Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-02-04 11:14:18

Setelah malam panas itu, Selena terbangun lebih dulu, menatap suaminya yang masih terlelap. Sesekali Gala masih menggumamkan nama perempuan itu lagi—Kalingga, nama yang membuat hatinya terbakar amarah dan curiga.

"Kalingga ... kamu hanya perlu hamil ..." Gala bergumam pelan sebelum akhirnya diam. Selena mengerutkan keningnya, perasaan tak nyaman menghantui pikirannya.

'Siapa Kalingga? Kenapa nama itu terdengar begitu akrab dari mulut Gala?'

Pagi harinya, keluarga Sagara duduk di meja makan. Papa Sagara, istrinya, Gala, dan Selena memulai sarapan dengan suasana yang tampak normal. Namun, tiba-tiba percakapan yang menusuk hati mulai mencuat.

"Selena, kamu masih belum hamil juga?" tanya Sagara sambil menatap menantunya dengan tajam. "Kenapa tidak berhenti saja menjadi model? Mau sampai kapan kamu kejar kariermu? Kekayaan Sagara ini tidak cukup untukmu?"

Selena hampir tersedak. Pertanyaan itu seperti panah yang langsung menghunjam hatinya. Ia menoleh ke Gala, berharap suaminya membela dirinya. Namun, Gala hanya diam, sibuk mengaduk kopi tanpa menyentuh makanannya.

"Mama juga sudah bosan ditanya teman-teman arisan. Anak-anak mereka baru menikah empat tahun, tapi cucu sudah dua! Sedangkan kamu? Satu tanda pun tidak ada," tambah ibu Gala, semakin memanaskan suasana.

Selena menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia merasa sendirian. Kehadiran Gala di sisinya terasa seperti ilusi. Gala meraih tangannya di bawah meja, mencoba menenangkannya, tetapi itu tak cukup untuk menghapus luka hatinya.

"Apa yang sebenarnya kalian harapkan dalam pernikahan?" tanya Sagara lagi lebih tajam.

"Pa! Sudah cukup, Pa! Kalo Selena berhenti jadi model, kalian akan bilang dia hanya hamburkan harta Sagara demi kesenangannya semata. Selena berpenghasilan sendiri kalian juga repot minta dia berhenti. Lagi pula, anak itu anugrah bukan mau kita belum memilikinya sampai sekarang!" Gala untuk pertama kalinya mengucapkan kalimat sepanjang itu di depan kedua orang tuanya.

Selena bangkit dari kursinya dengan wajah yang memerah. “Maaf, saya sudah selesai,” katanya sebelum meninggalkan meja makan.

Gala mengikuti Selena ke kamar mereka. Begitu pintu tertutup, Selena meledak. “Aku sudah tidak tahan dengan semua ini, Beib!” teriaknya, air mata mengalir deras di pipinya.

Gala berdiri di dekat pintu, diam mendengarkan. Ia tahu Selena memiliki hak untuk marah, tetapi ia sendiri tak tahu bagaimana harus menjelaskan situasi yang sebenarnya.

“Aku akan melepas IUD-ku!” ujar Selena tiba-tiba. “Aku akan meninggalkan karierku kalau itu yang kamu minta, Beib! Tapi tolong, setidaknya beri aku sedikit alasan untuk bertahan dalam pernikahan ini. Apakah kamu pernah mencintaiku?”

Gala menghela napas panjang, lalu mendekat. Ia duduk di samping Selena yang masih menangis. “Aku tidak pernah meminta kamu berhenti dari apa yang kamu cintai, Selena. Karirmu adalah bagian dari hidupmu. Aku tahu itu.” Ia meraih tangan istrinya, mengusap lembut.

Selena menoleh, matanya yang basah menatap Gala dengan penuh harap. “Lalu kenapa kamu tidak pernah peduli lagi seperti dulu? Kenapa kita hanya seperti teman sekamar?”

Gala menatap Selena, kebingungan meliputi pikirannya. Ia tahu ini saat yang tepat untuk jujur, tetapi ada sesuatu yang menahannya.

“Aku—,” kata Gala akhirnya. “Kita bisa memiliki anak tanpa mengorbankan karirmu.”

Selena menatapnya dengan mata membesar. “Apa maksudmu?”

Gala hanya tersenyum tipis, menyembunyikan ide yang tiba-tiba terlintas di pikirannya. Tapi Selena tidak bodoh. Ia mulai mengingat kembali nama yang disebut Gala semalam.

“Kalingga,” gumam Selena, suaranya bergetar karena marah. “Siapa dia?”

Gala terdiam, tak segera menjawab. Nama itu kini menjadi duri yang menusuk di antara mereka.

“Aku bertanya, siapa Kalingga yang kamu sebut semalam?!” Suara Selena meninggi.

Namun, sebelum Gala sempat menjawab, ponsel Selena berdering di nakas.

"Siapa pun Kalingga, aku butuh penjelasan, Beib!" Selena mengabaikan suaminya, berjalan angkuh untuk mengambil ponsel itu, meninggalkan Gala dengan pikirannya yang semakin kacau.

Selalu seperti itu, meski dalam kemarahan, Selena seperti tak benar-benar peduli dengan apa yang dilakukan suaminya. Dia lebih memilih semua yang berhubungan dengan dirinya sendiri.

Gala mengepalkan tangannya. Ia tahu situasi ini hanya akan semakin rumit. Rahasia yang ia simpan tentang Kalingga seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Di sisi lain, Selena mulai merasakan ada sesuatu yang disembunyikan suaminya, dan ia bertekad untuk mencari tahu kebenarannya.

Di luar kamar, suara telepon Selena terdengar samar-samar. Gala hanya bisa menatap pintu, perasaannya terombang-ambing antara melindungi Selena, menjaga rahasia Kalingga, dan memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatinya sendiri.

Tak lama ponsel Gala juga berbunyi, nama Ilman muncul di layar. Mengingatkan bahwa semua jadwal paginya hari ini sudah dikosongkan hingga siang untuk menemani Kalingga ke dokter spesialis kandungan.

Embusan napas berat keluar dari mulut Gala bersamaan dengan ponsel yang dimasukkan ke saku celananya. Dia berjalan keluar mendekati Selena yang masih berbicara di telpon. Hanya kecupan singkat di kening yang seolah menjadi formalitas tanpa ada rasa dari hati.

****

Mobil mewah melaju di jalanan kota, membawa tiga penumpangnya dalam keheningan yang penuh ketegangan. Gala duduk di kursi belakang bersama Kalingga, sementara Ilman yang berada di kursi pengemudi berusaha menjaga fokusnya.

“Kamu tidak terlihat baik-baik saja, Lingga,” suara Gala terdengar lembut, tetapi ada nada sarkasme di dalamnya. Tatapannya tajam ke arah gadis itu yang duduk dengan pandangan menerawang ke luar jendela.

“Tidak apa-apa, Tuan,” jawab Kalingga pelan, mencoba mengendalikan emosinya.

Gala berpaling ke arah Ilman, yang terlihat tegang di kursi kemudi. “Ilman,” katanya dengan nada santai, “menurutmu, apakah IUI atau IVF lebih baik untuk kasus seperti ini? Bukankah ini lebih praktis daripada metode lain?”

Ilman tidak langsung menjawab. Ia menekan emosi yang berkecamuk dalam hatinya. “Itu tergantung kondisi pasien, Pak. Keputusan ada di tangan dokter.”

“Hmm, begitu ya?” Gala mengangguk seolah berpikir serius. “Kalau begitu, setelah anakku lahir, Kalingga bisa hidup bahagia dengan pria yang benar-benar mencintainya, bukan?” Ucapannya menusuk, membuat Ilman menggenggam setir lebih erat.

Kalingga menundukkan kepala, merasa semakin kecil. Ia tahu dirinya tidak lebih dari alat di mata Gala, tetapi ia tak menyangka Gala akan membicarakan hal itu dengan begitu dingin di depannya.

---

Di ruang dokter spesialis, Gala langsung menyampaikan tujuan kedatangannya tanpa basa-basi. “Saya ingin memastikan Kalingga siap untuk proses kehamilan dengan tanpa hubungan suami istri,” katanya tegas.

"Dari hasil pemeriksaan pada rahim dan alat reproduksi Nona Kalingga ...."

Iftiati Maisyaroh

Hayoo apa kira-kira penjelasan dokter?

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahim yang Tergadai   Bab 7

    Dokter memeriksa laporan kesehatan Kalingga dengan seksama, lalu menghela napas panjang. “Pak Gala, saya harus memberi tahu bahwa ada 2 metode kehamilan tanpa hubungan badan. Yaitu metode Intrauterine Insemination (IUI) atau inseminasi intrauterin adalah prosedur reproduksi buatan di mana sperma yang telah diproses dimasukkan langsung ke dalam rahim wanita menggunakan kateter kecil. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemungkinan pembuahan dengan mendekatkan sperma ke sel telur saat ovulasi. "dan metode In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung adalah metode di mana sel telur diambil dari ovarium wanita dan dibuahi dengan sperma di laboratorium. Setelah embrio berkembang, embrio terbaik dipilih dan ditanamkan kembali ke dalam rahim wanita agar terjadi kehamilan. Dua metode ini memiliki risiko tinggi bagi Nona Kalingga. Jadi aya menyarankan metode alami untuk hasil yang lebih baik.” Wajah Gala berubah dingin, tetapi ia tidak berkomentar. Ia hanya mengangguk dan menerima resep vi

    Last Updated : 2025-02-05
  • Rahim yang Tergadai   Bab 8

    Kalingga akhirnya membuka mulut, suaranya bergetar. “Saya akan berusaha memenuhi janji itu, Tuan.” Gala tersenyum tipis, tetapi ada kepahitan di baliknya. “Bagus,” katanya. Namun, dalam hatinya, ia mulai merasakan kegelisahan yang sulit ia jelaskan. Ada perasaan tidak rela melihat Kalingga terus menunduk seperti itu, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengatasinya. Ada sedikit rasa bersalah dalam hati Gala, tapi dia tak peduli. Selama ini dia adalah bosnya, tak ada yang bisa menolak keinginannya. Sejak kecil papa dan mamanya selalu menuruti segala ucapannya. Maka Gala berpikir semua orang pun harus sama. Dan itulah mengapa dia sekarang mau menerima perjodohan dari mamanya untuk menikahi Selena dulu. Dan sekarang Kalingga qtas deaakan papanya. Sementara itu, Ilman mengucap doa dalam hati, berharap Allah memberikan jalan keluar terbaik untuk wanita yang ia cintai dalam diam. --- Sesampainya di rumah, Gala langsung membawa Kalingga ke kamarnya. Dengan nada dingin, ia berkata, “Kamu puny

    Last Updated : 2025-02-05
  • Rahim yang Tergadai   Bab 9

    Gala berjalan keluar kamar mandi dengan handuk kecil di pundaknya. Napasnya masih terdengar berat setelah mendinginkan kepala dengan air dingin. Di ranjang, Kalingga masih menangis dengan tubuh terbungkus selimut tebal.Kalingga ...Bayangan kemarin saat di ruang makan, Gala duduk menatap punggung Kalingga yang sibuk merapikan meja. Tatapannya menyapu gerak-gerik wanita itu yang begitu anggun meskipun terlihat lelah. Hati Gala terhenti sejenak, pikirannya melayang pada perbandingan yang tak bisa ia abaikan.Selena ....Wanita itu selalu datang dengan wangi parfum mahal yang menyengat. Tatapannya tajam, seperti menuntut sesuatu setiap kali berhadapan dengannya. Gala tak pernah merasa nyaman. Di meja makan, Selena jarang menyentuh masakan rumah, lebih memilih salad kemasan atau makanan impor yang dipesannya sendiri. Ia sering mengeluh.Setiap percakapan diakhiri dengan ketus, tanpa kompromi. Bahkan saat Gala mencoba berbicara soal pekerjaan, Selena selalu mengalihkan dengan cerita tenta

    Last Updated : 2025-02-11
  • Rahim yang Tergadai   Bab 10

    Gala berbisik dalam hati, Kenapa kamu begitu berbeda, Kalingga? Lamunan Gala buyar saat mobil yang dikendarai Ilman tiba-tiba mengerem mendadak. Seekor kucing liar melintas cepat di depan mereka. Gala menatap tajam ke arah jalan, memastikan semuanya aman. "Apa yang kamu pikirkan, Ilman?" umpat Gala pada asisten pribadinya itu dengan tajam. "Maaf, Pak. Seekor kucing, saya kurang fokus." Ilman mengangguk sesaat lalu melajukan mobilnya kembali. Namun, di setir kendali, tangan Ilman sedikit gemetar. Pikiran pria itu melayang, dipenuhi kenangan tentang Kalingga. Dalam lamunannya, Ilman melihat kembali ke masa-masa di mana Kalingga selalu tersenyum padanya. Wajah lembut itu penuh semangat ketika mereka bersama di kampung. Ia ingat betapa cekatan Kalingga membantu orang-orang, mulai dari mengajar anak-anak hingga menyelesaikan urusan rumah tangga. “Mas Ilman, aku ingin suatu hari nanti jadi guru TK. Aku suka anak-anak. Semoga kelak aku pun bisa memiliki banyak anak dengan suami yang men

    Last Updated : 2025-02-11
  • Rahim yang Tergadai   Bab 11

    Dalam perjalanan pulang, Ilman kembali mengingat bagaimana ia pertama kali bertemu Kalingga di kampung mereka. Saat itu, Kalingga sedang memapah seorang anak kecil yang jatuh dari sepeda. Ia melakukannya tanpa ragu, dengan penuh kasih sayang.“Mas, nanti kalau aku sudah jadi guru, aku ingin punya murid sebanyak mungkin. Aku ingin mereka semua bahagia,” kata Kalingga saat itu.Ilman tersenyum pahit mengingatnya. Ia tahu, Kalingga kini telah berada di tempat yang berbeda. Ia bukan lagi gadis desa polos, tetapi istri seorang pria seperti Gala. Dan Gala—pria yang dulu begitu dingin—perlahan mulai melunak karena Kalingga.Rasa sesak memenuhi dada Ilman. Kenapa harus Pak Gala? Kenapa bukan aku yang mendampingi Kalingga seperti dulu?Lamunan Ilman terpecah oleh suara Gala di kursi belakang. "Ilman, apa kamu mendengarku?"Ilman tersentak. "Maaf, Pak. Saya hanya … terlalu fokus mengemudi."Tiba-tiba, ponsel Gala berdering. Nama "Papa" tertera di layar. Gala mengangkatnya dengan nada datar. "Ad

    Last Updated : 2025-02-12
  • Rahim yang Tergadai   Bab 12

    Mungkinkah Selena akan setuju, jika Gala mengatakan yang sesungguhnua tentang Selena? Gala segera menepis ide konyol yang terlintas.Apa mungkin yang dikatakan Mita benar tentang Selena? Apakah Selena selama ini merasa tersakiti dengan hubungan mereka? Pernikahan mereka terasa hambar sejak awal, seperti dua orang asing yang dipaksa hidup bersama. Selena sibuk dengan dunianya, dengan karir dan impian yang tak pernah melibatkan dirinya. Tapi apakah itu berarti Selena tidak punya hati?Gala menelan ludah, mencoba meredam gejolak dalam dadanya. Selama ini ia berpikir Selena tidak peduli. Ia hanya memandang dirinya sebagai suami yang harus memenuhi kebutuhannya, bukan sebagai seseorang yang memiliki hati dan perasaan. Namun, ucapan ibunya menohok sesuatu di dalam dirinya. Apa mungkin Selena diam-diam menyimpan luka? Apa mungkin ia telah melukai perasaan Selena lebih dari yang ia sadari?Sementara itu, bayangan Kalingga melintas dalam pikirannya. Senyumnya yang

    Last Updated : 2025-02-12
  • Rahim yang Tergadai   Bab 13

    Deru mobil Gala memecah malam yang sunyi. Ia melesat di antara kendaraan lain tanpa memedulikan lampu merah yang menyala. Tangannya mencengkeram setir erat, sementara pikirannya terus mengulang-ulang kata-kata Ilman."Rumah yang ditempati Kalingga terbakar, Pak. Petugas pemadam sudah membawa Kalingga ke rumah sakit. Dia pingsan di dalam kamarnya saat ditemukan.""Shit!" umpatnya memukul setir.Gala menggeram pelan, tangannya mencengkeram setir begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. "Kenapa? Kenapa dia tidak keluar? Apa yang dia pikirkan?!" gumamnya lirih, penuh nada frustrasi.Lampu merah di depannya menyala, tapi Gala tak menginjak rem. Mobilnya melaju dengan kecepatan penuh, hampir menabrak sebuah motor yang melintas. Klakson membahana, tapi ia tak peduli."Kalau terjadi apa-apa padanya—" ucapnya terputus, suaranya nyaris pecah. "Sial! Kenapa aku kalut seperti ini?!"Gala menginjak pedal gas lebih dalam, adrenalin memacu tubuhnya. Rumah sakit. Lingga. Api. Pingsan. Kata-kata

    Last Updated : 2025-02-13
  • Rahim yang Tergadai   Bab 14

    Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Kalingga sudah terbaring di ranjang pasien di ruang VIP yang disiapkan Gala. Meski tubuhnya lelah, pikirannya tak bisa berhenti berputar.'Kenapa aku selamat? Kenapa harus seperti ini?'Kata-kata itu terus terulang di benaknya. Ia memejamkan mata, berharap gelap bisa menenangkan pikirannya yang berantakan.Baru beberapa detik matanya terbuka lagi, menerawang ke langit-langit. Wajahnya pucat, pikirannya masih berputar pada kejadian beberapa jam lalu.Suara gaduh dari rumah tetangga sebelah awalnya hanya samar-samar terdengar di telinga. Saat itu ia sedang bersiap menunaikan shalat maghrib. Namun, ketika suara ledakan kecil menggema diikuti teriakan panik, jantungnya mulai berdebar.Ia membuka pintu balkon kamar lantai dua dan melihat kepulan asap hitam pekat merayap masuk ke dalam rumahnya melalui ventilasi. Bau gas menyengat semakin kuat. Tetangga sebelah rumahnya tampak panik berlarian keluar, berteri

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Tetap Bersama

    Mentari pagi belum sepenuhnya naik ketika Galen perlahan membuka matanya. Tubuh Maiza masih tertelungkup di dadanya, napasnya tenang, wajahnya damai. Malam panjang yang mereka ulang berkali-kali itu telah menguras seluruh tenaga dan emosi. Tapi Galen tersenyum kecil. Semua itu nyata. Dia kembali ke tempat yang seharusnya: pelukan Maiza. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur, menarik selimut menutupi tubuh kekasihnya. Ia mengenakan kembali celananya, melangkah ringan ke dapur. Tangannya mulai bekerja: mengiris bawang, mengocok telur, menyalakan kompor, dan menyiapkan kopi. Sambil memasak, benaknya melayang ke masa lalu. Ingatannya menguar, sejelas aroma tumisan yang memenuhi udara. Di penjara, Kalingga—ibunya—datang bersama Gala dan Sagara. Pertemuan itu seperti lembaran hidup yang dicabik paksa. Sagara tak lagi segarang dulu, kini hanya pria tua penuh penyesalan. Ia bicara lirih, mengaku semuanya. Bahwa semua ini bermula da

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Maiza Menggila

    "Lakukan saja perintahku, NOAH!" bentak Maiza, suaranya meledak dalam kemarahan.Tak ada sepatah kata pun keluar dari Noah—sang asisten yang juga sahabat Galen. Ia hanya mengangguk singkat, lalu memutar balik kemudinya, melaju menuju tempat yang disebutkan Maiza.Perempuan itu terdiam, pikirannya sibuk menenun kegelisahan. Tatapannya kosong, mengarah lurus ke depan. Wajahnya datar dan dingin—tanpa jejak kesedihan, apalagi kebahagiaan. Namun perlahan, raut itu berubah. Menegang. Menyiratkan kemurkaan yang membakar.‘Kalau ini bukan halusinasi, aku harus tahu apa yang sebenarnya Galen sembunyikan dariku! Mungkin aku lemah di matanya, tapi aku akan buktikan kalau aku bisa hidup tanpa dia!’‘Sudahlah, Za ... ikhlaskan. Buka lembaran baru. Kamu Direktur Utama perusahaan multinasional sekarang—itu kesempatan langka! Gunakan baik-baik, Iza! Kamu bisa!’Suara-suara itu berisik di kepalanya. Saling tindih, saling beradu, seperti dua sisi dirinya t

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Lakukan Saja!

    "Apa ini bagian dari prank, Noah?" Maiza menggeleng dengan senyum kaku yang dipaksakan, meski air matanya telah jatuh tanpa disadari. Suaranya bergetar saat teriakannya pecah, “Ini nggak lucu!?” Ia menggeleng lebih kuat, mata terpejam rapat menahan denyut luka yang begitu dalam.Tubuhnya perlahan kehilangan tenaga. Lututnya lemas, jatuh meluruh ke lantai dingin. Ia terus menggeleng, tangisnya meledak bersamaan dengan wajah yang telah basah kuyup oleh air mata yang tak terbendung.“Galeeen,” panggilnya lirih, suara itu hampir tak terdengar. Tangannya mengusap dada, mengepal erat di sana. “Permainan apa lagi yang harus aku jalani, Tuhan ....” isaknya pecah, mengguncang bahunya dalam tangisan tersedu-sedu.———‘Ingatlah satu hal dariku, Mai ... kamu harus lebih tangguh dari masa lalu kamu. Semua yang kamu lalui adalah obat, meski pahit itu akan membuatmu lebih kuat. Lupakan yang telah ada di belakangmu, syukuri apa yang kamu jalani dan yakinlah bahwa

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Memilih Pergi

    Maiza masih terduduk di lantai, memeluk foto dan secarik kertas yang telah mengubah segalanya. Dada sesak, tangis mengalir tanpa bisa ditahan. Entah berapa menit berlalu dalam diam dan guncangan.Hingga suara ponsel berdering memecah keheningan. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat tanpa sempat melihat nama di layar."Halo?" Suaranya parau."Bu Maiza?" Suara dari seberang terdengar ragu. "Saya dari kepolisian. Kami ... kami ingin menyampaikan kabar duka."Maiza membeku."Apa maksud Anda?""Tahanan atas nama Galen, suami Anda ... ditemukan meninggal dunia pagi ini di ruang isolasi. Beliau diduga mengalami serangan jantung mendadak."Ponsel nyaris terlepas dari genggamannya. Maiza menatap kosong ke depan, seperti tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya."T-tidak ... tidak mungkin. Baru saja aku masih ... masih bertemu dengannya! Dia baik-baik saja!"Suara dari seberang terdengar berat, seolah terb

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bebas atau Tidak?

    "Aku sudah tak mengenalimu lagi, Hubby ...." suara Maiza pecah saat akhirnya ia berdiri dan berbalik, meninggalkan ruang tahanan dengan linangan air mata.Ia melangkah cepat keluar, seolah tak ingin siapa pun melihat rapuhnya. Kedua tangannya menutup mulut dan mengusap wajah yang kini telah basah. Dalam benaknya, kenangan bersama Galen berkelebat seperti kolase yang tersusun acak—tak utuh, tapi penuh warna.Ia mengingat saat pertama kali bertemu Galen, di taman itu, ketika hidupnya terasa seperti reruntuhan. Saat dia menangis dalam diam, dan pria muda itu menghampiri dengan kalimat sederhana yang mampu menyentuh hatinya.Sejak itu, Maiza percaya bahwa masih ada lelaki baik di dunia ini. Tapi mengapa sekarang, sosok yang dulu penuh perhatian itu menghilang? Ke mana mahasiswa polos itu pergi?Galen yang dulu melindunginya dari preman cabul—pria yang begitu sabar dan menjaga batas, yang tak pernah sekalipun memaksakan hasrat. Ia masih ingat jelas mal

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kemarahan Galen

     Flashback – Sebelum Maiza Sadar di Apartemen Galen"Bereskan ma–yatnya," titah Galen sambil menekan earpiece-nya.Tubuhnya tegak, tatapan dinginnya mengarah pada sosok yang tergeletak lemah di sofa. Wajah Maiza tampak damai dalam ketidaksadaran, namun bayangan kemesraan antara mantan pasangan suami istri itu terus mengganggunya. Wajah Galen kembali mengetat, rona merah amarah naik ke pipi. Ia mengalihkan pandang, melangkah cepat keluar ruangan tanpa menoleh sedikit pun.Namun baru beberapa langkah, ia berhenti mendadak. Tangannya meremas rambut sendiri, kepalanya tertunduk, dan matanya terpejam kuat—seperti sedang berusaha menghapus senyuman Maiza di pagi hari dari pikirannya."Aaarrrgh!" teriaknya tertahan, membalikkan badan dengan gerakan penuh gejolak. Ia berjalan cepat kembali, melepas jaket dan merobek gorden hingga terlepas dari gantungannya.Dengan gerakan kasar, ia membungkus tubuh tak berbusana Maiza yang terkulai di sofa. Tidak ada

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Kenapa Belum Kembali?

    “By… aku berangkat dulu. Ada meeting penting hari ini. Mungkin pulang agak mal—”“Makanya sini dulu!”Tangan perempuan yang sudah rapi dalam setelan formal kantoran itu ditarik paksa hingga jatuh menimpa tubuh polos suaminya di ranjang.“Aku sudah mandi, By! Lima belas men—”Kalimatnya terpotong. Mulutnya dibungkam tanpa ampun oleh Galen yang langsung membalikkan posisi, menindih dengan gairah yang meletup.Satu minggu telah berlalu sejak insiden mengerikan itu. Tak satu pun jejak kasus tersisa.Pergerakan Secret Umbrella begitu senyap dan bersih. Big Boss mereka, seorang hacker jenius, mampu melumpuhkan sistem pemerintahan, menanamkan tersangka palsu, dan membebaskan seluruh anggota terlibat. Termasuk G4 dan Maiza—keduanya benar-benar lenyap dari radar publik.Hidup Galen dan Maiza kembali seperti biasa. Sepasang pengantin baru beda usia dan profesi itu melanjutkan rutinitas: Galen menyusun skripsi, Maiza sibuk mengelol

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bertukar Kehormatan

    "Jangan takut lagi, aku akan menjaga dan melindungimu. I love you .…" Kecupan yang lama dan dalam dia jatuhkan di kening Maiza yang mengangguk perlahan.Pelukan itu terasa seperti rumah, dan Maiza memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam hangatnya perlindungan Galen—lelaki yang hampir saja dia lupakan, tapi hatinya tetap mengenalinya, selalu."Maafkan aku. Aku pikir tak akan pernah bertemu denganmu, dan aku tak pernah termaafkan atas keegoisanku sendiri.""Tidak ada yang bersalah dan tak ada yang perlu dimaafkan, Sayang." Galen merenggangkan pelukan, menatap manik mata sembab milik cinta pertamanya. Mata yang penuh arti, menunjukkan cinta yang begitu dalam. Memancarkan harapan dan semangat dalam sorot tajamnya."Hub–by...."Mantan anak didiknya itu menarik napasnya, lalu menekan tengkuk Maiza, membuat kepalanya mendongak. Gerakan lembut dan penuh candu itu berkembang cepat—menjadi balasan tak tertahankan antara dua insan yang telah

  • Rahim yang Tergadai   Season 2 Bukan Hanya Kamu

    “Aaarrrgh!?” Suara letusan memecah malam, bersamaan dengan jeritan Galen yang menyayat. Namun, tubuhnya tetap meluncur masuk ke dalam pipa pembuangan yang sudah dirusaknya lebih dulu—pelarian terakhir yang ia punya.Pintu kamar mandi didobrak paksa. Tiga pria berpakaian serba hitam menyerbu masuk dan langsung menghujani ruangan dengan tembakan brutal. Cipratan darah membekas di dinding dan lantai, menyisakan jejak yang mengerikan.“Dia nggak akan bertahan lama dengan peluru beracun kita! Cari barangnya di setiap sudut!” bentak pemimpin mereka dengan suara dingin dan menakutkan.Sementara itu, di dalam mobil yang melaju tak tentu arah, Maiza menatap pria yang duduk di balik kemudi dengan pandangan terpaku. Ketakutan makin menyesakkan dadanya.“Ka–kamu bukan Galen?” suaranya nyaris tak terdengar, tercekat oleh rasa ngeri.Dia mencuri pandang, berharap sang penolong hanyalah Galen yang menyamar—tapi tidak. Sosok itu menoleh sekilas, wajahnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status