"Sayang, apa maksud kamu? Tadi pertemuan kalian gak berjalan dengan baik ya?" Ibu sudah mempunyai dugaan kalau pertemuan antara Odelyn dan mamanya pasti tidak berjalan dengan baik. Atau apa mungkin ayah Odelyn sebenarnya sudah sadar lalu mengatakan hal-hal yang menyakiti Odelyn? Ah, entahlah. Ibu merasa pusing dalam menghadapi masalah ini. Semua masalah seakan bertumpuk menjadi satu dan menganggu pikiran Odelyn."Nggak kok, bu. Pertemuan aku tadi berjalan dengan baik sama mama. Kalau sama ayah aku gak tahu gimana ke depannya karena memang ayah belum sadar. Tapi kalaupun ayah nanti sudah sadar aku gak akan menjenguk beliau. Aku hanya akan menjenguk ayah saat beliau belum sadar." Odelyn merasa sakit hati dengan kenyataan yang terucap dari mulutnya. Odelyn justru ingin melihat wajah ayahnya saat sudah sadar. Namun nyatanya tidak semudah itu. Kalau Odelyn nekat untuk menjenguk ayah saat beliau sudah sadar bisa-bisa serangan jantung yang ayah derita akan kambuh lagi dan itu akan membuat O
"Kamu bahagia dengan hidup kamu sekarang?" Sekarang ayah dan Odelyn sedang berada di dalam ruangan yang sama. Odelyn merasakan hawa berat dan dingin di dalam ruangan ini. Ya mungkin karena ada ac di dalam ruangan ini sehingga akhirnya hawanya kurang bisa diterima oleh Odelyn."Kenapa..." Odelyn kebingungan. Bagaimana dia harus menyebut orang yang sedang berbaring lemah ini? Apakah boleh Odelyn memanggil ayah? Apakah itu tidak akan menyinggung? Mau bagaimanapun juga kan Odelyn sudah tidak diakui sebagai anak. Odelyn kesulitan sekali dalam keadaan ini."Apanya yang kenapa? Masih ada lanjutan kalimat kan dari ucapan kamu?" Suara ayah terdengar sangat lirih. Seharusnya ayah memang masih harus berisitirahat agar pulih seutuhnya. Tapi kata petugas medis yang berjaga dan juga para polisi disini, ayah ingin menemui Odelyn. Keinginan itu sudah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Karena sudah seperti itu maka Odelyn bisa apa memangnya. Odelyn tidak mungkin tidak menuruti keinginan ayahnya. Ha
Maura celingukan kesana kemari. Michael yang ada di depan pintu memilih untuk tidak masuk ke dalam kamar rawat inap ayah mertuanya karena sudah mendengar kalau ayah mertuanya tidak bisa menganggapnya sebagai menantu. Kalau sudah begitu Michael lebih memilih untuk tetap berdiam disini saja. Setidaknya Michael sudah menunjukkan attitude yang baik dengan mengantarkan Maura ke dalam ruangan ini.Odelyn yang masih larut dalam keterkejutannya langsung berusaha sadar dan segera menghampiri Maura. "Sini Maura." Odelyn memegang tangan Maura dengan perlahan. Sebenarnya Odelyn sangat takut karena bisa jadi hubungannya dengan Maura yang tidak dekat akan diketahui oleh ayah karena Maura yang menolak tangan Odelyn. Benar saja, ketakutan Odelyn benar-benar terjadi. Maura menolak uluran tangan Odelyn dengan kasar sehingga ayah yang melihat itu tidak bisa untuk tidak terkejut."HUWAAAA." Tak lama dari tangannya yang dipegang oleh Odelyn, Maura menangis dengan sangat kencang. Tangisan Maura jelas saja
"Ayah sudah dibawa pulang?" Odelyn bertanya pada Michael."Pulang?" Apa Odelyn lupa kalau ayah saat ini merupakan seorang narapidana sehingga rasanya kata pulang terdengar janggal."Memang ayah gak bisa dibawa ke rumah dulu ya? Harus langsung dibawa ke lapas?" Odelyn menatap Michael dengan tatapan yang sedih. Ah, ayah baru saja diperbolehkan pulang setelah satu minggu berada di rumah sakit untuk perawatan.Michael tersenyum tipis. Ah, ini adalah harapan Odelyn kan. Michael bingung bagaimana harus menanggulangi harapan yang begitu besar ini. "Gak bisa, Odelyn. Ketika ayah dinyatakan bisa pergi dari rumah sakit itu artinya ayah hanya boleh ke penjara, gak boleh ke tempat lain. Ayah kan sudah menyewa lapas yang privat, nanti kita juga akan membawakan makanan untuk ayah tiap hari walaupun dari lapas sendiri sudah memberikan makanan. Tapi kita tahu kan kalau makanan dari lapas tidak ada jaminannya bahwa itu adalah menu yang sesuai untuk kondisi ayah saat ini. Aku harap kamu bisa mengurangi
Odelyn memastikan pendengarannya baik-baik. Apakah manusia yang mengatakan hal itu adalah Michael?"Michael? Kamu bercanda kan?" Padahal Odelyn baru saja ingin menuruti keinginan Michael yang memintanya untuk berpura-pura mengatakan bahwa dia mencintai Michael. Kenapa sekarang ceritanya malah jadi seperti ini? Kenapa malah Michael yang mengatakan hal itu? Seingat Odelyn dirinya tidak pernah menyuruh Michael untuk berpura-pura deh."Buat apa aku bercanda?" Raut wajah Michael terlihat sangat serius. Tidak ada unsur humor di dalam ekspresi wajah itu."Loh bukannya kamu bilang kamu gak pernah mencintai aku? Kayaknya kamu juga gak akan pernah bisa mencintai aku." Odelyn heran dengan tingkah Michael yang berubah-ubah seperti ini. Membuat orang lain bingung saja sih dengan apa keinginannya sebenarnya."Aku mencintai kamu. Aku sungguhan. Kalau tadi aku bilang aku gak pernah mencintai kamu, itu semua bohong. Lebih tepatnya aku berusaha untuk menutupi perasaan itu." Wajah Michael terlihat sanga
Ibu melihat anak dan menantunya yang saat ini terlihat aneh. Bagi ibu, anak dan menantunya ini terlihat berjarak walaupun duduk bersebelahan di meja makan. Sebenarnya ibu ingin bertanya apakah mereka habis bertengkar. Namun ibu tahu itu adalah pertanyaan yang tidak sopan sehingga beliau tidak ingin menanyakan hal itu. Hanya saja suasana makan yang seperti ini juga tidak nyaman. Haduh, apa yang harus ibu lakukan ya?"Odelyn, menurut kamu menu makan malam ini gimana? Ibu sengaja pesan dari luar karena kata teman ibu makanan dari restoran ini enak-enak lho." Sudahlah, lebih baik ibu menggunakan cara yang halus saja untuk menghilangkan suasana tidak nyaman ini.Odelyn menoleh ke arah ibu dengan wajah yang sumringah. "Kapan-kapan kayaknya bisa pesan lagi deh, bu. Ini enak banget lho." Wajah Odelyn yang berbinar-binar membuat ibu yakin bahwa ekspresi wajah itu tidak lah dibuat-buat. Odelyn memang merasa senang saat ini. Yah baguslah kalau begitu kan."Kalau kamu Michael? Menurutmu menu maka
Sebenarnya saat ini Odelyn merasa sangat sedih. Maura malah dekat dengan pengasuh dibanding dirinya yang merupakan ibu kandung Maura. Mood Odelyn untuk berbelanja pun langsung anjlok karena perasaan tidak nyaman ini."Mbak, Maura biasanya suka jajan apa ya kalau ke tempat belanja begini?" Odelyn memilih untuk mengabaikan perasaan tidak nyaman yang dia rasakan. Tidak sepantasnya kan Odelyn merasa seperti itu padahal keberadaan pengasuh disini sangat membantu."Biasanya non Maura gak jajan, bu. Di rumah sudah dibiasakan dan diajarkan untuk gak jajan di luar karena gak sehat. Jadi biasanya di rumah itu ibunya mas Michael selalu pesan makanan dari chef gitu untuk bikinin makanan cemilan buat non Maura. Non Maura gak minat sama jajanan di luar, bahkan di supermarket gini sih." Pengasuh menjawab dengan tegas pertanyaan Odelyn. Pengasuh menjawab seperti itu karena dia masih memiliki ketakutan dengan Odelyn. Odelyn adalah orang yang baru bisa bangkit setelah sekian lama itu sebabnya ketika me
Odelyn termangu sesaat setelah mendengar ucapan dari pengasuh. Ya saat ini Maura memang sudah terbangun hanya saja tak bicara apapun. Maura justru menempelkan kepalanya di dada Odelyn. Apakah Maura belum sadar kalau yang menggendongnya saat ini adalah Odelyn?"Mbak, kayaknya Maura belum sadar deh kalau aku yang menggendong. Barang-barangnya biar aku saja yang bawa terus mbak yang menggendong Maura." Kalau bukan di tempat umum sih Odelyn tidak masalah jika Maura sampai menangis. Tapi kalau di tempat umum seperti minimarket ini lalu kemudian Odelyn menangis di gendongannya, maka Odelyn akan merasa menjadi ibu yang tidak becus. Odelyn tidak menginginkan hal itu terjadi. Odelyn tidak sanggup menyaksikan apabila nanti Maura menangis di gendongan Odelyn tapi langsung tenang di gendongan pengasuh."Loh bu. Non Maura saja anteng begitu jadi buat apa dikasih ke saya. Justru saya takut nanti kalau non Maura sudah nyaman ibu gendong begitu terus waktu gendongannya pindah, bisa-bisa non Maura nan