Ucapan ibu membuat Michael berpikir sampai kepalanya ingin pecah. Michael membenarkan apa yang ibu katakan. Semenjak dia dan Odelyn saling menyatakan perasaan mereka, Michael jadi merasa kalau Odelyn pasti mau menoleransi kesalahan yang dia buat. Namun bagaimana ini, ternyata itu adalah hal yang salah. Ternyata dengan menganggap orang yang sayang dengan kita mampu menoleransi kesalahan kita itu adalah kesalahan berpikir yang harus segera diperbaiki. Michael akan mencoba menebus kesalahan ini dengan meminta maaf pada Odelyn. Mungkin dia bisa melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan Odelyn. Kira-kira apa ya? "Kamu ngapain melamun saja? Itu laptopmu menyala tapi gak kamu gunakan." Odelyn menunjuk laptop Michael yang memang dalam keadaan menyala tapi tidak kunjung digunakan oleh Michael.Michael hanya tersenyum tipis ke arah Odelyn sambil meminta Odelyn untuk duduk di sebelahnya. Odelyn yang melihat gestur Michael pun paham dan menurut saja. Setelah itu Odelyn menanyakan maksud dari perm
"Aku pikir Michael gak akan mau kesini. Ternyata Michael masih penasaran ya." Laura tersenyum tipis saat melihat Michael yang ikut bersama Odelyn."Iya. Michael pasti mau kesini lah. Ini semua kan demi selesainya semua masalah ini." Odelyn menyambut senyum tipis itu dengan baik. Odelyn tidak tahu kalau ternyata Laura sudah menduga bahwa Michael kemungkinan besar tidak akan mau datang kesini.Michael yang menjadi objek pembicaraan hanya diam saja tanpa menyahut apapun. Baginya tidak penting untuk membalas basa-basi yang dilakukan oleh Laura. Yang Michael inginkan hanyalah segera pergi dari sini."Michael, aku rasa ini saat yang tepat. Aku minta maaf jika punya kesalahan atau apapun itu, ah gak. Aku memang punya salah ke kamu dan untuk itu aku benar-benar meminta maaf. Aku harap kamu mau memaafkan aku atas kesalahan yang aku lakukan ke kamu." Suara Laura terdengar tulus hingga Odelyn merasa berdosa jika harus mencurigai permintaan maaf itu. Namun tampaknya Michael memiliki pemikiran yan
Odelyn terus menatap ke arah luar jendela mobil. JadI selama ini hidupnya berantakan karena uang. Karena orang tua Edelyn adalah orang-orang yang gila akan uang. Bagi mereka nyawa anak pun tidak penting karena uang adalah segalanya. Bagaimana mungkin bisa ada orang yang tidak punya hati seperti itu. Ini sungguh mengerikan dan menjijikkan. Odelyn bahkan tidak tahu kata apa yang tepat untuk orang-orang seperti mereka. "Odelyn, kamu pasti gak baik-baik saja. Kalau begitu kita bisa kok untuk istirahat sebentar sebelum sampai ke rumah. Aku rasa aku juga gak bisa menyetir terlalu lama." Bukan hanya Odelyn yang merasa gemetar. Michael juga merasakan gemetar karena tidak menduga bahwa ini adalah akhirnya. Rupanya seperti ini akhir dari pencarian mereka. "Iya. Kita mungkin bisa istirahat saja dulu di taman. Bukan taman yang panas tapi taman yang ada kanopinya itu, kamu tahu kan itu ada dimana?" Odelyn bisa saja memaksakan diri untuk sampai ke rumah. Tapi rupanya Michael juga sudah tidak sang
Odelyn terdiam. Kenapa Odelyn malah diberikan pilihan yang sulit seperti itu? Apakah tidak ada yang berpikir bagaimana hal ini bisa berdampak pada Odelyn? Ah, maksudnya apakah Michael tidak berpikir dulu sebelum memberikan pertanyaan semacam itu."Michael, dengerin aku. Kalau kamu meminta aku memilih diantara dua hal yang paling penting seperti itu, itu namanya kamu jahat. Kamu gak berperikemanusiaan sama sekali itu. Kamu pikir dengan memberikan pilihan semacam itu ke aku maka aku langsung memilih?" Odelyn tidak tahu apakah Michael selama ini memang sensitif seperti ini. Bagi Odelyn rasanya ini menjengkelkan, sangat menjengkelkan."Odelyn, pilihan itu ada ya untuk dipilih. Kamu pikir pilihan itu ada untuk apa? Jangan bilang kamu menganggap keluarga itu sama pentingnya dengan Laura? Laura itu pengkhianat, Odelyn! Jangan sampai rasa sayang kamu ke dia sebagai sahabat membuat kamu buta akan kesalahan dia!" Michael benar-benar ingin menyadarkan Odelyn bahwa apa yang dia pikirkan itu bukan
Michael menatap Odelyn yang seharian ini benar-benar terlihat sibuk. Ya bukan berarti hari-hari biasanya Odelyn tidak mengerjakan apa-apa tapi hari ini Michael merasa istrinya itu benar-benar sibuk atau lebih tepatnya menyibukkan diri."Odelyn kok sibuk banget ya? Mama gak bisa bantuin karena ini mau kerja. Kamu gak kerja?" Ibu juga mengamati perilaku Odelyn yang sibuk membersihkan ini itu, merapikan ini itu, dan banyak aktivitas lainnya."Aku emang kerja dari rumah sih sekarang. Ibu buruan berangkat kerja saja deh. Nanti takutnya telat." Jalanan di hari-hari biasa seperti ini jelas sangat macet dan tidak mengenakkan untuk siapapun terjebak di dalamnya."Iya-iya. Ini mama juga mau berangkat. Kamu baik-baik di rumah ya. Maura juga jangan lupa untuk dijaga walaupun sudah ada mbak pengasuh." Mama menepuk punggung Michael lalu menuju ke tempat mobilnya untuk berangkat ke kampus.Michael yang melihat mama sudah berangkat langsung menganggap ini adalah sebuah kesempatan. Saat ini Michael bi
"Harusnya dari awal kalian paham akan hal ini bukan. Kenapa harus menunggu huru hara yang tidak penting?" Mama Edelyn menatap Odelyn dan Michael dengan tatapan yang mencemooh."Saya rasa tidak perlu basa-basi seperti ini. Saya sudah memberikan yang anda punya jadi anda bisa menikmati kehidupan yang tenang di penjara." Michael langsung memberi tanggapan tegas terhadap ucapan mama Edelyn."Ayo kita pergi, Odelyn." Michael menarik pelan tangan Odelyn untuk pergi dari sana. Michael dan Odelyn benar-benar hanya datang untuk urusan warisan itu kemudian langsung bersiap pergi dari sana. Namun sebelum itu rupanya mama Edelyn langsung bicara lagi."Astaga, kalian ini benar-benar terburu-buru sekali ya. Saya masih punya banyak waktu lho untuk bicara dengan kalian. Ah, Odelyn keponakanku, bagaimana rasanya memiliki anak dari mantan pacar sepupumu?" "DIAM! Saya rasa anda tidak ada hak untuk bicara lancang seperti itu kepada istri saya. Sebaiknya anda tidak perlu memancing hal yang tidak diperluk
Odelyn tambah tidak punya nyali untuk mengangkat kepalanya agar bisa menatap Laura. Saat ini yang ada di pikirannya adalah semua ini sudah berakhir. Walaupun Odelyn tahu bahwa kemungkinan paling masuk akal memanglah Laura yang tidak lagi menerima dirinya namun tetap saja Odelyn merasa sakit hati. Seharusnya masih ada sedikit harapan tapi nampaknya itu semua sia-sia."Iya. Aku minta maaf. Aku gak minta kamu untuk memaafkan aku tapi aku cuma ingin agar kamu bisa mengetahui semua kenyataan yang ada. Aku memang ingin menang sendiri tanpa mempertimbangkan perasaan kamu. Aku memang manusia yang sejahat itu. Jadi aku harap setelah ini andaikan kamu punya dendam atau apapun itu, tolong jangan lampiaskan itu ke Maura. Setidaknya demi persahabatan kita." Odelyn tidak mengerti dia harus mengatakan apa lagi. Sekarang ini pikirannya sudah semrawut sehingga dia pun tidak mengerti harus mengatakan apa. Apa yang harus dikatakan ketika berada dalam situasi seperti ini ya?"Kamu pikir aku sejahat itu?
"Odelyn!" Michael dengan wajah yang pucat menghampiri Odelyn yang menunggu ibu melakukan operasi."Michael." Wajah Odelyn sudah dibanjiri oleh air mata. Namun Odelyn tambah ingin meluapkan air matanya saat melihat bagaimana pucatnya wajah Michael. "Kamu nyetir sendiri kesini?" Odelyn tidak bisa membayangkan kalau Michael menyetir sendirian ke rumah sakit. Pasti sangat terburu-buru sekali."Gak. Aku gak berani menyetir sendirian karena pasti bisa menyebabkan kecelakaan. Saat ini aku kalut banget. Odelyn gimana keadaan ibu sekarang? Kenapa ibu bisa sampai seperti itu?" Michael benar-benar tidak mengerti. Bukankah tadi pagi ibu masih baik-baik saja. Kenapa sekarang malah ambruk dan dibawa ke rumah sakit seperti ini? Ibu bukanlah orang yang gampang sakit. Pasti ada yang tidak beres kan disini."Ibu lagi menjalani operasi, Michael. Sekarang ayo kita berdoa untuk kelancaran operasi dan kesembuhan ibu." Odelyn bingung harus menjelaskan darimana kronologis ibu bisa sampai seperti ini. Michae