” tanya Gala langsung, tanpa basa-basi. Tatapannya menusuk sang ayah, tanpa memperhatikan siapa pun di sekitarnya. Juragan Sagara melipat tangan di dada, wajahnya serius. “Aku ingin memastikan semuanya berjalan lancar. I

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Rahim yang Tergadai   Bab 3

    Di tengah tangis, Kalingga mendongak dan menatap suaminya dengan mata yang basah. "Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri," bisiknya lemah. "Semua ini salahku. Ayah pergi karena aku terlalu sibuk mengejar mimpiku." Gala terdiam. Ia bukan tipe pria yang mudah menenangkan orang lain. Tetapi pandangannya terhadap Kalingga berubah, tidak lagi hanya melihat gadis lugu yang menjadi istri keduanya, tetapi seseorang yang benar-benar kehilangan. Di sudut ruangan, Ilman berdiri dengan ekspresi penuh perhatian, tetapi tanpa sepatah kata pun. Ada ketulusan dalam tatapannya, membuat suasana menjadi semakin hening. Beberapa jam kemudian, dokter keluar membawa kabar buruk, Pak Kasno tidak dapat diselamatkan. Keadaan tubuhnya terlalu lemah untuk bertahan lebih lama. Jenazah Pak Kasno segera dikebumikan dini hari itu juga, sesuai tradisi setempat. Gala yang terbiasa dengan kehidupan mewah, merasa canggung berada di lingkungan sederhana rumah Kalingga. Ia sempat berniat kembali ke hotel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Rahim yang Tergadai   Bab 4

    Di dalam salon mewah, suara alat-alat perawatan tiba-tiba lenyap, tergantikan keheningan yang menegangkan. Selena berdiri angkuh di tengah ruangan, jari-jarinya yang lentik menunjuk Kalingga yang duduk diam di sudut. “Salon eksklusif seperti ini seharusnya tidak menerima sembarang orang,” ucap Selena dengan senyum tipis yang menawan, namun penuh racun. “Kalian harusnya tahu standar pelayanan di tempat seperti ini. Bukan untuk ... ya, orang seperti dia.” Kalingga menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah. Hatinya terasa sakit mendengar hinaan itu, tapi ia tahu, melawan hanya akan mempermalukannya lebih dalam. Perasaan rendah diri yang selama ini dipendamnya mendadak menyeruak. Benar kata Selena, pikirnya getir. Aku memang bukan siapa-siapa. Bahkan di sini pun aku dianggap tak pantas. Namun sebelum suasana semakin panas, pintu kaca salon terbuka. Suara langkah sepatu tergesa, membawa aura darurat yang membuat semua orang menoleh. "Mbak Selena, janji temu dengan sutr

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Rahim yang Tergadai   Bab 5

    Di dalam kamar mandi, Gala berdiri di bawah pancuran air, pikirannya berputar tanpa arah. Ia memijat pelipisnya, mencoba mengabaikan bayangan wajah Kalingga—wajah itu yang sebelumnya penuh tekad, kini tergurat kesedihan. Kenapa aku harus peduli? pikir Gala, mencoba menyangkal perasaan aneh yang merayap di dadanya. Namun, bayangan rambut panjang Kalingga yang sempat tergerai tadi terus menghantuinya. Bukan seperti Selena, yang sempurna tanpa cela, tetapi ada sesuatu dari gadis desa itu yang membuatnya terusik. Gala mempercepat mandinya dan keluar dengan handuk melilit di pinggang. Aroma masakan menggugah selera menyeruak dari arah dapur. Dia mempercepat berpakaian dan keluar kamar. Langkah kakinya terhenti di ambang pintu dapur, matanya tertumbuk pada sosok Kalingga yang sibuk mengaduk wajan. Gala mengamati dari kejauhan. Tangannya lihai memasak, gerak-geriknya penuh keanggunan. Sejenak, ia merasa sedang mengamati seorang istri sungguhan, sesuatu yang tak pernah ia lihat dari Sel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • Rahim yang Tergadai   Bab 10

    Gala berbisik dalam hati, Kenapa kamu begitu berbeda, Kalingga?Lamunan Gala buyar saat mobil yang dikendarai Ilman tiba-tiba mengerem mendadak. Seekor kucing liar melintas cepat di depan mereka. Gala menatap tajam ke arah jalan, memastikan semuanya aman."Apa yang kamu pikirkan, Ilman?" umpat Gala pada asisten pribadinya itu dengan tajam."Maaf, Pak. Seekor kucing, saya kurang fokus." Ilman mengangguk sesaat lalu melajukan mobilnya kembali.Namun, di setir kendali, tangan Ilman sedikit gemetar. Pikiran pria itu melayang, dipenuhi kenangan tentang Kalingga.Dalam lamunannya, Ilman melihat kembali ke masa-masa di mana Kalingga selalu tersenyum padanya. Wajah lembut itu penuh semangat ketika mereka bersama di kampung. Ia ingat betapa cekatan Kalingga membantu orang-orang, mulai dari mengajar anak-anak hingga menyelesaikan urusan rumah tangga.“Mas Ilman, aku ingin suatu hari nanti jadi guru TK. Aku suka anak-anak. Semoga kelak aku pun bisa memiliki banyak anak dengan suami yang mencinta

  • Rahim yang Tergadai   Bab 9

    Gala berjalan keluar kamar mandi dengan handuk kecil di pundaknya. Napasnya masih terdengar berat setelah mendinginkan kepala dengan air dingin. Di ranjang, Kalingga masih menangis dengan tubuh terbungkus selimut tebal.Kalingga ...Bayangan kemarin saat di ruang makan, Gala duduk menatap punggung Kalingga yang sibuk merapikan meja. Tatapannya menyapu gerak-gerik wanita itu yang begitu anggun meskipun terlihat lelah. Hati Gala terhenti sejenak, pikirannya melayang pada perbandingan yang tak bisa ia abaikan.Selena ....Wanita itu selalu datang dengan wangi parfum mahal yang menyengat. Tatapannya tajam, seperti menuntut sesuatu setiap kali berhadapan dengannya. Gala tak pernah merasa nyaman. Di meja makan, Selena jarang menyentuh masakan rumah, lebih memilih salad kemasan atau makanan impor yang dipesannya sendiri. Ia sering mengeluh.Setiap percakapan diakhiri dengan ketus, tanpa kompromi. Bahkan saat Gala mencoba berbicara soal pekerjaan, Selena selalu mengalihkan dengan cerita tenta

  • Rahim yang Tergadai   Bab 8

    Kalingga akhirnya membuka mulut, suaranya bergetar. “Saya akan berusaha memenuhi janji itu, Tuan.” Gala tersenyum tipis, tetapi ada kepahitan di baliknya. “Bagus,” katanya. Namun, dalam hatinya, ia mulai merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan. Ada perasaan tidak rela melihat Kalingga terus menunduk seperti itu, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengatasinya. Ada sedikit rasa bersalah dalam hati Gala, tapi dia tak peduli. Selama ini dia adalah bosnya, tak ada yang bisa menolak keinginannya. Sejak kecil papa dan mamanya selalu menuruti segala ucapannya. Maka Gala berpikir semua orang pun harus sama. Dan itulah mengapa dia sekarang mau menerima perjodohan dari mamanya untuk menikahi Selena dulu. Dan sekarang Kalingga qtas deaakan papanya. Sementara itu, Ilman mengucap doa dalam hati, berharap Allah memberikan jalan keluar terbaik untuk wanita yang ia cintai dalam diam. --- Sesampainya di rumah, Gala langsung membawa Kalingga ke kamarnya. Dengan nada dingin, ia berkata, “Kamu puny

  • Rahim yang Tergadai   Bab 7

    Dokter memeriksa laporan kesehatan Kalingga dengan seksama, lalu menghela napas panjang. “Pak Gala, saya harus memberi tahu bahwa ada 2 metode kehamilan tanpa hubungan badan. Yaitu metode Intrauterine Insemination (IUI) atau inseminasi intrauterin adalah prosedur reproduksi buatan di mana sperma yang telah diproses dimasukkan langsung ke dalam rahim wanita menggunakan kateter kecil. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemungkinan pembuahan dengan mendekatkan sperma ke sel telur saat ovulasi. "dan metode In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung adalah metode di mana sel telur diambil dari ovarium wanita dan dibuahi dengan sperma di laboratorium. Setelah embrio berkembang, embrio terbaik dipilih dan ditanamkan kembali ke dalam rahim wanita agar terjadi kehamilan. Dua metode ini memiliki risiko tinggi bagi Nona Kalingga. Jadi aya menyarankan metode alami untuk hasil yang lebih baik.” Wajah Gala berubah dingin, tetapi ia tidak berkomentar. Ia hanya mengangguk dan menerima resep vi

  • Rahim yang Tergadai   Bab 6

    Setelah malam panas itu, Selena terbangun lebih dulu, menatap suaminya yang masih terlelap. Sesekali Gala masih menggumamkan nama perempuan itu lagi—Kalingga, nama yang membuat hatinya terbakar amarah dan curiga. "Kalingga ... kamu hanya perlu hamil ..." Gala bergumam pelan sebelum akhirnya diam. Selena mengerutkan keningnya, perasaan tak nyaman menghantui pikirannya. 'Siapa Kalingga? Kenapa nama itu terdengar begitu akrab dari mulut Gala?' Pagi harinya, keluarga Sagara duduk di meja makan. Papa Sagara, istrinya, Gala, dan Selena memulai sarapan dengan suasana yang tampak normal. Namun, tiba-tiba percakapan yang menusuk hati mulai mencuat. "Selena, kamu masih belum hamil juga?" tanya Sagara sambil menatap menantunya dengan tajam. "Kenapa tidak berhenti saja menjadi model? Mau sampai kapan kamu kejar kariermu? Kekayaan Sagara ini tidak cukup untukmu?" Selena hampir tersedak. Pertanyaan itu seperti panah yang langsung menghunjam hatinya. Ia menoleh ke Gala, berharap suaminya membe

  • Rahim yang Tergadai   Bab 5

    Di dalam kamar mandi, Gala berdiri di bawah pancuran air, pikirannya berputar tanpa arah. Ia memijat pelipisnya, mencoba mengabaikan bayangan wajah Kalingga—wajah itu yang sebelumnya penuh tekad, kini tergurat kesedihan. Kenapa aku harus peduli? pikir Gala, mencoba menyangkal perasaan aneh yang merayap di dadanya. Namun, bayangan rambut panjang Kalingga yang sempat tergerai tadi terus menghantuinya. Bukan seperti Selena, yang sempurna tanpa cela, tetapi ada sesuatu dari gadis desa itu yang membuatnya terusik. Gala mempercepat mandinya dan keluar dengan handuk melilit di pinggang. Aroma masakan menggugah selera menyeruak dari arah dapur. Dia mempercepat berpakaian dan keluar kamar. Langkah kakinya terhenti di ambang pintu dapur, matanya tertumbuk pada sosok Kalingga yang sibuk mengaduk wajan. Gala mengamati dari kejauhan. Tangannya lihai memasak, gerak-geriknya penuh keanggunan. Sejenak, ia merasa sedang mengamati seorang istri sungguhan, sesuatu yang tak pernah ia lihat dari Sel

  • Rahim yang Tergadai   Bab 4

    Di dalam salon mewah, suara alat-alat perawatan tiba-tiba lenyap, tergantikan keheningan yang menegangkan. Selena berdiri angkuh di tengah ruangan, jari-jarinya yang lentik menunjuk Kalingga yang duduk diam di sudut. “Salon eksklusif seperti ini seharusnya tidak menerima sembarang orang,” ucap Selena dengan senyum tipis yang menawan, namun penuh racun. “Kalian harusnya tahu standar pelayanan di tempat seperti ini. Bukan untuk ... ya, orang seperti dia.” Kalingga menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah. Hatinya terasa sakit mendengar hinaan itu, tapi ia tahu, melawan hanya akan mempermalukannya lebih dalam. Perasaan rendah diri yang selama ini dipendamnya mendadak menyeruak. Benar kata Selena, pikirnya getir. Aku memang bukan siapa-siapa. Bahkan di sini pun aku dianggap tak pantas. Namun sebelum suasana semakin panas, pintu kaca salon terbuka. Suara langkah sepatu tergesa, membawa aura darurat yang membuat semua orang menoleh. "Mbak Selena, janji temu dengan sutr

  • Rahim yang Tergadai   Bab 3

    Di tengah tangis, Kalingga mendongak dan menatap suaminya dengan mata yang basah. "Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri," bisiknya lemah. "Semua ini salahku. Ayah pergi karena aku terlalu sibuk mengejar mimpiku." Gala terdiam. Ia bukan tipe pria yang mudah menenangkan orang lain. Tetapi pandangannya terhadap Kalingga berubah, tidak lagi hanya melihat gadis lugu yang menjadi istri keduanya, tetapi seseorang yang benar-benar kehilangan. Di sudut ruangan, Ilman berdiri dengan ekspresi penuh perhatian, tetapi tanpa sepatah kata pun. Ada ketulusan dalam tatapannya, membuat suasana menjadi semakin hening. Beberapa jam kemudian, dokter keluar membawa kabar buruk, Pak Kasno tidak dapat diselamatkan. Keadaan tubuhnya terlalu lemah untuk bertahan lebih lama. Jenazah Pak Kasno segera dikebumikan dini hari itu juga, sesuai tradisi setempat. Gala yang terbiasa dengan kehidupan mewah, merasa canggung berada di lingkungan sederhana rumah Kalingga. Ia sempat berniat kembali ke hotel

  • Rahim yang Tergadai   Bab 2

    "Tunggu!" Seorang pria muda berpakaian rapi datang tergesa. Wajahnya serius, tatapannya langsung tertuju pada Juragan Sagara. "Saya tidak bisa membiarkan ini terjadi begitu saja," katanya tegas. Kalingga yang tengah memandangi jemarinya yang saling memilin mendongak dengan mata membesar. Harapan terselip di hatinya, tetapi sirna ketika pria itu berhenti di hadapan Juragan Sagara, dan bukan dirinya. “Ini tidak benar,” lanjut pria itu dengan nada tegas, menatap tajam ke arah sang Juragan. Juragan Sagara tersenyum tipis, santai, seakan protes itu angin lalu. Namun, sebelum ia menjawab, langkah lain terdengar di belakang pria itu. Seorang laki-laki tinggi dengan wajah dingin dan sorot mata tajam muncul di lorong. Gala Sagara. “Kenapa Papa memanggilku ke sini?” tanya Gala langsung, tanpa basa-basi. Tatapannya menusuk sang ayah, tanpa memperhatikan siapa pun di sekitarnya. Juragan Sagara melipat tangan di dada, wajahnya serius. “Aku ingin memastikan semuanya berjalan lancar. I

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status