Azkiya berbicara dengan sedikit gugup. Bagaimana tidak? Arza kini tengah menatapnya dari jarak yang sangat dekat.
Lelaki itu terdiam sebentar. Matanya terpaku pada bibir Azkiya yang pucat.
Sikap Arza membuat Azkiya salah tingkah. Perempuan itu melangkah mundur untuk mengambil jarak. Degup jantung Azkiya meningkat saat Arza menatapnya.
“Ekhem!”Arza tersadar. Lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya
“Tidurlah di sana!” ujar Arza seraya menunjuk tempat tidur dengan matanya. Ia kemudian berbalik dan melangkah keluar kamar setelah mengatakan itu.
Mata Azkiya tak beralih hingga Arza benar-benar hilang di balik pintu.”Apa aku tidak salah dengar?”
“Kak Arza menyuruhku tidur di kasur secara langsung?”
Azkiya menjatuhkan bobot tubuhnya di atas ranjang, matanya menatap langit-langit kamar.
“Sikapnya benar-benar tidak bisa ditebak.”
“Tadi siang dia begitu mengSeorang wanita segera menyambut kedatangan Arza dengan antusias.“Akhirnya kamu sampai.”“Aku sudah menunggumu sedari tadi.” Ria memeluk lengan Arza dengan manja.Sikap wanita itu membuat Arza risih. Namun Arza tak bisa menghindar. Lelaki itu hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi.“Ayo masuk! Ayah juga sudah menunggu.” Ria menuntun Arza untuk memasuki rumah.Ria membuka perlahan pintu kamar. Tampak seorang lelaki paruh baya yang tengah terbaring di atas ranjang.Lelaki paruh baya itu adalah Mahendra. Ayah Ria.Mata Mahendra melirik kala mendengar suara pintu dibuka dari luar. Ia tersenyum saat melihat seorang lelaki yang berjalan di belakang putrinya.“Ayah!” panggil Ria dengan sumringah. Ia berjalan mendekat ke arah ranjang diikuti oleh Arza.Ria membantu sang ayah untuk duduk bersandar pada ranjang.“Bagaimana kabarnya, Pak?” Arza menyalami Mahendra dengan senyum tipisnya. Ia kemudian duduk di kursi tepat di samping Mahendra.“Seperti inilah,” jawab Mahendra apa adanya.“Sebenarnya
Mata Azkiya tak berkedip. Ia bahkan memperbesar foto tersebut untuk memastikan apa yang ia lihat.Azkiya berkali-kali melihat ponselnya, berharap ia salah lihat. Tapi tentu saja semua tak merubah apapun.Itu adalah foto Ria dan suaminya.Dalam foto itu Arza terlihat tengah sibuk. Entah lelaki itu menyadari atau tidak saat Ria mengambil foto tersebut.Azkiya menggenggam ponselnya dengan lemah.”Arza bahkan tak memberitahuku akan pergi ke kota mana.”“Tapi dia membawa wanita itu bersamanya.”Perlahan pandangan Azkiya mengabur karena air mata. Perempuan itu mendongak agar air matanya tak jatuh, tapi gagal.Tarikan nafas dalam terdengar dari mulut Azkiya, ia mencoba meredam rasa sakit hatinya.Bukankah ini sudah menjadi yang kesekian kalinya bagi Azkiya? Arza bahkan tak segan bermesraan dengan kekasihnya di depan semua orang. Jadi, seharusnya Azkiya sudah terbiasa ‘kan?Tapi bagaimanapun juga hal itu tetap menyakitan. Tentu saja, Azkiya hanya manusia biasa.Baru saja Azkiya merasa bahagia
Mata Azkiya terbuka sempurna.Refleks Arza melangkah mundur. Ia menatap mata Azkiya untuk beberapa saat lalu membuang pandangannya ke arah lain.Azkiya belum benar-benar tidur. Ia bisa merasakan ada bayangan saat Arza mendekat, karenanya ia membuka mata.“Sudah pulang?” Azkiya bangkit dari posisinya.Arza masih terdiam dengan rasa terkejutnya dan membuat pertanyaan Azkiya menguap begitu saja.Tanpa berkata apapun Arza kemudian berlalu menuju kamarnya.“Aku akan menyiapkan air hangat untuk mandi,” ujar AzkiyaArza mendengar apa yang diucapkan Azkiya. Namun kakinya tetap meniti tangga tanpa berniat menjawab ucapan sang istri.Terdengar gemericik air dari arah kamar mandi. Suara itu berasal dari aktivitas Arza yang tengah membersihkan diri.Sementara itu Azkiya tengah menyiapkan baju untuk Arza. Ia kemudian meletakkan baju itu di atas tempat tidur dan berlalu menuju sofa.“Sepertin
Azkiya mematung sesaat kala Arza menatap tepat pada dirinya.Namun, dengan cepat wanita itu menunduk. Tangannya merapikan pakaian yang sebenarnya sudah rapi. Tentu saja. Azkiya hanya berpura-pura. Setelah itu Azkiya berbalik dan berjalan masuk seolah tak terjadi apapun.Sementara itu Arza masih terdiam di tempatnya. Ia terus menatap Azkiya hingga wanita itu benar-benar masuk ke dalam restoran.Arza baru tersadar saat Ria memanggilnya dari dalam mobil. Lelaki itu akhirnya bergegas untuk masuk.Ria menatap Arza yang hanya diam membisu sambil menyetir mobli.Perasaan Arza benar-benar tak karuan. Ia bingung dengan dirinya sendiri.Tatapan Azkiya tadi terus membayangi pikirannya. Ada apa? bahkan jika Azkiya terluka, bukankah itu hal yang bagus?Arza menghela nafas pelan.“Arza!”Ria rupanya masih memperhatikan Arza.“Hem?” Arza menjawab dengan malas.“Kamu kenapa?” tanya Ria.Tiba-tiba Arza menepikan mobilnya di pinggir jalan.“ Kenapa kamu tiba-tiba datang ke kafe? Ada apa?”Nada bicara Ar
“Kamu demam, Kak?”Tangan Azkiya sibuk menyentuh dahi Arza lalu beralih pada dahinya sendiri untuk membandingkan.Meski terkejut dengan sikap Azkiya tapi Arza hanya diam tanpa respon apapun.Sadar sikap Azkiya dikarenakan salah paham dengann obat yang ia pegang, Arza lantas bergegas menyembunyikannya. Ia memasukkan benda tersebut ke saku celananya.“Kak Arza tidak enak badan? Apa yang sakit?”Arza tak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya diam sambil menatap Azkiya dengan tatapan dinginnya.Melihat sikap Arza yang dingin membuat Azkiya menciut. Ia beringsut ke samping untuk memberi jarak antara mereka berdua.“Aku tidak sakit.”Azkiya kembali menatap tangan Arza. Tapi obat itu sudah tidak ada di sana.”Tapi tadi Kak Arza memegang…”“Hanya vitamin. Meskipun aku sakit itu bukan urusanmu!” potong Arza dengan cepat. Ia tidak ingin siapapun ta
“Hah?” Azkiya mengerjapkan matanya saat mendengar ucapan Arza.Azkiya mematung dengan wajah yang terkejut.Jarak yang begitu dekat membuat Azkiya bisa melihat wajah Arza dengan jelas. Azkiya bisa menerka jika Arza tengah memiliki beban yang amat berat. Wajah lelah dan frustasi itu terpampang jelas di mata Azkiya.“Maaf.” Suara Azkiya memecah keheningan. Ia menunduk menghindari tatapan Arza.Arza berbalik. Dengan langkah gontai lelaki itu melenggang menuju kamarnya.Dengan perlahan Azkiya membuka pintu kamar. Ia mengedarkan pandangan dan tak melihat sang suami. Gemericik suara air terdengar oleh Azkiya. Menandakan sang suami tengah berada di kamar mandi.Azkiya sengaja membiarkan Arza masuk ke kamar lebih dulu. Azkiya tahu jika tetap mengikuti Arza seperti tadi, lelaki itu akan semakin marah.Perempuan dengan rambut panjang itu segera membuka lemari pakaian lalu mengambil baju Arza.Tiba-tiba Azkiya menatap pintu kamar mandi sebentar. Perempuan itu melangkah mendekati nakas lalu mengamb
Mata Azkiya melebar saat melihat foto yang ada di tangan Ria. Itu adalah foto dirinya dan Alwi.“Kapan kamu mengambil foto…”“Kenapa?” potong Ria dengan cepat.Wanita itu tersenyum sambil menatap Azkiya dengan sinis.“Kau takut topengmu terbongkar?”Azkiya mengangkat tangannya untuk mengambil foto tersebut. Ia harus melihat dengan jelas foto apa saja yang dimiliki oleh Ria. Tapi Ria mengelak.Wanita itu dengan cepat menarik kembali tangannya lalu menyimpan foto tersebut ke tempat semula.“Eits! Kau mau apa?” tanya Ria dengan nada mengejek.Azkiya gelagapan. Ia menatap Ria dengan wajah bingungnya.“Kenapa foto-foto itu ada padamu? Untuk apa?” tanya Azkiya. Ia benar-benar bingung kenapa Ria mengambil foto dirinya dengan Alwi?“Untuk apa?”“Ehmm…” Ria menatap ke atas sambil berpikir.Ria menjetikkan ibu jari dan ja
Seketika Azkiya mematung. Ucapan Arza bagai belati yang mengiris hatinya secara tiba-tiba.“Kenapa kamu diam saja?!” tanya Arza yang melihat Azkiya masih bergeming seraya menatap benda yang berserakan di atas ranjang tersebut.Bentakan Arza membuat Azkiya membeku. Tentu saja. Perempuan mana yang tidak takut saat mendengar seorang lelaki yang berbicara dengan nada tinggi?“Kamu bisu, hah?!” emosi Arza semakin tersulut karena tak ada respon apapun dari istrinya.“Kak, aku…” ucap Azkiya terbata karena menahan tangis.Azkiya menggelengkan kepalanya perlahan.“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan.”Dengan gemetar Azkiya meraih foto-foto itu lalu melihatnya satu persatu dengan tak percaya.Azkiya tercengang karena ia pikir hanya ada satu foto seperti yang ditunjukkan Ria padanya. Tapi nyatanya banyak. Dan memang benar yang ada dalam gambar itu adalah dirinya dan alwi.“Lalu