Mobil Toyota Alphard berwarna hitam berhenti tepat di depan loby Awbel Hotel. Sebelum turun Bellanca berkali-kali menghirup napas, menenangkan perasaannya. Merasa dirinya sudah mulai terkendali, barulah wanita cantik itu turun.
Bellanca kali ini menggunakan mantel hitam yang menutupi dress nya, dan topi lumayan lebar untuk menenggelamkan wajahnya.Walaupun penjagaan hotel ini ketat, tak ada salahnya berhati-hati kalau-kalau ada paparazzi yang mengikutinya.Baru saja masuk ke lantai dasar Hotel Awbel tempat restoran Awbel berada. Bellanca tertegun karena area ini kosong. Tak ada satu orang pun di sini.Sehingga matanya dengan cepat menemukan pria dengan punggung tegak sedang duduk membelakanginya.Ah, itu pasti Yasa.Yasa Zabran, cinta pertamanya di bangku SMA. Pria dengan ciri khas lesung pipit di pipinya itu menjadi mantan pertama Bellanca hingga semester pertama kuliah. Yasa adalah pria yang ramah, lembut dan sangat perhatian, sangat berbeda dari Caraka. Karena itu lah ia bisa berpacaran dengan Caraka, karena Bellanca mencari pria yang berbanding terbalik dengan mantannya sebagai bentuk move on nya.Tapi kenapa bisa tiba-tiba Yasa datang kembali ke Moon City?Semenjak mereka putus, Yasa langsung pindah ke Gregara. Dan setelahnya tak ada lagi komunikasi yang terjadi di antara mereka.Tanpa Bellanca sadari ternyata Yasa sudah menyadari kehadirannya, “Ah Cla” sapanya.“Silahkan duduk” ucapnya begitu lembut dengan nada perhatian yang masih sama.Hal itu membuat Bellanca seperti tersedot ke manisnya hubungan mereka kala itu.Duduk dengan tak tenang, Bellanca bahkan tak bisa mengangkat pandangannya. Ia merasa gugup bahkan jantungnya tak hentinya berdebar sejak tadi.Yasa tersenyum di tempatnya merasakan bahwa wanita ini masih sama, masih menyimpan rasa padanya. Yasa yakin itu“Bagaimana kabar mu Cla?” basa basi Yasa memecah kegugupan Bellanca.Mendengar perkataan tiba-tiba itu, memaksanya mendongak dan Bellanca tertegun mendapati senyum manis dengan lesung pipit yang terbenam di sisi bibirnya. Begitu indah, tanpa sadar ia terpesona.Pria ini masih saja punya daya tarik luar biasa.“Cla? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Yasa lagi melihat wajah diam Bellanca.“Ah aku baik-baik saja, bagaimana dengan mu?” tanya Bellanca agak bingung dengan perasaannya.Yasa masih tersenyum, “Baik, jauh lebih baik lagi saat melihat dirimu” ucapnya tenang.Tapi Bellanca yang mendengarnya justru yang makin tak tenang. Bellanca memaksa dirinya untuk mengenyahkan perasaan ini, ini tak benar. Debaran jantungnya ini salah tempat.“Bagaimana jika kita memesan sekarang?” tanya sopan Yasa, “Kamu ingin makan apa?” dan juga masih saja begitu perhatian.Bellanca dengan cepat mengambil buku menu. Melihatnya satu persatu, seperti kebanyakan wanita, ia bingung.“Bagaimana dengan quinoa salad with beef, sepertinya kamu masih ada jadwal syuting” saran Yasa yang lagi-lagi membuat Bellanca terdiam'Itu menu yang rendah kalori' sadar Bellanca.Yasa orang yang sangat perhatian memerhatikan setiap detail kecil, dia pasti tau Bellanca adalah seorang aktris jadi penting untuk menjaga berat badan, apalagi ini makan malam jadi ia harus makan makanan rendah kalori.Bellanca langsung tanpa sengaja membandingkannya dengan Caraka, yang selalu memaksanya untuk tak diet. Dan memaksanya makan banyak.Bellanca sama sekali tak marah, ia tau Caraka melakukan itu demi kebaikannya. Tapi dalam hubungan juga penting rasa pengertian. Apakah ini yang di sebut perbedaan orang yang mencintaimu dengan orang yang mengerti dirimu?Termenung lagi, Yasa kembali bersuara, “Cla? Apa kamu baik-baik saja? Sepertinya kamu sedang banyak pikiran saat ini”Menghela napas, Yasa tampak bersalah, “Maaf, seharusnya aku tidak tiba-tiba memintamu untuk bertemu. Aku hanya terlalu senang, bisa kembali ke Moon City dan aku langsung teringat dirimu. Ahhh, seharusnya aku tau kamu pasti lelah”Melihat itu Bellanca langsung menggeleng, ia merasa tak enak sudah membuat Yasa berpikiran buruk, “Ah tidak Yas, aku baik-baik saja. Sorry tadi tiba-tiba kepikiran pekerjaan” ucap Bellanca lemah.“Ah syukur kalau begitu, aku kira kamu merasa tidak nyaman karena harus bertemu denganku” ucapnya lirih.Bellanca langsung membantah itu dengan berteriak, “Tidak Yas, aku senang bisa bertemu dengan mu lagi” nada tinggi itu langsung membuat keadaan menjadi canggung.Kikuk sejenak hingga tawa Yasa langsung mengisi, jelas sekali dari wajah pria itu jika ia lega dan senang mendengar itu.“Kamu tidak berubah Cla” ucapnya dengan mata menyipit.senyum yang manis itu membuat rona merah muncul di pipi Bellanca.Makan malam itu selesai dengan cepat tanpa mereka sadari, percakapan mengalir dengan ringan tanpa ada canggung sama sekali. Seolah mereka sudah kembali pada masa-masa mereka akrab dulu.Ketika Bellanca ingin keluar dari Restoran hotel itu, Yasa meraih pergelangan tangannya, “Masih ada hal yang ingin aku bicarakan….bagaimana kalau kita ke atas?” tanya pelan tapi yakin itu membuat Bellanca terdiam kelu.Ia harus menolakkan? Ia sudah punya suami, ya walaupun dia tak pernah mempublikasikan pernikahannya.Tapi belum bicara, Yasa sudah menganggap diamnya itu sebagai persetujuan. Bellanca terseret memasuki lift.Bahkan tangan Yasa kini tak lagi memegang pergelangan tangannya, tapi sudah berpindah memeluk telapak tangan kecilnya, dan tak di tahan suasana nyaman ini membuat Bellanca tak ingin melepas tangan hangat itu.TingHingga mereka sampai pada pintu hotel Yasa.Entah siapa yang memulai dan entah sejak kapan juga, keadaan mereka sudah saling menempel satu sama lain di dinding pintu. Seakan terbawa haru suasana pertemuan kembali, keduanya menyebar rindu dengan ciuman dalam yang makin intens, bahkan mantel Bellanca sudah terlepas jatuh ke lantai.Yasa tampak tak sabar dengan perlahan mengangkat tubuh itu ke dalam gendongannya, dengan ciuman yang tak juga di lepas. Bellanca pun hanya pasrah saja ketika merasakan punggungnya menyentuh kain lembut yang empuk. Matanya yang terpejam menikmati ciuman dan aroma Yasa, ia sudah tak peduli lagi dengan hal lain.Yasa melepas ciuman itu, tapi tak memberikan jarak pada kedua tubuh yang saat ini sudah berhimpitan di atas tempat tidur, dengan kedua tangan berada di sisi kepala Bellanca, sedangkan kedua kaki Bellanca terbuka di sisi badan Yasa.“Cla, I still Love You”“Always, dari kita putus hingga sekarang” lirih hembusan napas Yasa mengalir di kulit wajah wanita yang tampak syok itu.Bellanca terdiam seakan tak percaya.Tak menunggu respon, Yasa kembali menurunkan wajahnya lebih dekat, mengecup pelan pada sisi bibir Bellanca, “I Love You”Lalu beralih pada pipi dan terus hingga hembusan napasnya hinggap di telinga wanita itu, “Please, jadi milik aku lagi Cla”Kalimat itu jatuh bersamaan dengan napas Bellanca yang tercekat, jika suasananya normal mungkin Bellanca akan langsung menjawab tak bisa. Tapi dengan suasana intim ini, Bellanca seakan tertahan untuk menolak. Pikiran waras nya sudah hilang sejak ia masuk ke kamar hotel ini. Terlebih Ada sedikit perasaan yang seolah masih menginginkan tempat itu.Apalagi ketika ia kembali di hadapkan pada pria yang selalu bisa menghangatkan hatinya. Tatapan mata dan senyum pria ini masih sama dengan dulu. Dan ada rasa egois di hati Bellanca, untuk bisa memiliki hal itu lagi.Dan ketika tubuh mereka sama-sama sudah tak tertutup kain sehelai pun. Yasa mendekatkan bibirnya pada telinga Bellanca, “Cla, I love you”Detik itu juga hp Bellanca berdering nyaring di udara dan nama layar My Husband jelas tercetak di sana.Mata Bellanca melebar seakan sadar, ‘Caraka’Operasi sudah selesai, tapi Ibunya masih belum sadar juga. Ashana tak bisa membendung rasa khawatir di hatinya. Bahkan keringat gugup mulai mengisi di tepian anak rambutnya. “Tante pasti baik-baik aja Sha, tante orang yang kuat dia udah bertahan sejauh ini. Tante nggak mungkin bakal nyerah gitu aja” ucap Ava menguatkan.Ashana mendongak, dengan genangan air mata menatap wajah temannya itu, “Aku takut Va, Ibu lebih milih sama Ayah dari pada pulang ke aku. Aku takut di tinggalin Ibu sendirian Va” ucapnya dengan isak tangis yang mulai menyelingi.Ava menegarkan wajahnya, menarik temannya itu kedalam pelukan yang mungkin bisa menenangkan.Greb Pelukan itu bertambah berat dengan bertambahnya seseorang.Dhia Fannan, teman sekantornya yang sudah menjadi teman dekat, “Sorry aku baru bisa datang Sha, aku minta maaf tidak bisa menemani kamu pas lagi butuh” ucapnya yang sudah melepas pelukan dan kini mulai menangis.Temannya ini memang tak ada di kota ini, karena dia sedang ada dinas luar kota.
Mentari bersilau dari balik gorden yang masih tertutup rapat. Dan kedua insan yang tidur sambil berpelukan itu tampak tak terganggu dengan jam yang mulai tinggi. Merasa masih nyaman di tempat dengan selimut tebal yang lembut dan pelukan yang hangat.Bellanca mengerjap beberapa kali meminta kesadarannya muncul, bersamaan dengan matanya yang sudah mulai fokus. Ia tertegun menatap dada bidang tepat di depannya.Mengangkat mata perlahan, dengan deru jantung beradu, matanya melebar.Pria ini YasaBukan suaminyaDia tidur dengan Yasa semalam.Seolah kewarasan mulai menyelimuti, ia terpekik bangun dari tempatnya. Bergerak mundur menjauh dari sosok itu, melepas paksa tangan yang melingkar di pinggangnya. Lalu matanya menatap lurus pada Yasa yang mulai terusik, ini salah. Dia mengkhianati Caraka saat ini, mengkhianati 6 tahun pernikahan mereka. Kelebat wajah Caraka yang tersenyum lembut membuat dadanya sesak. Senyum itu menghujam tepat di jantungnya, menyadarkannya akan kesalahan yang sudah i
Flashback onAshana jelas sekali ragu-ragu, “S-saya ingin menikah dengan Pak Caraka”DegPerkataan itu membuat hening singkat di ruangan itu.Caraka mengepalkan tangannya erat, “Kamu hanya menjual diri, dan ada apa dengan omong kosong barusan?”Merasakan hawa mengancam di depannya, Ashana memejamkan mata mencoba menghalau rasa takutnya, ia tiba-tiba saja teringat Kevin, bocah yang ia temui tadi. Ashana tak bisa membayangkan bagaimana anaknya lahir di luar nikah bahkan hasil darinya menjual diri. Anaknya pasti akan mendapatkan karma dari tindakan buruk Ibunya. “P-pak saya tidak ingin anak saya lahir di luar nikah, saya tidak ingin anak ini menjadi anak haram” ucapnya pelan.Ia tau tidur dengan pria asing saja sudah dosa, dan Ashana semakin tidak ingin membuat anaknya harus menjadi anak di luar nikah yang lahir hasil dari perbuatan dosa tersebut.Caraka langsung berdiri mendengar itu, “Kalau begitu kenapa kamu menyetujui tawaran istri saya? kamu hanya menginginkan uang seperti jalang la
Ashana duduk dengan gugup saat ini, tangannya bahkan berkeringat seakan tak percaya jika CEO tempatnya bekerja itu bersedia untuk menikahinya. Padahal Ashana ingat bagaimana marahnya pria ini kemarin, hingga menghancurkan semua barang dan berteriak keras bahwa tidak akan sudi untuk menikah dengannya.Tapi tiba-tiba saja hari ini Pak Caraka menghubunginya dan menyuruhnya untuk datang ke apartemen Wira. Pernikahan ini hanya sah di mata agama saja, tapi tidak di mata hukum dan Ashana paham alasannya.Dia hanya bertugas untuk melahirkan anak saja, nikah sirih pun ia sudah sangat bersyukur setidaknya ia terhindar dari dosa zina. Menunduk menatap tangannya, Ashana bahkan tak mengenakan gaun putih pengantin, ia hanya mengenakan kemeja kerjanya. Padahal ini pernikahan pertamanya tapi keadaannya tak mencerminkan seorang pengantin sama sekali. Ashana meringis menyadari itu.Di ruangan yang kemarin sempat di hancurkan Caraka, sudah ada penghulu dan beberapa saksi untuk mereka menikah. Caraka ta
Ashana dan Ava berjalan keluar dari gedung Daniswira Group. Belum sempat Ashana pamit pulang, seorang pria langsung menghampiri mereka, lebih tepatnya menghampiri Ava.“Va, yuk aku anter pulang” ucap pria itu dengan senyum yang sangat manis pada Ava. Tapi balasan berbeda justru di berikan Ava pada pria itu.“Nggak usah, aku nggak mau berduaan sama pria yang udah punya tunangan” decak Ava yang langsung menghindar.Ava lalu menatap pada Ashana yang tampak bingung, “Asha aku pulang duluan ya, bye”“Oh, iya bye” jawab kikuk Ashana.Setelahnya Ava langsung bergerak ke pinggir jalan mencari taksi, ia ingin segera menghilang dari sini. Awalnya ia kaget mendapati Jalex ada di depan gedung tempat kerjanya, dari mana pria ini tau ia bekerja di sini?Terlalu kesal, hingga ia tak menyadari Jalex sudah berdiri di sebelahnya menatap lekat wajah yang mengerut itu.“Va, pulang sama aku aja ya? Ya?” tanyanya seperti anak kecil yang memohon membuat Ava menatap heran.Kenapa wajah pria ini terlihat lucu?
Makan malam ini terasa canggung untuk Bellanca, pasalnya seseorang yang tidak ia harapkan sedang berada di tempat ini atau lebih tepatnya menjadi investor pada proyek filmnya.Merasakan pandangan seseorang terus berada di wajahnya, Bellanca mengangkat pandangannya menatap pria itu, Yasa.Kenapa tiba-tiba pria ini berinvestasi pada film?Ingin sekali menanyakan soal itu, tapi mereka tak berdua saja. Ini makan malam sebelum proyek film terbarunya dimulai, dimana ada pemain, sutradara, hingga investor pun datang. Tak menahan lagi Bellanca segera berdiri, “Saya permisi ke toilet sebentar” pamitnya yang segera di angguki yang lain.Mencuci tangan di wastafel, ia tak menyadari seseorang mendekat padanya dan menariknya masuk ke dalam salah satu bilik toilet. “Yasa!” pekik kaget Bellanca mendapati kehadiran pria itu.“Apa yang kamu lakukan? Ini tidak benar” ucap Bellanca lagi, ingin keluar dari sana. Tapi tarikan di tangannya menghentikan itu semua, Yasa memegang dengan kuat pergelangan tanga
Bellanca sudah tak pulang beberapa hari ini, membuat keadaan penthouse mereka terasa sepi bagi Caraka. Mungkin memang benar, jika mereka memiliki anak Bellanca akan lebih suka menghabiskan waktu untuk di rumah saja.Menatap kembali hpnya, istrinya itu masih saja belum membalas pesannya. Tidak biasanya istrinya begini, sesibuk apapun dia pasti akan menyempatkan waktu untuk sekedar menjelaskan keadaannya. Hari pun sudah sore bersamaan dengan langit menjingga di luar, menandakan malam akan mulai datang. Caraka berdiri diam di ruang tamu, menatap ke dinding luar sambil menunggu kepulangan istrinya.Melirik singkat jam di pergelangan tangannya, ia bahkan belum mengganti pakaian kantornya, karena terus kepikiran dengan Bellanca. Tak menunggu lama untuk terus bertanya-tanya, pintu penthouse mereka terbuka di detik berikutnya. Dan sosok ramping dengan dress panjang hadir setelahnya. “Darl…” kaget Bellanca mendapati suaminya itu berdiri menatap ke arah dirinya.Dan kemudian senyum manis dan p
Langkah kaki kecil itu tergesa-gesa seakan di kejar waktu, dengan masih menggunakan heels kerjanya, Ashana buru-buru memasuki pusat perbelanjaan terbesar di kota ini.Melihat keramaian di sana sini, dan silau terang lampu di dalamnya. Ashana sadar jika ia sudah terlalu lama tak menginjakkan kaki di mall yang dulunya sering ia datangi. Sudah setahun ini kakinya hanya berputar dari kantor, rumah sakit dan kos-kosannya. Hanya 3 tempat itu yang selalu di pijaknya.Tapi tak ia duga karena telepon dari istri Pak Caraka, dia akhirnya kembali menginjakkan kaki di sini lagi. Kembali merasakan hidup di tengah ibu kota yang super padat.Terus melangkah dan menaiki eskalator, Ashana akhirnya sampai di tempat yang di tuliskan Bellanca pada chat yang dikirimnya.Memandang tempat ini sekilas, ia tau ini klinik kecantikan. Untuk apa ia datang kesini?Tau jawaban dari pertanyaan itu hanya ada di Bellanca, Ashana segera memasuki tempat itu mencari wanita cantik yang memintanya untuk datang. Ashana sege