"Apa?" Wah, apa Odelyn salah dengar? Bisa-bisanya Rega bilang dia ingin melihat anak Odelyn. Odelyn merasa hubungan mereka belum seakrab itu sampai-sampai Rega merasa berhak untuk melihat wajah anak Odelyn."Anak aku masih bayi jadi belum bisa ketemu orang luar." Odelyn menekankan pada kata orang luar. Entah mengapa Odelyn bersikap defensif pada Rega. Rega adalah orang yang harus diwaspadai oleh Odelyn."Ya ampun, Odelyn. Orang luar kata kamu? Aku ini teman masa kecil kamu lho." Wajah Rega yang tengil mulai terlihat pada penglihatan Odelyn. Odelyn yang mendapati tingkah tengil Rega yang seperti itu langsung merasa geli. Seingat Odelyn, Rega bukanlah orang yang seperti ini. Lalu kenapa sekarang Rega jadi seperti ini? Apakah sebenarnya Rega tahu bahwa dirinya sedang didekatkan dengan Odelyn?"Rega, aku mohon jangan begitu ya. Kita memang teman masa kecil dan aku menghargai kenangan itu. Tapi aku rasa kita gak sedekat itu sebagai teman masa kecil dan buatku siapapun yang bukan anggota ke
Maura Lariesa Purnama"Setelah ini tidak ada lagi alasan untuk kamu berkunjung ke rumah saya. Selama ini toleransi yang saya berikan ke kamu sudah sangat cukup. Lalu besok adalah waktu mediasi kalian di persidangan. Odelyn tidak akan datang karena tidak ada lagi yang perlu didiskusikan. Kalau kamu mau datang ya silahkan, tapi karena Odelyn tidak ada kan hanya jadi percuma saja." Ayah memberitahu Michael mengenai hal-hal yang menjadi aturan wajib pada hubungan mereka Michael tidak menjawab dan hanya melihat wajah putrinya. Setelah ini tidak ada alasan untuk bertemu Maura? Tidak, Michael tidak ingin berhenti."Kalau anda tidak membolehkan saya untuk bertemu dengan Odelyn kenapa anda tidak mengantar Maura ke rumah saya saja? Saya adalah ayah dari Maura dan tentu saja saya ingin bertemu dengan Maura dan merawatnya dengan baik. Saya tidak ingin Maura hanya akan mengenal uang yang saya berikan tapi tidak paham mengenai kasih sayang ayahnya. Saya tidak mau anak saya hidup seperti itu." Mich
"Apa kamu serius?" Odelyn membereskan barang-barang yang ada di rumahnya untuk dibawa pergi. Ini memang gila tapi dirinya dan Michael sudah sepakat untuk pergi jauh dari keluarga mereka masing-masing."Meskipun ini semua gila aku tetap pada pendirianku. Aku gak mungkin main-main Odelyn." Michael saat ini sedang menggendong Maura yang masih dalam keadaan tertidur. Michael datang ke rumah ini untuk menjemput Odelyn karena kebetulan orang tua Odelyn sedang pergi ke luar kota untuk suatu pekerjaan. Tentunya kesempatan semacam itu tidak akan disia-siakan oleh Michael."Aku juga lebih gila karena mau-maunya mengikuti ide kamu." Odelyn berkata dengan suara yang sinis. Odelyn benar-benar merasa bahwa yang dia lakukan ini adalah sesuatu yang akan memicu hal buruk lainnya, terutama berkaitan dengan keluarganya sendiri. Tapi berbagai bujuk rayu yang Odelyn katakan rupanya tak ada mempan pada orang tuanya. Orang tuanya juga sudah mengambil langkah keliru dengan melibatkan Maura di dalamnya. Odely
"Hah?" Bukankah mereka sedang berfokus pada pelarian dari keluarga Odelyn. Kenapa sekarang Michael malah mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan balas dendam?"Maksud kamu apa Michael?" Odelyn tidak mengerti saat ini Michael mengatakan apa. Harusnya saat ini mereka fokus dalam pelarian bukannya malah membicarakan soal balas dendam."Kamu pikir orang tua Edelyn akan diam saja? Mereka sudah mulai meneror." Wajah Michael langsung menunjukkan ketakutan yang begitu kental."Loh, kata kamu tadi kan mereka gak mungkin balas dendam, Michael. Kata kamu tadi mereka masih punya Laura yang kini sudah ada di penjara sehingga kecil kemungkinan kan mereka mau melakukan balas dendam ini. Kamu bilang pasti mereka memikirkan Laura yang sudah ada di penjara kalau tetap nekat melakukan aksi balas dendam ini." Kenapa ucapan Michael tidak konsisten seperti ini? Tadi Michael bilang orang-orang itu tidak mungkin melakukan balas dendam. Sekarang Michael malah mengatakan bahwa orang-orang itu akan segera meng
Pemandangan di depan mata Odelyn sangatlah tidak terduga. Dua orang asing itu Odelyn mengenalinya sebagai orang tua Edelyn. Wajah mereka sama seperti di foto, seperti wajah orang baik. Nyatanya tampilan wajah itu hanya tipuan semata. Kenyataannya adalah mereka orang yang sangat jahat. Saking jahatnya Odelyn harus terlibat hal-hal gila semenjak menikah dengan Michael. Hal gila kali ini adalah adanya orang tua Odelyn yang bersama dengan orang tua Edelyn. Sebenarnya apa lagi ini? Bukankah orang tua Odelyn sedang bekerja di luar kota? Kenapa sekarang mereka malah bersama dengan orang tua Edelyn?"KELUAR KAMU!" Ayah menggedor pintu mobil tempat Michael menyetir. Odelyn yang duduk di barisan kursi tengah sangat kebingungan harus melakukan apa sekarang ini. Apalagi ini ditambah dengan Maura yang tak berhenti menangis karena gedoran dan bentakan ayah pada pintu mobil."Gakpapa, sayang. Tidur lagi ya." Odelyn berusaha bersuara setenang mungkin agar anaknya bisa merasakan bahwa dia tidak panik.
Kepala Michael pusing sekali. Botol wine yang dipukulkan pada kepalanya benar-benar berat dan membuat Michael langsung sempoyongan."Ayah!" Odelyn yang melihat bagaimana kepala Michael dipukul oleh ayah Edelyn jelas merasa tidak terima. Apakah orang-orang ini benar-benar akan menghabisi Michael?"Jangan berani turun kamu, Odelyn!" Ayah rupanya langsung masuk ke dalam mobil ini dan disusul oleh mama."Kenapa ayah duduk di kursi supir?" Odelyn tidak mengerti dengan ayahnya yang berada di tempat itu dan juga sekarang mamanya juga ikut masuk dan duduk di bangku penumpang yang depan.Ayah tidak menjawab apapun dan malah melajukan mobil itu untuk segera pergi dari sana. Odelyn yang tidak menduga dengan manuver ayah yang seperti ini jelas langsung berteriak-teriak. Odelyn bahkan lebih memilih mengabaikan tangisan Maura yang merasa terkejut dengan teriakan Odelyn."Ayah ngapain?! BALIK AYAH! AYO KITA BALIK!" Orang tua Edelyn pasti akan menghabisi Michael. Kenapa ayahnya sampai tega berbuat se
"Odelyn, sekarang semuanya sudah berakhir. Gimana perasaan kamu sekarang?" Michael memandang wajah Odelyn yang terlihat kosong."Aku sudah mati rasa." Odelyn bahkan tidak mau menatap ke arah Michael.Michael yang mendengar itu hanya bisa tersenyum sedih. Hubungan ini rupanya benar-benar di ambang kehancuran. Michael jadi teringat kejadian satu tahun yang lalu. Kejadian dimana Michael dihabisi secara membabi buta dan entah keberuntungan apa yang menyelimuti Michael tapi dirinya masih bisa selamat. Hanya saja semua bermula dari sana, termasuk keadaan Odelyn yang seperti ini. Tentu saja ibu Michael tidak terima putranya diperlakukan seperti itu hingga akhirnya dia melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, memastikan bahwa orang-orang yang terlibat akan mendapatkan hukuman, termasuk orang tua Odelyn. Yah, saat itu Odelyn rupanya memilih putar balik dan dia juga yang dengan sigap mencarikan pertolongan untuk Michael yang sudah sekarang. Setelah Michael sadar itu jugalah dia baru tahu bah
Odelyn merasakan kehampaan yang begitu besar saat ini. Anak itu sudah keluar bersama pengasuh dan ibu pun masih menyisir rambut Odelyn dengan penuh ketelatenan."Bu, aku mohon ibu keluar dulu ya." Bahkan dari suaranya pun sudah bisa terdengar betapa hampa dan kosongnya perasaan Odelyn saat ini.Ibu yang mendengar permintaan Odelyn hanya tersenyum tipis namun tidak keluar, ibu masih menyisir rambut Odelyn. "Nak, justru kalau kamu sendirian ibu yang akan sedih. Ibu sedih kalau kamu masih terus menyembunyikan kesedihan kamu. Kesedihan itu kan sudah seharusnya dibagi bersama keluarga kan? Apa ibu yang salah persepsi?" Ibu menolak permintaan Odelyn dengan halus agar Odelyn tidak merasa bahwa permintaannya bukanlah hal yang penting."Aku cuma mau ibu keluar kok. Itu bukan berarti aku gak membagikan kesedihan yang aku rasakan kepada ibu. Aku dengan nyaman mau membagikan kesedihan dengan ibu. Tapi yang saat ini aku rasakan cuma ingin menyendiri dan tidur. Ibu bisa kan mengabulkan permintaan k