"Aaaa!"
"Mawar!" pekik Bambang panik melihat tubuh sang istri yang terjatuh dan terguling ditangga. Bahkan semua orang yang berada di tempat tersebut ikut terkejut dan bergegas menghampiri tubuh Mawar yang kini sudah berada di atas tanah. Tergeletak tidak berdaya. Bambang langsung panik seketika, ketika melihat keadaan sang istri. Namun sayang, karena jaraknya yang lumayan jauh membuat Rendy yang kebetulan berada disana dengan sigap mengangkat tubuh Mawar dan membawanya masuk ke mobil. Aprilia ikut masuk ke mobil yang ditumpangi oleh Rendy dan juga mawar tersebut, sedangkan Bambang tidak mempu berbicara apa-apa melihat semua yang terjadi begitu cepat. Hingga sedetik kemudian Bambang tersadar kemudian kembali naik ke atas motornya dan mengekori mobil mereka bertiga dari belakang. "Minggir! Tolong! Beri jalan!" teriak Rendy panik seraya menggedong tubuh Mawar ketika sudah sampai disebuah puskesmas sederhana yang berada di desa tersebut. Sedangkan Aprlila yang sedari tadi berjalan dibelakang tubuh tegap Rendy hanya mampu menangis serta menutup mulutnya dengan tangan. Rendy mengendong Mawar masuk ke ruangan IGD dan meletakan tubuh wanita itu di atas bangkar. Hingga, tidak sengaja Rendy melihat ada sedikit d4r4h yang keluar dari hidung Mawar. "War, kamu kuat! Kamu wanita paling kuat yang pernah aku kenal!" ucap Rendy dengan suara bergetar, menahan diri agar tidak menangis. Sebab, hal ini pernah terjadi kepada Mawar dan membuat Rendy harus merelakan wanita yang amat ia cintai itu pergi dari hidupnya. "Aku baik-baik saja," jawab Mawar dengan suara pelan, nyaris tidak terdengar sampai seorang petugas puskesmas dan seorang dokter wanita masuk. Rendy di minta untuk menunggu diluar dan tidak sengaja melihat Bambang yang juga menatap kearahnya. Kedua laki-laki itu saling pandang dalam diam, Aprilia yang sedari tadi memperhatikan keduanya merasakan aura tidak biasa. Seolah akan ada ledakan. "Kamu tidak bisa menjaga Mawar dengan baik? Lalu, untuk apa masih di sini?" Pertanyaan yang sangat tajam keluar begitu saja dari bibir Rendy. "Apa hak kamu ikut campur dalam rumah tanggaku? Mawar itu istriku!" balas Bambang sengit. Keadaan kian memanas, Bambang dan Randy sama-sama sulit untuk mengontrol emosi sampai terjadi bangku–hantam yang membuat Aprilia memanggil sekuriti. "Tolong, Pak! Di sini ada yang berkelahi!" pekik Aprilia panik melihat Bambang dan Rendy. Hingga keduanya barhasil dilerai oleh sekuriti. "Silahkan tunggu di luar!" bentak sang sekuriti yang menyeret keduanya keluar dan berdiri didepan pintu masuk puskesmas. Cukup lama mereka terdiam, sampai akhirnya Bambang yang terlebih dahulu membuka suara. "Maafkan aku!" ucap Bambang setengah hati membuat Rendy menatap ke arahnya sekilas, kemudian memainkan gawainya dan tanpa permisi lelaki itu pergi begitu saja membuat Bambang mengumpat kesal didalam hati. "Dasar! Tidak b3r4d4b!" "Mas Bambang!" pekik Aprilia menghampiri Bambang dan memberitahukan, bahwa Mawar sudah mulai sadarkan diri. "Dek, kamu baik-baik aja, kan?" tanya Bambang dengan penuh kecemasan seraya menggenggam erat tangan sang istri yang kini sudah di pasang selang infus. Ketika memasuki ruangan di mana sang istri di rawat tersebut. Mawar hanya mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan sang suami, kemudian matanya menelusuri setiap ruangan mencari sosok yang telah membantunya tadi. "Lia, di mana Pak Randy?" tanya Mawar pelan kepada Aprilia yang membuat suaminya naik pitam. "Kenapa kamu mencari lelaki itu! Hah! Mas, suamimu, Dek!" bentak Bambang dengan dada yang naik turun. Aprilia segera melarikan diri, tidak ingin ikut campur dalam urusan suami istri tersebut. Sedangkan Mawar hanya mampu membuang nafas panjang menghadapi sifat cemburu buta suaminya. "Aku mencari Pak Rendy hanya ingin mengucapkan terimakasih, karena telah menolongku tadi," jelas Mawar pelan, memberikan pengertian kepada Bambang. Namun sayang, suaminya semakin merajuk. "Ya sudah! Berterimakasih lah kepada lelaki lain yang telah menolongmu itu!" bentak Bambang seraya meninggalkan Mawar seorang diri. Mawar hanya menatap punggung tengap suaminya sampai menghilang dibalik pintu yang tertutup, ia tidak menyangka. Jika lelaki yang ia kenal selama ini begitu mencintainya. Rasa cemburu yang Bambang perlihatkan, merupakan gambaran dari rasa cinta yang lelaki itu miliki. Walaupun, bagi Mawar semua yang suaminya lakukan terlalu berlebihan. "Gila, ya? Suami kamu, War! Tadi, dia adu jotos dengan Pak Rendy," adu Aprilia yang baru saja masuk ke ruangan tersebut. Mawar hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaan temannya itu. "Kamu baik-baik aja, kan? Gak benar-benar sakit?" tanya Aprilia lagi, sebab merasa heran. Kenapa Mawar bisa oleng seperti tadi. "Aku baik-baik aja, Lia. Mungkin, karena terlalu kecapekan. Jadi begini," jelas Mawar. Kemudian Aprilia mulai menjadi kompor dalam hubungan Mawar dan Bambang yang mulai memanas, di mana Aprilia memberitahu betapa ia kagum dengan Rendy serta apa yang telah lelaki itu lakukan. "Aku benar-benar terpesona, War. Pas adegan Pak Rendy gendong kamu itu! Meleleh hatiku," ucap Aprilia seraya memeluk dadanya dan membayangkan, seandainya tadi yang berada di gendongan Rendy adalah dirinya. Mawar hanya tersenyum geli melihat kelakuan abstrak dari temannya itu, kemudian menasehati Aprilia agar jangan terlalu berharap terlalu tinggi. "Lia, Lia, kamu dari dulu gak berubah, ya? Jangan terperdaya dengan apa yang kamu lihat, cobalah gali lebih dalam. Agar kamu lebih banyak tahu." "Cih, kamu War. Merusak suasana hatiku. Tapi, yang pasti aku gak suka sama laki-laki kasar kayak suamimu itu. Maaf ya, War. Apa sih yang kamu harapkan dari Bambang? Apalagi kalian 'kan belum punya momongan dan kamu juga bekerja. So ... kalau kalian pisah enggak ada yang namanya berebut anak." Mawar terdiam seribu bahasa mendengar penuturan Aprilia, tidak semua yang temannya itu katakan salah dan tidak juga benar. Semua tergantung dari sudut pandang mana ia melihatnya. Pernikahan Mawar dan Bambang yang hampir setahun ini memang diuji oleh badai yang sangat berat, akan tetapi yang paling menyakitkan untuk Mawar adalah perkara anak. Bukan sekali atau dua dirinya harus tersenyum pahit, ketika ada yang menyinggung masalah momongan. "War, aku rasa suami kamu mandul, deh. Soalnya, lelaki yang tremamental itu tingkat kesuburannya kurang. Berbeda dengan lelaki yang lemah lembut dan penyayang, seperti Pak Rendy. Uuuhhh ... beruntung kalau punya suami seperti Pak Rendy," kata Aprilia. "Apa benar? Lelaki tremamental memiliki tingkat kesuburan yang rendah?" batin Mawar bertanya-tanya. Ketika Mawar sedang memikirkan apa yang baru saja diucapkan oleh Aprilia, tidak lama kemudian terdengar dari luar suara ribut-ribut. "Ada suara orang ribut-ribut diluar ya, Lia?" tanya Mawar penasaran dan meminta Aprilia keluar untuk melihat apa yang terjadi. "Pak Randy!" pekik Aprilia keras membuat Mawar terkejut.Bambang menghajar wajah Rendy dengan membabi–buta, orang-orang yang berada di puskesmas tersebut menjadi gaduh dan berusaha untuk melerai keduanya."Aduh! Kamu pikir kamu siapa! Hah!" pekik Rendy setelah menerima bogem mentah dari Bambang di wajahnya. Rendy mengusap pelan sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan d4r4h, lelaki itu ingin membalas perbuatan Bambang. Namun, tangannya yang sudah berada di udara harus terhenti karena suara teriakan seseorang yang menyebut namanya."Pak Rendy!" pekik Aprilia dan bergegas berlari menuju ke arah Rendy."Kamu kenapa sih, Bang! Gaya kayak preman! Main pukul orang!" bentak Aprilia meluapkan emosinya setelah melihat wajah Rendy babak-belur akibat ulah Bambang."Itu bukan urusanmu! Minggir!" bantak Bambang yang ingin kembali memukul Rendy sampai puas. Namun, Aprilia membentangkan kedua tangannya. Melindungi Rendy, hal itu membuat Bambang semakin kesal.Bambang meludahkan air liurnya ke tanah, sebagai bentuk penghinaan kepada Rendy, "Dasar b4nc1!"
Hari demi hari berlalu, Mawar masih saja terngiang-ngiang akan akan ucapan Aprilia tempo lalu. Di mana wanita itu mempertanyakan alasan apa yang membuatnya tetap bertahan dengan pernikahan toksik ini.Hingga terlintas begitu saja di dalam benaknya untuk meninggalkan sang suami, akan tetapi Mawar belum mendapatkan alasan yang tepat untuk mengajukan perceraian."Dek, Mas minta uang kamu untuk beli rokok ya?" Pernyataan Bambang yang tiba-tiba itu membuat Mawar yang sedang menjemur pakaian terdiam sejenak, kemudian membuang nafas panjang dan bergegas menyudahi aktifitasnya.Sebagai seorang istri, Mawar sangat menghindari perdebatan dengan sang suami. Terlebih tentang masalah ekonomi."Ini Mas, uangnya," ucap Mawar seraya menyodorkan uang berwarna merah. Namun, bukannya menerima uang tersebut. Bambang malahan membuang muka dan memakinya."Mana cukup ini, Dek!"Sebisa mungkin Mawar menahan amarah yang mulai naik keubun-ubun, andaikan saja lelaki yang berada dihadapannya ini bukanlah orang y
Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Mawar memilih untuk beristirahat sejenak. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, lalu memainkan ponsel miliknya.Ah, hanya hal yang sederhana. Namun bisa mengurangi rasa jenuh yang ia rasakan. Mawar mulai menggeser-geser layar ponselnya, mencari hal-hal yang menarik untuk dilihat. Sampai sebuah postingan seseorang membuatnya tertarik."Aku selalu berusaha, walaupun ... hasilnya entah sampai kapan baru bisa kamu rasakan."Mata Mawar membulat sempurna akan sepengalan kalimat tersebut, sampai merubah posisinya yang tadi rebahan kini menjadi duduk."Apa maksudnya?" gumam Mawar. Kemudian membaca komentar pada kolom postingan tersebut. Namun, ia tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan.Mawar semakin penasaran akan apa yang suaminya lakukan diluar sana, di mana yang ia ketahui kalau Bambang hanya keluyuran dan nongkrong bersama temannya.Pernah sekali Mawar meminta suaminya itu untuk mencari pekerjaan dan mengajukan lamaran, namun hanya dibalas deng
Bab 8 Di TalakHari kembali kepada aktivitas yang melelahkan lagi, sekarang tugas Mawar bukan hanya mencari nafkah dengan bekerja di kantor. Melainkan mencari tambahan dengan membuat kue yang akan dititipkan ke beberapa warung.Cibiran demi hinaan mulai menerpa Mawar, sebab sebagian orang mengenalnya sebagai istri Bambang. Hingga banyak sekali isu yang tidak sedap didengar sampai ke telinga sang suami."Dek! Kamu kalau pergi kerja, jangan dandan! Mas enggak suka!" perintah Bambang ketika Mawar baru saja mengoleskan lipstik tipis ke bibirnya.Bukan kali ini saja sang suami menyuarakan ketidaksukaan atas penampilannya dalam bekerja, sebab Mawar tidak mampu menghitung berapa kali mereka berdua bertengkar akan masalah sepele menurutnya."Dek! Kamu dengar atau, tidak?" bentak Bambang, sebab diacuhkan oleh Mawar."Aku dengar, Mas. Cuma enggak menyahut," balas Mawar cepat dan bergegas memasukan poselnya ke dalam tas dan berjalan menuju keluar.Baru saja di ambang pintu rumah, Kiranan sudah m
Bab 9 Minta Pulang"Siapa yang mau ditalak?"Mawar bergegas mengusap air matanya yang sempat terjatuh dan berusaha terlihat baik-baik saja, ketika Rendy yang entah dari mana tiba-tiba saja muncul dan bertanya."Itu si Mawar—""Bukan apa-apa, Pak!" balas Mawar dengan cepat, memotong ucapan Aprilia dan menatap wajah temannya itu dengan sorot mata yajam. Seolah, jika Aprilia membuka mulutnya akan m4ti.Aprilia menjadi bungkam dan tidak berkutik, Rendy yang merasa ada kejanggalan tersebut kembali memperjelas apa yang disampaikan oleh Mawar."Beneran?" tanya Rendy yang mendapatkan anggukan dari Mawar."Oh, iya Pak Rendy. Nanti siang, kemungkinan hanya Aprilia yang akan menemani Bapak ke lokasi bangunan yang akan kita buat. Sebab, saya ada keperluan lain," jelas Mawar yang mengingat akan adanya agenda bersama Rendy.Mungkin begitu berat bagi Mawar untuk bisa bekerja dengan baik, jika ditipa masalah yang begitu besar seperti saat ini.Bukan ingin menghindari tanggungjawab, tapi Mawar ingin c
Bab 10 Petuah orangtua"Tidak Ibu! Tidak anak! Kalian sama saja!" teriak Mawar marah.Herlina yang ingin membalas ucapan Mawar dihadang oleh Bambang yang memberikan sebuah ancaman yang begitu menakutkan."Kalau Ibu masih menganggap aku sebagai anak? Jangan mengatakan hal yang kasar lagi." Setelah itu, Bambang segera menarik tangan Mawar untuk naik ke atas motornya."Apa yang Mas lakukan?" tanya Mawar yang berniat menolak ajakan sang suami."Mas sendiri yang akan mengantarkan kamu pulang! Ingat! Mas ini masih suamimu," jelas Bambang membuat Mawar terdiam dan hanya bisa manut-manut.Mereka berdua pun meninggalkan Herlina yang hanya mampu terdiam, tidak berkutik. Selama diperjalanan Bambang hanya saling terdiam, begitupun dengan Mawar. Hingga Bambang memakirkan motornya di depan sebuah warung makan."Mas mau apa?" tanya Mawar yang hanya mendapatkan tatap dingin dari sang suami yang sudah terlebih dahulu masuk.Dengan langkah gontai, Mawar mengikuti suaminya. Ingin sekali ia menyeruakan p
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Mawar dengan polos. Arumi hanya mengangkat bahunya, tidak berkomentar atas pertanyaan yang diajukan oleh Mawar dan memilih untuk keluar.Sebelum benar-benar meninggalkan Mawar, Arumi kembali berpesan, "War, kalau kamu merasa sedih? Maka, ingatlah hal bahagia yang pernah kamu rasakan."Mawar hanya mampu menatap lekat wajah bundanya sampai wanita itu menghilang dibalik pintu. Mawar sangat paham akan maksud yang disampaikan oleh sang bunda.Hal yang selalu Arumi sarankan ketika dirinya merasa sedih, agar kembali mengingat rasa senang yang pernah ia rasakan. Sebab, terlalu munafik untuk mengeluh atas rasa sakit yang dirasakan ketika Tuhan pernah memberikan rasa bahagia.Setiap manusia selalu diuji sampai akhirnya kembali kepada Sang Pencipta, dunia ini hanyalah sebuah panggung sandirwara di mana Manusia hanya menjalankan perannya saja."Dek," panggil Bambang yang tiba-tiba saja masuk membuat Mawar sontak saja terkaget."Apa yang Mas lakukan
"Mas bukan maling, Dek," elak Bambang membuat Mawar semakin jengah dengan suaminya yang sangat pandai bersilat lidah."Pokoknya aku mau cerai!" teriak Mawar.Arman yang tidak terima dengan apa yang baru saja disampaikan oleh Mawar kini menjadi tameng untuk sang putri dan akan membela mati-matian anak semata wayangnya itu.Sedangkan Arumi yang mencoba menjadi penengah atas masalah yang tengah Bambang dan Mawar hadapi mencoba mencari celah atas sebuah kebenaraan yang sesungguhnya."War, kamu bilang kalau Bambang selingkuh?" tanya Arumi membuat Mawar mengagguk cepat."Apa kamu punya bukti dan alasan yang kuat untuk mengajukan perceraian?" tanya Arumi lagi dan membuat Mawar meraih ponselnya, kemudian menujukkan foto Bambang yang tengah berboncengan dengan Melati.Arman yang melihat bukti yang Mawar tunjukkan bergegas menghampiri Bambang dan melayangkan sebuah bogem mentah tepat diwajah menantunya itu sampai terjatuh.Arumi melihat apa yang dilakukan oleh Arman segera menghadang lelaki itu