Mata Cersey mendelik melihat pemandangan erotis di kamar Dyandra. Mulut terbuka lebar, menunjukkan ekspresi sangat kaget. Di depannya, Arka sedang menciumi leher Dyandra dengan penuh nafsu. Sementara kedua tangan lelaki yang sangat maskulin itu, mulai menyusup masuk ke balik jubah mandi sang istri.
Cersey tak berkedip dan detak jantungnya semakin kencang menendang rongga dada. Sesak menangkup perasaan yang kini ia alami. Ada rasa cemburu, dan ada rasa tidak terima melihat ini semua.Wanita itu tidak rela berbagi seorang Arka, meski itu dengan istrinya sendiri. Batin mengaum layaknya singa betina sedang kelaparan. Ia membeku, mematung, dan menatap sinis pada kedua anak manusia yang sedang bermesraan.Ujung mata Dyandra menangkap ada sesosok bayangan di pintu kamarnya. Ia segera menoleh dan terkejut bukan kepalang melihat Cersey menatap lekat padanya.“Heh! Kamu sedang apa menonton kami?” hardiknya dengan suara marah. Ia segera merapatkan jubah mandi dan mendorong Arka menjauh.“Ma-maaf. Aku hanya mau bertanya kita berangkat jam berapa ke dokter?” Cersey gugup dan segera menundukkan kepalanya.“Sudah, jangan dimarahi. Dia tidak sengaja. Ingat, dia sedang mengandung anak kita. Buah cinta kita,” sela Arka membela Cersey.Perasaan Dyandra semakin mendidih, mendengar suaminya lebih membela perempuan lain ketimbang dirinya. Namun, ia tidak lagi heran. Jelas saja Arka membela Cersey. Ia mendapat kenikmatan dari wanita itu, bukan?“Jam sembilan kita berangkat! Sekarang, pergilah dari kamarku!” ketus Dyandra mengusir Cersey.Tanpa menunggu dua kali, wanita muda yang memberikan rahimnya untuk diisi buah cinta Dyandra dan Arka segera berlari keluar kamar dan menuruni tangga.“Kamu ada apa, kok hari ini terlihat emosi sekali?” tanya Arka memandang istrinya heran. “Matamu juga terlihat sembab. Kamu habis menangis?” Arka kaget sendiri dan segera menyentuh wajah Dyandra.“Aku sedang flu. Itu saja. Untuk apa aku menangis?” Dyandra memalingkan wajah.“Lalu kenapa kamu pemarah sekali? Ada masalah apa?” desak Arka merengkuh jemari istrinya.“Mungkin aku hanya lelah saja. Pekerjaan sedang banyak urusan,” kilah Dyandra menyungging senyum datar di wajah.“Aku kira kamu marah padaku?” selidik Arka memeluk pinggul wanita yang telah bertahun-tahun menemani tidurnya.“Kamu masih mencintaiku, Say?” lirih Dyandra menatap manik hitam sang suami.“Aku akan selalu mencintaimu,” balas Arka memagut bibir istrinya lembut. “Jangan pernah ragukan cintaku.”Dyandra mencoba tersenyum. Kalimat lelaki itu begitu manis dan diucapkan dengan sungguh-sungguh. Padahal, ia baru saja meniduri wanita lain semalam. Luar biasa!Arka kembali memagut bibir Dyandra sekali lagi dengan begitu panas dan bergairah. Berusaha merayu agar Dyandra mau menemaninya mandi berdua. Akan tetapi, wanita itu menolak dengan alasan harus segera bersiap untuk pergi ke dokter.Arka menyerah. Ia membiarkan berdandan sementara ia mandi sendiri. Dalam hatinya merasa heran dengan sikap Dyandra pagi ini. Namun, ia tak ingin terlalu banyak memikirkan itu semua.Begitu sang suami hilang dari pandangan, Dyandra langsung mengambil tissue di meja rias dan mengelap bibirnya berkali-kali. Rasa jijik melanda seluruh titik tubuh.Dalam bayangannya, bibir Arka pasti sudah melanglang buana menjelajahi liuk tubuh Cersey. Napasnya kembali terengah dan kilatan berkaca-kaca muncul di bola mata indah miliknya.***Tiga orang wanita telah duduk di meja makan pagi ini. Ada Moeryati, ibunda Arka. Kemudian ada Dyandra, istri Arka. Terakhir, ada Cersey, sang wanita pengganti.Berada di meja yang sama dengan ibu mertuanya selalu membuat Dyandra kehilangan banyak kata-kata. Ia lebih memilih diam karena paham bahwa dirinya bukanlah menantu favorit.Sebuah kenangan tentang bagaimana semua ini berawal sedang ia putar ulang di dalam pandangan lelah matanya. Peristiwa bagaimana ia menghadirkan Cersey dalam kehidupan cintanya.“Aku menemukan sebuah program bernama Surrogate Mother. Aku rasa kita harus mencobanya, Say!” seru Dyandra sekitar dua tahun lalu, setelah mendapat vonis dari dokter, bahwa ia tidak akan bisa memiliki anak.Say, kependekan dari sayang. Panggilan cinta Dyandra untuk suaminya. Terkadang ia memanggil dengan resmi seperti Mas Arka bila di hadapan banyak orang, terkadang ia memanggil suaminya hanya dengan sebutan singkat yaitu Say.“Program apa itu?” sahut Arka penasaran.“Jadi di program ini, sel telur dan sel sperma dijadikan pembuahan di luar tubuh, atau dalam hal ini, di dalam sebuah alat,” jelas Dyandra bersemangat. “Kemudian pembuahan yang sukses itu, di tanam di rahim wanita lain, sampai sembilan bulan ke depan. Sampai bayinya lahir!”Arka menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa keinginan Dyandra kali itu sudah kelewatan. Memang mereka ingin sekali memiliki anak. Tapi cara ini terdengar sungguh tidak manusiawi baginya.“Aku tidak mau punya anak dari rahim wanita lain!” tolaknya tegas.“Kita tidak akan bisa punya anak, kalau tidak dengan cara ini. Ayolah, Say?” rengek Dyandra seperti anak kecil meminta es krim“Aku pikirkan lagi, ya? Aku tidak bisa memutuskan, kalau harus saat ini juga. Banyak yang harus di pikirkan,” jawab Arka menghela napas.Wajah Dyandra berseri-seri penuh harap. Ia yakin suaminya pasti akan setuju pada akhirnya nanti.***“Pagi, Ma.” Arka menyapa ibundanya, sambil mengecup ujung kepala Dyandra mesra. Kehadiran sang suami membuatnya tersadar dari lamunan dan kenangan masa lalu yang baru saja ia putar kembali.Mata Cersey terus mengamati setiap gerak-gerik Arka. Hal ini tidak luput dari Dyandra yang juga mengamati gerak-gerik selingkuhan suaminya. Ingin sekali Dyandra mengambil sepotong roti lalu dilemparkan pada wanita itu. Hatinya dibakar rasa cemburu.Memang resiko dari memiliki suami seperti Arka adalah kecemburuan yang sering hinggap. Sejak dulu Dyandra sudah sering mendapati wanita mengelilingi Arka dan membuatnya merasa insecure. Namun, Arka tidak pernah memperlihatkan gelagat tidak beres hingga Dyandra tidak mempermasalahkan.Wanita mana tidak kenal Arka Hasbyan? Pewaris tunggal kerajaan bisnis Best Future Corporate. Sebuah perusahaan yang lini bisnisnya sudah seperti gurita, mencengkeram ke segala arah.Sementara Dyandra, meski ia anak seorang pengusaha, tapi kekayaan orang tuanya jauh di bawah kekayaan keluarga Arka.“Nanti malam, ayo pergi merayakan ulang tahun perkawinan kita,” ajak Arka melirik Dyandra. Ia sangat bersemangat sambil menyeruput kopi pagi.“Oh, kalian sedang 10th anniversary? Congrats! Pantas saja kalungmu baru. Tiffany kah?” tanya Moeryati datar.Ibunda Arka ini memang sejak dulu tidak menyukai Dyandra, yang dianggapnya tidak satu level dengan keluarga Hasbyan. Seandainya dulu Arka tidak mengancam akan pergi dari rumah bila ia tidak boleh menikahi Dyandra, pastilah ia dan almarhum ayah Arka tidak akan mengijinkan pernikahan itu terjadi.“Iya, Ma. Tiffany, like always,” jawab Dyandra tersenyum memainkan liontin AD di kalung barunya.Mata Cersey melirik kalung di leher Dyandra dengan perasaan iri. Ia kemudian melirik Arka sedikit cemberut.“Arka, harusnya sesekali kamu belikan juga perhiasan untuk Cersey. Bukankah dia yang berhasil mengandung anak kalian? Buatlah hatinya senang!” celetuk Moeryati membuyarkan kebanggaan Dyandra akan kalung barunya.BERSAMBUNGUcapan ibu mertua Dyandra kali ini betul-betul sebuah pukulan telak untuk wanita itu. Seketika wajah Dyandra terasa panas dan tenggorokannya menjadi kering hingga susah berkata-kata. Cersey di sisi lain, tersenyum simpul mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh ibunda Arka. “Ehm, terima kasih, Tante. Sudah memikirkan saya.”Sebutan ibu mertua jahat sudah sering diucapkan oleh banyak wanita yang menggambarkan ketidakcocokan mereka dengan sang mertua. Bagi Dyandra sosok ibu mertuanya ini memang menyebalkan. Sebagai seorang ibu, ia sering sekali bersikap tidak layak. Ucapannya terakhir ini menjadi bukti betapa kejamnya ia terhadap sang menantu. “Mama, please stop this?” pinta Arka pada mamanya, berusaha menjaga perasaan Dyandra.“Kenapa? Apa ada yang salah? Bukankah memang benar akhirnya yang berhasil hamil adalah Cersey, bukan istrimu?” tolak Moeryati semakin memperlihatkan wajah kesal pada menantunya. “Tidak apa-apa, Say. Mama benar. Memang kondisiku seperti ini. Sudah, tidak pe
Ketika kesabaran seorang wanita sedang diuji dengan sakitnya cinta maka hal yang tidak terduga dapat saja ia lakukan meski tidak sesuai dengan sikap atau pun sifatnya selama ini.Dyandra sendiri sebenarnya adalah seorang wanita yang penyabar dan penuh kasih sayang. Selama ini ia dan Arka selalu berlomba-lomba untuk meminta maaf terlebih dahulu apabila mereka baru saja bertengkar hebat.Namun, kali ini ia sudah terlalu sakit dan frustasi dengan keadaan hidupnya sampai ingin berbuat sesuatu yang bisa membalaskan rasa sakit hatinya. Ia ingin Cersey sang wanita simpanan suaminya merasakan sakit yang ia rasakan yaitu hanya terdiam ketika melihat lelaki tercinta bermesraan dengan wanita lain. “Lakukan segera!” dukung Drupadi tertawa memeluk adik semata wayangnya. “Kamu yakin dia akan cemburu?” lanjutnya memastikan.“Entahlah, tapi ekspresi wajahnya selalu berubah setiap melihat Arka bersamaku,” jawab Dyandra terkekeh. “Lalu untuk Arka? Akan kamu apakan anak tengil itu? Sejak dulu aku tida
Acara menonton film yang digadang-gadang Dyandra sebagai ajang memanasi Cersey justru berbalik menyerang dirinya sendiri. Menonton sebuah film tentang perceraian antara suami dan istri membuat hatinya remuk. Akankah dirinya dan Arka berakhir seperti itu? Dengan sebuah perceraian? Kalau tidak bercerai, mana mungkin juga dia bisa memaafkan perselingkuhan sang suami? Sementara Dyandra lari ke kamar mandi, Arka dan Cersey justru terlibat percakapan yang sarat emosi. Wanita penyewa rahim tersebut cemburu karena Arka terlihat takut ditinggal oleh istrinya. “Lalu kalau iya, memang kenapa? Masih ada aku yang akan membahagiakanmu. Toh, aku sedang mengandung anak kita,” tukas Cersey ketus. Bibirnya mengerucut ke depan dan ia melengos sinis. “Jangan bicara begitu. Aku bilang apa sejak awal kita berhubungan?” tandas Arka mengingatkan. “Aku sudah tegaskan, bukan? Aku dan Dyandra tidak bisa dipisahkan. Aku mencintai dia!” “Iya, iya. Aku paham!” seru Cersey terlihat makin sewot. “Bagimu aku ha
Ranjang Dyandra dan Arka malam ini bergoyang akibat letupan birahi dari sang suami. Sikap mesra mereka malam ini membuatnya menginginkan lebih banyak lagi. Sesungguhnya Arka merindukan masa-masa dimana mereka berdua begitu panas bercinta. Dyandra termasuk tipe wanita yang bisa begitu liar di atas ranjang. Tiap lekuk gemulai sang istri selalu membuatnya terpesona.Maka, lelaki itu semakin ganas melumat bibir wanita di bawahnya. Napasnya memburu dan kian panas. Bersama dengan kecupan tanpa jeda, ia mulai menyentuh celana tidut Dyandra dan hendak menurunkannya hingga ke bawah Sadar kalau celana tidurnya hendak dipelorot ke bawah, Dyandra bereaksi. Ia genggam tangan kokoh Arka dan menahannya. “Say, aku lelah. Ayolah, jangan malam ini.”“Tidak bisa, aku sudah sangat terangsang dengan kecantikanmu, Dya,” erang Arka menggelengkan kepalanya.Bibir lelaki yang telah mencium wanita lain tersebut meringsek di leher istrinya. Menjilati sambil sesekali menggigit manja.Hati Dyandra kelabak
Pertengkaran keduanya semakin memanas. Arka sudah kehabisan akal untuk mengajak istrinya menikmati bahasa cinta dalam hangatnya penyatuan dua tubuh mereka. Ia bahkan mulai menuduh Dyandra memiliki laki-laki lain di luar sana. “Terserah kamu saja, Mas!”“Jawab!” paksa Arka meminta sebuah kejujuran. Padahal, dia sendiri yang berselingkuh.“Tidak mau!” Dyandra melangkah, menjauhi suaminya. “Aku tidak perlu menjawab pertanyaan konyol ini! Kamu memuakkan, Mas!”“Siapa lelaki itu?” Arka menarik lengan Dyandra dengan keras. “Katakan! Siapa dia yang sudah membuatmu semakin dingin begini?”“Kamu sudah gila? Lepaskan aku!” tepis Dyandra mendorong tubuh Arka. “Lenganku sakit! Lepaskan!”“Tidak sebelum kamu bercerita, ada apa sebenarnya dengan dirimu? Siapa lelaki itu?” tuduh Arka terus menerus. “Kamu brengsek!” jerit Dyandra memukul dada Arka saking kesalnya. “Siapa lelaki itu?”“Tidak ada! Aku tidak selingkuh!”“Siapa lelaki itu!” bentak Arka menggelegar.“Tidak ada! Kamu memang b
Setelah melewati malam panjang dengan perasaan tak menentu, Dyandra menyegarkan diri di bawah guyuran air hanat. Terkadang masa-masa bahagia bersama Arka menyeruak di bulir-bulir kenangan. Antara senyum dan tangis, di situ ia berada sekarang. Mendadak, suara pintu dibuka terdengar. Ia langsung menoleh dan terkejut saat melihat sosok gagah tersebut sudah ada di dalam kamar mandi. Memandanginya dengan tatapan sendu sekaligus sangat menginginkan. Degup jantung sang wanita menjadi tidak beraturan.Suaminya masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah pelan, tetapi pasti. Membuat Dyandra kebingungan antara mengambil handuk di pintu kamar mandi kemudian bertengkar lagi dengan Arka, atau membiarkan saja apa yang harus terjadi dengan dirinya dan Arka? Mana yang harus dipilih? Hanya memiliki waktu beberapa detik untuk membuat pilihan. Pada detik terakhir, ia memilih … untuk diam dan membiarkan Arka mendatangi dengan mata yang tak berkedip. Lelaki itu sedemikian rindu dengan tubuh molek m
Tidak ada garansi dalam sebuah hubungan bahwa cinta itu akan selalu menguatkan hati yang rapuh. Selamanya …. ya, kadang membutuhkan waktu selama itu, untuk bisa memadamkan keinginan memiliki seseorang. Seperti Dyandra pada malam ini yang kembali merasa kalah, karena sosok Cersey hadir terus saja merayap, merenggut, dan menarik Arka perlahan dari sisi ranjangnya.Keinginan wanita penyedia jasa sewa rahim tersebut untuk memiliki suaminya tidak kunjung padam. Terus saja menggoda dan mengajak untuk berasyik masyuk berduaan. Tidak peduli bahwa Arka telah memiliki seorang istri. Arka keluar dari kamar mandi. Ia melirik ponsel yang kembali berbunyi. Jemari membuka layar dan seutas senyum muncul di wajahnya saat menatap benda pintar tersebut. Dyandra menatap nanar pada senyum sang suami. Paham kalau senyum tersebut bukan untuk dirinya. “Yank, tidur yuk,” rengkuh Arka menarik manja tubuh Dyandra agar merapat padanya. Ponsel ia matikan dan taruh di atas meja.“Malam ini, kita lupakan
Hidup terkadang memang bisa sekonyol itu. Sedang enak bersantai hanya berdua dengan Drupadi, tiba-tiba pintu terbuka dan Batara -ayah Dyandra- masuk ke ruangan dengan membawa seorang lelaki yang sejak detik pertama langsung melihat ke arahnya. Dyandra terbelalak. ‘Mati aku! Jadi itu yang namanya Skylar? Ya ampun! Kenapa aku harus bertemu dia dalam kondisi begini?.’Sang wanita berparas manis cepat berdiri lalu merapikan pakaiannya. Mata tajam Skylar yang menatap dingin membuatnya salah tingkah. “Kamu sakit, Dyandra?” tanya Batara memperhatikan putri bungsunya. “Kenapa Ayah mendengar ada teriakan?”“Tidak Ayah. Itu tadi hanya eee … ehm ….” Dyandra bingung mencari alasan. “Ada kecoa terbang! Makanya Dyandra berteriak!” sambung Drupadi menyelamatkan adiknya dari rasa malu. Dyandra mendelik, menatap Drupadi sambil menahan tawa, juga menahan kesal. “Ini putri Bapak?” tanya Skylar pada Batara, tetapi melirik ke arah Dyandra. “Iya, betul. Mereka yang selama ini mengurusi peru