“Arza!” lirih Alwi dengan mengepalkan tangannya.
Pria berwajah manis itu memandang kejadian di sudut sana dengan tidak percaya. Arza sudah melewati batasnya pikir Alwi.
Azkiya melangkah mendekat pada Ria.
“Kamu boleh merendahkanku karena harta, tapi jangan pernah melukai harga diriku,” desis Azkiya seraya menatap tajam pada wanita yang kini wajahnya telah basah oleh jus.
“Dan, ya. Kalaupun ada yang harus disebut sebagai perempuan rendahan adalah kamu! Karena tidak ada wanita berkelas yang mengusik rumah tangga orang lain!” ucap Azkiya dengan penuh penekanan disetiap kata.
Duarrrr!
Gelegar petir terdengar, seketika hujan turun dengan derasnya.
Air mata tak henti turun dengan derasnya, Azkiya tidak lagi mencoba menahannya karena ini sudah amat melukai dirinya.
“Berani sekali kamu!” Ria membentak Azkiya.
Namun hal itu sama sekali tidak membuat Azkiya takut, memang benar
“Azkiya!” gumam Alwi. Ia mengenali pakaian kerja yang Azkiya kenakan.Ya. Azkiya masih mengenakan pakaian kerjanya.Alwi melangkah dengan cepat. Lelaki itu benar-benar khawatir.Sementara itu, Azkiya menangis sambil menundukkan pandangannya sehingga tak menyadari kedatangan Alwi.“Azkiya,” panggil Alwi dengan lirih. Tangannya menyentuh pundak Azkiya dengan pelan.Azkiya membuka matanya saat merasakan pundaknya disentuh. Ia perlahan mendongak.“Alwi!” Suara Azkiya terdengar lemah.Azkiya menatap Alwi dengan sendu. Wajahnya sangat pucat karena kedinginan.Tanpa aba-aba Alwi memeluk Azkiya dengan erat. Ia amat terluka melihat kondisi Azkiya.Sementara Azkiya hanya bisa terdiam dalam pelukan lelaki itu. Pikirannya benar-benar kalut hingga tak sadar dengan apa yang terjadi.Tak ada satupun kata yang terucap. Azkiya hanya menangis. Meluapkan semua rasa sakitnya dalam pelukan Alw
Azkiya berbicara dengan sedikit gugup. Bagaimana tidak? Arza kini tengah menatapnya dari jarak yang sangat dekat.Lelaki itu terdiam sebentar. Matanya terpaku pada bibir Azkiya yang pucat.Sikap Arza membuat Azkiya salah tingkah. Perempuan itu melangkah mundur untuk mengambil jarak. Degup jantung Azkiya meningkat saat Arza menatapnya.“Ekhem!”Arza tersadar. Lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya“Tidurlah di sana!” ujar Arza seraya menunjuk tempat tidur dengan matanya. Ia kemudian berbalik dan melangkah keluar kamar setelah mengatakan itu.Mata Azkiya tak beralih hingga Arza benar-benar hilang di balik pintu.”Apa aku tidak salah dengar?”“Kak Arza menyuruhku tidur di kasur secara langsung?”Azkiya menjatuhkan bobot tubuhnya di atas ranjang, matanya menatap langit-langit kamar.“Sikapnya benar-benar tidak bisa ditebak.”“Tadi siang dia begitu meng
Seorang wanita segera menyambut kedatangan Arza dengan antusias.“Akhirnya kamu sampai.”“Aku sudah menunggumu sedari tadi.” Ria memeluk lengan Arza dengan manja.Sikap wanita itu membuat Arza risih. Namun Arza tak bisa menghindar. Lelaki itu hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi.“Ayo masuk! Ayah juga sudah menunggu.” Ria menuntun Arza untuk memasuki rumah.Ria membuka perlahan pintu kamar. Tampak seorang lelaki paruh baya yang tengah terbaring di atas ranjang.Lelaki paruh baya itu adalah Mahendra. Ayah Ria.Mata Mahendra melirik kala mendengar suara pintu dibuka dari luar. Ia tersenyum saat melihat seorang lelaki yang berjalan di belakang putrinya.“Ayah!” panggil Ria dengan sumringah. Ia berjalan mendekat ke arah ranjang diikuti oleh Arza.Ria membantu sang ayah untuk duduk bersandar pada ranjang.“Bagaimana kabarnya, Pak?” Arza menyalami Mahendra dengan senyum tipisnya. Ia kemudian duduk di kursi tepat di samping Mahendra.“Seperti inilah,” jawab Mahendra apa adanya.“Sebenarnya
Mata Azkiya tak berkedip. Ia bahkan memperbesar foto tersebut untuk memastikan apa yang ia lihat.Azkiya berkali-kali melihat ponselnya, berharap ia salah lihat. Tapi tentu saja semua tak merubah apapun.Itu adalah foto Ria dan suaminya.Dalam foto itu Arza terlihat tengah sibuk. Entah lelaki itu menyadari atau tidak saat Ria mengambil foto tersebut.Azkiya menggenggam ponselnya dengan lemah.”Arza bahkan tak memberitahuku akan pergi ke kota mana.”“Tapi dia membawa wanita itu bersamanya.”Perlahan pandangan Azkiya mengabur karena air mata. Perempuan itu mendongak agar air matanya tak jatuh, tapi gagal.Tarikan nafas dalam terdengar dari mulut Azkiya, ia mencoba meredam rasa sakit hatinya.Bukankah ini sudah menjadi yang kesekian kalinya bagi Azkiya? Arza bahkan tak segan bermesraan dengan kekasihnya di depan semua orang. Jadi, seharusnya Azkiya sudah terbiasa ‘kan?Tapi bagaimanapun juga hal itu tetap menyakitan. Tentu saja, Azkiya hanya manusia biasa.Baru saja Azkiya merasa bahagia
Mata Azkiya terbuka sempurna.Refleks Arza melangkah mundur. Ia menatap mata Azkiya untuk beberapa saat lalu membuang pandangannya ke arah lain.Azkiya belum benar-benar tidur. Ia bisa merasakan ada bayangan saat Arza mendekat, karenanya ia membuka mata.“Sudah pulang?” Azkiya bangkit dari posisinya.Arza masih terdiam dengan rasa terkejutnya dan membuat pertanyaan Azkiya menguap begitu saja.Tanpa berkata apapun Arza kemudian berlalu menuju kamarnya.“Aku akan menyiapkan air hangat untuk mandi,” ujar AzkiyaArza mendengar apa yang diucapkan Azkiya. Namun kakinya tetap meniti tangga tanpa berniat menjawab ucapan sang istri.Terdengar gemericik air dari arah kamar mandi. Suara itu berasal dari aktivitas Arza yang tengah membersihkan diri.Sementara itu Azkiya tengah menyiapkan baju untuk Arza. Ia kemudian meletakkan baju itu di atas tempat tidur dan berlalu menuju sofa.“Sepertin
Azkiya mematung sesaat kala Arza menatap tepat pada dirinya.Namun, dengan cepat wanita itu menunduk. Tangannya merapikan pakaian yang sebenarnya sudah rapi. Tentu saja. Azkiya hanya berpura-pura. Setelah itu Azkiya berbalik dan berjalan masuk seolah tak terjadi apapun.Sementara itu Arza masih terdiam di tempatnya. Ia terus menatap Azkiya hingga wanita itu benar-benar masuk ke dalam restoran.Arza baru tersadar saat Ria memanggilnya dari dalam mobil. Lelaki itu akhirnya bergegas untuk masuk.Ria menatap Arza yang hanya diam membisu sambil menyetir mobli.Perasaan Arza benar-benar tak karuan. Ia bingung dengan dirinya sendiri.Tatapan Azkiya tadi terus membayangi pikirannya. Ada apa? bahkan jika Azkiya terluka, bukankah itu hal yang bagus?Arza menghela nafas pelan.“Arza!”Ria rupanya masih memperhatikan Arza.“Hem?” Arza menjawab dengan malas.“Kamu kenapa?” tanya Ria.Tiba-tiba Arza menepikan mobilnya di pinggir jalan.“ Kenapa kamu tiba-tiba datang ke kafe? Ada apa?”Nada bicara Ar
“Kamu demam, Kak?”Tangan Azkiya sibuk menyentuh dahi Arza lalu beralih pada dahinya sendiri untuk membandingkan.Meski terkejut dengan sikap Azkiya tapi Arza hanya diam tanpa respon apapun.Sadar sikap Azkiya dikarenakan salah paham dengann obat yang ia pegang, Arza lantas bergegas menyembunyikannya. Ia memasukkan benda tersebut ke saku celananya.“Kak Arza tidak enak badan? Apa yang sakit?”Arza tak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya diam sambil menatap Azkiya dengan tatapan dinginnya.Melihat sikap Arza yang dingin membuat Azkiya menciut. Ia beringsut ke samping untuk memberi jarak antara mereka berdua.“Aku tidak sakit.”Azkiya kembali menatap tangan Arza. Tapi obat itu sudah tidak ada di sana.”Tapi tadi Kak Arza memegang…”“Hanya vitamin. Meskipun aku sakit itu bukan urusanmu!” potong Arza dengan cepat. Ia tidak ingin siapapun ta
“Hah?” Azkiya mengerjapkan matanya saat mendengar ucapan Arza.Azkiya mematung dengan wajah yang terkejut.Jarak yang begitu dekat membuat Azkiya bisa melihat wajah Arza dengan jelas. Azkiya bisa menerka jika Arza tengah memiliki beban yang amat berat. Wajah lelah dan frustasi itu terpampang jelas di mata Azkiya.“Maaf.” Suara Azkiya memecah keheningan. Ia menunduk menghindari tatapan Arza.Arza berbalik. Dengan langkah gontai lelaki itu melenggang menuju kamarnya.Dengan perlahan Azkiya membuka pintu kamar. Ia mengedarkan pandangan dan tak melihat sang suami. Gemericik suara air terdengar oleh Azkiya. Menandakan sang suami tengah berada di kamar mandi.Azkiya sengaja membiarkan Arza masuk ke kamar lebih dulu. Azkiya tahu jika tetap mengikuti Arza seperti tadi, lelaki itu akan semakin marah.Perempuan dengan rambut panjang itu segera membuka lemari pakaian lalu mengambil baju Arza.Tiba-tiba Azkiya menatap pintu kamar mandi sebentar. Perempuan itu melangkah mendekati nakas lalu mengamb