"Odelyn, sekarang semuanya sudah berakhir. Gimana perasaan kamu sekarang?" Michael memandang wajah Odelyn yang terlihat kosong."Aku sudah mati rasa." Odelyn bahkan tidak mau menatap ke arah Michael.Michael yang mendengar itu hanya bisa tersenyum sedih. Hubungan ini rupanya benar-benar di ambang kehancuran. Michael jadi teringat kejadian satu tahun yang lalu. Kejadian dimana Michael dihabisi secara membabi buta dan entah keberuntungan apa yang menyelimuti Michael tapi dirinya masih bisa selamat. Hanya saja semua bermula dari sana, termasuk keadaan Odelyn yang seperti ini. Tentu saja ibu Michael tidak terima putranya diperlakukan seperti itu hingga akhirnya dia melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, memastikan bahwa orang-orang yang terlibat akan mendapatkan hukuman, termasuk orang tua Odelyn. Yah, saat itu Odelyn rupanya memilih putar balik dan dia juga yang dengan sigap mencarikan pertolongan untuk Michael yang sudah sekarang. Setelah Michael sadar itu jugalah dia baru tahu bah
Odelyn merasakan kehampaan yang begitu besar saat ini. Anak itu sudah keluar bersama pengasuh dan ibu pun masih menyisir rambut Odelyn dengan penuh ketelatenan."Bu, aku mohon ibu keluar dulu ya." Bahkan dari suaranya pun sudah bisa terdengar betapa hampa dan kosongnya perasaan Odelyn saat ini.Ibu yang mendengar permintaan Odelyn hanya tersenyum tipis namun tidak keluar, ibu masih menyisir rambut Odelyn. "Nak, justru kalau kamu sendirian ibu yang akan sedih. Ibu sedih kalau kamu masih terus menyembunyikan kesedihan kamu. Kesedihan itu kan sudah seharusnya dibagi bersama keluarga kan? Apa ibu yang salah persepsi?" Ibu menolak permintaan Odelyn dengan halus agar Odelyn tidak merasa bahwa permintaannya bukanlah hal yang penting."Aku cuma mau ibu keluar kok. Itu bukan berarti aku gak membagikan kesedihan yang aku rasakan kepada ibu. Aku dengan nyaman mau membagikan kesedihan dengan ibu. Tapi yang saat ini aku rasakan cuma ingin menyendiri dan tidur. Ibu bisa kan mengabulkan permintaan k
Sedari tadi Maura hanya terus memandangi Odelyn dengan tatapan yang kebingungan. Bukan hanya itu sesekali ketika Odelyn ingin mendekat ke arah Maura maka Maura langsung saja menjauh dari Odelyn. Tentu saja hal itu membuat Odelyn merasa sedih bukan main. Rupanya ketidakhadiran dirinya dalam satu tahun terakhir telah membuat Maura asing dengan sosok ibunya. Maura memang sering mengatakan kata mama tapi rupanya hal itu tidak menghilangkan rasa asing yang dia rasakan terhadap Odelyn.Ibu dan Michael yang tahu bahwa saat ini Odelyn merasakan kehampaan dan kesedihan karena penolakan Maura langsung saja menyerahkan Maura kepada pengasuh lalu kemudian ibu menyusul. Saat ini tersisa Michael dan Odelyn di dalam ruangan ini."Di mata Maura kamu adalah orang yang baru bagi dirinya. Menurutku malah bagus ketika anak sulit akrab dengan orang lain yang jarang dia temui karena hal itu akan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kan. Aku tahu kamu sedih dengan penolakan Maura. Tapi kamu harus percaya
Suara ibu yang menginterupsi pembicaraan antara Michael dan Odelyn jelas membuat mereka berdua terkejut."Odelyn, maaf ibu menyela pembicaraan kalian. Tapi apapun yang Michael katakan ibu harap kamu tidak terlalu ambil hati. Michael mungkin ikhlas dan akan mengusahakan apapun agar orang tua kamu bisa bebas. Tapi saya selaku ibunya Michael tentu tidak bisa ikhlas seperti itu. Michael yang sudah saya besarkan dengan baik-baik walaupun pada akhirnya ada saja kehidupan buruk dan rintangan yang menerjang dirinya, ibu tetap merupakan ibunya Michael, seseorang yang tidak rela jika terjadi sesuatu yang buruk pada Michael, seseorang yang tidak rela jika Michael disakiti oleh siapapun itu termasuk orang terdekatnya. Jadi ibu mohon maaf Odelyn, ibu tidak bisa dan tidak ingin membebaskan kedua orang tua kamu. Hati ibu tidak akan sanggup untuk itu." Ibu menghela nafasnya secara perlahan. Ibu kemudian memandang Odelyn dan memberikan senyum seseorang yang telah tersakiti, seseorang yang mencoba ikhl
"Odelyn mau kerja lagi?" Saat ini ibu, Michael, dan Odelyn sedang berkumpul santai. Maura sudah tidur sehingga ini adalah saat yang tepat untuk mengobrol dengan santai."Iya, ibu. Aku pikir ini saatnya untuk aku kerja lagi. Ya walaupun sebelumnya aku cuma kerja dari rumah gitu." Odelyn merasa minder dengan pekerjaannya sebelumnya. Gaji yang Odelyn dapatkan di bawah Michael, tidak setara, dan itu membuat Odelyn menjadi beban bagi Michael. Apalagi setelah itu Odelyn benar-benar tidak memiliki penghasilan sama sekali karena sudah berhenti bekerja."Loh, kok cuma gitu bilangnya? Apa yang Odelyn lakukan kan tetap bekerja. Kita gak boleh loh merendahkan pekerjaan kita sendiri Odelyn, itu gak baik, nak." Ibu mulai mengerti kenapa kini Odelyn ingin bekerja lagi. Odelyn merasa menjadi beban karena kehidupannya ditanggung oleh Michael dan saat ini dia tinggal di rumah ibu. Odelyn mungkin saja merasa bahwa sebagai orang dewasa sudah seharusnya dia bisa bertanggung jawab dengan kehidupannya sendi
"Odelyn." Suara tangis menyapa pendengaran Odelyn. Saat ini Odelyn berada di lapas tempat ibunya sedang ditahan."Mama gak bisa jenguk ayah. Mama pengen banget jenguk ayah tapi gak dibolehin sama petugas lapas." Odelyn benar-benar terkejut melihat wajah dan badan mama yang sangat berbeda dengan mama yang Odelyn kenal. Sekarang ini mama terlihat sangat kurus dan juga kusam. Odelyn jadi bertanya-tanya apakah benar orang yang ada di hadapannya ini adalah mama. Apakah jangan-jangan Odelyn sedang berhalusinasi? Tidak, pastinya tidak begitu. Hanya saja Odelyn merasa sangat sedih melihat keadaan mama saat ini. Kenapa mama sangat berbeda sekarang ini? Apakah lapas ini tidak memberikan mama makanan yang seharusnya? Ah, entahlah. Odelyn pun tidak bisa memikirkan soal itu."Ayah baik-baik saja, ma. Ayah sudah melewati masa krisis jadi semuanya baik-baik saja." Odelyn berusaha untuk menenangkan mama. Menjadi mama pasti sangatlah berat karena tidak bisa menjenguk suaminya sendiri. Selain itu Odely
"Sayang, apa maksud kamu? Tadi pertemuan kalian gak berjalan dengan baik ya?" Ibu sudah mempunyai dugaan kalau pertemuan antara Odelyn dan mamanya pasti tidak berjalan dengan baik. Atau apa mungkin ayah Odelyn sebenarnya sudah sadar lalu mengatakan hal-hal yang menyakiti Odelyn? Ah, entahlah. Ibu merasa pusing dalam menghadapi masalah ini. Semua masalah seakan bertumpuk menjadi satu dan menganggu pikiran Odelyn."Nggak kok, bu. Pertemuan aku tadi berjalan dengan baik sama mama. Kalau sama ayah aku gak tahu gimana ke depannya karena memang ayah belum sadar. Tapi kalaupun ayah nanti sudah sadar aku gak akan menjenguk beliau. Aku hanya akan menjenguk ayah saat beliau belum sadar." Odelyn merasa sakit hati dengan kenyataan yang terucap dari mulutnya. Odelyn justru ingin melihat wajah ayahnya saat sudah sadar. Namun nyatanya tidak semudah itu. Kalau Odelyn nekat untuk menjenguk ayah saat beliau sudah sadar bisa-bisa serangan jantung yang ayah derita akan kambuh lagi dan itu akan membuat O
"Kamu bahagia dengan hidup kamu sekarang?" Sekarang ayah dan Odelyn sedang berada di dalam ruangan yang sama. Odelyn merasakan hawa berat dan dingin di dalam ruangan ini. Ya mungkin karena ada ac di dalam ruangan ini sehingga akhirnya hawanya kurang bisa diterima oleh Odelyn."Kenapa..." Odelyn kebingungan. Bagaimana dia harus menyebut orang yang sedang berbaring lemah ini? Apakah boleh Odelyn memanggil ayah? Apakah itu tidak akan menyinggung? Mau bagaimanapun juga kan Odelyn sudah tidak diakui sebagai anak. Odelyn kesulitan sekali dalam keadaan ini."Apanya yang kenapa? Masih ada lanjutan kalimat kan dari ucapan kamu?" Suara ayah terdengar sangat lirih. Seharusnya ayah memang masih harus berisitirahat agar pulih seutuhnya. Tapi kata petugas medis yang berjaga dan juga para polisi disini, ayah ingin menemui Odelyn. Keinginan itu sudah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Karena sudah seperti itu maka Odelyn bisa apa memangnya. Odelyn tidak mungkin tidak menuruti keinginan ayahnya. Ha
"Ya ampun, Maura! Kamu kenapa lagi ini?!" Odelyn terkejut melihat penampilan Maura yang jauh dari kata bersih dan rapi. Sebenarnya Maura pergi kemana lagi dan apa yang dia lakukan sampai penampilannya bisa sehancur itu?"Maaf, mama. Aku tuh beneran gak sengaja tahu. Aku gak mengira kalau akan jadi seperti ini." Maura seakan meminta belas kasihan dari Odelyn. "Kamu jatuh dimana lagi ini? Mama benar-benar gak habis pikir deh dengan kamu." Odelyn sudah memastikan bahwa Maura sudah dalam kondisi yang layak ketika berangkat sekolah. Odelyn tentunya berharap Maura juga akan pulang dengan keadaan yang sama. Tapi apa ini? Kenapa malah seperti ini jadinya? "Tadi aku gak sengaja deh, ma. Aku serius ini. Lagipula siapa sih yang pengen jatuh. Aku rasa gak ada yang pengen jatuh deh. Aku ini umurnya 17 tahun, ya kali aku sengaja jatuh. Itu namanya tindakan yang gak dewasa kan." Maura kesal karena di tengah kondisinya yang sedang luka seperti ini pun Odelyn seperti menyalahkan dirinya. Padahal ka
Michael dan Odelyn yang mendengar hal seperti itu jelas langsung terguncang. Maura mengalami hal mengerikan seperti itu di luaran sana dan Michael serta Odelyn malah tidak tahu apa-apa. Mereka berdua merasa tidak becus sebagai orang tua. Harusnya tidak boleh seperti ini. "Sayang, kamu gak perlu denger omongannya Helena. Orang yang mempunyai kesalahan memang bisa masuk penjara. Tapi kamu gak ada kesalahan apapun lho. Kamu gak perlu takut masuk penjara karena Helena pun gak punya hak untuk menakut-nakuti kamu masuk penjara. Mama harap Maura paham akan hal itu ya. Yang Maura perlu tahu adalah memang benar bahwa orang tuanya mama tinggal di tempat yang jauh tapi memang belum bisa menemui kita. Orang tuanya mama masih punya urusan yang masih harus diselesaikan. Kalau Helena menanyakan soal hal ini kamu bilang saja bahwa mama dan ayah gak ngasih tahu apa-apa. Kamu paham kan maksudnya mama?" Odelyn berusaha keras untuk tidak menangis di hadapan Maura. Saat ini hati Odelyn benar-benar hancur
Odelyn sampai jatuh terjerembab karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. Sialnya suara itu adalah suara yang tidak ingin didengar oleh Odelyn untuk saat ini. "Sayang, kamu kok sudah bangun? Ayo mama antar ke kamar lagi ya untuk tidur." Odelyn memilih untuk berlagak tidak terjadi apa-apa di depan Maura. Saat ini jantung Odelyn benar-benar berdegup dengan kencang. Michael yang tahu bahwa kondisi saat ini benar-benar tidak kondusif langsung berusaha untuk menenangkan Maura. "Nak, ayo kita ke dalam kamar dulu ya. Ini sudah malam jadi harusnya kamu sudah tidur bukannya malah berkeliaran begini." Michael juga sama terkejutnya dengan Odelyn saat Maura tiba-tiba ada disini. Barangkali Maura sudah mendengar semua pembicaraan tapi langsung tertarik di poin soal penjara. Sungguh Michael pun sampai sulit untuk berkata-kata. Saat ini yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana bisa mengalihkan perhatian Maura. Kalau diperlukan adalah bagaimana cara membuat Maura lupa akan apa yang di
Odelyn terdiam sambil menatap dengan mata yang membesar ke arah Maura. Anak ini tahu kata penjara dari mana? Dari mana dia bisa punya spekulasi bahwa tempat yang jauh itu adalah penjara? "Penjara? Kamu kok bisa nebak gitu sih, sayang? Mama jadi takut deh kamu ngomong kayak gitu." Odelyn mencoba bercanda kepada Maura. Odelyn sangat takut tapi dia harus menyembunyikan ketakutan itu dengan baik. Pokoknya Maura tidak boleh mencurigai apapun dari Odelyn. "Loh tapi katanya Helena dulu memang keluarga ayah dan mama gak akur tuh. Nah karena gak akur itu makanya orang tuanya mama masuk penjara. Aku tuh bingung deh kenapa orang gak akur bisa sampai masuk penjara. Makanya aku nanya ke mama soal kemana orang tuanya mama. Aku tuh penasaran aja deh soalnya Helena bilang gitu. Tapi mama kok mama malah menghindar terus. Aku jadi bingung deh." Wajah Maura terlihat seperti orang yang diombang-ambing oleh kenyataan yang ada. Pada dasarnya yang terjadi adalah adalah fakta bahwa memang benar orang tuany
Odelyn sudah sering mendapatkan pertanyaan yang tidak menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya. Tapi baru kali ini Odelyn mendapatkan pertanyaan yang tidak hanya tidak menyenangkan namun juga mengerikan. Bagaimana Odelyn akan menjawab pertanyaan semacam ini? Odelyn benar-benar kehilangan akal. "Tumben banget kamu nanyain orang tuanya mama." Odelyn menjawab dengan santai dan nada bicara yang bercanda. Tapi siapapun tahu bahwa detak jantung yang kencang ini bukanlah candaan. Saat ini Odelyn benar-benar merasa tidak nyaman. Saat ini Odelyn benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana. "Soalnya kalau aku main di rumah Helena tuh pasti orang tua mamanya ada lho. Sebutannya itu kakek dan nenek ya kan. Nah kalau orang tua ayah kan memang sudah meninggal. Tapi kalau orang tua mama kemana? Aku kok gak pernah tahu apa-apa tentang mereka." Wajah Maura benar-benar menunjukkan betapa besar rasa penasarannya saat ini. Odelyn sampai tidak mengerti lagi harus menjawab apa. Odelyn tidak tahu bagai
"Bukannya mama sudah bilang untuk hati-hati ya. Ini kamu sampai lecet begini lho." Odelyn tidak bisa tidak mengomel ketika melihat lutut dan pergelangan kaki Maura dipenuhi dengan luka lecet. "Ma, tolong obatin aku dulu dong. Aku nih sakit lho." Maura rupanya bisa mencari celah agar tidak terlalu dimarahi oleh Odelyn. Lihatlah sekarang bagaimana cara dia berkilah. Sungguh Odelyn tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah begini. "Iya sini mama obatin. Kamu gak minta mama obatin pun pasti bakal mama obatin kok. Mama tuh cuma gak tega lihat kamu begini. Lagipula kamu tuh sudah 10 tahun lho, Maura. Harusnya kan kamu tahu gimana untuk berhati-hati. Tapi lihat nih kamu sekarang." Odelyn sudah berusaha keras kok untuk tidak terlalu mengomeli Maura. Tapi apalah datanya saat ini. Odelyn terlalu gemas dengan Maura yang seringkali tidak mengerti bahwa bahaya itu pasti bisa menjemput jika tidak berhati-hati. Ah, tapi sudahlah. Saat ini Odelyn tidak mau mengomel terlalu banyak. Bisa-bisa nanti Maur
Tentu saja Odelyn mulai memahami bahwa saat ini Michael bukan hanya sekedar merasa takut atau tidak tenang karena kematian orang tuanya di rumah ini. Rumah ini menyimpan banyak kenangan entah kenangan yang buruk atau yang baik. Sayangnya kenangan yang baik itu tidak bisa menutupi kenangan yang buruk. Apalagi salah satu penyumbang kenangan buruk itu adalah orang yang baru saja meninggal dunia karena kejadian yang mengerikan. "Kenapa kita gak tinggal di rumah yang lama saja, Michael? Maksudnya daripada kita harus survei rumah dan melakukan hal-hal lain yang merepotkan terkait pembelian rumah ini." Odelyn bisa melihat bahwa Michael terlalu bersikeras agar mereka bisa pindah rumah tapi tidak di rumah lama mereka. Michael ingin pindah ke rumah lain pokoknya. "Kamu tahu sendiri kan kalau sekarang kita sudah punya anak. Kalau tetap di rumah itu tentu saja tidak bagus dong. Rumah itu terlalu sempit untuk Maura yang aktif bergerak kesana kemari. Aku gak mau gerak Maura jadi terbatas karena r
Odelyn pikir ketika suatu saat dia mendengar kabar bahwa orang tua Edelyn meninggal, dia akan kegirangan. Pada kenyataannya adalah Odelyn justru tidak merasakan apapun. Rasanya kosong dan hampa. Ini benar-benar tidak ada artinya. Odelyn jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ini akhir yang dia inginkan? Bukankah kematian orang tua Edelyn sudah selayaknya dirayakan?"Mbak, kamu kok bisa dapat info soal kematian mereka?" Odelyn tidak paham sejauh apa pengasuh Maura tahu mengenai hubungan buruk antara keluarga ini dengan orang tua Edelyn. Tapi sepertinya melihat dari bagaimana pengasuh Maura itu memberitahukan hal tersebut kepada Odelyn dan Michael, pengasuh Maura kelihatan bahagia. Apakah ini hanyalah asumsi Odelyn yang tidak berdasar? Ah, entahlah. Odelyn juga malas jika harus memikirkan hal yang tidak penting seperti itu."Dari teman saya yang kebetulan kerja dekat sana, bu. Tetangga itu pada kenal ke mereka itu sebatas mereka orang tua Edelyn. Gak ada yang tahu nama mereka
Hidup Odelyn dan Michael perlahan-lahan benar-benar tertata ke arah yang mereka inginkan. Sekarang ini hanya ada kebahagiaan dan itu jelas membuat mereka berdua bahagia. Ah, bahkan bahagia saja tidak cukup untuk menggambarkan betapa leganya mereka saat ini. Ah, memang benar ya bahwa kesedihan ataupun kebahagiaan itu tidak ada yang permanen. Ini semua adalah tentang bagaimana cara mereka bertahan."Odelyn, menurut kamu apa rumah ini terlalu besar untuk kita tempati? Kamu mau rumah yang lebih kecil atau tetap disini saja?" Saat ini Odelyn dan Michael sedang bersantai. Ah, Michael perlu waktu yang cukup lama untuk bisa bersantai dengan tenang seperti ini sejak kematian ibu. Sekarang sudah tiga tahun semenjak kematian ibu."Kamu tiba-tiba nanya begitu kok aneh banget sih. Bukannya disini saja sudah nyaman ya. Buat apa harus pindah rumah. Yang ada nanti malah boros karena uang yang ada malah untuk biaya rumah." Odelyn merasa aneh karena Michael kan bukan orang yang boros. Lalu mengapa seka