Langkah kaki tanpa suara diambil oleh Dyandra malam ini. Ia memutuskan untuk mencari kebenaran dari kecurigaannya selama satu minggu terakhir. Sudah terlalu sering suaminya menghilang dari ranjang mereka antara jam satu sampai dua malam ketika ia sedang tertidur lelap.
Kuatkan dirimu, Dyandra! Semua harus jelas malam ini!Ia berusaha menguatkan batinnya. Apa pun yang terjadi akan dihadapi dengan sekuat tenaga. Namun, detak jantungnya saat ini semakin kencang seakan hendak melompat jauh pergi dari badannya.Langkah demi langkah dijalani oleh Dyandra menuruni tangga beroles pualam, di rumah megah nan mewah milik keluarga besar Arka Hasbyan, sang suami. Kemudian ia berlanjut, berjingkat menuju kamar tamu di sisi selatan bangunan yang saking besarnya, bisa disamakan dengan sebuah istana ini.Lampu hias teramat besar tergantung di langit-langit rumah dengan cantik meski dalam keadaan padam. Lukisan di atap yang mirip dengan museum-museum seni di Eropa terlihat sangat indah apabila lampu tersebut menyala.Dengan berjalan sepelan mungkin tanpa suara, ia semakin mendekati kamar tamu. Napas Dyandra terhenti sekian detik saat telinganya mendengar apa yang ia sebut kebenaran.“Aaaah, Mas Arka, enak sekali, Mas! I Love You!” desah seorang perempuan. Meracau, memanggil nama suami tercintanya.“Almost there, Cersey! Almost there!” Suara Arka terdengar sangat menikmati kegiatan yang sedang ia lakukan.Erangan silih berganti terdengar dari balik pintu kamar perempuan bernama Cersey Avriana. Dia adalah seseorang yang kini telah hadir dalam rumah tangga Dyandra.“Yeeesssss, Cersey!” pekik Arka dilanjutkan dengan erangan panjang.Dyandra hafal kebiasan suaminya, yang juga sering mengucapkan hal sama persis kepada dirinya, saat mereka sedang bercinta.Nafas Dyandra tersengal-sengal. Ia dalam kondisi shock. Matanya terbelalak. Kedua tangan menutup mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara-suara yang bisa terdengar oleh dua love bird di dalam kamar.Kini kakinya mulai terasa lemas dan berat untuk melangkah. Bahkan, tulang-tulang seolah tidak mampu lagi menopang berat badannya. Sementara itu, ia harus segera kembali ke kamar tidur lalu berpura-pura seakan ini semua tidak terjadi. Terlalu lama berada di luar kamar akan semakin meningkatkan resiko Arka mengetahui keberadaannya malam ini.Dengan segenap tenaga dan kekuatan yang masih tersisa, Dyandra berusaha menyeret badan, dan juga hatinya untuk segera beranjak dari situ. Satu langkah demi satu langkah sampai ia bertemu dengan tangga megah itu lagi.***Begitu tangannya membuka pintu kamar tidur ia langsung menuju pemberhentian utama yaitu kamar mandi. Ia merasa air mata akan segera tumpah saat itu juga. Dyandra mengunci diri dan duduk di dalam bak mandi yang biasa ia gunakan sebagai jacuzzi.Bak mandi itu kering tidak ada airnya sama sekali. Ia hanya duduk di situ, tanpa bisa berpikir apa-apa. Hatinya hancur lebur dimana serpihan asa itu telah menjadi sangat kecil sehingga bisa terbawa oleh angin yang bertiup sendu. Namun, hal aneh terjadim Air mata sama sekali tidak ada yang menetes dari pelupuk matanya.Hanya saja, tangan Dyandra terus bergetar dengan hebat. Paha mulus miliknya kemudian ia rapatkan di dada. Kepalanya lalu ditundukkan perlahan sampai menyentuh lutut. Tangan yang bergetar tadi, dilingkarkan di depan kakinya. Dyandra terus berada dalam posisi ini sampai hampir tiga puluh menit ke depan. Setiap tangannya akan bergetar lebih hebat dari sebelumnya, ia segera menekankan lingkar tangan di lutut kemudian memaju mundurkan tubuhnya agar bisa mendapat ketenangan kembali.“Dyandra? Kamu di dalam?” Suara Arka tiba-tiba memanggil. Dia sudah kembali memasuki kamar tidur.“Dyandra?” panggil Arka mengulangi, karena tidak ada jawaban dari istrinya.Arka mengetuk pintu kamar mandi tetapi tetap Dyandra enggan menjawabnya. Akhirnya sang suami berusaha membuka paksa pintu kamar mandi. Suara gemeretak pegangan pintu berkali-kali dibuka terdengar berbarengan dengan tubuh Arka menghantam pintu kamar mandi.“Dyandra? Kamu sedang apa di dalam?” teriaknya mulai panik.Dyandra! Kuatkan dirimu! Ayo jawab suamimu itu!“A-a-aku sa-sakit perut, Mas!” seru Dyandra berhasil bersuara.“Kamu baik-baik saja? Mau ke dokter? Aku bangunkan Pak Gito, ya?” Suaminya masih sangat perhatian, meski ia baru saja meniduri wanita lain di bawah sana.“Tidak, Mas! Aku baik kok!” tolak Dyandra.Ia memejamkan mata dan berasa menelan pil pahit berkali-kali di tenggorokannya. Kalimat-kalimat kekuatan ia gaungkan di batinnyaAkhirnya Arka berhenti bertanya. Terdengar langkah kakinya menjauh dari pintu kamar mandi. Sesaat kemudian terdengar ia sedang menaiki ranjang.Dyandra masih merasakan tangannya bergetar, namun sudah tidak sehebat sebelumnya. Perlahan tapi pasti, ia berhasil menguasai diri dan kembali tenang.Sekitar sepuluh menit kemudian, wanita berusia tiga puluh tahun itu keluar kamar mandi. Dipandangnya Arka –sang suami– yang sangat ia cintai.“Kamu dari mana barusan, Mas Arka?” tanya Dyandra berusaha menahan suaranya agar tetap tenang.“Aku lapar, jadi aku makan di dapur,” sahut Arka memandangi wajah Dyandra tenang tanpa ada kegelisahan sedikit pun.“Wajahmu pucat sekali. Benar kamu tidak apa-apa? Apa kita ke dokter saja malam ini?” Tangan hangat Arka menyentuh pipi istrinya yang sedingin embun malam.Reflek karena merasa jijik dengan tangan itu membuat Dyandra melengos. Wajahnya spontan menghindari sentuhan jemari Arka. Batinnya menangis karena mengetahui tangan itu baru saja menyentuh bagian sensitif wanita lain secara sadar dan atas kemauannya sendiri.“Ada apa?” tanya Arka heran mendapati perubahan pada Dyandra. Mata suaminya itu tajam menatap seakan menembus ke dalam sanubari terdalam.“Eh, tidak ada apa-apa. Aku masih tidak enak badan. Aku mau tidur saja,” kelit Dyandra segera menaiki ranjang, lalu membelakangi lelaki yang telah menjadi imamnya selama sepuluh tahun terakhir. Ia lebih baik menghadap tembok daripada menatap wajah penuh dusta di sampingnya.“Selamat tidur, Yank,” ucap Arka mencium pipi Dyandra. Rutinitas yang selalu mereka lakukan sebelum tidur.Ingin Dyandra kembali ke kamar mandi lalu mencuci wajahnya sebanyak seratus kali. Bibir suaminya itu adalah hal yang paling memuakkan untuk dirinya saat ini.Sebuah bibir yang mengucapkan banyak kebohongan. Sebuah bibir yang sudah melanglang buana, menikmati tiap inchi tubuh wanita lain.***“Maaf Bu Dyandra. Hasil pemeriksaan menunjukkan rahim anda memiliki kelainan pada bagian tuba falopi. Hal ini membuat anda kesulitan memiliki anak.”Berita itu menghantam keras sekali bagai petir di siang bolong, membumi hanguskan semua impian Arka dan Dyandra. Suara dengungan tinggi melengking terdengar begitu menyakitkan di telinganya.Delapan tahun berumah tangga, tanpa memiliki keturunan, membuat mereka memeriksakan kondisi kesuburan masing-masing. Mendapat hasil akhir berupa berita seperti itu, serasa hancur hidup Dyandra. Sebagai seorang wanita, ia tidaklah sempurna.“Lalu garis keturunan kamu bagaimana? Siapa penerus kerajaan bisnis papamu?” sinis Moeryati, ibunda Arka, begitu mendengar kondisi menantunya yang dinyatakan … mandul.Kejadian ini masih teringat jelas di ingatan Dyandra. Betapa mertuanya pada saat itu memandangnya dengan rendah seolah dirinya hanyalah seonggok sampah.Kini memori itu kembali menyeruak perlahan pada malam pilu yang telah menjelang pagi ini. Malam dimana ia tidak bisa memejamkan mata, tanpa mendengar desahan Cersey memanggil-manggil nama suaminya penuh kenikmatan.Sampai bunyi alarm kemudian menghentak pada pukul lima pagi, Dyandra tetap tidak dapat tertidur. Diliriknya Arka, yang masih mendengkur nyenyak di sampingnya. Wajah suaminya itu terlihat tampan saat tidur. Begitu tenang dan damai meski telah berkhianat dengan sengaja.Tanpa suara, Dyandra menuruni ranjang. Ia melangkah menuju sebuah pintu di pojok ruang kamar. Deretan baju, tas, sepatu, dan berbagai aksesoris terlijat berjejer rapi saat pintu dibuka. Itu adalah ruang pakaian Dyandra yang terdiri dari ratusan barang bermerek terkenal dan mahal.Ia mengganti gaun tidur dengan satu stel pakaian olah raga. Rambut lurus hitam indah sepunggung miliknya, dikuncir membentuk ekor kuda. Sebuah sepatu berlari ia keluarkan dari dalam lemari kaca yang berisi puluhan pasang sepatu aneka model dan merek.Setelah membasuh wajah di kamar mandi, Dyandra bersiap untuk memulai rutinitas lari paginya. Tanpa memperhatikan ranjang ia langsung berjalan menuju pintu kamar.“Sudah mau lari?” tanya Arka yang ternyata sudah bangun. Ia memandangi istrinya yang hendak pergi jogging.Dyandra tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, tanpa melihat Arka. Jemari lentiknya mulai memutar daun pintu.“Ciumanku mana? Lupa ya?” rajuk Arka segera turun dari ranjang sambil menyodorkan bibirnya untuk di kecup.Mati aku! Celaka tiga belas! Kenapa dia tidak tidur saja sih? Pakai acara minta cium seperti biasa, seperti tidak ada apa-apa? Minta cium sama gundikmu di bawah sana! Dyandra memaki suaminya dalam hati.“Aku sudah kesiangan,” tolak Dyandra belum mampu menguasai perasaannya seratus persen.Arka segera berlari kecil menuju pintu keluar lalu menghalangi Dyandra untuk keluar kamar.“Ada apa denganmu, Yank?” Arka menatap antara heran dan curiga. Yank, panggilan kesayangan untuk Dyandra, kependekan dari sayang. Sebuah panggilan yang terasa hambar untuk saat ini.Dyandra sadar, sikapnya menunjukkan ada sesuatu yang salah. Ia harus segera terlihat normal, agar tidak menimbulkan pertanyaan.“Mwah!” Sebuah kecupan akhirnya ia daratkan di bibir Arka.“Nah, gitu dong, he he he,” kekeh Arka melumat kembali bibir istrinya.Darah Dyandra terasa mendidih. Bahkan perasaan mual menelisik di dalam lambungnya. Namun demikian, ia tetap berusaha bermain peran dengan baik.“Aku suka melihatmu dengan celana ketat ini, Yank. Kamu seksi sekali,” desah Arka meraba bagian belakang tubuh molek wanita kecintaannya.“Aku lari dulu, Mas! Nanti kita lanjut, ya!” Dyandra segera kabur keluar kamar. Ia harus melarikan diri dari berbagai sentuhan Arka sebelum pertahanan sandiwaranya runtuh.Baru saja ia menuruni tangga, ketika sebuah suara memanggilnya. Suara yang terdengar merdu, ramah, dan bersahabat.“Mbak Dyandra, sudah berangkat lari pagi?”Dyandra menoleh malas kepada suara itu. Batinnya langsung bergemuruh ingin menerkam sang pemilik suara.Wanita murahan! Aku menyewa kamu untuk melahirkan anakku! Bukan bercinta tiap malam dengan suamiku! What the f**k is wrong with you?Dyandra mengumpat dan memaki tidak karuan di dalam hati kepada wanita cantik dengan perut yang mulai membuncit dan sedang berdiri di hadapannya. Bibirnya tersenyum, wajahnya hangat, tetapi hatinya benar-benar murka dengan wanita ini.Bolehkah jika Dyandra menjambak dan menarik rambutnya, detik ini juga?BERSAMBUNGSebuah senyum ditampilkan dengan sangat terpaksa oleh Dyandra. Saat masih SMA dulu padahal ia tidak pernah mengambil kelas drama. Entah mengapa kali ini ia pintar sekali menutupi perasaan muak terhadap perempuan di hadapannya.“Iya, Cersey. Aku harus menjaga kesehatan. Mas Arka selalu mengajak olah raga di atas ranjang hampir tiap malam. Jadi aku harus terus fit,” jawab Dyandra menyindir. Selain itu, ia sedikit banyak ingin menegaskan posisinya sebagai Nyonya Arka Hasbyan. Bahwa ia yang dicintai Arka, bukan wanita yang hanya disewa rahimnya seperti Cersey. “Luar biasa! Pasti Mas Arka benar-benar mencintai Mbak Dyandra,” sahut Cersei santai, seolah tulus dan turut berbahagia mendengar itu semua. Pintar sekali kalian bersandiwara? Apa memang sudah kalian rencanakan harus bersikap bagaimana jika bertemu aku? Kalian menjijikkan! Terus saja jiwa wanita berusia tiga puluh tahun itu memaki dalam hati. Dyandra tidak menjawab. Ia hanya tersenyum ketus dan segera berlari keluar rumah menuj
Mata Cersey mendelik melihat pemandangan erotis di kamar Dyandra. Mulut terbuka lebar, menunjukkan ekspresi sangat kaget. Di depannya, Arka sedang menciumi leher Dyandra dengan penuh nafsu. Sementara kedua tangan lelaki yang sangat maskulin itu, mulai menyusup masuk ke balik jubah mandi sang istri. Cersey tak berkedip dan detak jantungnya semakin kencang menendang rongga dada. Sesak menangkup perasaan yang kini ia alami. Ada rasa cemburu, dan ada rasa tidak terima melihat ini semua.Wanita itu tidak rela berbagi seorang Arka, meski itu dengan istrinya sendiri. Batin mengaum layaknya singa betina sedang kelaparan. Ia membeku, mematung, dan menatap sinis pada kedua anak manusia yang sedang bermesraan.Ujung mata Dyandra menangkap ada sesosok bayangan di pintu kamarnya. Ia segera menoleh dan terkejut bukan kepalang melihat Cersey menatap lekat padanya. “Heh! Kamu sedang apa menonton kami?” hardiknya dengan suara marah. Ia segera merapatkan jubah mandi dan mendorong Arka menjauh. “Ma-m
Ucapan ibu mertua Dyandra kali ini betul-betul sebuah pukulan telak untuk wanita itu. Seketika wajah Dyandra terasa panas dan tenggorokannya menjadi kering hingga susah berkata-kata. Cersey di sisi lain, tersenyum simpul mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh ibunda Arka. “Ehm, terima kasih, Tante. Sudah memikirkan saya.”Sebutan ibu mertua jahat sudah sering diucapkan oleh banyak wanita yang menggambarkan ketidakcocokan mereka dengan sang mertua. Bagi Dyandra sosok ibu mertuanya ini memang menyebalkan. Sebagai seorang ibu, ia sering sekali bersikap tidak layak. Ucapannya terakhir ini menjadi bukti betapa kejamnya ia terhadap sang menantu. “Mama, please stop this?” pinta Arka pada mamanya, berusaha menjaga perasaan Dyandra.“Kenapa? Apa ada yang salah? Bukankah memang benar akhirnya yang berhasil hamil adalah Cersey, bukan istrimu?” tolak Moeryati semakin memperlihatkan wajah kesal pada menantunya. “Tidak apa-apa, Say. Mama benar. Memang kondisiku seperti ini. Sudah, tidak pe
Ketika kesabaran seorang wanita sedang diuji dengan sakitnya cinta maka hal yang tidak terduga dapat saja ia lakukan meski tidak sesuai dengan sikap atau pun sifatnya selama ini.Dyandra sendiri sebenarnya adalah seorang wanita yang penyabar dan penuh kasih sayang. Selama ini ia dan Arka selalu berlomba-lomba untuk meminta maaf terlebih dahulu apabila mereka baru saja bertengkar hebat.Namun, kali ini ia sudah terlalu sakit dan frustasi dengan keadaan hidupnya sampai ingin berbuat sesuatu yang bisa membalaskan rasa sakit hatinya. Ia ingin Cersey sang wanita simpanan suaminya merasakan sakit yang ia rasakan yaitu hanya terdiam ketika melihat lelaki tercinta bermesraan dengan wanita lain. “Lakukan segera!” dukung Drupadi tertawa memeluk adik semata wayangnya. “Kamu yakin dia akan cemburu?” lanjutnya memastikan.“Entahlah, tapi ekspresi wajahnya selalu berubah setiap melihat Arka bersamaku,” jawab Dyandra terkekeh. “Lalu untuk Arka? Akan kamu apakan anak tengil itu? Sejak dulu aku tida
Acara menonton film yang digadang-gadang Dyandra sebagai ajang memanasi Cersey justru berbalik menyerang dirinya sendiri. Menonton sebuah film tentang perceraian antara suami dan istri membuat hatinya remuk. Akankah dirinya dan Arka berakhir seperti itu? Dengan sebuah perceraian? Kalau tidak bercerai, mana mungkin juga dia bisa memaafkan perselingkuhan sang suami? Sementara Dyandra lari ke kamar mandi, Arka dan Cersey justru terlibat percakapan yang sarat emosi. Wanita penyewa rahim tersebut cemburu karena Arka terlihat takut ditinggal oleh istrinya. “Lalu kalau iya, memang kenapa? Masih ada aku yang akan membahagiakanmu. Toh, aku sedang mengandung anak kita,” tukas Cersey ketus. Bibirnya mengerucut ke depan dan ia melengos sinis. “Jangan bicara begitu. Aku bilang apa sejak awal kita berhubungan?” tandas Arka mengingatkan. “Aku sudah tegaskan, bukan? Aku dan Dyandra tidak bisa dipisahkan. Aku mencintai dia!” “Iya, iya. Aku paham!” seru Cersey terlihat makin sewot. “Bagimu aku ha
Ranjang Dyandra dan Arka malam ini bergoyang akibat letupan birahi dari sang suami. Sikap mesra mereka malam ini membuatnya menginginkan lebih banyak lagi. Sesungguhnya Arka merindukan masa-masa dimana mereka berdua begitu panas bercinta. Dyandra termasuk tipe wanita yang bisa begitu liar di atas ranjang. Tiap lekuk gemulai sang istri selalu membuatnya terpesona.Maka, lelaki itu semakin ganas melumat bibir wanita di bawahnya. Napasnya memburu dan kian panas. Bersama dengan kecupan tanpa jeda, ia mulai menyentuh celana tidut Dyandra dan hendak menurunkannya hingga ke bawah Sadar kalau celana tidurnya hendak dipelorot ke bawah, Dyandra bereaksi. Ia genggam tangan kokoh Arka dan menahannya. “Say, aku lelah. Ayolah, jangan malam ini.”“Tidak bisa, aku sudah sangat terangsang dengan kecantikanmu, Dya,” erang Arka menggelengkan kepalanya.Bibir lelaki yang telah mencium wanita lain tersebut meringsek di leher istrinya. Menjilati sambil sesekali menggigit manja.Hati Dyandra kelabak
Pertengkaran keduanya semakin memanas. Arka sudah kehabisan akal untuk mengajak istrinya menikmati bahasa cinta dalam hangatnya penyatuan dua tubuh mereka. Ia bahkan mulai menuduh Dyandra memiliki laki-laki lain di luar sana. “Terserah kamu saja, Mas!”“Jawab!” paksa Arka meminta sebuah kejujuran. Padahal, dia sendiri yang berselingkuh.“Tidak mau!” Dyandra melangkah, menjauhi suaminya. “Aku tidak perlu menjawab pertanyaan konyol ini! Kamu memuakkan, Mas!”“Siapa lelaki itu?” Arka menarik lengan Dyandra dengan keras. “Katakan! Siapa dia yang sudah membuatmu semakin dingin begini?”“Kamu sudah gila? Lepaskan aku!” tepis Dyandra mendorong tubuh Arka. “Lenganku sakit! Lepaskan!”“Tidak sebelum kamu bercerita, ada apa sebenarnya dengan dirimu? Siapa lelaki itu?” tuduh Arka terus menerus. “Kamu brengsek!” jerit Dyandra memukul dada Arka saking kesalnya. “Siapa lelaki itu?”“Tidak ada! Aku tidak selingkuh!”“Siapa lelaki itu!” bentak Arka menggelegar.“Tidak ada! Kamu memang b
Setelah melewati malam panjang dengan perasaan tak menentu, Dyandra menyegarkan diri di bawah guyuran air hanat. Terkadang masa-masa bahagia bersama Arka menyeruak di bulir-bulir kenangan. Antara senyum dan tangis, di situ ia berada sekarang. Mendadak, suara pintu dibuka terdengar. Ia langsung menoleh dan terkejut saat melihat sosok gagah tersebut sudah ada di dalam kamar mandi. Memandanginya dengan tatapan sendu sekaligus sangat menginginkan. Degup jantung sang wanita menjadi tidak beraturan.Suaminya masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah pelan, tetapi pasti. Membuat Dyandra kebingungan antara mengambil handuk di pintu kamar mandi kemudian bertengkar lagi dengan Arka, atau membiarkan saja apa yang harus terjadi dengan dirinya dan Arka? Mana yang harus dipilih? Hanya memiliki waktu beberapa detik untuk membuat pilihan. Pada detik terakhir, ia memilih … untuk diam dan membiarkan Arka mendatangi dengan mata yang tak berkedip. Lelaki itu sedemikian rindu dengan tubuh molek m