Share

Bab 149

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-01 21:00:01

Ucapan Tuan Smith tak diindahkan Alexander. Pria itu memilih diam, tapi keteguhan yang ia miliki tak perlu dipertanyakan.

Helena, uang, kedudukan, mereka sangat penting, bonusnya baru anak-anaknya.

“Orang tua itu makin cerewet bertambahnya usia. Kenapa tidak simpan saja tenaganya sebanyak mungkin karena jika waktunya tiba nanti, dia akan membutuhkan banyak tenaga untuk mengoceh.” gumam Alexander.

Tuan Smith meninggalkan kediaman Alexander tanpa hasil pembicaraan yang memuaskan.

Alexander kembali ke kamar, disambut Helena yang nampaknya sangat mencemaskan Alexander.

“Lex, bagaimana pembicaraannya?” tanya Helena.

Alexander merangkul Helena, gegas Helena membawa Alexander ke tempat tidur, mereka pun mengobrol di sana.

“Intinya, Ayah ku itu tidak bisa kita bohongi ten
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 150

    Siang itu, Helena berjalan dengan langkah pasti menuju ruang kerja para staf di perusahaan Alura Fashion. Meski sebenarnya ruangannya tidak terhubung langsung dengan ruangan CEO, dia memutuskan ini adalah cara terbaik untuk mengenalkan dirinya. Dengan blus putih dan rok pensil abu-abu yang memancarkan aura profesional, dia memasuki ruangan itu tidak sebagai CEO, melainkan mengaku sebagai wakil CEO. Para staf yang sedang sibuk dengan dokumen desain dan komputer mereka, terdiam sejenak ketika Helena memulai bicara. Suaranya tenang namun penuh wibawa, “Selamat siang, saya Helena, wakil CEO baru di sini. Saya berharap kita bisa bekerja sama dengan baik.” Mata Sarah, yang sedang menyesap kopi di pojok ruangan sambil meneliti desain rok kekinian, melebar kaget. Cangkir kopi itu nyaris terlepas dari genggamannya. Wanita itu tidak p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 151

    Matahari baru saja menampakkan sinarnya ketika Helena memasuki kantor dengan langkah pasti, seolah memiliki seluruh dunia di bawah kendalinya. “Selamat pagi, Wakil CEO Helena.” sapa para staf, kompak. Helena menganggukkan kepalanya, “Selamat pagi juga.” Dia langsung menuju ke sudut ruangan, tempat sebuah bangku yang terletak strategis menghadap area kerja stafnya berada. Dengan mantap, dia duduk, menyesuaikan posisi sehingga pandangannya bisa dengan leluasa mengamati seluruh ruangan. “Ngomong-ngomong, kedepannya anda semua bisa mempersingkat panggilan dengan sebutan Miss Helena saja.” ujar Helena. Semua staf mengangguk paham. “Baik, Miss Helena.” jawab mereka, kompak. Grett! Dari kejauhan, Sarah mengepalkan tangannya, matanya terlihat tajam, menusuk langsung ke arah Helena. Ekspresi wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 152

    Sarah merasakan detak jantungnya memompa lebih keras saat lampu di ruangan kantor itu tiba-tiba padam seluruhnya, meninggalkannya dalam gelap gulita. “Sialan! Kenapa situasinya menyebalkan begini?!” Sarah frustrasi. Hanya suara rintik hujan dan guntur yang memecah keheningan. Tapi ada suara lain, suara yang lebih menyeramkan. Sebelumya Sarah pikir dia hanya berhalusinasi saja karena mulai kelelahan dan mengantuk, tapi suara itu semakin jelas. Lagi-lagi suara yang memanggil namanya dengan nada lirih dan menakutkan terdengar, “Sarah... jangan tinggalkan aku... temani aku...” Sarah menelan ludah, berusaha keras untuk menenangkan diri. “Tidak, tidak boleh begini! Ini hanya imajinasiku,” bisiknya pada diri sendiri. Namun, ketika kilat menyambar dan menerangi ruangan sejenak, suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas, “Sarah, jangan pergi... aku butuh kau t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 153

    Pagi itu, koridor kantor berubah menjadi panggung drama yang tak terduga. Sarah, dengan rambut acak-acakan dan baju yang tak lagi rapi, tergeletak tak jauh dari pintu lift. Bau pesing menyengat yang berasal darinya menambah suasana menjadi lebih memalukan. Satu per satu staf yang baru tiba berhenti, membentuk lingkaran di sekelilingnya. Bisikan dan tawa teredam mulai mengisi ruangan, membuat Sarah yang semula terlelap, terbangun. “Apa dia mabuk semalam? Padahal, Miss Helena kan memintanya segera menyelesaikan desain,” ujar salah atau staff di sana. “Entahlah... dia benar-benar terlihat memalukan, apa dia masih waras?” “Pantas saja dia tidak diperlakukan dengan hormat padahal katanya dia adalah anggota keluarga Wijaya. Mungkin, kebiasaan seperti inilah yang membuat dia seperti keluarga Wijaya yang tidak dianggap.” “Ya ampun, bagaimana dia bisa tertidur dengan nyaman padahal ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 154

    Cahaya sore yang hangat menyelinap melalui jendela kantor Alura Fashion Group, memberikan nuansa keemasan pada ruangan yang dipenuhi dengan desain dan sketsa. Helena menginstruksikan salah satu pegawainya untuk membeli beberapa cup kopi dari kafe favorit mereka di luar. Tidak lama kemudian, pegawai itu kembali dengan tangan penuh cup kopi aneka rasa. “Kopinya sudah datang, yuhu...!” ucapnya, bersemangat. Satu persatu, setiap orang di kantor mengambil kopi sesuai dengan selera mereka, termasuk Sarah yang memilih Americano dengan ekspresi puas, persis seperti yang Helena pikirkan. ‘Bagus sekali! Tidak rugi juga menjadi budakmu dulu, aku tahu banyak hal tentangmu, Sarah.’ batin Helena. Kesibukan kembali menyelimuti ruangan, suara ketukan keyboard dan diskusi tentang desain terbaru mengisi sore itu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 155

    Setelah makan malam bersama kedua orang tuanya, Sarah mengucapkan, “Selamat malam, Ayah dan Ibu. Aku akan pergi ke kamar untuk istirahat lebih dulu,” Kedua orang tuanya mengangguk setuju, “Pergilah,” jawab mereka, kompak. Sarah melangkah ke kamarnya, dia benar-benar akan tidur dengan tenang karena hanya di kamarnya saja lah dia akan merasa aman dan nyaman. Membaringkan dirinya di atas kasur, Sarah menarik selimut hingga ke dagu. Kamar itu sunyi, hanya suara jam dinding yang berdetak lambat terdengar menemani keheningannya. Sarah terlelap, namun tidak lama kemudian, mimpi buruk mulai menghantui tidurnya. Dalam mimpi itu, suara mendesing yang menyeramkan menggema di telinganya. Sarah berada di sebuah ruangan gelap, dan tiba-tiba sosok yang tak asing lagi muncul di hadapannya. “Sarah...” Dengan wajah pucat dan mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 156

    Dengan langkah gontai, Sarah memasuki kantor. Wajahnya pucat pasi, mata sembab dan rambut acak-acakan, jelas menunjukkan bahwa dia baru saja mengalami malam yang mengerikan. Sambil memegang kepala yang berdenyut, Sarah mencoba duduk di depan komputer dan menatap layar yang menyala, tapi tulisan di layar itu seperti berputar-putar, tidak bisa dia pahami. “Sial!” maki Sarah, pelan. “Kenapa aku tidak bisa berpikir sedikitpun, sih?” Setiap kali dia mencoba untuk fokus, suara mendiang Ralin yang lembut namun menyeramkan kembali menggema di kepalanya, “Sarah... Sarah...” Keringat dingin mulai membasahi keningnya, tangannya gemetar saat mencoba mengetik laporan yang harus disiapkan untuk rapat siang itu. Sarah menoleh ke belakang, sekeliling tempatnya berada, semua orang yang ada di ruangan itu tengah sibuk dengan pekerjaannya. ‘Sudahlah, aku harus lebih berk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 157

    Malam itu, di kediaman Tuan Wijaya kedua. Sarah terjaga dari tidurnya, matanya lelah dan terasa berat, dengan rambut yang kusut tak terurus. Kamar yang biasanya rapi kini berubah menjadi sarang kekacauan, pakaian berserakan, buku-buku terbuka tergeletak di lantai, dan foto-foto yang telah terlepas dari dindingnya. Dia merasakan ketakutan yang mendalam, sebuah ketakutan yang telah menghantuinya selama berhari-hari. Suaranya terdengar parau saat dia berteriak, “Bibi Ralin, hentikan!” Namun, hanya hening yang menjawab teriakannya. Tangisannya pecah tanpa peringatan, suara isakan yang menyayat hati menggema di dinding kamar yang sepi. Sarah meremas kepalanya sendiri, berusaha mengusir suara-suara yang hanya dia yang bisa mendengar. “Sarah, cukup!” teriak Tuan Wijaya kedua dari luar pintu yang terkunci. Ibunya berusah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05

Bab terbaru

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 354

    Helena keluar dari kamar mandi dengan langkah perlahan. Di depan pintu, Alexander terlihat mondar-mandir, wajahnya jelas menunjukkan kegelisahan yang tak bisa disembunyikan. Ketika pintu terbuka, dia langsung menatap Helena dengan penuh harap. “Bagaimana hasilnya, Sayang?” tanyanya cepat, suaranya sedikit bergetar. Helena berdiri diam tanpa ekspresi, membuat Alexander semakin tegang. Untuk beberapa detik, ruangan itu terasa sunyi, hanya diisi dengan napas tertahan Alexander. Namun, perlahan, bibir Helena melengkung menjadi senyuman. Dia mengangkat alat uji kehamilan yang digenggamnya, menunjukkan garis dua yang jelas. “Positif,” ujar Helena dengan suara lembut. Alexander membeku sejenak, lalu dalam hitungan detik dia melangkah cepat ke arah Helena dan memeluknya erat. Tubuhnya bergetar, dan suara tangis kecil terdengar dari pria yang biasanya selalu tenang dan tegar.

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 353

    Hotel itu dipenuhi dengan dekorasi elegan, mencerminkan suasana bahagia dan sakral yang tengah dirasakan semua orang. Hari ini adalah hari pernikahan Patricia dan Helios. Meski perjalanan menuju hari ini penuh dengan perdebatan dan perbedaan pendapat di antara keluarga, akhirnya semuanya berakhir dengan keputusan untuk mendukung pasangan tersebut. Patricia, dengan perut yang mulai terlihat membesar, tampak cantik dalam gaun putih sederhana namun anggun. Helios, yang biasanya dingin dan kaku, menunjukkan sisi yang lebih lembut hari ini. Pandangannya penuh cinta saat menatap Patricia berjalan di altar, menggandeng Tuan Beauvoir yang mengantar menantunya dengan senyuman bangga. Di antara tamu undangan, Rendy dan Angel mencuri perhatian. Kedua anak Helena dan Alexander itu mengenakan pakaian formal yang membuat mereka terlihat sangat menggemaskan. Angel dengan gaun putihnya dan Rendy dengan setelan jas mini membuat para tamu tak henti-hentinya m

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 352

    Emily tersenyum lembut, menggenggam tangan Han yang terasa hangat di jemarinya. Mereka berjalan beriringan di lorong apartemen menuju pintu unit mereka. Sudah dua bulan sejak mereka memutuskan untuk tinggal bersama, sebuah langkah besar yang diambil setelah melewati masa lalu yang penuh luka. “Pikirkan, kita akan jadi koki malam ini,” ujar Han dengan nada bercanda, membuat Emily tertawa kecil. “Jangan lupa siapa yang paling ahli di dapur,” balas Emily sambil mengangkat alis, menggodanya. Di dalam apartemen, mereka segera memulai persiapan makan malam. Han dengan serius mengolah steak daging sapi di dapur, sementara Emily sibuk menyiapkan meja makan, meletakkan piring, gelas, dan lilin kecil untuk suasana yang lebih hangat. Setelah selesai, Han membawa dua piring steak ke meja dan meletakkannya dengan hati-hati. “Makan malam istimewa untuk kita,” katanya dengan nada puas. Emily meletakkan gelas di depan masing

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 351

    Sinar mentari pagi perlahan menghangatkan udara, menciptakan kilauan indah di atas laut yang tenang. Di tengah keindahan itu, Alexander berdiri di hadapan Helena dengan mata penuh cinta. Di tangannya, sebuah cincin berlian bersinar, memantulkan cahaya pagi. Helena menatap Alexander, matanya berbinar namun berkabut oleh air mata haru. “Apa ini, Alexander?” bisiknya, suaranya bergetar. Alexander menggenggam tangan Helena dengan lembut. “Ini bukan hanya cincin, Sayang. Ini adalah janji. Janji bahwa aku akan selalu mencintaimu, melindungimu, dan menjadi pendampingmu dalam suka dan duka. Apakah kau bersedia untuk terus bersamaku?” Helena tidak mampu menahan air matanya. Dengan penuh keyakinan, dia mengangguk. “Ya, Alexander. Aku bersedia.” Alexander menyematkan cincin itu di jari manis Helena. Sentuhan dingin berlian bercampur dengan kehangatan cinta mereka. Setelahnya, Alexander menarik Helena ke dalam pelukannya,

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 350

    Pagi itu, langit cerah tanpa awan, angin sepoi-sepoi dari laut menghembus lembut, menyambut keluarga Alexander yang tiba di sebuah pantai yang luar biasa indah. Pasir putih bersih terbentang sejauh mata memandang, berpadu dengan birunya laut yang jernih dan tenang. Angel dan Rendy berlari ke arah air dengan penuh semangat, membawa sekop kecil dan ember mainan mereka. “Ibu! Ayah! Lihat kami membuat istana pasir terbesar di dunia!” teriak Angel dengan tawa ceria. Helena tertawa kecil, melambaikan tangan pada anak-anaknya. “Hati-hati di dekat air, ya!” Alexander membawa tikar piknik dan membentangkannya di bawah bayangan pohon kelapa. Dia menatap Helena, yang mengenakan gaun pantai berwarna pastel, tampak anggun dan mempesona. “Duduklah, Sayang. Mari kita nikmati momen ini,” ajaknya lembut. Helena menurut, duduk di samping Alexander sambil memperhatikan anak-anak mereka bermain. Angel dan Rendy terlihat asyik membangun r

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 349

    Pagi itu, suasana di rumah keluarga Alexander dipenuhi semangat dan kegembiraan. Helena tengah memeriksa koper terakhir sambil memastikan semua dokumen perjalanan sudah siap. Angel dan Rendy berlarian di sekitar ruang tamu, terlalu antusias memikirkan liburan yang akan mereka jalani. Alexander turun dari tangga dengan kemeja santai, membawa beberapa dokumen yang masih harus ia selesaikan. Namun, senyumnya yang hangat menunjukkan bahwa bahkan urusan pekerjaan tidak bisa mengurangi antusiasmenya untuk perjalanan ini. “Semua siap?” tanyanya kepada Helena. Helena mengangguk sambil tersenyum. “Ya, semuanya sudah rapi. Aku juga sudah mengatur siapa yang akan menangani perusahaan ku selama kita pergi.” Selama mereka pergi, perusahaan Smith akan berada di bawah kendali penuh Tuan Smith dan para eksekutif senior yang sudah dipercaya keluarga Alexander selama bertahun-tahun. Alura Fashion Group, perusahaan f

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 348

    Sore itu, suasana kantor mulai lengang. Para karyawan satu per satu meninggalkan meja mereka, bersiap pulang setelah hari yang panjang. Alexander baru saja menyadari bahwa ada dokumen penting yang tertinggal di ruangannya. Ia meminta Helena menunggu di dekat lobi sementara ia kembali ke ruang kerjanya.“Sayang, ada yang tertinggal. Kau tunggu sini saja, aku akan segera kembali!”“Ya,” jawab Helena. Helena berdiri di dekat lift, matanya mengamati gedung kantor yang mulai sepi. Tak lama kemudian, ia melihat Vera keluar dari ruangan dengan langkah cepat. Perempuan itu tampak terkejut melihat Helena, namun segera menyapa dengan sopan. “Selamat sore, Nyonya Helena,” ujar Vera sambil sedikit membungkuk. Helena mengangguk kecil, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Sore juga, Vera.” Ketika Vera melangkah menjauh, Helena tanpa sadar memanggilnya. “Vera.” Langkah Vera terhenti, dan ia berba

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 347

    Helena melangkah masuk ke kantor Alexander dengan langkah ringan. Sudah hampir seminggu libur sekolah dimulai, dan Rendy memilih tinggal di rumah Tuan dan Nyonya Wijaya. Angel juga ikut serta karena tidak mau jauh dari kakaknya. Tuan dan Nyonya Wijaya, dengan kasih sayang tulus mereka, memperlakukan Angel seperti cucu kandung sendiri.Itu pun lah yang membuat Helena meminta Angel memanggil Taun dan Nyonya Wijaya dengan sebutan, ‘kakak dan nenek’. Bagi Helena, situasi ini adalah berkah terselubung. Rumah yang biasanya penuh dengan tawa anak-anak kini terasa sepi, dan ia merasa bosan jika hanya duduk tanpa melakukan apa-apa. Oleh karena itu, ia menerima ajakan Alexander untuk ikut ke kantor dan membantunya bekerja. Namun, Alexander memiliki aturan khusus. “Kau boleh bantu aku, tapi ada syaratnya,” ucapnya dengan senyum khas yang selalu berhasil membuat Helena menggeleng tak percaya. “Syarat apa lagi, sih

  • Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir   Bab 346

    Menjelang sore, Alexander mengajak Helena dan kedua anak mereka, Angel dan Rendy, untuk meninggalkan kantor dan pergi ke pusat perbelanjaan. Alexander merasa sudah terlalu lama tenggelam dalam pekerjaan, dan ia ingin memberikan waktu berkualitas untuk keluarganya. Di pusat perbelanjaan, Angel dan Rendy langsung bersemangat saat melihat tempat permainan anak-anak. “Ibu, Atah, aku mau main itu!” seru Angel sambil menunjuk area permainan. Alexander tersenyum. “Ayo kita biarkan mereka bermain,” katanya kepada Helena. Beruntung, tepat di sebelah tempat permainan itu ada sebuah restoran. Alexander memutuskan untuk mengajak Helena duduk di sana, menikmati makanan ringan sambil memperhatikan kedua anak mereka bermain. Helena tersenyum bahagia, merasa momen seperti ini adalah kebahagiaan sederhana yang tak ternilai. Namun, suasana berubah ketika seorang pria tiba-tiba mendekati meja mereka. “Maaf, apakah ini benar Hece

DMCA.com Protection Status