Odelyn mondar-mandir di dalam kamar. Dalam hati dirinya sungguh bingung apakah cara yang dipakai oleh ibu benar-benar bisa berhasil. Kalau tidak berhasil bagaimana kalah menambah masalah warisan. Keluarga Odelyn dari pihak ayah adalah keluarga yang haus akan warisan. Odelyn tidak yakin paman akan setuju dengan usulan ibu. Walaupun nyawa mereka sedang dalam bahaya pun Odelyn tidak yakin hal itu akan berhasil. Ya ampun, bagaimana ini? Odelyn benar-benar tidak mengerti."Dari tadi aku perhatikan kamu mondar-mandir mulu. Kamu masih mikirin soal usulan ibu ya?" Michael yang baru saja selesai mandi melihat Odelyn terlihat tidak tenang dengan berjalan kesana kemari."Iya. Aku gak yakin cara itu akan berhasil. Warisan itu adalah sesuatu yang sangat dicintai oleh keluarga ayahku, termasuk paman. Aku gak yakin mereka akan paman akan luluh begitu saja walaupun nyawanya yang dijadikan taruhan.""Odelyn, daripada kamu mondar-mandir dan merasa cemas sendiri seperti itu bukankah lebih baik kamu mela
Ucapan ibu membuat Michael berpikir sampai kepalanya ingin pecah. Michael membenarkan apa yang ibu katakan. Semenjak dia dan Odelyn saling menyatakan perasaan mereka, Michael jadi merasa kalau Odelyn pasti mau menoleransi kesalahan yang dia buat. Namun bagaimana ini, ternyata itu adalah hal yang salah. Ternyata dengan menganggap orang yang sayang dengan kita mampu menoleransi kesalahan kita itu adalah kesalahan berpikir yang harus segera diperbaiki. Michael akan mencoba menebus kesalahan ini dengan meminta maaf pada Odelyn. Mungkin dia bisa melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan Odelyn. Kira-kira apa ya? "Kamu ngapain melamun saja? Itu laptopmu menyala tapi gak kamu gunakan." Odelyn menunjuk laptop Michael yang memang dalam keadaan menyala tapi tidak kunjung digunakan oleh Michael.Michael hanya tersenyum tipis ke arah Odelyn sambil meminta Odelyn untuk duduk di sebelahnya. Odelyn yang melihat gestur Michael pun paham dan menurut saja. Setelah itu Odelyn menanyakan maksud dari perm
"Aku pikir Michael gak akan mau kesini. Ternyata Michael masih penasaran ya." Laura tersenyum tipis saat melihat Michael yang ikut bersama Odelyn."Iya. Michael pasti mau kesini lah. Ini semua kan demi selesainya semua masalah ini." Odelyn menyambut senyum tipis itu dengan baik. Odelyn tidak tahu kalau ternyata Laura sudah menduga bahwa Michael kemungkinan besar tidak akan mau datang kesini.Michael yang menjadi objek pembicaraan hanya diam saja tanpa menyahut apapun. Baginya tidak penting untuk membalas basa-basi yang dilakukan oleh Laura. Yang Michael inginkan hanyalah segera pergi dari sini."Michael, aku rasa ini saat yang tepat. Aku minta maaf jika punya kesalahan atau apapun itu, ah gak. Aku memang punya salah ke kamu dan untuk itu aku benar-benar meminta maaf. Aku harap kamu mau memaafkan aku atas kesalahan yang aku lakukan ke kamu." Suara Laura terdengar tulus hingga Odelyn merasa berdosa jika harus mencurigai permintaan maaf itu. Namun tampaknya Michael memiliki pemikiran yan
Odelyn terus menatap ke arah luar jendela mobil. JadI selama ini hidupnya berantakan karena uang. Karena orang tua Edelyn adalah orang-orang yang gila akan uang. Bagi mereka nyawa anak pun tidak penting karena uang adalah segalanya. Bagaimana mungkin bisa ada orang yang tidak punya hati seperti itu. Ini sungguh mengerikan dan menjijikkan. Odelyn bahkan tidak tahu kata apa yang tepat untuk orang-orang seperti mereka. "Odelyn, kamu pasti gak baik-baik saja. Kalau begitu kita bisa kok untuk istirahat sebentar sebelum sampai ke rumah. Aku rasa aku juga gak bisa menyetir terlalu lama." Bukan hanya Odelyn yang merasa gemetar. Michael juga merasakan gemetar karena tidak menduga bahwa ini adalah akhirnya. Rupanya seperti ini akhir dari pencarian mereka. "Iya. Kita mungkin bisa istirahat saja dulu di taman. Bukan taman yang panas tapi taman yang ada kanopinya itu, kamu tahu kan itu ada dimana?" Odelyn bisa saja memaksakan diri untuk sampai ke rumah. Tapi rupanya Michael juga sudah tidak sang
Odelyn terdiam. Kenapa Odelyn malah diberikan pilihan yang sulit seperti itu? Apakah tidak ada yang berpikir bagaimana hal ini bisa berdampak pada Odelyn? Ah, maksudnya apakah Michael tidak berpikir dulu sebelum memberikan pertanyaan semacam itu."Michael, dengerin aku. Kalau kamu meminta aku memilih diantara dua hal yang paling penting seperti itu, itu namanya kamu jahat. Kamu gak berperikemanusiaan sama sekali itu. Kamu pikir dengan memberikan pilihan semacam itu ke aku maka aku langsung memilih?" Odelyn tidak tahu apakah Michael selama ini memang sensitif seperti ini. Bagi Odelyn rasanya ini menjengkelkan, sangat menjengkelkan."Odelyn, pilihan itu ada ya untuk dipilih. Kamu pikir pilihan itu ada untuk apa? Jangan bilang kamu menganggap keluarga itu sama pentingnya dengan Laura? Laura itu pengkhianat, Odelyn! Jangan sampai rasa sayang kamu ke dia sebagai sahabat membuat kamu buta akan kesalahan dia!" Michael benar-benar ingin menyadarkan Odelyn bahwa apa yang dia pikirkan itu bukan
Michael menatap Odelyn yang seharian ini benar-benar terlihat sibuk. Ya bukan berarti hari-hari biasanya Odelyn tidak mengerjakan apa-apa tapi hari ini Michael merasa istrinya itu benar-benar sibuk atau lebih tepatnya menyibukkan diri."Odelyn kok sibuk banget ya? Mama gak bisa bantuin karena ini mau kerja. Kamu gak kerja?" Ibu juga mengamati perilaku Odelyn yang sibuk membersihkan ini itu, merapikan ini itu, dan banyak aktivitas lainnya."Aku emang kerja dari rumah sih sekarang. Ibu buruan berangkat kerja saja deh. Nanti takutnya telat." Jalanan di hari-hari biasa seperti ini jelas sangat macet dan tidak mengenakkan untuk siapapun terjebak di dalamnya."Iya-iya. Ini mama juga mau berangkat. Kamu baik-baik di rumah ya. Maura juga jangan lupa untuk dijaga walaupun sudah ada mbak pengasuh." Mama menepuk punggung Michael lalu menuju ke tempat mobilnya untuk berangkat ke kampus.Michael yang melihat mama sudah berangkat langsung menganggap ini adalah sebuah kesempatan. Saat ini Michael bi
"Harusnya dari awal kalian paham akan hal ini bukan. Kenapa harus menunggu huru hara yang tidak penting?" Mama Edelyn menatap Odelyn dan Michael dengan tatapan yang mencemooh."Saya rasa tidak perlu basa-basi seperti ini. Saya sudah memberikan yang anda punya jadi anda bisa menikmati kehidupan yang tenang di penjara." Michael langsung memberi tanggapan tegas terhadap ucapan mama Edelyn."Ayo kita pergi, Odelyn." Michael menarik pelan tangan Odelyn untuk pergi dari sana. Michael dan Odelyn benar-benar hanya datang untuk urusan warisan itu kemudian langsung bersiap pergi dari sana. Namun sebelum itu rupanya mama Edelyn langsung bicara lagi."Astaga, kalian ini benar-benar terburu-buru sekali ya. Saya masih punya banyak waktu lho untuk bicara dengan kalian. Ah, Odelyn keponakanku, bagaimana rasanya memiliki anak dari mantan pacar sepupumu?" "DIAM! Saya rasa anda tidak ada hak untuk bicara lancang seperti itu kepada istri saya. Sebaiknya anda tidak perlu memancing hal yang tidak diperluk
Odelyn tambah tidak punya nyali untuk mengangkat kepalanya agar bisa menatap Laura. Saat ini yang ada di pikirannya adalah semua ini sudah berakhir. Walaupun Odelyn tahu bahwa kemungkinan paling masuk akal memanglah Laura yang tidak lagi menerima dirinya namun tetap saja Odelyn merasa sakit hati. Seharusnya masih ada sedikit harapan tapi nampaknya itu semua sia-sia."Iya. Aku minta maaf. Aku gak minta kamu untuk memaafkan aku tapi aku cuma ingin agar kamu bisa mengetahui semua kenyataan yang ada. Aku memang ingin menang sendiri tanpa mempertimbangkan perasaan kamu. Aku memang manusia yang sejahat itu. Jadi aku harap setelah ini andaikan kamu punya dendam atau apapun itu, tolong jangan lampiaskan itu ke Maura. Setidaknya demi persahabatan kita." Odelyn tidak mengerti dia harus mengatakan apa lagi. Sekarang ini pikirannya sudah semrawut sehingga dia pun tidak mengerti harus mengatakan apa. Apa yang harus dikatakan ketika berada dalam situasi seperti ini ya?"Kamu pikir aku sejahat itu?
"Ya ampun, Maura! Kamu kenapa lagi ini?!" Odelyn terkejut melihat penampilan Maura yang jauh dari kata bersih dan rapi. Sebenarnya Maura pergi kemana lagi dan apa yang dia lakukan sampai penampilannya bisa sehancur itu?"Maaf, mama. Aku tuh beneran gak sengaja tahu. Aku gak mengira kalau akan jadi seperti ini." Maura seakan meminta belas kasihan dari Odelyn. "Kamu jatuh dimana lagi ini? Mama benar-benar gak habis pikir deh dengan kamu." Odelyn sudah memastikan bahwa Maura sudah dalam kondisi yang layak ketika berangkat sekolah. Odelyn tentunya berharap Maura juga akan pulang dengan keadaan yang sama. Tapi apa ini? Kenapa malah seperti ini jadinya? "Tadi aku gak sengaja deh, ma. Aku serius ini. Lagipula siapa sih yang pengen jatuh. Aku rasa gak ada yang pengen jatuh deh. Aku ini umurnya 17 tahun, ya kali aku sengaja jatuh. Itu namanya tindakan yang gak dewasa kan." Maura kesal karena di tengah kondisinya yang sedang luka seperti ini pun Odelyn seperti menyalahkan dirinya. Padahal ka
Michael dan Odelyn yang mendengar hal seperti itu jelas langsung terguncang. Maura mengalami hal mengerikan seperti itu di luaran sana dan Michael serta Odelyn malah tidak tahu apa-apa. Mereka berdua merasa tidak becus sebagai orang tua. Harusnya tidak boleh seperti ini. "Sayang, kamu gak perlu denger omongannya Helena. Orang yang mempunyai kesalahan memang bisa masuk penjara. Tapi kamu gak ada kesalahan apapun lho. Kamu gak perlu takut masuk penjara karena Helena pun gak punya hak untuk menakut-nakuti kamu masuk penjara. Mama harap Maura paham akan hal itu ya. Yang Maura perlu tahu adalah memang benar bahwa orang tuanya mama tinggal di tempat yang jauh tapi memang belum bisa menemui kita. Orang tuanya mama masih punya urusan yang masih harus diselesaikan. Kalau Helena menanyakan soal hal ini kamu bilang saja bahwa mama dan ayah gak ngasih tahu apa-apa. Kamu paham kan maksudnya mama?" Odelyn berusaha keras untuk tidak menangis di hadapan Maura. Saat ini hati Odelyn benar-benar hancur
Odelyn sampai jatuh terjerembab karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. Sialnya suara itu adalah suara yang tidak ingin didengar oleh Odelyn untuk saat ini. "Sayang, kamu kok sudah bangun? Ayo mama antar ke kamar lagi ya untuk tidur." Odelyn memilih untuk berlagak tidak terjadi apa-apa di depan Maura. Saat ini jantung Odelyn benar-benar berdegup dengan kencang. Michael yang tahu bahwa kondisi saat ini benar-benar tidak kondusif langsung berusaha untuk menenangkan Maura. "Nak, ayo kita ke dalam kamar dulu ya. Ini sudah malam jadi harusnya kamu sudah tidur bukannya malah berkeliaran begini." Michael juga sama terkejutnya dengan Odelyn saat Maura tiba-tiba ada disini. Barangkali Maura sudah mendengar semua pembicaraan tapi langsung tertarik di poin soal penjara. Sungguh Michael pun sampai sulit untuk berkata-kata. Saat ini yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana bisa mengalihkan perhatian Maura. Kalau diperlukan adalah bagaimana cara membuat Maura lupa akan apa yang di
Odelyn terdiam sambil menatap dengan mata yang membesar ke arah Maura. Anak ini tahu kata penjara dari mana? Dari mana dia bisa punya spekulasi bahwa tempat yang jauh itu adalah penjara? "Penjara? Kamu kok bisa nebak gitu sih, sayang? Mama jadi takut deh kamu ngomong kayak gitu." Odelyn mencoba bercanda kepada Maura. Odelyn sangat takut tapi dia harus menyembunyikan ketakutan itu dengan baik. Pokoknya Maura tidak boleh mencurigai apapun dari Odelyn. "Loh tapi katanya Helena dulu memang keluarga ayah dan mama gak akur tuh. Nah karena gak akur itu makanya orang tuanya mama masuk penjara. Aku tuh bingung deh kenapa orang gak akur bisa sampai masuk penjara. Makanya aku nanya ke mama soal kemana orang tuanya mama. Aku tuh penasaran aja deh soalnya Helena bilang gitu. Tapi mama kok mama malah menghindar terus. Aku jadi bingung deh." Wajah Maura terlihat seperti orang yang diombang-ambing oleh kenyataan yang ada. Pada dasarnya yang terjadi adalah adalah fakta bahwa memang benar orang tuany
Odelyn sudah sering mendapatkan pertanyaan yang tidak menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya. Tapi baru kali ini Odelyn mendapatkan pertanyaan yang tidak hanya tidak menyenangkan namun juga mengerikan. Bagaimana Odelyn akan menjawab pertanyaan semacam ini? Odelyn benar-benar kehilangan akal. "Tumben banget kamu nanyain orang tuanya mama." Odelyn menjawab dengan santai dan nada bicara yang bercanda. Tapi siapapun tahu bahwa detak jantung yang kencang ini bukanlah candaan. Saat ini Odelyn benar-benar merasa tidak nyaman. Saat ini Odelyn benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana. "Soalnya kalau aku main di rumah Helena tuh pasti orang tua mamanya ada lho. Sebutannya itu kakek dan nenek ya kan. Nah kalau orang tua ayah kan memang sudah meninggal. Tapi kalau orang tua mama kemana? Aku kok gak pernah tahu apa-apa tentang mereka." Wajah Maura benar-benar menunjukkan betapa besar rasa penasarannya saat ini. Odelyn sampai tidak mengerti lagi harus menjawab apa. Odelyn tidak tahu bagai
"Bukannya mama sudah bilang untuk hati-hati ya. Ini kamu sampai lecet begini lho." Odelyn tidak bisa tidak mengomel ketika melihat lutut dan pergelangan kaki Maura dipenuhi dengan luka lecet. "Ma, tolong obatin aku dulu dong. Aku nih sakit lho." Maura rupanya bisa mencari celah agar tidak terlalu dimarahi oleh Odelyn. Lihatlah sekarang bagaimana cara dia berkilah. Sungguh Odelyn tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah begini. "Iya sini mama obatin. Kamu gak minta mama obatin pun pasti bakal mama obatin kok. Mama tuh cuma gak tega lihat kamu begini. Lagipula kamu tuh sudah 10 tahun lho, Maura. Harusnya kan kamu tahu gimana untuk berhati-hati. Tapi lihat nih kamu sekarang." Odelyn sudah berusaha keras kok untuk tidak terlalu mengomeli Maura. Tapi apalah datanya saat ini. Odelyn terlalu gemas dengan Maura yang seringkali tidak mengerti bahwa bahaya itu pasti bisa menjemput jika tidak berhati-hati. Ah, tapi sudahlah. Saat ini Odelyn tidak mau mengomel terlalu banyak. Bisa-bisa nanti Maur
Tentu saja Odelyn mulai memahami bahwa saat ini Michael bukan hanya sekedar merasa takut atau tidak tenang karena kematian orang tuanya di rumah ini. Rumah ini menyimpan banyak kenangan entah kenangan yang buruk atau yang baik. Sayangnya kenangan yang baik itu tidak bisa menutupi kenangan yang buruk. Apalagi salah satu penyumbang kenangan buruk itu adalah orang yang baru saja meninggal dunia karena kejadian yang mengerikan. "Kenapa kita gak tinggal di rumah yang lama saja, Michael? Maksudnya daripada kita harus survei rumah dan melakukan hal-hal lain yang merepotkan terkait pembelian rumah ini." Odelyn bisa melihat bahwa Michael terlalu bersikeras agar mereka bisa pindah rumah tapi tidak di rumah lama mereka. Michael ingin pindah ke rumah lain pokoknya. "Kamu tahu sendiri kan kalau sekarang kita sudah punya anak. Kalau tetap di rumah itu tentu saja tidak bagus dong. Rumah itu terlalu sempit untuk Maura yang aktif bergerak kesana kemari. Aku gak mau gerak Maura jadi terbatas karena r
Odelyn pikir ketika suatu saat dia mendengar kabar bahwa orang tua Edelyn meninggal, dia akan kegirangan. Pada kenyataannya adalah Odelyn justru tidak merasakan apapun. Rasanya kosong dan hampa. Ini benar-benar tidak ada artinya. Odelyn jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ini akhir yang dia inginkan? Bukankah kematian orang tua Edelyn sudah selayaknya dirayakan?"Mbak, kamu kok bisa dapat info soal kematian mereka?" Odelyn tidak paham sejauh apa pengasuh Maura tahu mengenai hubungan buruk antara keluarga ini dengan orang tua Edelyn. Tapi sepertinya melihat dari bagaimana pengasuh Maura itu memberitahukan hal tersebut kepada Odelyn dan Michael, pengasuh Maura kelihatan bahagia. Apakah ini hanyalah asumsi Odelyn yang tidak berdasar? Ah, entahlah. Odelyn juga malas jika harus memikirkan hal yang tidak penting seperti itu."Dari teman saya yang kebetulan kerja dekat sana, bu. Tetangga itu pada kenal ke mereka itu sebatas mereka orang tua Edelyn. Gak ada yang tahu nama mereka
Hidup Odelyn dan Michael perlahan-lahan benar-benar tertata ke arah yang mereka inginkan. Sekarang ini hanya ada kebahagiaan dan itu jelas membuat mereka berdua bahagia. Ah, bahkan bahagia saja tidak cukup untuk menggambarkan betapa leganya mereka saat ini. Ah, memang benar ya bahwa kesedihan ataupun kebahagiaan itu tidak ada yang permanen. Ini semua adalah tentang bagaimana cara mereka bertahan."Odelyn, menurut kamu apa rumah ini terlalu besar untuk kita tempati? Kamu mau rumah yang lebih kecil atau tetap disini saja?" Saat ini Odelyn dan Michael sedang bersantai. Ah, Michael perlu waktu yang cukup lama untuk bisa bersantai dengan tenang seperti ini sejak kematian ibu. Sekarang sudah tiga tahun semenjak kematian ibu."Kamu tiba-tiba nanya begitu kok aneh banget sih. Bukannya disini saja sudah nyaman ya. Buat apa harus pindah rumah. Yang ada nanti malah boros karena uang yang ada malah untuk biaya rumah." Odelyn merasa aneh karena Michael kan bukan orang yang boros. Lalu mengapa seka