Share

Bab 4

"Aaaa!"

"Mawar!" pekik Bambang panik melihat tubuh sang istri yang terjatuh dan terguling ditangga. Bahkan semua orang yang berada di tempat tersebut ikut terkejut dan bergegas menghampiri tubuh Mawar yang kini sudah berada di atas tanah. Tergeletak tidak berdaya.

Bambang langsung panik seketika, ketika melihat keadaan sang istri. Namun sayang, karena jaraknya yang lumayan jauh membuat Rendy yang kebetulan berada disana dengan sigap mengangkat tubuh Mawar dan membawanya masuk ke mobil.

Aprilia ikut masuk ke mobil yang ditumpangi oleh Rendy dan juga mawar tersebut, sedangkan Bambang tidak mempu berbicara apa-apa melihat semua yang terjadi begitu cepat. Hingga sedetik kemudian Bambang tersadar kemudian kembali naik ke atas motornya dan mengekori mobil mereka bertiga dari belakang.

"Minggir! Tolong! Beri jalan!" teriak Rendy panik seraya menggedong tubuh Mawar ketika sudah sampai disebuah puskesmas sederhana yang berada di desa tersebut.

Sedangkan Aprlila yang sedari tadi berjalan dibelakang tubuh tegap Rendy hanya mampu menangis serta menutup mulutnya dengan tangan.

Rendy mengendong Mawar masuk ke ruangan IGD dan meletakan tubuh wanita itu di atas bangkar. Hingga, tidak sengaja Rendy melihat ada sedikit d4r4h yang keluar dari hidung Mawar.

"War, kamu kuat! Kamu wanita paling kuat yang pernah aku kenal!" ucap Rendy dengan suara bergetar, menahan diri agar tidak menangis. Sebab, hal ini pernah terjadi kepada Mawar dan membuat Rendy harus merelakan wanita yang amat ia cintai itu pergi dari hidupnya.

"Aku baik-baik saja," jawab Mawar dengan suara pelan, nyaris tidak terdengar sampai seorang petugas puskesmas dan seorang dokter wanita masuk. Rendy di minta untuk menunggu diluar dan tidak sengaja melihat Bambang yang juga menatap kearahnya.

Kedua laki-laki itu saling pandang dalam diam, Aprilia yang sedari tadi memperhatikan keduanya merasakan aura tidak biasa. Seolah akan ada ledakan.

"Kamu tidak bisa menjaga Mawar dengan baik? Lalu, untuk apa masih di sini?" Pertanyaan yang sangat tajam keluar begitu saja dari bibir Rendy.

"Apa hak kamu ikut campur dalam rumah tanggaku? Mawar itu istriku!" balas Bambang sengit.

Keadaan kian memanas, Bambang dan Randy sama-sama sulit untuk mengontrol emosi sampai terjadi bangku–hantam yang membuat Aprilia memanggil sekuriti.

"Tolong, Pak! Di sini ada yang berkelahi!" pekik Aprilia panik melihat Bambang dan Rendy. Hingga keduanya barhasil dilerai oleh sekuriti.

"Silahkan tunggu di luar!" bentak sang sekuriti yang menyeret keduanya keluar dan berdiri didepan pintu masuk puskesmas.

Cukup lama mereka terdiam, sampai akhirnya Bambang yang terlebih dahulu membuka suara.

"Maafkan aku!" ucap Bambang setengah hati membuat Rendy menatap ke arahnya sekilas, kemudian memainkan gawainya dan tanpa permisi lelaki itu pergi begitu saja membuat Bambang mengumpat kesal didalam hati.

"Dasar! Tidak b3r4d4b!"

"Mas Bambang!" pekik Aprilia menghampiri Bambang dan memberitahukan, bahwa Mawar sudah mulai sadarkan diri.

"Dek, kamu baik-baik aja, kan?" tanya Bambang dengan penuh kecemasan seraya menggenggam erat tangan sang istri yang kini sudah di pasang selang infus. Ketika memasuki ruangan di mana sang istri di rawat tersebut.

Mawar hanya mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan sang suami, kemudian matanya menelusuri setiap ruangan mencari sosok yang telah membantunya tadi.

"Lia, di mana Pak Randy?" tanya Mawar pelan kepada Aprilia yang membuat suaminya naik pitam.

"Kenapa kamu mencari lelaki itu! Hah! Mas, suamimu, Dek!" bentak Bambang dengan dada yang naik turun.

Aprilia segera melarikan diri, tidak ingin ikut campur dalam urusan suami istri tersebut. Sedangkan Mawar hanya mampu membuang nafas panjang menghadapi sifat cemburu buta suaminya.

"Aku mencari Pak Rendy hanya ingin mengucapkan terimakasih, karena telah menolongku tadi," jelas Mawar pelan, memberikan pengertian kepada Bambang. Namun sayang, suaminya semakin merajuk.

"Ya sudah! Berterimakasih lah kepada lelaki lain yang telah menolongmu itu!" bentak Bambang seraya meninggalkan Mawar seorang diri.

Mawar hanya menatap punggung tengap suaminya sampai menghilang dibalik pintu yang tertutup, ia tidak menyangka. Jika lelaki yang ia kenal selama ini begitu mencintainya.

Rasa cemburu yang Bambang perlihatkan, merupakan gambaran dari rasa cinta yang lelaki itu miliki. Walaupun, bagi Mawar semua yang suaminya lakukan terlalu berlebihan.

"Gila, ya? Suami kamu, War! Tadi, dia adu jotos dengan Pak Rendy," adu Aprilia yang baru saja masuk ke ruangan tersebut. Mawar hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaan temannya itu.

"Kamu baik-baik aja, kan? Gak benar-benar sakit?" tanya Aprilia lagi, sebab merasa heran. Kenapa Mawar bisa oleng seperti tadi.

"Aku baik-baik aja, Lia. Mungkin, karena terlalu kecapekan. Jadi begini," jelas Mawar.

Kemudian Aprilia mulai menjadi kompor dalam hubungan Mawar dan Bambang yang mulai memanas, di mana Aprilia memberitahu betapa ia kagum dengan Rendy serta apa yang telah lelaki itu lakukan.

"Aku benar-benar terpesona, War. Pas adegan Pak Rendy gendong kamu itu! Meleleh hatiku," ucap Aprilia seraya memeluk dadanya dan membayangkan, seandainya tadi yang berada di gendongan Rendy adalah dirinya.

Mawar hanya tersenyum geli melihat kelakuan abstrak dari temannya itu, kemudian menasehati Aprilia agar jangan terlalu berharap terlalu tinggi.

"Lia, Lia, kamu dari dulu gak berubah, ya? Jangan terperdaya dengan apa yang kamu lihat, cobalah gali lebih dalam. Agar kamu lebih banyak tahu."

"Cih, kamu War. Merusak suasana hatiku. Tapi, yang pasti aku gak suka sama laki-laki kasar kayak suamimu itu. Maaf ya, War. Apa sih yang kamu harapkan dari Bambang? Apalagi kalian 'kan belum punya momongan dan kamu juga bekerja. So ... kalau kalian pisah enggak ada yang namanya berebut anak."

Mawar terdiam seribu bahasa mendengar penuturan Aprilia, tidak semua yang temannya itu katakan salah dan tidak juga benar. Semua tergantung dari sudut pandang mana ia melihatnya.

Pernikahan Mawar dan Bambang yang hampir setahun ini memang diuji oleh badai yang sangat berat, akan tetapi yang paling menyakitkan untuk Mawar adalah perkara anak. Bukan sekali atau dua dirinya harus tersenyum pahit, ketika ada yang menyinggung masalah momongan.

"War, aku rasa suami kamu mandul, deh. Soalnya, lelaki yang tremamental itu tingkat kesuburannya kurang. Berbeda dengan lelaki yang lemah lembut dan penyayang, seperti Pak Rendy. Uuuhhh ... beruntung kalau punya suami seperti Pak Rendy," kata Aprilia.

"Apa benar? Lelaki tremamental memiliki tingkat kesuburan yang rendah?" batin Mawar bertanya-tanya.

Ketika Mawar sedang memikirkan apa yang baru saja diucapkan oleh Aprilia, tidak lama kemudian terdengar dari luar suara ribut-ribut.

"Ada suara orang ribut-ribut diluar ya, Lia?" tanya Mawar penasaran dan meminta Aprilia keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Pak Randy!" pekik Aprilia keras membuat Mawar terkejut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status