Home / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Di Tengah Kegaduhan.

Share

Di Tengah Kegaduhan.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-08-18 18:20:42

“Ada apa, sayang? Kelihatannya kamu sedang berdebat dengan seseorang,” sebuah suara dari arah belakang tiba-tiba menegur Susi Halim dengan nada penuh keingintahuan.

Suara itu milik Alex Setiawan, adik sepupu Lucy Setiawan.

Xander mengenali suara ini dengan baik, meskipun Alex sudah berusia dua puluh tiga tahun. Suaranya yang khas dan penuh kepongahan itu selalu mudah dikenali.

Alex Setiawan, seorang sarjana bisnis lulusan Singapura, terkenal dengan rasa bangga yang berlebihan terhadap pendidikannya.

“Ah, sayang... kamu sudah datang,” kata Susi Halim sambil mendaratkan kecupan mesra di pipi Alex tanpa rasa malu.

Di momen itu, seolah dunia berhenti berputar. Lampu sorot seakan-akan berfokus pada mereka berdua, membuat mereka tampak seperti pemeran utama dalam drama murahan yang penuh kepura-puraan.

Cup—cup!

Bunyi kecupan Susi Halim sangat keras, membuat beberapa orang di sekitar mereka memalingkan muka karena malu. Ada rasa tidak nyaman yang menyebar di udara, menambah kesan teatrikal p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sosok Yang tak Terdeteksi.

    Xander dan June menghilang di balik pintu lift yang perlahan tertutup, meninggalkan Susi Halim yang masih tertegun, terperangkap dalam kebingungannya.Kenikmatan yang biasa Susi dapatkan saat membully seseorang kini terasa terputus begitu saja, seolah panggung yang biasa ia kuasai di ruang kantin itu tiba-tiba lenyap tanpa penonton yang mau memperhatikannya.Dengan napas yang mulai memburu, Susi melemparkan pandangan tajam ke arah lift yang sudah tak lagi terlihat."June... gadis itu terlalu berani! Siapa dia pikir dirinya? Hanya seorang sekretaris perusahaan ini saja, tapi dia bertingkah seolah-olah memegang posisi tertinggi di kantor ini. Berani-beraninya meremehkan aku, orang dari bagian SDM dan keponakan Ricky Lenusa, sang Komisaris!"Kemarahan membara dalam dada Susi. Ia mengepalkan tangannya, dan tanpa sadar meninju lengan kekasihnya, Alex Setiawan, yang berdiri di sampingnya."Aduh! Kenapa kamu memukulku?" Alex mengerutkan wajahnya, merajuk, sambil mengusap lengannya yang memer

    Last Updated : 2024-08-19
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Bahkan IT pun Gagal.

    Pada salah satu lantai di gedung pencakar langit Bank Central Halilintar, Susi Halim melangkah masuk ke dalam ruangan dengan penuh percaya diri.Setiap langkahnya terdengar jelas di lantai marmer yang dingin, menggema dalam keheningan gedung yang megah. Udara dingin dari pendingin ruangan menyapa kulitnya, namun tidak mengurangi aura keangkuhan yang terpancar dari dirinya.Susi adalah sosok yang dikenal dan disegani oleh banyak orang di gedung itu, dan kehadirannya selalu menarik perhatian.“Well – well – well... lihatlah siapa yang datang mengunjungi tempat kerja kita,” suara itu datang dari seorang pria muda dengan senyum hangat yang terpancar dari wajahnya. Itu adalah Wahyu, kepala bagian IT yang sudah lama menyimpan perasaan khusus terhadap Susi.Senyumnya tidak dapat menyembunyikan kekaguman dan ketertarikan yang ia rasakan terhadap wanita yang kini berdiri di hadapannya.Mata Susi menyipit, menatap Wahyu dengan tatapan arogan yang sudah menjadi ciri khasnya. Ia tahu betul bahwa

    Last Updated : 2024-08-19
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sepulang Kantor.

    Hari telah beranjak sore, dan jarum jam menunjukkan pukul 17.00, saat sinar matahari mulai meredup di balik gedung-gedung tinggi kota. Cahaya lembut senja menyelinap melalui jendela kantor, membingkai meja kerja Xander dalam nuansa emas yang hangat.“Xander... hei, anak baru. Kamu sudah bisa pulang,” teriak June dengan nada ceria sambil menenteng tas kulit hitamnya, melambai-lambaikan tangan seolah-olah tak sabar ingin keluar.Xander tertegun sejenak ketika melihat June sudah berdiri tegap di depan pintu, siap untuk keluar dari lantai lima belas.Dia baru sadar betapa asiknya dirinya tenggelam dalam layar komputer, membaca email dari Sekretaris Korporat, hingga tak menyadari bahwa June—rekan kerjanya—telah lama meninggalkan meja di sebelahnya.Dengan cepat, Xander melirik sekeliling. Kantor yang biasanya penuh aktivitas kini sepi, hanya menyisakan beberapa bayangan kursi kosong.“Apakah aku adalah makhluk asing dari planet lain?” gumamnya dalam hati, “Kenapa aku tetap duduk di sini se

    Last Updated : 2024-08-20
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kyoto Mart.

    June mengangguk, lalu Xander menepi, tepat di depan sebuah supermarket impor yang terkenal, Ranch Market. Aroma segar buah-buahan impor dan sayuran organik terasa samar di udara, menggoda setiap pengunjung yang lewat. Xander segera mengangkat ponselnya yang bergetar di saku.“Halo...” Xander menjawab panggilan itu dengan nada tenang, meski matanya masih berkeliling, memandangi deretan produk mahal di etalase supermarket.“Tuan Xander, Anda akan pulang jam berapa? Aku akan menjemput Anda, karena ada sesuatu yang ingin saya bicarakan,” suara Grace Song terdengar tegas namun profesional, seperti biasa.Xander melirik jam tangan di pergelangan tangannya, lalu menjawab, “Oke, kira-kira satu jam lagi. Bisakah Anda menjemputku di Kyoto Mart? Aku akan berbelanja sebentar.”“Kyoto Mart? Itu adalah supermall mewah milik Anda juga, Tuan Xander. Saya akan menghubungi Direktur Pemasaran agar dia melayani Anda langsung untuk berbelanja...” suara Grace terdengar penuh keyakinan, seolah tidak ada yan

    Last Updated : 2024-08-20
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Dunia June.

    La Gayette adalah sebuah departemen store besar yang berdiri megah di Kyoto Mart, menawarkan kemewahan yang tak tertandingi. Tidak seperti departemen store pada umumnya, La Gayette adalah representasi otentik dari keanggunan Prancis, sebuah tempat di mana brand-brand ternama internasional berjejer, memikat hati setiap pengunjung yang melangkah masuk.Tak perlu lagi disebutkan satu per satu—tentu saja, Dior, Louis Vuitton, Hermès, Chanel, dan masih banyak lagi, semuanya ada di sini, menggoda dengan keanggunan dan kemewahan yang tak terelakkan.Begitu luas dan megahnya, La Gayette terbagi dalam dua section utama yang mencerminkan selera tinggi dan eksklusivitas.Lantai pertama dipersembahkan khusus untuk pria, sebuah arena di mana setelan jas elegan dan sepatu kulit terbaik menunggu untuk dipilih. Sedangkan lantai kedua, sepenuhnya didedikasikan untuk wanita, penuh dengan gaun-gaun mewah dan aksesori yang berkilauan, siap untuk menjadikan setiap wanita bak ratu.June melangkah perlahan

    Last Updated : 2024-08-21
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Susi Dan Belanjaannya.

    Mendengar tuduhan tanpa dasar dari Susi Halim, wajah June seketika memerah karena amarah yang mendidih di dalam dirinya.“Enak saja bicara! Kau pikir aku cewek gampangan? Semua barang bermerk yang kubeli hari ini, semuanya, ada yang mensponsori!” seru June dengan nada angkuh, matanya bersinar tajam penuh rasa percaya diri.June baru saja akan melangkah ke eskalator ketika Susi Halim, dengan gerakan cepat, kembali menahannya. Tangannya mencengkeram lengan June, memaksa gadis itu untuk tetap di tempat.“Tunggu sebentar! Aku butuh penjelasanmu!” Susi berkata, suaranya penuh tuntutan.June menoleh dengan geram, matanya menyala-nyala penuh amarah. “Penjelasan apa lagi yang kau butuhkan? Bukankah sudah kukatakan tadi? Barang-barang branded ini disponsori oleh seseorang! Puas sekarang?” teriak June, dengan nada yang semakin tinggi, gemuruh emosinya tak terbendung.“Dengar, Susi Halim. Aku peringatkan sekali lagi, jabatanmu sebagai HRD hanya berlaku di dalam kantor. Di luar kantor, semua tind

    Last Updated : 2024-08-22
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Harga Diri Yang Hancur.

    “Gratis?” Wajah gadis di kasir itu berubah drastis, ekspresinya yang sebelumnya ramah mendadak memucat menjadi dingin dan penuh kemarahan.Aura penghinaan seolah mengalir dari tubuhnya, membungkus Susi Halim dengan rasa sinis yang tegas. Matanya yang tajam menyapu dari atas kepala hingga ke kaki Susi, seolah sedang menilai dan menghukum sekaligus.“Nona... Apakah Anda benar-benar sakit? Mengira belanjaan senilai lima puluh juta rupiah ini bisa dibawa pulang tanpa membayar? Mohon maaf jika ini mengecewakan, tapi saya harus menjelaskan dengan tegas: La Gayette ini bukan lembaga sosial! Jika Anda tidak punya uang, sebaiknya tinggalkan barang-barang Anda dan jangan membuang waktu di sini!”Suara gadis kasir itu semakin meninggi, setiap kata keluar dengan nada yang tajam dan penuh penekanan.Seluruh ruang Gallery La Gayette, yang sebelumnya dipenuhi oleh suara bisik-bisik halus dan gemerincing belanjaan mewah, kini dipenuhi oleh desas-desus dan tatapan penuh perhatian dari para pengunjung.

    Last Updated : 2024-08-23
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kevin Yang Tidak Sabaran.

    Hari ini, Kevin Ng sudah hampir kehabisan akal menanti kucuran dana yang dijanjikan oleh Grace Song dari Bank Central Halilintar.Dia duduk di kursi kulitnya yang empuk, namun tidak merasakan kenyamanan sedikitpun. Ruang kerjanya yang biasanya menjadi simbol kekuasaannya, kini terasa menekan seperti penjara.Setiap jam yang berlalu tanpa kabar bagaikan duri yang menusuknya perlahan. Minggu pertama setelah pengajuan investasi itu berlalu tanpa jawaban, dan Kevin mulai merasa seperti cacing yang digoreng di atas wajan panas.Suasana di Kantor Perusahaan Santoso Grup pun berubah menjadi semakin tegang, seiring dengan ketidakpastian yang melanda."Direktur Kevin, gaji karyawan sudah telat dibayar dua minggu. Kita tak bisa menunggu lebih lama lagi, Pak. Kalau begini terus, takutnya akan terjadi demonstrasi karyawan," ucap asisten perusahaan, yang masuk dengan wajah tegang.Kevin hanya bisa mendesah berat, tangannya memijat pelipis yang terasa berdenyut. "Bayangan demo karyawan itu lebih me

    Last Updated : 2024-08-24

Latest chapter

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   The Tiger.

    Sandy Setiawan memukul meja dengan keras. Dentuman kayu itu memenuhi ruangan, membuat dua petugas di hadapannya terkejut. Wajah Sandy memerah, sorot matanya menyala seperti bara api, siap membakar apa pun."Hanya untuk menggusur anak-anak kecil, seorang nenek tua, dan seorang gadis lemah, kalian gagal?!" bentaknya. Ia tidak percaya bahwa tugas sesederhana itu tidak bisa mereka selesaikan.Salah satu petugas, pria bertubuh kekar, berusaha menjawab meski suaranya terdengar gemetar. "Bos, ada seorang pemuda di sana. Dia menguasai ilmu bela diri, sepertinya seorang kultivator. Dia bahkan meninggalkan pesan untuk Anda."Sandy mengangkat alis, matanya menyipit. "Pesan apa?"Petugas itu menelan ludah. "Dia bilang namanya Xander dan yakin Anda tahu siapa dia."Ekspresi Sandy berubah drastis, wajahnya sekaku patung marmer. Napasnya tertahan, dan ruangan itu sunyi sementara kedua petugas saling pandang, bingung."Apakah Anda mengenalnya? Dia... orang dalam?" seorang petugas memberanikan diri be

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Akhir Pertikaian

    "Kamu meminta untuk tidak mematahkan tangan, bukan? Baiklah. Anggap saja aku sedang berbelas kasih," ujar Xander sambil mencibir, sudut bibirnya terangkat tipis seperti menikmati permainan sederhana.Petarung itu tampak lega sesaat, seperti menerima hadiah yang tak diduga. Namun, jauh di dalam hati, ia justru menertawakan Xander."Dasar bocah bodoh. Mau saja percaya mulut berbisa seperti milikku. Ini akan jadi hiburan memuaskan," pikirnya penuh kepuasan.Wajahnya ia poles dengan senyuman palsu, berharap akting penuh rasa terima kasihnya mampu menyentuh simpati penonton.Namun, sebelum rencananya berjalan sesuai harapan, sesuatu yang tak terduga terjadi.PLAK – PLAK – PLAK!Tiga tamparan keras mendarat di pipinya. Suara tamparan itu menggema seperti cambuk yang menyayat udara. Matanya membelalak, rasa perih menjalar panas ke wajahnya. Ia tertegun, sulit percaya Xander benar-benar melakukannya."Ini… ini…" gumamnya terbata-bata, suaranya serak karena syok. Kedua pipinya memerah menyala

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pendekar Xianxia?

    “Xander?” desis Dimas tak percaya. Wajahnya yang bulat dengan mulut terbuka lebar tampak lucu. Rasanya, jika ada telur ayam dilempar ke sana, pasti lolos tanpa hambatan masuk ke lambungnya.“Xander!” teriak Hannah, nyaris melompat dari tempatnya. “Mengapa aku merasa seperti sedang menonton adegan di drama Xianxia? Kamu masuk ke buldozer seperti pahlawan dalam cerita di film!”Xander turun dari ruang kemudi buldozer dengan tenang.Wajahnya berseri-seri, seolah-olah diselimuti cahaya pagi yang membuatnya tampak seperti tokoh abadi dari kisah fantasi Xianxia atau Wuxia di televisi Tiongkok.Anak-anak panti asuhan, yang sejak tadi menonton dengan penuh ketegangan, langsung bersorak gembira tanpa perlu dikomando. Tepuk tangan mereka riuh, bercampur dengan suara tawa kecil.“Hore! Pendekar Rajawali Sakti – Guo Jing!” teriak seorang anak dengan suara penuh semangat.“Ah, tapi wajahnya setampan Yang Kang!” sahut yang lain, sambil menunjuk Xander dengan penuh antusias.Serial Pendekar Rajawali

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Buldozer dan Rumah Panti Asuhan – Part II.

    “Pak Conan, ayo maju! Ini kesempatan yang bagus untuk merubuhkan bangunan tua itu!” teriak seorang pemuda yang duduk di atas salah satu buldozer. Wajahnya penuh semangat, berbeda dengan pria paruh baya bernama Pak Conan yang masih ragu-ragu.“Aku... aku tidak tega,” gumam Pak Conan. Tangannya yang gemetar menggenggam tuas kendali, tetapi hati kecilnya tak mampu memerintah dirinya untuk melanjutkan.“Ah, masa bodoh!” teriak si pemuda muda itu kesal. “Kalau Anda tidak mau melakukannya, biarkan aku yang menyelesaikan pekerjaan ini!”Dengan gesit, pemuda itu melompat dari buldozernya ke arah buldozer Pak Conan. Tanpa ragu, ia menyalakan mesin. Suara alat berat itu meraung, dan buldozer mulai bergerak maju dengan kecepatan yang semakin bertambah.“Berhenti!” teriak Hannah Laksa, suaranya penuh kepanikan.“Tolong jangan hancurkan tempat tinggal kami!” ratap Ibu Mary, tangannya bergetar sambil menahan tangis.Anak-anak kecil pun menangis sejadi-jadinya, memohon agar tempat yang mereka sebut

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Buldozer dan Rumah Panti Asuhan – Part I.

    Pagi itu, matahari baru saja terbit, namun suara getaran ponsel Xander membangunkannya.Semalam, ia tidur agak larut, bisa dibilang hampir dini hari. Namun pagi ini, ia sudah terbangun oleh panggilan yang datang tiba-tiba.“Siapa yang mengganggu pagi-pagi begini?” pikir Xander, matanya masih menyipit, jelas terlihat ia masih mengantuk.Namun, matanya langsung terbuka lebar ketika ia membaca nama yang muncul di layar ponselnya: "Dimas – Memanggil."“Ada apa?” gumamnya pelan, suara Dimas mulai terdengar samar, diselingi suara hiruk-pikuk di latar belakang. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak.“Xander, kamu harus datang ke Panti Asuhan Penuh Kasih. Ada yang terjadi!” Suara Dimas terdengar gugup dan terburu-buru. Teriakan anak-anak dan suara mesin buldozer yang menggema semakin jelas, membuat bulu kuduk Xander merinding.“Tunggu sebentar! Aku akan kesana!” jawab Xander dengan nada tegas, meskipun baru saja terbangun.Tak perlu seorang jenius untuk menebak apa yang sedang terjadi. Suara a

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Rahasia Yang Terbongkar.

    Beberapa saat sebelum kejadian Hannah dijegal para preman, Xander tanpa sengaja bertemu dengan Dimas saat ia lewat di depan Gorilla’s Café. Malam itu, lampu kota berpendar di atas jalan yang basah oleh hujan ringan, memantulkan bayangan mobil mewah Xander yang berhenti perlahan.“Dimas? Sudah jam segini, dan Anda belum pulang? Apakah lembur?” tanya Xander sambil keluar dari mobilnya. Jas kasualnya tetap terlihat mahal meskipun tidak mencolok, seolah hanya kebetulan melekat pada pemiliknya.Dimas, yang sedang menutup pintu kafe, tampak sedikit terkejut. Namun, senyumnya segera merekah saat mengenali siapa yang menyapa. “Ah, sobat. Rupanya kamu,” katanya sambil menepuk ringan pintu kaca kafe. “Sesungguhnya tidak ada lembur. Namun, ini terkesan terlambat pulang karena harus menunggu Hannah Laksa menyelesaikan beberapa hal. Aku tak tega mengusirnya pergi. Dia terlihat seperti sedang menanggung beban berat.”Bayangan wajah Hannah Laksa yang ceria, dengan tawa ringan yang dulu sering menolo

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pria Misterius.

    Sayangnya... meski tekad Hannah Laksa sekuat baja, dan batu bata di tangannya menambah percaya diri, itu semua tak banyak membantu.Dalam sekejap, ia kehilangan kendali ketika salah satu pria bertubuh tinggi dan gempal menangkapnya dalam pelukan erat, membuat napasnya terenggut seolah ditelan udara malam yang dingin."Lepaskan aku! Kalian akan menyesal kalau berbuat sesuatu yang menjijikkan!" seru Hannah lantang, suaranya bergetar di antara keberanian dan rasa takut yang menggelegak.Namun, ejekan segera menyambar."Jangan mengada-ada," jawab pria itu, Ale, pemimpin kelompok berandal yang terkenal kejam di daerah itu. Senyum miringnya memamerkan gigi kuning yang tak terawat. "Kamu ini gadis yatim piatu, tidak punya siapa-siapa. Siapa yang akan membelamu?""Dengar, bos Ale!" seru salah satu anak buahnya, memanas-manasi suasana. "Telanjangi saja dia. Nikmati sepuasnya. Sisanya, kami yang urus!"Hannah gemetar. Ketakutan merayap, menekan keberaniannya yang tersisa. Namun, ia tak akan men

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Rahasia Hannah.

    Hannah Laksa baru saja menyelesaikan rutinitasnya di Gorilla’s Café. Dengan telaten, ia membersihkan meja barista, menyusun kembali semua peralatan mesin pembuat kopi setelah menyelesaikan perawatan rutin.Setiap sudut mesin ia lap cermat, memastikan semuanya mengilap—siap melayani para pelanggan esok hari.Jam dinding di sudut ruangan menunjukkan pukul 22.00. Di jantung kota, seperti kawasan tempat kafe ini berdiri, waktu itu masih terbilang awal malam. Lampu-lampu kota berkelip bagaikan bintang buatan, sementara lalu lintas masih dipenuhi kendaraan yang sibuk berlalu-lalang.Namun, suasana berbeda di pelosok kota, tempat di mana Hannah tinggal. Di sana, jam segini sudah dianggap larut malam, dengan jalanan sepi dan sunyi. Bagi seorang gadis yang pulang sendirian, suasana itu terasa rawan.“Hannah, sudah malam. Kamu belum pulang?” tegur suara familiar. Dimas, manajer kafe tersebut, berdiri di dekat pintu masuk, menatapnya dengan alis sedikit terangkat.Hannah mengangkat wajahnya dari

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pemimpin Sandy Setiawan.

    Ternyata, proyek satu miliar yang diberikan oleh Tijian Global Corporation adalah pembangunan sebuah mall yang sangat modern. Mall ini dirancang untuk berdiri di tengah pemukiman kelas menengah ke atas, menjadi landmark baru yang mengundang perhatian.Semua orang di kediaman Setiawan menatap dengan rasa iri saat Nyonya Ouyang menyebutkan nama yang akan dipilih sebagai direktur pelaksana.“Sandy Setiawan, kurasa dia layak untuk memimpin proyek besar ini. Selain berpengalaman, dia juga cukup akrab dengan Nona Felicia Tijiang, pelaksana langsung proyek dari grup itu!” pungkas Nyonya Ouyang dengan senyum puas, seolah mengunci keputusan yang telah diambilnya.Namun, tak lama setelah itu, Jonah mencoba untuk merusak nuansa gembira tersebut.“Tapi, Nyonya... bukankah Sandy gagal pada pertemuan sebelumnya? Apakah Anda ingin kekacauan terjadi lagi?” tanyanya dengan nada menantang, sambil menyembunyikan rasa cemburu yang mencuat dari wajahnya yang tampak penuh kalkulasi.“Benar itu, Nyonya tua.

DMCA.com Protection Status