Cahaya remang yang ada di club itu mengaburkan pandangannya pada sosok wanita yang ada di depannya saat ini. Siluet dress pendek dan rambut bergelombang panjang meyakinkan Ashana jika sosok di depannya ini adalah wanita.
Kurangnya cahaya di dalam club ini memang membuat ia tak bisa melihat jelas wajah wanita itu, tapi untunglah suara lembut wanita ini masih bisa ia dengar dengan jelas.Untuk beberapa saat Ashana bergeming di tempatnya, seakan syok dengan perkataan yang baru saja masuk ke telinganya.Menatap lurus pada wanita yang ada di depannya, bibirnya tergagap ingin mengatakan sesuatu, tapi seakan ragu mulutnya tertutup kembali.“Apa kamu mendengar perkataan saya barusan?” suara dari wanita ini datang kembali terdengar indah di telinga menyadarkannya bahwa telinganya masih berfungsi normal, tak ada yang salah sedikitpun.Bergerak gelisah seolah tak yakin, Ashana akhirnya mengeluarkan suara, “Apa maksud perkataan anda barusan?” tanyanya pelan tak bertenaga.Wanita itu tampak menoleh pada sekitar, mungkin mencermati lingkungan yang tak tepat untuk membahas hal penting seperti itu.Beberapa detik matanya kembali menatap ke Ashana, “Sebaiknya kita keluar terlebih dulu dari sini. Ini bukan tempat yang cocok untuk bicara” ucapnya yang kemudian berbalik ingin pergi.Tapi sebelum itu, ia sempat menoleh pada Ashana yang masih berdiri diam di tempatnya, “Kenapa kamu masih diam? Ikut saya!” ucapnya lagi terdengar tegas kali ini.Tak ada pilihan karena ia juga tak terlalu tau tempat ini. Jadilah Ashana berjalan mengikuti wanita yang ada di depannya, hingga mereka akhirnya keluar dari Club itu. Merasa lega berhasil menghirup udara segar, dan mendapati pasokan cahaya yang banyak.Ia kembali mendengar nada perintah yang sama, “Masuk ke dalam mobil. Saya ingin bicara dengan kamu” ucap wanita itu yang masih saja pelan tapi jelas.Untuk sesaat Ashana tertegun di tempatnya, menyadari seberapa cantik wanita di depannya ini. Wanita ini tinggi langsing, dengan dress pendek memperjelas lekukan sempurna di tubuhnya. Wajahnya yang di pahat sempurna, walaupun di tutupi kacamata. Ashana masih bisa melihat jika wanita ini seperti artis korea dengan kulit bening, mata besar, hidung kecil yang mancung, dan bibir berisi layaknya model.Terdiam menghayati wajah di depannya, hingga suara kembali menariknya.“Apa yang kamu pikirkan? Saya nggak punya banyak waktu jadi cepat masuk!” ucap wanita itu yang mulai agak kesal melihat Asha yang tidak bergerak sama sekali.Menyadari kesalahannya, karena telah telah tidak sopan menatap seseorang begitu lama hingga membuat orang itu kesal. Asha menunduk seolah bersalah, “Ah maaf” ucapnya pelan yang kemudian mengikuti gerakan wanita itu masuk ke dalam mobil.Hanya berdua di dalam mobil, Ashana tak bisa berhenti untuk tak menatap wajah cantik disebelahnya. Side profilnya begitu luar biasa sungguh berbeda jauh dari wajahnya.Menyadari lirikan itu, wanita itu mendengus tak suka, “Biar saya katakan sekali lagi, saya akan membayar 1 Miliar asal kamu mau meminjamkan rahimmu”DegWalaupun sudah dua kali ia mendengarnya, Ashana masih saja bergetar merespon perkataan itu. Belum lagi ketika wanita ini melepas kacamatanya, Ashana seolah tertegun merasakan perasaan familiar luar biasa.“Kamu hanya perlu melahirkan anak untuk saya dan suami saya.”Kemudian wanita itu menoleh untuk menatap wajah di sampingnya, “Kamu tidak perlu takut, suami saya hanya akan tidur dengan kamu beberapa kali hingga kamu hamil. Dan setelahnya uang 1 Miliar akan ada di tangan kamu.”Ashana masih diam tak menjawab, ia hanya terdiam sambil terus mendengarkan.“Tugas kamu hanya mengandung dan melahirkan. Setelah bayi itu lahir, dia akan menjadi anak saya.”Wanita itu beralih menyalakan cerutu yang ada di dekatnya, membuat asap mulai memenuhi mobil, “Kamu tidak perlu tau, kenapa saya melakukan itu. Yang harus kamu tau hanya uang 1 Miliar akan saya langsung kirimkan begitu anak itu lahir.”Menghisap cerutunya lagi, “Tapi tentu saya tau kamu sedang kesulitan uang sekarang. Jadi saya bisa memberikan setengahnya di awal.”“Berapa yang kamu mau?” tanya wanita itu yang kali ini menatap wajah Ashana.Sedangkan Ashana masih diam tak tau harus menjawab apa, ia tau ini salah. Tapi setiap kali ia ingin menolak, akal sehatnya selalu di ingatkan dengan pesan Ayahnya.“Berbahagia lah bersama Ibumu”“Ayah titip Ibu ya. Jaga Ibu untuk Ayah ya sayang”Memejamkan mata, mencoba mengusir kewarasannya, “Saya butuh 150 juta sekarang” ucapnya pelan tapi menimbulkan seringai di wajah wanita itu.“Tentu jika kamu setuju, saya akan langsung transfer 200 juta pada rekeningmu sekarang juga. Jadi, apa kamu setuju?” tanya wanita itu meminta kepastian.Menelan rasa pahit di tenggorokannya, Ashana mengangguk, “Saya setuju”Tawa dari wanita itu pecah seketika, “Bagus.”Ashana bergidik sejenak merasa ngeri mendengarnya tapi kemudian ia teringat hal penting lainnya, “Lalu kapan saya akan menikah?”Tawa wanita itu langsung sirna saat itu juga, “Menikah? Siapa yang akan menikah?”Ashana terbengong sesaat, “A-apakah saya tidak akan menikah dulu sebelum saya hamil?” tanya nya mulai terbata.Hening sejenak dan tawa mulai menggema dari wanita di sampingnya, bahkan bahu wanita cantik itu mulai bergetar.“Hah, apa kamu bilang? Kamu ingin menikah dengan suami saya? Dengan wajah jelek seperti ini, jangankan menikah melihatnya saja suami saya tak akan mau” ucapnya dengan tangan yang sudah mengibas-ngibas merasa lucu.Mendengar itu Ashana memucat di tempatnya, “K-kalau begitu anak itu akan jadi anak haram. Saya tidak mau anak saya lahir di luar nikah” ucapnya mulai gugup.Wanita itu langsung membuang cerutunya, menatap dengan wajah gelap pada Ashana dan detik berikutnya jambakan langsung mendarat di rambut hitam Ashana, “Akhhh” pekiknya.Menarik kepala itu mendekat padanya, wanita cantik itu menekan setiap katanya, “Jangan bermimpi bisa menikah dengan suami saya. Kamu hanya akan menjual diri, bukan menjadi istri kedua suami saya mengerti?”Ashana yang merasakan sakit di rambutnya mulai terisak melepas pun tak bisa.“Dan lihat wajah jelek mu ini, kamu bahkan lebih rendah dari jalang yang cantik dan punya badan bagus. Jadi berterima kasih lah, karena saya sudah membantu hidupmu” tekannya mengejek.“Kamu hanya perlu berbaring di kasur dan suami saya yang akan menyelesaikan semuanya. Jangan pernah bermimpi untuk jatuh cinta pada suami saya. Yah, lagi pula kamu juga bukan tipe nya sama sekali” ucapnya yang langsung menyentak rambut Ashana hingga terlepas dari tangannya.Hiks hiks isak sakit sudah mulai keluar dari mulut Ashana, merasakan perih di akar rambutnya.Menatap pada Ashana yang tampak kesakitan, wajahnya justru bahagia, “ Dan ingat pesan saya jangan pernah jatuh cinta dengan suami saya. Kamu harus tau diri”Dan beberapa detik diam, hpnya bergetar. Ashana selalu menyalakan dering hpnya, kalau-kalau itu dari pihak rumah sakit.Tapi saat melihat layar, matanya melebar menatap angka yang fantastis 200 juta sudah di transfer oleh wanita cantik itu. Itu artinya ia sudah mulai menjual dirinya dari hari ini, napasnya langsung sesak menyadari itu.Mendongak mengusir air mata yang mulai ingin turun jatuh ke pipi. Ia menegarkan hati, mencoba ikhlas dengan semua ini, mengusir perasaan rendah diri yang mulai muncul tak terkendali.Itu artinya pula ia akan segera tidur dengan suami wanita ini, dengan bergetar Ashana bertanya, “Kalau boleh tau siapa suami anda?”Bellanca terdiam dan menoleh untuk menatap Ashana, saat mata mereka bertemu, “Caraka Daniswira, CEO dari Daniwira Group” ucapnya terselip nada bangga.Tapi Ashana langsung membeku, jantungnya berdetak cepat saat mendengar nama itu.Caraka Daniswira?Itu CEO tempatnya bekerjaSeorang pria yang belum cukup tua terbaring di ranjang rumah sakit, dengan tangan yang di tempeli infus yang tak lagi leluasa bergerak. Mata pria itu lelah seakan tak bisa lagi mengangkat kelopak matanya untuk tetap terbuka.Tapi segaris senyum masih ada menghiasi wajah pucat kurus yang sudah mulai berkerut itu.“Asha…”“Ashana…”Napas pelan yang sulit di dengar itu, memaksa Ashana makin mendekat. Mencondongkan badan ke depan dengan tangan yang mulai menutupi tangan yang lemah itu.Menggenggamnya erat memberikan rasa hangat, Ashana tersenyum cerah seakan tak ada beban di hati.“Iya Ayah, Asha di sini” balas nya sama pelannya seolah berbisik.Wikan Fazaria, yang sudah berumur 40-an itu mengangkat lebih tinggi kelopak matanya menatap keseluruhan wajah putri semata wayangnya.“Putri Ayah…” bisiknya pelan ingin menyentuh wajah yang sangat mirip dengan istrinya itu.Melihat tangan itu yang hanya bergerak tapi tak terangkat, Ashana langsung menariknya hingga menempel pada pipi kanannya. Mata
Hari senin yang di janjikan datang tanpa di harapkan, sesuai janji dengan wanita yang ternyata seorang aktris itu, Ashana harus datang ke apartemen Wira.Tapi satu hal yang ia ragukan sekarang, jam berapa ia harus ke sana?Ingin bertanya ia bahkan tak punya kontak pribadi wanita itu, Ashana terpaksa duduk diam di meja kerjanya. Memikirkannya lagi pastilah ia harus datang malam kan? lagi pula mereka hanya perlu tidur saja.Ashana bergidik merasa ngeri saat kalimat tidur dengan pria asing itu muncul di pikirannya. Ia memang mengatakan dengan mulutnya bahwa akan menjual keperawanannya bahkan akan menjual rahimnya, tapi saat sudah menghitung jam seperti ini, ia benar-benar merasa gugup, takut, dan terhina secara bersamaan.Ia merasa menjadi wanita paling tak bermoral dan lebih buruk dari jalang . Jika tak mengingat wajah Ibunya tadi pagi yang sudah mulai membaik, ia pasti akan langsung bunuh diri saja. Tapi masih ada Ibunya dan masih ada kata bahagia yang ia janjikan pada Ayahnya.Ashana
Mobil Toyota Alphard berwarna hitam berhenti tepat di depan loby Awbel Hotel. Sebelum turun Bellanca berkali-kali menghirup napas, menenangkan perasaannya. Merasa dirinya sudah mulai terkendali, barulah wanita cantik itu turun.Bellanca kali ini menggunakan mantel hitam yang menutupi dress nya, dan topi lumayan lebar untuk menenggelamkan wajahnya.Walaupun penjagaan hotel ini ketat, tak ada salahnya berhati-hati kalau-kalau ada paparazzi yang mengikutinya.Baru saja masuk ke lantai dasar Hotel Awbel tempat restoran Awbel berada. Bellanca tertegun karena area ini kosong. Tak ada satu orang pun di sini.Sehingga matanya dengan cepat menemukan pria dengan punggung tegak sedang duduk membelakanginya.Ah, itu pasti Yasa.Yasa Zabran, cinta pertamanya di bangku SMA. Pria dengan ciri khas lesung pipit di pipinya itu menjadi mantan pertama Bellanca hingga semester pertama kuliah. Yasa adalah pria yang ramah, lembut dan sangat perhatian, sangat berbeda dari Caraka. Karena itu lah ia bisa berpa
Operasi sudah selesai, tapi Ibunya masih belum sadar juga. Ashana tak bisa membendung rasa khawatir di hatinya. Bahkan keringat gugup mulai mengisi di tepian anak rambutnya. “Tante pasti baik-baik aja Sha, tante orang yang kuat dia udah bertahan sejauh ini. Tante nggak mungkin bakal nyerah gitu aja” ucap Ava menguatkan.Ashana mendongak, dengan genangan air mata menatap wajah temannya itu, “Aku takut Va, Ibu lebih milih sama Ayah dari pada pulang ke aku. Aku takut di tinggalin Ibu sendirian Va” ucapnya dengan isak tangis yang mulai menyelingi.Ava menegarkan wajahnya, menarik temannya itu kedalam pelukan yang mungkin bisa menenangkan.Greb Pelukan itu bertambah berat dengan bertambahnya seseorang.Dhia Fannan, teman sekantornya yang sudah menjadi teman dekat, “Sorry aku baru bisa datang Sha, aku minta maaf tidak bisa menemani kamu pas lagi butuh” ucapnya yang sudah melepas pelukan dan kini mulai menangis.Temannya ini memang tak ada di kota ini, karena dia sedang ada dinas luar kota.
Mentari bersilau dari balik gorden yang masih tertutup rapat. Dan kedua insan yang tidur sambil berpelukan itu tampak tak terganggu dengan jam yang mulai tinggi. Merasa masih nyaman di tempat dengan selimut tebal yang lembut dan pelukan yang hangat.Bellanca mengerjap beberapa kali meminta kesadarannya muncul, bersamaan dengan matanya yang sudah mulai fokus. Ia tertegun menatap dada bidang tepat di depannya.Mengangkat mata perlahan, dengan deru jantung beradu, matanya melebar.Pria ini YasaBukan suaminyaDia tidur dengan Yasa semalam.Seolah kewarasan mulai menyelimuti, ia terpekik bangun dari tempatnya. Bergerak mundur menjauh dari sosok itu, melepas paksa tangan yang melingkar di pinggangnya. Lalu matanya menatap lurus pada Yasa yang mulai terusik, ini salah. Dia mengkhianati Caraka saat ini, mengkhianati 6 tahun pernikahan mereka. Kelebat wajah Caraka yang tersenyum lembut membuat dadanya sesak. Senyum itu menghujam tepat di jantungnya, menyadarkannya akan kesalahan yang sudah i
Flashback onAshana jelas sekali ragu-ragu, “S-saya ingin menikah dengan Pak Caraka”DegPerkataan itu membuat hening singkat di ruangan itu.Caraka mengepalkan tangannya erat, “Kamu hanya menjual diri, dan ada apa dengan omong kosong barusan?”Merasakan hawa mengancam di depannya, Ashana memejamkan mata mencoba menghalau rasa takutnya, ia tiba-tiba saja teringat Kevin, bocah yang ia temui tadi. Ashana tak bisa membayangkan bagaimana anaknya lahir di luar nikah bahkan hasil darinya menjual diri. Anaknya pasti akan mendapatkan karma dari tindakan buruk Ibunya. “P-pak saya tidak ingin anak saya lahir di luar nikah, saya tidak ingin anak ini menjadi anak haram” ucapnya pelan.Ia tau tidur dengan pria asing saja sudah dosa, dan Ashana semakin tidak ingin membuat anaknya harus menjadi anak di luar nikah yang lahir hasil dari perbuatan dosa tersebut.Caraka langsung berdiri mendengar itu, “Kalau begitu kenapa kamu menyetujui tawaran istri saya? kamu hanya menginginkan uang seperti jalang la
Ashana duduk dengan gugup saat ini, tangannya bahkan berkeringat seakan tak percaya jika CEO tempatnya bekerja itu bersedia untuk menikahinya. Padahal Ashana ingat bagaimana marahnya pria ini kemarin, hingga menghancurkan semua barang dan berteriak keras bahwa tidak akan sudi untuk menikah dengannya.Tapi tiba-tiba saja hari ini Pak Caraka menghubunginya dan menyuruhnya untuk datang ke apartemen Wira. Pernikahan ini hanya sah di mata agama saja, tapi tidak di mata hukum dan Ashana paham alasannya.Dia hanya bertugas untuk melahirkan anak saja, nikah sirih pun ia sudah sangat bersyukur setidaknya ia terhindar dari dosa zina. Menunduk menatap tangannya, Ashana bahkan tak mengenakan gaun putih pengantin, ia hanya mengenakan kemeja kerjanya. Padahal ini pernikahan pertamanya tapi keadaannya tak mencerminkan seorang pengantin sama sekali. Ashana meringis menyadari itu.Di ruangan yang kemarin sempat di hancurkan Caraka, sudah ada penghulu dan beberapa saksi untuk mereka menikah. Caraka ta
Ashana dan Ava berjalan keluar dari gedung Daniswira Group. Belum sempat Ashana pamit pulang, seorang pria langsung menghampiri mereka, lebih tepatnya menghampiri Ava.“Va, yuk aku anter pulang” ucap pria itu dengan senyum yang sangat manis pada Ava. Tapi balasan berbeda justru di berikan Ava pada pria itu.“Nggak usah, aku nggak mau berduaan sama pria yang udah punya tunangan” decak Ava yang langsung menghindar.Ava lalu menatap pada Ashana yang tampak bingung, “Asha aku pulang duluan ya, bye”“Oh, iya bye” jawab kikuk Ashana.Setelahnya Ava langsung bergerak ke pinggir jalan mencari taksi, ia ingin segera menghilang dari sini. Awalnya ia kaget mendapati Jalex ada di depan gedung tempat kerjanya, dari mana pria ini tau ia bekerja di sini?Terlalu kesal, hingga ia tak menyadari Jalex sudah berdiri di sebelahnya menatap lekat wajah yang mengerut itu.“Va, pulang sama aku aja ya? Ya?” tanyanya seperti anak kecil yang memohon membuat Ava menatap heran.Kenapa wajah pria ini terlihat lucu?