Rupanya Odelyn memang hanya terlalu takut saja. Saat ini Odelyn melihat Maura sudah aktif kembali. Ah, ketakutannya kemarin itu benar-benar tidak berguna rupanya. Hanya menambah beban pikiran saja."Odelyn, kamu ngapain melamun disini?" Michael yang baru saja ingin berangkat untuk nongkrong dengan teman-temannya terkejut melihat Odelyn yang duduk di teras sambil melamun. Yah, Michael tidak yakin sih apakah Odelyn melamun atau hanya melihat kendaraan yang lewat di jalanan."Siapa juga yang melamun, Michael. Aku cuma lagi mikirin Maura kok. Kalau melamun kan berarti pikirannya kosong." Odelyn menghela nafas lelah. Yah bagaimana Odelyn tidak lelah kalau dirinya saja memikirkan banyak hal sampai kepalanya itu pun sudah tidak bisa menampung."Ada apa dengan Maura? Apa yang bikin kamu mikirin dia?" Michael sungguh ingin tahu apalagi yang Odelyn pikirkan. Odelyn ini rupanya adalah manusia yang pemikir ya."Aku cuma mikir kok bisa ya aku selalu memikirkan semua hal dengan berlebihan. Semuanya
"Kamu marah?" Odelyn menoleh tajam ke arah Michael. Pertanyaan bodoh apa yang dilontarkan oleh Michael sih? Bisa-bisanya dia bertanya apakah Odelyn merasa marah atau tidak. Ya Odelyn jelas merasa marah lah. Bisa-bisanya masih ada pertanyaan seperti itu yang keluar dari mulutnya."Kamu tuh kalau nanya mikir dong ya. Kamu masih nanya aku marah ke kamu atau nggak? Ya marah banget lah. Kamu dideketin cewek di kantor. Ya aku tahu kita gak harus saling mencintai satu sama lain. Tapi itu bukan berarti kita boleh jatuh cinta sama orang lain!" Odelyn berucap dengan nada yang berapi-api. Ah, kalau tahu moodnya akan memburuk seperti ini tentu saja Odelyn tidak akan sudi untuk ikut dengan Michael. Bisa-bisanya Odelyn malah mendapatkan kejutan seperti ini."Dengar ya, Odelyn. Yang jatuh cinta siapa coba? Misalkan aku jatuh cinta pun itu ya jatuh cinta ke kamu, bukan ke orang lain. Perasaan yang gak membalas pernyataan cintaku itu ya kamu deh." Michael berusaha menyadarkan Michael sambil memberika
"Kamu licik juga ya bikin cara supaya Odelyn mengakui kalau dia cinta sama kamu." Teman Michael sedang menikmati nikmatnya minuman ini."Ya mau bagaimanapun juga kan Odelyn itu hanya gengsi dan aku yang harus memancing supaya dia ngaku kalau dia suka sama aku. Aku tuh cuma gak mau Odelyn terlalu memendam soal perasaan dia." Michael sedang mengobrol santai dengan temannya di rumah. Odelyn sedang diluar bersama ibu dan Maura. Pengasuh tentu saja ikut dengan mereka. Lalu disini tersisa Michael yang menikmati hari libur."Alah, ngajakin main kemarin itu bagian dari rencana kan? Biar istri aku bilang ada cewek yang deketin kamu ke Odelyn. Padahal siapa tuh Amara. Gak ada juga cewek yang deketin kamu karena sudah pada tahu kalau kamu tuh udah punya keluarga. Kalau yang suka sama kamu sih ada tapi kan pada tahu diri kalau kamu itu sudah punya keluarga. Lagian kepikiran saja sih untuk bikin skenario kayak gini. Beneran gak habis pikir aku. Kamu dapat ide kayak gitu darimana sih? Heran banget
Michael gelagapan. Bukan reaksi seperti ini yang dia harapkan dari Odelyn. Bagaimana mungkin Odelyn bisa bereaksi seperti ini? Astaga, tolong bagaimana ini."Odelyn, tenang dulu. Aku gak ngapa-ngapain kok. Aku hanya bingung saja dan belum berbuat apa-apa." Michael berusaha dengan keras untuk membujuk Odelyn. Tentu saja membujuk Odelyn tidak semudah itu. Michael harus benar-benar berusaha dan setelah seperti itu pun masih belum berhasil."Belum berbuat apa-apa? Jadi kalau misalkan kamu gak ketahuan kamu langsung beraksi gitu? Michael, sebelum sampai seperti ini memangnya kamu gak berpikir jernih? Apa yang kamu lakukan itu benar-benar beresiko dan justru menambah masalah baru. Pantas saja seharian kemarin kamu kelihatan gak ada tenaga sama sekali. Wajah kamu kelihatan pucat. Rupanya kamu dan temanmu membicarakan hal-hal yang tidak wajar ya." Odelyn menatap kecewa ke arah Michael. Sungguh Odelyn merasa kecewa karena Michael sempat punya pikiran yang se dangkal itu.Michael kelihatan tert
"Loh sekarang kenapa kamu yang bawa-bawa Laura ke urusan kita?" Bukankah Odelyn yang enggan membawa Laura ke dalam pembicaraan ini. Kenapa sekarang malah membawa Laura? Apa yang ada di dalam pikiran Odelyn saat ini coba? Michael sungguh tidak mengerti dengan cara berpikir Odelyn."Laura adalah orang yang pasti mengenal bagaimana orang tuanya kan. Kalau misalkan kita bicara pada dia untuk menyelesaikan hal ini, aku rasa bisa kita coba. Ya memang hal yang sulit tapi mau bagaimana lagi kan? Dendam ini tidak boleh terlalu berlarut-larut. Odelyn tidak ingin semakin melihat kehancuran banyak orang."Kalau memang bisa seperti itu harusnya dendam ini sudah selesai kan? Nyatanya yang terjadi adalah Laura membantu kedua orang tuanya. Kamu pikir hal itu bisa dinalar dengan akal sehat? Kalau aku sih tetap tidak bisa ya. Rasanya menyedihkan sekali. Lalu sekarang kamu minta pertolongan pada Laura? Odelyn, aku rasa kamu sudah terlalu lelah untuk menghadapi semua ini kan." Makin lama pemicu stress Mi
Keputusasaan mulai melingkupi Michael dan Odelyn. Jadi tidak ada caranya ya? Bahkan kematian Laura pun tidak mampu menghentikan kegilaan orang tuanya."Seharusnya keluarga kami tidak pernah mengadopsi anak gila itu. Seandainya kami tidak pernah mengadapsinya tentu saja ini semua tidak akan terjadi."Aku rasa itu gak sepenuhnya benar. Seandainya ibu Edelyn tidak lahir karena kelalaian nenekku tentu saja ini semua tidak akan terjadi. Sesuatu yang dimulai dari cara yang salah tentu saja akan berakhir tidak baik kan. Hal itu tentu saja juga berlaku pada keluarga Edelyn. Kelahiran ibu Edelyn saja sudah tidak pada jalan yang benar." Odelyn rasa menyesali sesuatu yang tidak pernah bisa mereka cegah bukanlah hal yang baik. Sebanyak apapun mereka menyesal, Odelyn rasa tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Itu dikarenakan semua kejadian ini disebabkan oleh banyak orang dan tidak mungkin bisa untuk mencegah semua orang melakukan sesuatu yang buruk."Odelyn, aku bahkan merasa menyewa detekti
Odelyn mondar-mandir di dalam kamar. Dalam hati dirinya sungguh bingung apakah cara yang dipakai oleh ibu benar-benar bisa berhasil. Kalau tidak berhasil bagaimana kalah menambah masalah warisan. Keluarga Odelyn dari pihak ayah adalah keluarga yang haus akan warisan. Odelyn tidak yakin paman akan setuju dengan usulan ibu. Walaupun nyawa mereka sedang dalam bahaya pun Odelyn tidak yakin hal itu akan berhasil. Ya ampun, bagaimana ini? Odelyn benar-benar tidak mengerti."Dari tadi aku perhatikan kamu mondar-mandir mulu. Kamu masih mikirin soal usulan ibu ya?" Michael yang baru saja selesai mandi melihat Odelyn terlihat tidak tenang dengan berjalan kesana kemari."Iya. Aku gak yakin cara itu akan berhasil. Warisan itu adalah sesuatu yang sangat dicintai oleh keluarga ayahku, termasuk paman. Aku gak yakin mereka akan paman akan luluh begitu saja walaupun nyawanya yang dijadikan taruhan.""Odelyn, daripada kamu mondar-mandir dan merasa cemas sendiri seperti itu bukankah lebih baik kamu mela
Ucapan ibu membuat Michael berpikir sampai kepalanya ingin pecah. Michael membenarkan apa yang ibu katakan. Semenjak dia dan Odelyn saling menyatakan perasaan mereka, Michael jadi merasa kalau Odelyn pasti mau menoleransi kesalahan yang dia buat. Namun bagaimana ini, ternyata itu adalah hal yang salah. Ternyata dengan menganggap orang yang sayang dengan kita mampu menoleransi kesalahan kita itu adalah kesalahan berpikir yang harus segera diperbaiki. Michael akan mencoba menebus kesalahan ini dengan meminta maaf pada Odelyn. Mungkin dia bisa melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan Odelyn. Kira-kira apa ya? "Kamu ngapain melamun saja? Itu laptopmu menyala tapi gak kamu gunakan." Odelyn menunjuk laptop Michael yang memang dalam keadaan menyala tapi tidak kunjung digunakan oleh Michael.Michael hanya tersenyum tipis ke arah Odelyn sambil meminta Odelyn untuk duduk di sebelahnya. Odelyn yang melihat gestur Michael pun paham dan menurut saja. Setelah itu Odelyn menanyakan maksud dari perm