Home / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Hari Pertama Sebagai Budak Korporate.

Share

Hari Pertama Sebagai Budak Korporate.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-08-14 22:24:07

Keesokan harinya, sinar matahari yang masih malu-malu menerobos tirai jendela kamar Xander. Suara dering telepon yang nyaring membangunkannya dari tidur yang masih lelap.

Dengan gerakan malas, ia meraih ponsel di meja samping tempat tidur, melirik angka yang tertera pada jam dinding digital di kamar—08.00 pagi. Masih terlalu pagi untuk menerima panggilan, pikirnya. Namun, ketika melihat nama di layar, ia segera menjawab telepon itu tanpa ragu.

"Halo, Ibu Grace. Ada apa pagi-pagi begini?" Suara Xander terdengar sedikit serak, sisa-sisa kantuk masih membayang di ujung nada bicaranya.

"Er... tentang perbincangan kita kemarin," suara Grace terdengar lembut namun penuh arti, "saham Bank Central Halilintar sudah Anda miliki, secara mayoritas. Dengan kata lain, Anda sekarang adalah pemilik dari salah satu bank terbesar di negeri Konoya ini. Selamat, Tuan Xander."

Kata-kata itu seolah menampar kesadaran Xander sepenuhnya. Ia terdiam sejenak, membiarkan berita itu meresap.

"Ah... lega sekali r
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Lantai Lima Belas.

    Karena Grace Song bilang bahwa pihak Manajemen Bank Central Halilintar ingin bertemu dengannya, Xander tanpa ragu langsung memilih lift terdekat, untuk menuju lantai lima belas di gedung megah itu. Xander melangkah cepat, dadanya berdebar sedikit lebih keras dari biasanya. Gedung itu, dengan arsitektur modern dan kaca yang memantulkan sinar matahari, terasa begitu besar dan menakutkan. Namun, Xander mencoba menepis perasaan cemas yang menyelinap di hatinya. Sementara itu, Xander berlari-lari kecil menuju lift. Saat melihat pintu lift yang sudah terisi oleh sepuluh orang dengan raut wajah serius, ia berteriak, "Tolong tahan sebentar! Aku juga mau ke lantai lima belas!" Namun, yang terjadi berikutnya membuat jantungnya serasa jatuh ke lantai. Tepat ketika jarak Xander hanya tersisa tiga meter dari lift, pintu logam itu tertutup rapat. Dengan cepat, lift itu bergerak naik, membawa sepuluh orang itu menuju lantai yang akan mereka tuju. Xander berdiri terpaku, napasnya terengah-engah.

    Last Updated : 2024-08-15
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Nyonya Pertama.

    Tak lama kemudian, Xander sudah duduk di samping meja June, jantungnya berdegup sedikit lebih cepat saat dia menyiapkan diri untuk menerima arahan.Ruangan itu terasa sejuk dengan aroma kopi yang samar, bercampur dengan wangi khas kertas dan tinta. Di depan matanya, June tampak begitu profesional, tangannya sibuk dengan beberapa dokumen di atas meja yang rapi."Tugas kita dari bagian sekretariat korporat ada banyak," kata June dengan nada tegas, matanya tak lepas dari tumpukan kertas yang terorganisir. "Termasuk mengatur pertemuan pagi ini antara dewan direksi dan komisaris dengan pemilik perusahaan yang baru. Mr. Sanjaya!"Nada tegas itu membuat Xander sedikit terkejut, namun dia berusaha tetap tenang.Matanya mengikuti gerakan tangan June yang tiba-tiba berhenti. June mendongak dan menatap name tag di dada Xander. Dia menyipitkan mata, seakan berusaha memastikan apa yang dilihatnya."Namun, Mr. Sanjaya pemilik perusahaan itu tentunya bukan kamu, bukan?" kata June, bibirnya membentuk

    Last Updated : 2024-08-16
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Akhir Drama.

    “Selamat pagi, anak muda. Kamu pasti karyawan baru, bukan?” suara wanita paruh baya itu terdengar nyaring menyapa Xander dengan nada yang terdengar seperti perintah daripada sapaan.“Aku tahu, meskipun kamu baru di sini, pasti kamu sudah diracuni dengan kebohongan dari suamiku. Sekarang, jawab dengan jujur! Apakah Tuan Smith, suamiku, ada di kantornya?”Xander terperangah, tubuhnya menegang mendengar nada sinis dan penuh tuduhan dari wanita yang berdiri di hadapannya.Nyonya Ida Smith, dengan mata yang tajam seperti elang, menatapnya seolah bisa menembus setiap lapisan kebohongan yang mungkin akan ia katakan. Jantung Xander berdegup kencang, tenggorokannya mengering seketika.“Aku... aku...” Xander tergagap, kata-katanya terhenti di tenggorokan. Rasa takut menjalari tubuhnya, membuatnya tak mampu berbohong, apalagi di bawah tatapan menuduh Nyonya Smith.Melihat Xander yang ragu-ragu, Nyonya Smith langsung menepisnya dengan gerakan cepat yang tidak diduga-duga. Tubuhnya yang gemuk namu

    Last Updated : 2024-08-17
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sebuah Reuni kecil DiKantin.

    Yang disebut kantin di Gedung Bank Central Halilintar sesungguhnya lebih cocok disebut dengan nama Pujasera.Suasana di dalamnya penuh dengan hiruk-pikuk karyawan yang bergegas memesan makanan, suara sendok dan garpu beradu, serta aroma masakan yang bercampur dari berbagai konter.Aneka hidangan dari berbagai daerah tersedia di sana, tertata rapi di konter-konter yang menyerupai food court di mall, hanya saja di sini tidak ada merek terkenal, melainkan warung lokal dengan cita rasa autentik.“Mari kita antri di Warung Minahasa!” kata June pada Xander sambil melirik ke arah konter yang didominasi warna merah mencolok dengan papan nama berhiaskan ukiran tradisional Minahasa.“Minahasa? Bukankah itu sejenis masakan Manado?” tanya Xander dengan alis terangkat, sedikit penasaran.“Iya,” jawab June dengan senyum tipis di wajahnya. “Minahasa itu nama kabupaten di sana, jadi jenis makanannya hampir mirip dengan masakan Manado. Kamu cukup kuat makan pedas, bukan?” tanya June sambil memutar tub

    Last Updated : 2024-08-17
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Di Tengah Kegaduhan.

    “Ada apa, sayang? Kelihatannya kamu sedang berdebat dengan seseorang,” sebuah suara dari arah belakang tiba-tiba menegur Susi Halim dengan nada penuh keingintahuan.Suara itu milik Alex Setiawan, adik sepupu Lucy Setiawan.Xander mengenali suara ini dengan baik, meskipun Alex sudah berusia dua puluh tiga tahun. Suaranya yang khas dan penuh kepongahan itu selalu mudah dikenali.Alex Setiawan, seorang sarjana bisnis lulusan Singapura, terkenal dengan rasa bangga yang berlebihan terhadap pendidikannya.“Ah, sayang... kamu sudah datang,” kata Susi Halim sambil mendaratkan kecupan mesra di pipi Alex tanpa rasa malu.Di momen itu, seolah dunia berhenti berputar. Lampu sorot seakan-akan berfokus pada mereka berdua, membuat mereka tampak seperti pemeran utama dalam drama murahan yang penuh kepura-puraan.Cup—cup!Bunyi kecupan Susi Halim sangat keras, membuat beberapa orang di sekitar mereka memalingkan muka karena malu. Ada rasa tidak nyaman yang menyebar di udara, menambah kesan teatrikal p

    Last Updated : 2024-08-18
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sosok Yang tak Terdeteksi.

    Xander dan June menghilang di balik pintu lift yang perlahan tertutup, meninggalkan Susi Halim yang masih tertegun, terperangkap dalam kebingungannya.Kenikmatan yang biasa Susi dapatkan saat membully seseorang kini terasa terputus begitu saja, seolah panggung yang biasa ia kuasai di ruang kantin itu tiba-tiba lenyap tanpa penonton yang mau memperhatikannya.Dengan napas yang mulai memburu, Susi melemparkan pandangan tajam ke arah lift yang sudah tak lagi terlihat."June... gadis itu terlalu berani! Siapa dia pikir dirinya? Hanya seorang sekretaris perusahaan ini saja, tapi dia bertingkah seolah-olah memegang posisi tertinggi di kantor ini. Berani-beraninya meremehkan aku, orang dari bagian SDM dan keponakan Ricky Lenusa, sang Komisaris!"Kemarahan membara dalam dada Susi. Ia mengepalkan tangannya, dan tanpa sadar meninju lengan kekasihnya, Alex Setiawan, yang berdiri di sampingnya."Aduh! Kenapa kamu memukulku?" Alex mengerutkan wajahnya, merajuk, sambil mengusap lengannya yang memer

    Last Updated : 2024-08-19
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Bahkan IT pun Gagal.

    Pada salah satu lantai di gedung pencakar langit Bank Central Halilintar, Susi Halim melangkah masuk ke dalam ruangan dengan penuh percaya diri.Setiap langkahnya terdengar jelas di lantai marmer yang dingin, menggema dalam keheningan gedung yang megah. Udara dingin dari pendingin ruangan menyapa kulitnya, namun tidak mengurangi aura keangkuhan yang terpancar dari dirinya.Susi adalah sosok yang dikenal dan disegani oleh banyak orang di gedung itu, dan kehadirannya selalu menarik perhatian.“Well – well – well... lihatlah siapa yang datang mengunjungi tempat kerja kita,” suara itu datang dari seorang pria muda dengan senyum hangat yang terpancar dari wajahnya. Itu adalah Wahyu, kepala bagian IT yang sudah lama menyimpan perasaan khusus terhadap Susi.Senyumnya tidak dapat menyembunyikan kekaguman dan ketertarikan yang ia rasakan terhadap wanita yang kini berdiri di hadapannya.Mata Susi menyipit, menatap Wahyu dengan tatapan arogan yang sudah menjadi ciri khasnya. Ia tahu betul bahwa

    Last Updated : 2024-08-19
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sepulang Kantor.

    Hari telah beranjak sore, dan jarum jam menunjukkan pukul 17.00, saat sinar matahari mulai meredup di balik gedung-gedung tinggi kota. Cahaya lembut senja menyelinap melalui jendela kantor, membingkai meja kerja Xander dalam nuansa emas yang hangat.“Xander... hei, anak baru. Kamu sudah bisa pulang,” teriak June dengan nada ceria sambil menenteng tas kulit hitamnya, melambai-lambaikan tangan seolah-olah tak sabar ingin keluar.Xander tertegun sejenak ketika melihat June sudah berdiri tegap di depan pintu, siap untuk keluar dari lantai lima belas.Dia baru sadar betapa asiknya dirinya tenggelam dalam layar komputer, membaca email dari Sekretaris Korporat, hingga tak menyadari bahwa June—rekan kerjanya—telah lama meninggalkan meja di sebelahnya.Dengan cepat, Xander melirik sekeliling. Kantor yang biasanya penuh aktivitas kini sepi, hanya menyisakan beberapa bayangan kursi kosong.“Apakah aku adalah makhluk asing dari planet lain?” gumamnya dalam hati, “Kenapa aku tetap duduk di sini se

    Last Updated : 2024-08-20

Latest chapter

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Hani Sang Petugas Keamanan Parkir.

    Hari itu, pagi pagi benar Xander datang ke Kantor Diamond Air sesuai janjinya pada Grace Song.Ia memarkir mobil listriknya, BYD keluaran terbaru, di tempat parkir dengan tanda besar bertuliskan "Direktur Diamond Air." Xander tidak terlalu memusingkan hal ini; baginya, toh perusahaan ini adalah miliknya.Saat Xander baru saja melangkah sepuluh langkah meninggalkan mobilnya, tiba-tiba seseorang menegurnya dengan nada kasar.“Hei kamu! Apa kamu tidak bisa membaca? Jelas-jelas tertulis ‘Direktur Utama’ di situ. Apa kamu pikir kamu pemilik perusahaan ini, lebih tinggi dari direktur?”Xander menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap petugas keamanan yang berjaga di area parkir.“Tapi aku melihat tempat itu kosong. Apa salahnya kalau aku parkir mobilku sebentar? Lagipula aku tidak akan lama berada di Gedung Diamond Air. Apakah Anda...” Xander baru saja hendak menjelaskan bahwa ia akan bertemu dengan direktur utama, ketika petugas keamanan bernama Hani itu menghardiknya.“Kamu membant

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kesombongan Sophia.

    Gedung Diamond Air, yang terletak di pusat Kota Jatavia, berdiri megah di antara gedung-gedung pencakar langit lainnya.Transformasi Pelican Air menjadi Diamond Air adalah bukti nyata kekuatan uang. Gedung yang dulu kusam kini berkilau dengan kaca hitam mengilap, sementara lobby marmernya memancarkan kemewahan yang tak bisa diabaikan.Semua detailnya berseru: kekayaan.Di dalam, suasana kantor dipenuhi ketegangan yang hanya bisa diciptakan oleh dua hal: kedatangan bos besar yang penuh teka-teki dan rasa penasaran akan apa yang akan berubah di bawah kepemimpinannya.Para karyawan, yang dulunya nyaris kehilangan pekerjaan karena bangkrutnya Pelican Air, sekarang memiliki alasan baru untuk resah.“Sophia Wang,” suara berat Michael Chen, Direktur Pemasaran, memecah keheningan.“Apa kamu sudah mempersiapkan semua acara penyambutan? Aku ingin hari ini sempurna. Tuan Sanjaya harus terkesan.”Sophia Wang, sekretarisnya, mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. “Semuanya sudah beres, Tuan Che

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Rapat Setiawan Company.

    Dengan sumber daya yang banyak, tiada batasan ini maka dalam sekejap mata Pelican Air langsung diakuisisi oleh Bank Central Halilintar Group.Dunia bisnis di Negeri Konoya dibuat heboh dengan gebrakan pemilik Halilintar Group, yang mengambil langkah berani mengakuisisi perusahaan yang hampir pailit ini.Seisi Kota Jatavia membincangkan ini, termasuk di Keluarga Setiawan.Pada sebuah acara minum teh di sore hari, Nyonya Ouyang dikelilingi semua keluarga inti, yang memuji-muji dia.Ruangan itu dihiasi ornamen tradisional dengan sentuhan modern; meja besar di tengah ruangan dipenuhi set teh mewah dan penganan kecil yang tersaji rapi.Lucy kebetulan ada di sana. Dia sudah selesai dengan masa penahanannya di Kota Singapura. Ibunya, Rika, juga sudah bebas dengan pertimbangan berbuat baik selama masa tahanan dan usianya yang cukup sepuh.Rika, yang berpura-pura rapuh dan sakit-sakitan selama di penjara, kini duduk dengan postur lemah tetapi matanya tetap memancarkan kecerdasan licik.Oleh se

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sebuah Ide.

    Setelah sekian lama, proyek Dolphin Bakery berjalan dengan lancar. Anak-anak panti asuhan kini hidup nyaman dan tentram.Namun, di balik senyum puas itu, Xander mulai memikirkan sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang sudah lama ia impikan, jauh di dalam hatinya.“Perusahaan penerbangan. Aku ingin mendirikan perusahaan penerbangan,” kata Xander suatu malam, suaranya penuh tekad, meluncur lembut ke udara.Dia duduk santai di teras apartemennya yang megah, menikmati angin malam, ditemani Grace Song yang setia di sisinya sebagai tangan kanan.“Perusahaan penerbangan, Tuan Xander?” Grace Song mengangkat alis, terdengar skeptis. “Bukankah pasar sudah cukup jenuh dengan perusahaan semacam itu? Dan… bukankah ini berarti Anda akan bertentangan dengan Nona Clara?”Grace menggulirkan informasi yang ia tahu tentang hubungan rumit antara Xander dan Clara. Kedua orang itu jelas saling tertarik, tapi belum ada yang berani mengungkapkan perasaan.Grace tersenyum sambil melirik barista pribadi yang sed

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Dolphin Bakery.

    Beberapa bulan setelahnya, di kawasan supermall yang terletak di wilayah timur Jatavia, sebuah toko kue baru saja dibuka.Toko itu berdiri kokoh di antara butik-butik mewah dan gerai-gerai kelas atas yang mengelilinginya, seolah menjadi simbol kedatangan sesuatu yang tak terbendung—sebuah lambang status dan kemewahan baru di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur.Nama toko itu adalah Dolphin Bakery, dan hari itu, sang pemilik merayakan peresmian dengan acara yang sederhana, namun memiliki makna yang dalam dan penuh sentuhan pribadi.Walaupun undangannya terbatas, suasana yang tercipta terasa sangat akrab dan hangat.Seolah, segenap kebahagiaan yang ada mengalir begitu bebas di ruang yang penuh dengan tawa dan suara riang, menciptakan atmosfer yang tidak bisa dihalangi oleh apapun.“Selamat atas dibukanya Dolphin Bakery!” Xander berkata sambil mengulurkan tangan, senyumnya lebar ketika ia menjabat tangan Ibu Mary yang sudah sangat tua.Wajah wanita itu tampak berkaca-kaca, mata

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sandy Yang Apes.

    Setelah semua pihak terdiam oleh ancaman tegas Tuan William Tjiang, suasana di ruangan itu menjadi sunyi.Darmawan Tjiang dan Felicia anaknya bersiap meninggalkan kantor, langkah mereka terdengar berat di lantai marmer. Namun, suara Xander memecah kesunyian itu.“Tunggu. Jangan pergi dulu,” ucapnya sambil berdiri tegap, sorot matanya tajam namun tetap tenang.Felicia berhenti, berbalik dengan wajah masam. “Ada apa lagi?” tanyanya dengan nada ketus. “Bukankah tujuanmu sudah tercapai? Panti asuhan itu selamat. Apa lagi yang kamu inginkan?”Wajahnya mencerminkan kejengkelan.Sementara Darmawan Tjiang berdiri dengan sikap hati-hati.Matanya sesekali melirik Xander, seolah mencoba menilai langkah apa yang mungkin dilakukan pria itu. Ia tahu, tindakan sembrono hanya akan memperburuk situasi.“Kalian perlu melihat ini,” kata Xander. Tanpa ragu, ia melemparkan setumpuk file tebal ke meja. Bunyi keras itu menarik perhatian semua orang di ruangan.“Aku pikir kalian mendukung orang yang salah,”

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sebuah Kejutan Untuk Sandy.

    Sandy Setiawan duduk menunggu keputusan rapat singkat di ruang pertemuan Tuan Tua, dengan dada berdebar.Ia bahkan tidak merasa sakit hati saat William Tjiang mengusirnya dari kantor pribadi Tuan Tua beberapa waktu lalu.Ia sudah terbiasa dengan sikap orang-orang yang merasa diri penting.Sandy tahu, keputusan yang diambil di dalam ruangan itu akan sangat menentukan masa depan bisnis Setiawan Corporation. Namun bagi Sandy, yang lebih penting adalah keuntungan untuk dirinya sendiri.Ia merenung, pikirannya melayang ke tanah panti asuhan yang hampir 2000 meter persegi itu. "Bayangkan berapa banyak yang bisa aku dapatkan jika panti asuhan bobrok itu tergusur...," pikirnya, semakin membayangkan potensi keuntungan yang menggiurkan.Selama ini, Sandy sudah mengeruk untung sampai tujuh puluh persen dalam setiap transaksi pembebasan tanah dan bangunan di lokasi supermall Tjiang Global.Setiap mark-up harga ia habiskan untuk berfoya-foya. Itu adalah cara dia menjalani hidup—dengan segala kesen

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Akhir Penuh Bahagia.

    “Darmawan Tjiang! Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam kantor pribadiku?” Bentakan Yuan William menggema dengan suara rendah yang mengerikan, membekukan seluruh suasana.Darmawan Tjiang terdiam, tubuhnya kaku. Baru kali ini ia melihat ayahnya semarah ini.Yang ia tahu, semakin marah ayahnya, semakin dingin sikapnya. Dan itu selalu berarti satu hal—tindakan yang akan merugikan siapa saja yang berdiri di hadapannya.Melihat ketakutan di mata Darmawan, Tuan William merasa kemenangan seketika.Dengan gerakan angkuh, ia berbalik menuju Felicia, cucunya, yang ikut-ikutan menunduk, ketakutan.“Tidak biasanya kakek semarah ini…” batin Felicia, meremas tangannya. Keringat dingin menetes, meresap ke dalam pori-pori kulitnya. Suara dan ekspresi kakeknya terasa asing, dingin, tanpa sekecil pun kehangatan.Sekarang giliran Tuan William melemparkan tatapan tajam kepada Sandy Setiawan. Suaranya makin dingin, penuh ancaman.“Dan kamu, Sandy Setiawan! Kamu hanya seorang kontraktor sub-kontrak di perus

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Presentasi Yang Memukau.

    Di dalam ruang Tuan William, suasana penuh wibawa menyelimuti. Ukiran kayu klasik pada dinding dan lampu gantung kristal memancarkan kesan mewah.Sementara aroma Teh Pu-er yang khas memenuhi ruangan, melambangkan kelas atas yang tidak bisa disangkal.Tuan William menyambut mereka dengan ramah, membuat Ibu Mary sedikit lebih nyaman meski canggung.Xander duduk tenang di sudut, senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah sudah memprediksi bagaimana Tuan William akan terpesona oleh roti yang dibawa Ibu Mary.“Tuan penolong Xander, aku tidak menyangka ada seseorang yang memiliki keterampilan pembuatan roti kelas internasional seperti ini...” ujar Tuan William, tatapannya tertuju pada roti di hadapannya.Ia memeriksa tekstur roti itu dengan jari, seolah menilai sebuah karya seni.“Aku pernah makan roti dengan kualitas serupa di Shanghai,” tambahnya dengan nada tulus, seakan kenangan tentang perjalanan itu kembali hidup.Ia kemudian menoleh pada Ibu Mary, pandangannya penuh rasa kagum. “Tak kus

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status