"Loh sekarang kenapa kamu yang bawa-bawa Laura ke urusan kita?" Bukankah Odelyn yang enggan membawa Laura ke dalam pembicaraan ini. Kenapa sekarang malah membawa Laura? Apa yang ada di dalam pikiran Odelyn saat ini coba? Michael sungguh tidak mengerti dengan cara berpikir Odelyn."Laura adalah orang yang pasti mengenal bagaimana orang tuanya kan. Kalau misalkan kita bicara pada dia untuk menyelesaikan hal ini, aku rasa bisa kita coba. Ya memang hal yang sulit tapi mau bagaimana lagi kan? Dendam ini tidak boleh terlalu berlarut-larut. Odelyn tidak ingin semakin melihat kehancuran banyak orang."Kalau memang bisa seperti itu harusnya dendam ini sudah selesai kan? Nyatanya yang terjadi adalah Laura membantu kedua orang tuanya. Kamu pikir hal itu bisa dinalar dengan akal sehat? Kalau aku sih tetap tidak bisa ya. Rasanya menyedihkan sekali. Lalu sekarang kamu minta pertolongan pada Laura? Odelyn, aku rasa kamu sudah terlalu lelah untuk menghadapi semua ini kan." Makin lama pemicu stress Mi
Keputusasaan mulai melingkupi Michael dan Odelyn. Jadi tidak ada caranya ya? Bahkan kematian Laura pun tidak mampu menghentikan kegilaan orang tuanya."Seharusnya keluarga kami tidak pernah mengadopsi anak gila itu. Seandainya kami tidak pernah mengadapsinya tentu saja ini semua tidak akan terjadi."Aku rasa itu gak sepenuhnya benar. Seandainya ibu Edelyn tidak lahir karena kelalaian nenekku tentu saja ini semua tidak akan terjadi. Sesuatu yang dimulai dari cara yang salah tentu saja akan berakhir tidak baik kan. Hal itu tentu saja juga berlaku pada keluarga Edelyn. Kelahiran ibu Edelyn saja sudah tidak pada jalan yang benar." Odelyn rasa menyesali sesuatu yang tidak pernah bisa mereka cegah bukanlah hal yang baik. Sebanyak apapun mereka menyesal, Odelyn rasa tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Itu dikarenakan semua kejadian ini disebabkan oleh banyak orang dan tidak mungkin bisa untuk mencegah semua orang melakukan sesuatu yang buruk."Odelyn, aku bahkan merasa menyewa detekti
Odelyn mondar-mandir di dalam kamar. Dalam hati dirinya sungguh bingung apakah cara yang dipakai oleh ibu benar-benar bisa berhasil. Kalau tidak berhasil bagaimana kalah menambah masalah warisan. Keluarga Odelyn dari pihak ayah adalah keluarga yang haus akan warisan. Odelyn tidak yakin paman akan setuju dengan usulan ibu. Walaupun nyawa mereka sedang dalam bahaya pun Odelyn tidak yakin hal itu akan berhasil. Ya ampun, bagaimana ini? Odelyn benar-benar tidak mengerti."Dari tadi aku perhatikan kamu mondar-mandir mulu. Kamu masih mikirin soal usulan ibu ya?" Michael yang baru saja selesai mandi melihat Odelyn terlihat tidak tenang dengan berjalan kesana kemari."Iya. Aku gak yakin cara itu akan berhasil. Warisan itu adalah sesuatu yang sangat dicintai oleh keluarga ayahku, termasuk paman. Aku gak yakin mereka akan paman akan luluh begitu saja walaupun nyawanya yang dijadikan taruhan.""Odelyn, daripada kamu mondar-mandir dan merasa cemas sendiri seperti itu bukankah lebih baik kamu mela
Ucapan ibu membuat Michael berpikir sampai kepalanya ingin pecah. Michael membenarkan apa yang ibu katakan. Semenjak dia dan Odelyn saling menyatakan perasaan mereka, Michael jadi merasa kalau Odelyn pasti mau menoleransi kesalahan yang dia buat. Namun bagaimana ini, ternyata itu adalah hal yang salah. Ternyata dengan menganggap orang yang sayang dengan kita mampu menoleransi kesalahan kita itu adalah kesalahan berpikir yang harus segera diperbaiki. Michael akan mencoba menebus kesalahan ini dengan meminta maaf pada Odelyn. Mungkin dia bisa melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan Odelyn. Kira-kira apa ya? "Kamu ngapain melamun saja? Itu laptopmu menyala tapi gak kamu gunakan." Odelyn menunjuk laptop Michael yang memang dalam keadaan menyala tapi tidak kunjung digunakan oleh Michael.Michael hanya tersenyum tipis ke arah Odelyn sambil meminta Odelyn untuk duduk di sebelahnya. Odelyn yang melihat gestur Michael pun paham dan menurut saja. Setelah itu Odelyn menanyakan maksud dari perm
"Aku pikir Michael gak akan mau kesini. Ternyata Michael masih penasaran ya." Laura tersenyum tipis saat melihat Michael yang ikut bersama Odelyn."Iya. Michael pasti mau kesini lah. Ini semua kan demi selesainya semua masalah ini." Odelyn menyambut senyum tipis itu dengan baik. Odelyn tidak tahu kalau ternyata Laura sudah menduga bahwa Michael kemungkinan besar tidak akan mau datang kesini.Michael yang menjadi objek pembicaraan hanya diam saja tanpa menyahut apapun. Baginya tidak penting untuk membalas basa-basi yang dilakukan oleh Laura. Yang Michael inginkan hanyalah segera pergi dari sini."Michael, aku rasa ini saat yang tepat. Aku minta maaf jika punya kesalahan atau apapun itu, ah gak. Aku memang punya salah ke kamu dan untuk itu aku benar-benar meminta maaf. Aku harap kamu mau memaafkan aku atas kesalahan yang aku lakukan ke kamu." Suara Laura terdengar tulus hingga Odelyn merasa berdosa jika harus mencurigai permintaan maaf itu. Namun tampaknya Michael memiliki pemikiran yan
Odelyn terus menatap ke arah luar jendela mobil. JadI selama ini hidupnya berantakan karena uang. Karena orang tua Edelyn adalah orang-orang yang gila akan uang. Bagi mereka nyawa anak pun tidak penting karena uang adalah segalanya. Bagaimana mungkin bisa ada orang yang tidak punya hati seperti itu. Ini sungguh mengerikan dan menjijikkan. Odelyn bahkan tidak tahu kata apa yang tepat untuk orang-orang seperti mereka. "Odelyn, kamu pasti gak baik-baik saja. Kalau begitu kita bisa kok untuk istirahat sebentar sebelum sampai ke rumah. Aku rasa aku juga gak bisa menyetir terlalu lama." Bukan hanya Odelyn yang merasa gemetar. Michael juga merasakan gemetar karena tidak menduga bahwa ini adalah akhirnya. Rupanya seperti ini akhir dari pencarian mereka. "Iya. Kita mungkin bisa istirahat saja dulu di taman. Bukan taman yang panas tapi taman yang ada kanopinya itu, kamu tahu kan itu ada dimana?" Odelyn bisa saja memaksakan diri untuk sampai ke rumah. Tapi rupanya Michael juga sudah tidak sang
Odelyn terdiam. Kenapa Odelyn malah diberikan pilihan yang sulit seperti itu? Apakah tidak ada yang berpikir bagaimana hal ini bisa berdampak pada Odelyn? Ah, maksudnya apakah Michael tidak berpikir dulu sebelum memberikan pertanyaan semacam itu."Michael, dengerin aku. Kalau kamu meminta aku memilih diantara dua hal yang paling penting seperti itu, itu namanya kamu jahat. Kamu gak berperikemanusiaan sama sekali itu. Kamu pikir dengan memberikan pilihan semacam itu ke aku maka aku langsung memilih?" Odelyn tidak tahu apakah Michael selama ini memang sensitif seperti ini. Bagi Odelyn rasanya ini menjengkelkan, sangat menjengkelkan."Odelyn, pilihan itu ada ya untuk dipilih. Kamu pikir pilihan itu ada untuk apa? Jangan bilang kamu menganggap keluarga itu sama pentingnya dengan Laura? Laura itu pengkhianat, Odelyn! Jangan sampai rasa sayang kamu ke dia sebagai sahabat membuat kamu buta akan kesalahan dia!" Michael benar-benar ingin menyadarkan Odelyn bahwa apa yang dia pikirkan itu bukan
Michael menatap Odelyn yang seharian ini benar-benar terlihat sibuk. Ya bukan berarti hari-hari biasanya Odelyn tidak mengerjakan apa-apa tapi hari ini Michael merasa istrinya itu benar-benar sibuk atau lebih tepatnya menyibukkan diri."Odelyn kok sibuk banget ya? Mama gak bisa bantuin karena ini mau kerja. Kamu gak kerja?" Ibu juga mengamati perilaku Odelyn yang sibuk membersihkan ini itu, merapikan ini itu, dan banyak aktivitas lainnya."Aku emang kerja dari rumah sih sekarang. Ibu buruan berangkat kerja saja deh. Nanti takutnya telat." Jalanan di hari-hari biasa seperti ini jelas sangat macet dan tidak mengenakkan untuk siapapun terjebak di dalamnya."Iya-iya. Ini mama juga mau berangkat. Kamu baik-baik di rumah ya. Maura juga jangan lupa untuk dijaga walaupun sudah ada mbak pengasuh." Mama menepuk punggung Michael lalu menuju ke tempat mobilnya untuk berangkat ke kampus.Michael yang melihat mama sudah berangkat langsung menganggap ini adalah sebuah kesempatan. Saat ini Michael bi