Share

Ch. 100

last update Last Updated: 2022-12-01 23:58:35

Budi hendak melangkah keluar dari hotel ketika ia melihat ada taksi berhenti di depan lobi. Wajahnya tersenyum penuh arti ketika melihat menantunya turun dari mobil hitam itu. Padahal ia baru saja hendak menyusul Aline di rumah sang besan, kebetulan sekali kalau Aline lantas malah datang sendiri kembali ke sini.

"Papa? Aline minta maaf tadi--"

"Adam udah cerita semua, Lin. Papa baru aja mau nyusul kamu!"

Nampak Aline tersenyum, ada sedikit perasaan canggung dan tak enak hati tergambar di wajah itu. Budi menghela napas panjang, tangannya terulur menepuk bahu menantunya itu dengan lembut.

"Sudahlah, sana balik ke ruangan. Nggak usah mikir Adam." gumam Budi sambil tersenyum.

"Yaudah kalo gitu Aline balik ke ruangan dulu, Pa. Per--"

"Lin!" panggil Budi ketika menantunya itu hendak pergi dari hadapannya.

"Ya, Pa?" alis itu berkerut, menatap Budi dengan tatapan serius.

"Sampai rumah packing. Kita jadi berangkat ke Bali, ya!"

***

"Mampus!"

Aline menjatuhkan diri di atas kursi, memijit p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
MG Diana Kurniawan
Adam terlalu lebay
goodnovel comment avatar
Iin Rahayu
dam-dam jadi org itu yg tegasanan ngapa?
goodnovel comment avatar
Reni Asmiati
adam membahayakan pasien dan dirinya sendiri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 101

    Adam menghela napas panjang, masa kritis bisa dia atasi. Kondisi pasien sudah stabil dan jangan lupa, operasinya selesai. Adam refleks menjatuhkan scalpel yang dia pegang, mengangkat tangan dengan mata terpejam. "Lanjutkan, ya?" desis Adam pas asistennya lalu beringsut pergi dari sana. Mata Adam memerah, tekanan pada operasi kali ini begitu luar biasa. Hampir saja Adam mencelakakan orang. Setelah berhasil mengganti gema suara papanya dengan gema ketika dia melafazkan sumpah dulu, Adam bisa kembali tenang dan fokus hingga semuanya selesai tanpa ada kejadian tidak diinginkan. "Dam ... kamu kenapa sih?"Adam menoleh, melepaskan handscoon dan nurse cap yang ia kenalan dan melemparkan benda itu ke dalam ke tempat sampah. "Biasalah, bukan manusia namanya kalo nggak ada masalah, Ren!" Adam tersenyum, mencuci bersih-bersih kedua tangannya lalu mengeringkan di mesin. "Kayaknya banyak kali masalah kau ini? Bini ngambek?" sosok itu ikut mencuci tangan, mengekor di belakang langkah Adam masu

    Last Updated : 2022-12-02
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 102

    Adam tertegun mendengar permintaan itu. Kembali ia teringat obrolan dan tentu saja segala macam protes Rosa atas kedekatan Refal dengan Aline. Rosa sedikit keberatan Refal begitu dekat dengan Aline. Dan sekarang ... Adam harus jawab apa? "Refal udah izin mama?" tanya Adam mencoba tenang. "Udah! Boleh kok sama mama?"Alis Adam berkerut, benarkah Rosa mengizinkan? Bukankah kemarin ... Adam menghela napas panjang, ia bersandar di kursi, masih dengan satu tangan menempelkan ponsel di telinga. "Yakin? Coba sini papa pengen ngomong sama mama!" Adam tentu tidak mau gegabah. Pikiran dan masalahnya sudah cukup banyak, dia tidak mau menambah masalah lagi. "Ini! Papa ngomong aja sama mama!""Halo, Dam?""Yakin Refal boleh aku ajak nginep lagi?" tanya Adam memastikan. Adam tentu tidak masalah kalau Refal hendak menginap di rumah, hanya saja kalau Rosa tidak mengizinkan, mana Adam berani? Tidak ada jawaban. Terdengar helaan napas panjang dari seberang, membuat Adam tersenyum getir dan secara t

    Last Updated : 2022-12-03
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 103

    "Lin!"Aline yang baru saja keluar dari ruang kerjanya kontan menoleh ke arah panggilan itu. Budi melangkah keluar menghampirinya, membuat Aline berharap-harap cemas semoga tidak ada sesuatu yang membuatnya harus terlambat pulang. "Iya, Pa? Ada yang bisa Aline bantu?" sebuah penawaran basa-basi, Aline sebenarnya ingin segera pulang. Bukankah Refal akan datang? "Nggak. Papa cuma mau ingetin kamu, sampai rumah langsung packing. Lusa fix kita berangkat."Aline tersenyum, kepalanya terangguk cepat. Ia mengulurkan tangan, hendak berpamitan pada Budi dan segera pulang."Nggak dijemput sama Adam? Kamu pulang sendiri?" tanya Budi dengan alis berkerut. "Iya, kan pagi tadi bawa mobil sama ini mas Adam mau jemput Refal. Mau nginep lagi di rumah." jelas Aline tanpa diminta. Budi tersenyum, seketika wajah itu langsung paham dengan apa yang dijelaskan menantunya itu. "Kalo begitu Al--""Lin!" potong Budi cepat, membuat mata Aline membulat dan menatap Budi dengan saksama. "Cepet bikin sendiri, b

    Last Updated : 2022-12-04
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 104

    Angin semilir berhembus, menyibak rambut Rosa yang sengaja ia gerai. Bukankah Romi sangat suka rambut Rosa yang tergerai panjang seperti ini? Rosa menyusut air matanya, entah sudah yang keberapa kali, Rosa sampai tidak bisa menghitung. Langit yang menggelap sama sekali tidak membuat Rosa lantas bangkit dari depan makam dan beranjak pergi. Rosa masih diam di sana, sesekali berbicara dan menyeka air mata. "Aku akan jaga dia baik-baik, Bang. Pegang janjiku bahwa tidak akan ada yang bisa mengambil mereka selama aku masih hidup."Rosa menatap sekitar, agaknya ia mulai merasa tidak nyaman dengan kegelapan. Ia kembali fokus pada batu nisan itu, mengelus lembut nisan bertuliskan nama suaminya. "Kangen banget sama kamu, Bang. Pengen banget bisa ketemu sama kamu. Dalam mimpi pun tak apa." desis Rosa yang jujur sebenarnya ia belum ingin pergi. "Aku pamit pulang ya, Bang. Refal sama Adam sekarang. Dia bener-bener jaga Refal dengan baik."Rosa tersenyum, membetulkan letak mawar yang dia sengaja b

    Last Updated : 2022-12-05
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 105

    "Dia sudah tidur?" bisik Adam sambil tersenyum melihat betapa lelap Refal terlelap dalam pelukan sang istri. "Kau adalah satu-satunya lelaki yang boleh tidur dalam pelukan istriku, Fal!" gumam Adam yang kontan mendapat gebukan gemas di lengan Adam. "Eh serius, Sayang! Mana boleh ada yang tidur kamu keloni gini kecuali Refal sama anak kita besok?" gumam Adam tidak terima. Aline tampak menahan tawa, ia perlahan-lahan melepaskan tangan Refal yang memeluknya, menggeser duduknya perlahan lalu menatap Adam dengan tatapan serius. "Mas, aku rasa ini waktunya kita bi--""I see! Kita pindah ke depan!" potong Adam cepat. Nadanya nampak serius, membuat Aline telah senyum lalu bangkit dari duduknya. Dengan lembut Adam membawa istrinya keluar dari kamar, duduk di sofa yang tadi mereka gunakan untuk mengobrol bersama Refal sebelum bocah itu lantas mengantuk dan tertidur lelap. "Jadi, gimana?" tanya Aline membuka pembicaraan lebih dulu. Adam menoleh, menatap istrinya dengan saksama. "Papa ada

    Last Updated : 2022-12-06
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 106

    "Aku pengen punya anak lebih dari dua."Aline yang tengah menikmati sisa-sisa pelepasan dan tengah mencoba menetralkan napas kontan membelalak. Ia menoleh, menatap sang suami yang nampak tengah melakukan hal yang sama. "Hah? Lebih dari dua? Emang mau berapa, Mas?" tanya Aline terkejut."Tiga atau empat mungkin. Jadi papa tidak perlu pusing memikirkan calon pewaris. Cucunya banyak." jawabnya santai. Aline mendengus perlahan. Ada banyak sanggahan yang ingin dia katakan, namun lemas dan letih yang menderanya seolah-olah membungkam Aline dan membuatnya memilih diam sekarang. Ia kembali fokus menenangkan diri, hingga kemudian Aline membelalak seperti teringat sesuatu. "Kenapa?" tanya Adam ketika Aline bangkit dan meraih satu persatu pakaiannya. "Refal kita tinggal sendirian, Mas!" ujar Aline seraya cepat-cepat memakai baju. Tanpa menunggu jawaban dari Adam, Aline segera melesat keluar dari kamar. Tak peduli kasur mereka ukuran besar, meninggalkan anak seusia Refal sendirian itu cukup

    Last Updated : 2022-12-08
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 107

    Aline tersenyum melihat betapa lahap Refal menyantap roti selai cokelat yang tadi dia siapkan sendiri. Mulutnya menggembung, sangat mengemaskan sekali sampai-sampai Aline mengabaikan roti miliknya. "Mama nggak makan?"Kontan pertanyaan itu membuat Aline tersentak. Ia tersenyum sambil menatap sosok itu dengan begitu lembut. "Iya, ini mau makan kok. Abisnya kamu gemesin banget sih?" Aline mencubit pipi gembul itu dengan gemas, sementara Adam hanya melirik sekilas sambil mengulum senyum. Tidak pernah Adam bayangkan Aline akan bisa mengerti dan menerima Refal dengan sebaik ini. Dulu Adam kira, Aline akan pergi darinya karena kebohongan yang sudah Adam lakukan. Tapi nampaknya mereka masih berjodoh sampai sekarang. Sampai maut memisahkan kalau Adam boleh meminta.Refal hanya nyengir lebar, sisi mulutnya belepotan cokelat membuat Aline buru-buru meraih tisu guna memberikan cokelat yang mengotori mulut. "Habiskan, nanti mama anter pulang habis ini."Dengan patuh Refal mengangguk, ia kemba

    Last Updated : 2022-12-10
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 108

    "Bu, disuruh bapak ke ruangan."Baru saja Aline hendak membuka pintu ruang kerjanya, ketika sosok itu tiba-tiba sudah muncul dan mengabarkan pesan itu pada Aline. Pesan yang diintonasikan dengan sedikit berat yang artinya lagi adalah Aline harus segera menghadap. "Oh baik. Makasih, ya?" Aline segera meninggalkan pintu yang bahkan baru dia sentuh knopnya, melangkah menghampiri ruangan lain yang tidak jauh dari ruangan Aline. Aline menghela napas panjang, mengetuk pintu beberapa kali lalu menekan knopnya. Nampak Budi tengah meneliti satu per satu dokumen di meja, wajahnya terangkat menyunggingkan senyum manis yang begitu ramah. "Ah sudah datang rupanya. Sini duduk, Lin. Papa mau ada beberapa info."Aline mengangguk, segera menuruti apa yang Budi perintahkan kepadanya. Nampak map-map tebal berwarna hitam itu tergeletak di atas meja, membuat Aline sedikit bingung, apa lagi yang hendak mertuanya itu sampaikan pada dirinya? "Pertama-tama, papa cuma mau ingatkan besok kita berangkat jam

    Last Updated : 2022-12-11

Latest chapter

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 34

    "Kamu serius?"Bukan pertanyaan lain yang Kelvin lemparkan, ia langsung mencecar Aleta begitu mereka bertemu di depan kantor Aleta. Tidak salah kalau sampai Kelvin masih tidak percaya dengan keputusan yang Aleta buat, pasalnya sejak dulu Aleta selalu menolak permintaan Beni untuk bergabung di perusahaan keluarga dan sekarang? "Bisa kita pending nanti untuk interview-nya? Bantuin dulu dong!" Aleta langsung menarik tangan Kelvin masuk ke gedung. Kelvin pun menurut saja, ia membiarkan Aleta membawanya masuk ke dalam gedung, melangkah ke sofa yang ada di loby gedung. "Tolong bantuin bawa ke mobil, ya?" pinta Aleta dengan seulas senyum manis. Sejenak Kelvin tertegun, ada dua kardus di sana. Kelvin mengalihkan pandangan, menatap Aleta yang masih mengukir senyum manis di wajah. "Ka-kamu beneran resign?" tanya Kelvin seolah masih tidak percaya. Kini tawa Aleta tergelak, ia mencubit gemas pipi Kelvin, membuat Kelvin memekik antara terkejut dan kesakitan dibuatnya. "Kamu pikir aku tadi h

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 33

    "Vin, kamu handle proyek yang ini, ya?"Berkas-berkas itu dihantarkan Beni secara langsung ke mejanya, membuat Kelvin segera meraih dan membacanya dengan saksama. Nilai proyek ini sangat jauh di bawah proyek dengan Irfan, tapi bagi Kelvin, itu bukan masalah yang serius. Selama ia tidak harus sering bertemu dengan lelaki itu, semua lebih dari cukup. "Deal! Kelvin sangat berterimakasih sama Papa." ucap Kelvin sembari tersenyum. Beni balas tersenyum, ia menepuk bahu Kelvin dengan lembut."Sebenarnya Papa ingin kamu tetap di sana, Vin. Nilai proyek dan prospek ke depannya sangat menjanjikan untuk kariermu, tapi sayang...."Kelvin tersenyum, "Tidak apa, Pa. Bukankah ini yang Kelvin minta? Setidaknya keputusan ini tidak membuat Aleta terus menerus khawatir."Beni kembali tersenyum, setuju dengan apa yang Kelvin katakan barusan. Misi visi mereka sama, yaitu membuat Aleta bahagia dan itu sudah mutlak. "Baiklah kalau begitu, Vin. Kamu bisa pelajari dulu untuk proyek baru mu, kalau ada pert

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 32

    "Ke kantor pak Beni, Pak?"Hendra terkejut, hari ini tidak ada jadwal meeting dengan perusahaan Beni, lantas untuk apa Irfan meminta untuk diantarkan ke sana. "Iya, kesana. Emangnya tadi saya bilang kita mau kemana, Hen?"Kalimat tanya yang dilemparkan balik pada Hendra adalah sebuah penegasan bahwa Irfan tidak main-main dengan ucapannya. Hendra menghela napas panjang, ia mengangguk pelan sembari mempersilahkan Irfan melangkah lebih dulu. Hendra kembali teringat pada sosok Kelvin. Apakah Irfan minta diantar ke sana hanya agar bisa melihat Kelvin? Hendra terus memunculkan siluet wajah Kelvin dalam pikiran, memang kalau diperhatikan, ada beberapa bagian wajah yang mirip dengan Irfan. Kalau hanya sekilas, tidak akan ditemukan kemiripan itu, namun kalau diperhatikan dengan saksama, ada wajah Irfan di sana. "Kok ngelamun, Hen? Kenapa?"Pertanyaan itu kontan membuat Hendra tersentak, ia mengangkat wajah dan mendapati mata itu dengan memperhatikan dirinya. "Saya teringat putra Bapak, Pak

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 31

    "Astaga!"Beni menghela napas panjang, sementara Aleta, ia bersandar di kursi teras dengan wajah lesu. Selesai sudah ia menceritakan rahasia terbesar dalam hidup Kelvin. Ia sedikit takut sebenarnya, takut Kelvin marah karena Aleta sudah ingkar janji untuk menjaga rahasia ini dari siapapun. Tapi Aleta lakukan ini juga demi Kelvin! "Jadi secara nggak langsung, kamu minta papa tarik Kelvin dari proyek papa sama dia?"Aleta segera menoleh, kepalanya terangguk dengan cepat. Wajahnya berubah, menyorotkan sebuah permohonan. "Tapi belum tentu juga, kan, si Irfan tahu kalau Kelvin ini anak kandung dia, Ta?" wajah Beni nampak ragu. "Pa ... dia udah tahu siapa mama Kelvin, kalaupun sekarang dia belum tahu, cepat atau lambat dia akan tahu!" kekeuh Aleta tidak ingin di bantah. "Coba nanti papa carikan ganti dulu, sebenarnya ini proyek pas banget dan bagus buat Kelvin, Ta." desis Beni lirih. "Nggak bagus kalau nanti dia sampai kenapa-kenapa, Pa! Aku nggak mau itu kejadian!" tegas Aleta mengult

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 30

    "Bagaimana kerjasama mu dengan Beni, Fan? Sudah sampai mana?"Irfan tersentak, ia mengangkat wajah dan mendapati wajah lelaki itu tengah menatap lurus ke arahnya. Dia adalah Setiawan, papa kandung Irfan, orang yang mewariskan segala macam kekayaan dan kekuasaan yang sekarang ada di tangan Irfan. "Baik, Pa. Semua baik. Lusa mungkin kami sudah harus ada di lokasi untuk meninjau dan memantau secara langsung proyek berjalan." jawab Irfan mencoba fokus dan mengenyahkan bayangan Yeni dan Kelvin yang terus bercokol dalam kepalanya. Di meja makan itu tidak hanya ada Irfan dan Setiawan, ada Mery, istri Irfan dan Clarisa, anak bungsu Irfan. Orang-orang ini adalah orang yang tidak boleh tahu, rahasia apa yang selama ini tersimpan, bahwa sebenarnya Irfan memiliki anak lain di luar pernikahannya. "Jangan sampai mengecewakan Beni, papa sudah peringatkan kamu berulang kali, kan? Dia bisa menjadi tonggak supaya perusahaan kita makin kokoh." ucap Setiawan yang entah sudah keberapa kali. Irfan hany

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 29

    "Dia habis nemuin kamu? Serius? Tapi kamu nggak apa-apa kan?" Seketika Aleta panik. Bagaimana tidak kalau calon suaminya ditemui oleh lelaki yang sejak dulu sekali ingin membunuhnya tak peduli dia adalah ayah kandung dari Kelvin. "Emang dia mau ngapain aku sih, Yang? Aku malah takut dia nekat nyari mama, ganggu mama lagi." jelas suara itu risau. "Dia ngomong apa emang?" kejar Aleta penasaran, harusnya tadi dia tidak langsung pulang, jadi dia bisa melihat dan mendengar langsung apa yang lelaki itu katakan pada Kelvin. "Cuma nanya aku bener anak mama apa bukan. Entah dia tahu dari mana, keceplosan juga tadi dia ngomong kalau dia itu dulu temen deket mama." Aleta mendengus perlahan, baru tahu dia kalau Irfan ini orangnya sedikit tidak tahu malu. "Kamu jawab apa? Kamu pura-pura nggak tahu soal rahasia mama sama Irfan, kan?" kekhawatiran mulai menyelimuti hati Aleta, ia benar-benar takut kalau sampai Irfan tega menyakiti Kelvin! "Ya aku berlagak bodoh, sekalian mau mancing reaksi di

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 28

    “Jadi gimana?” cecar Irfan begitu Hendra duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Irfan.Nampak Hendra menghela napas panjang, ia merogoh saku dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Hendra nampak fokus pada benda itu beberapa saat sampai kemudian ia menyodorkan ponselnya ke depan Irfan.Dengan segera Irfan meraih ponsel yang disodorkan padanya. Mata Irfan menyipit membaca rentetan data yang ada di sana, hingga kemudian mata itu membelalak ketika membaca nama orang tua dari lelaki yang hendak menikah dengan putri rekan bisnis Irfan.“Ye-Yeni?” tangan Irfan bergetar hebat, ia mengankat wajah, menatap Hendra yang nampak heran melihat perubahan pada wajah Irfan.“Betul, Pak. Itu ibu kandung dari si Kelvin.” jawab Hendra yang membuat Irfan segera menyandarkan tubuh di kursi.Otaknya mendadak blank. Jadi benar Kelvin adalah anak dari Yeni? Tapi belum tentu itu anak Irfan, kan? Bisa saja Kelvin adalah anak Yeni dengan suaminya, ada nama laki-laki yang tercatat sebagai ayah dari Kelvin d

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 27

    "Bagaimana kalau benar dia ...."Irfan baru saja hendak memikirkan kemungkinan terburuk, ketika tiba-tiba ponsel di atas meja berdering nyaring. Ia tersentak terkejut, dengan bergegas diraihnya benda itu dan segera mengangkat panggilan yang dilayangkan kepadanya. "Gimana, Hen?" Tanya Irfan tak sabar. "Saya sudah dapat semua informasi mendetail tentang calon menantu pak Beni, Pak. Saya da--.""Posisimu di mana?" Tanya Irfan dengan segera. "Saya masih di kampus te--.""Ke ruangan saya sekarang! Saya tunggu!"Tut! Irfan segera memutuskan sambungan telepon. Hatinya benar-benar risau. Ia ingin Hendra menjelaskan dan memberitahu semua informasi itu secara langsung di hadapan Irfan. "Semoga tidak seperti apa yang aku pikirkan." Irfan mendesah panjang. Kepalanya mendadak pening. Tentu ini bukan hal yang mudah untuknya kalau benar ternyata anak itu adalah buah cintanya dengan Yeni. Baik dulu maupun sekarang, kehadirannya akan menjadi sebuah masalah besar! Hal yang kemudian membuat Irfan

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 26

    "Bapak nggak apa-apa?"Irfan tersentak, ia menatap ke arah sebelahnya, di mana Hendra nampak tengah memperhatikan dirinya dengan saksama. "Fine. Saya nggak apa-apa." Irfan menghela napas panjang, berusaha menyunggingkan seulas senyum untuk menutupi pikirannya yang berkecamuk. "Bapak yakin? Sejak tadi saya lihat Bapak seperti tidak fokus. Bapak benar-benar tidak apa-apa? Atau mungkin merasa pusing?"Irfan terkekeh, kepalanya menggeleng pelan sebagai jawaban akan kekhawatiran Hendra. Ternyata anak buahnya begitu memperhatikan Irfan dengan detail. Sampai-sampai dia tahu bahwa sejak tadi pikiran Irfan memang melayang sampai mana-mana.Bagaimana Irfan bisa tenang, kalau wajah dan sorot mata pemuda tadi mengingatkan Irfan pada seseorang pada masa lalu yang bahkan sudah Irfan lupakan sekian lamanya. "Hen, masih ingat tugas yang tadi saya kasih ke kamu?" Irfan benar-benar penasaran, kali ini tujuan Irfan berbeda. Ia memang penasaran, tapi dalam konteks lain."Tentu masih ingat, Pak. Bapak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status