Odelyn memastikan pendengarannya baik-baik. Apakah manusia yang mengatakan hal itu adalah Michael?"Michael? Kamu bercanda kan?" Padahal Odelyn baru saja ingin menuruti keinginan Michael yang memintanya untuk berpura-pura mengatakan bahwa dia mencintai Michael. Kenapa sekarang ceritanya malah jadi seperti ini? Kenapa malah Michael yang mengatakan hal itu? Seingat Odelyn dirinya tidak pernah menyuruh Michael untuk berpura-pura deh."Buat apa aku bercanda?" Raut wajah Michael terlihat sangat serius. Tidak ada unsur humor di dalam ekspresi wajah itu."Loh bukannya kamu bilang kamu gak pernah mencintai aku? Kayaknya kamu juga gak akan pernah bisa mencintai aku." Odelyn heran dengan tingkah Michael yang berubah-ubah seperti ini. Membuat orang lain bingung saja sih dengan apa keinginannya sebenarnya."Aku mencintai kamu. Aku sungguhan. Kalau tadi aku bilang aku gak pernah mencintai kamu, itu semua bohong. Lebih tepatnya aku berusaha untuk menutupi perasaan itu." Wajah Michael terlihat sanga
Ibu melihat anak dan menantunya yang saat ini terlihat aneh. Bagi ibu, anak dan menantunya ini terlihat berjarak walaupun duduk bersebelahan di meja makan. Sebenarnya ibu ingin bertanya apakah mereka habis bertengkar. Namun ibu tahu itu adalah pertanyaan yang tidak sopan sehingga beliau tidak ingin menanyakan hal itu. Hanya saja suasana makan yang seperti ini juga tidak nyaman. Haduh, apa yang harus ibu lakukan ya?"Odelyn, menurut kamu menu makan malam ini gimana? Ibu sengaja pesan dari luar karena kata teman ibu makanan dari restoran ini enak-enak lho." Sudahlah, lebih baik ibu menggunakan cara yang halus saja untuk menghilangkan suasana tidak nyaman ini.Odelyn menoleh ke arah ibu dengan wajah yang sumringah. "Kapan-kapan kayaknya bisa pesan lagi deh, bu. Ini enak banget lho." Wajah Odelyn yang berbinar-binar membuat ibu yakin bahwa ekspresi wajah itu tidak lah dibuat-buat. Odelyn memang merasa senang saat ini. Yah baguslah kalau begitu kan."Kalau kamu Michael? Menurutmu menu maka
Sebenarnya saat ini Odelyn merasa sangat sedih. Maura malah dekat dengan pengasuh dibanding dirinya yang merupakan ibu kandung Maura. Mood Odelyn untuk berbelanja pun langsung anjlok karena perasaan tidak nyaman ini."Mbak, Maura biasanya suka jajan apa ya kalau ke tempat belanja begini?" Odelyn memilih untuk mengabaikan perasaan tidak nyaman yang dia rasakan. Tidak sepantasnya kan Odelyn merasa seperti itu padahal keberadaan pengasuh disini sangat membantu."Biasanya non Maura gak jajan, bu. Di rumah sudah dibiasakan dan diajarkan untuk gak jajan di luar karena gak sehat. Jadi biasanya di rumah itu ibunya mas Michael selalu pesan makanan dari chef gitu untuk bikinin makanan cemilan buat non Maura. Non Maura gak minat sama jajanan di luar, bahkan di supermarket gini sih." Pengasuh menjawab dengan tegas pertanyaan Odelyn. Pengasuh menjawab seperti itu karena dia masih memiliki ketakutan dengan Odelyn. Odelyn adalah orang yang baru bisa bangkit setelah sekian lama itu sebabnya ketika me
Odelyn termangu sesaat setelah mendengar ucapan dari pengasuh. Ya saat ini Maura memang sudah terbangun hanya saja tak bicara apapun. Maura justru menempelkan kepalanya di dada Odelyn. Apakah Maura belum sadar kalau yang menggendongnya saat ini adalah Odelyn?"Mbak, kayaknya Maura belum sadar deh kalau aku yang menggendong. Barang-barangnya biar aku saja yang bawa terus mbak yang menggendong Maura." Kalau bukan di tempat umum sih Odelyn tidak masalah jika Maura sampai menangis. Tapi kalau di tempat umum seperti minimarket ini lalu kemudian Odelyn menangis di gendongannya, maka Odelyn akan merasa menjadi ibu yang tidak becus. Odelyn tidak menginginkan hal itu terjadi. Odelyn tidak sanggup menyaksikan apabila nanti Maura menangis di gendongan Odelyn tapi langsung tenang di gendongan pengasuh."Loh bu. Non Maura saja anteng begitu jadi buat apa dikasih ke saya. Justru saya takut nanti kalau non Maura sudah nyaman ibu gendong begitu terus waktu gendongannya pindah, bisa-bisa non Maura nan
Maura yang duduk di kursi belakang tampak anteng bersama mainannya. Odelyn juga menemani Maura duduk di belakang. Padahal di dalam mobil ini ada anak kecil yang sedang asyik dengan mainannya, dengan suaranya yang lucu, tapi Michael merasakan sesak yang amat mencekik disini. Apakah ini karena suasana hati Odelyn yang tak kunjung membaik? Sepertinya Michael harus mencairkan suasana disini."Tadi kalian kemana saja perginya? Aku pikir bakal lama tapi ternyata kurang lebih cuma tiga jam ya." Semoga hal ini bisa sedikit menurunkan kekakuan yang ada. Ya Tuhan, Michael benar-benar memohon untuk hal ini."Oh, tadi kami cuma main ke taman saja sih. Hari Minggu gini kan banyak keluarga yang bawa anaknya kesana. Tadi disana Maura main-main sama anak yang lain. Aku disana juga makan sandwich bersama ibu sambil mengawasi Maura yang lagi main." Tidak ada yang salah sih dari suara Odelyn. Odelyn menjawab seakan dia berada dalam suasana hati yang biasa saja, tidak sedih tapi juga tidak bahagia. Hanya
Suara gaduh langsung muncul diantara para anggota keluarga. Yang tak boleh dilupakan adalah bibi Natri. Bibi Natri adalah orang yang langsung memberikan protes keras atas hasil putusan itu. "Ayah, ibu. Aku rasa kalian salah dalam memberikan keputusan. Untuk apa memberikan warisan dalam jumlah terbesar kepada anak yang bahkan belum bisa berpikir apapun?" Semua anggota keluarga nampaknya punya pendapat yang sama dengan bibi Natri tapi mereka memilih untuk diam dahulu. Mereka tidak ingin menambah keributan yang akan membuat orang tua mereka jadi tambah murka. Bibi Natri sudah mewakili mereka untuk mengemukakan protes atas keputusan yang tidak adil ini.Sementara itu Michael dan Odelyn yang mendengar keputusan itu hanya bisa termangu. Mereka tidak pernah mengharapkan apapun saat datang kesini, bahkan kalau boleh jujur, Odelyn dan Michael tidak ingin mendapatkan warisan itu. Bagi Odelyn warisan yang didapat hanya akan menambah huru-hara saja mengingat para keluarganya yang serakah itu, se
Bibi Natri makin menggila. Semua anggota keluarga yang mendengar teriakannya itu langsung membuat isyarat yang meminta agar bibi Natri berhenti saat itu juga, jangan membuat kegaduhan yang tidak penting. Tapi rupanya bibi Natri tidak menyadari dan tidak mempedulikan isyarat semacam itu. Yang bibi Natri pentingkan hanyalah bagaimana caranya agar semua ini berakhir dan sesuai keinginannya.Michael dan Odelyn yang menyadari bahwa situasi ini makin kacau langsung menoleh ke arah satu sama lain. Odelyn dan Michael ingin segera pergi dari sini sambil membawa Maura yang sedari tadi berada di lantai dua. Odelyn dan Michael sudah tidak tahan dengan teriakan tanpa henti dan keributan yang tidak perlu mengenai warisan ini.Kakek dan nenek yang mendengar teriakan bibi Natri hanya diam tanpa bicara apapun. Sayangnya adalah keterdiaman itu merupakan hal yang mengerikan bagi keluarga ini. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan dilakukan oleh kakek dan nenek"Natri, lagi-lagi kamu tidak paham
Semuanya sudah berakhir. Anggota keluarga yang dibunuh oleh bibi Natri sudah tidak bersisa. Kakek, nenek, paman, bibi, semuanya sudah lenyap tanpa sisa. Hanya paman yang menelpon Odelyn lah yang selamat. "Odelyn, minum dulu." Saat ini Odelyn sedang berada di rumah sakit. Odelyn benar-benar pusing menanggung beban ini sendirian. Habis ini apa yang akan dia lakukan ya? Setelah ini harus apalagi? Odelyn tidak mengerti. "Makasih, Michael." Odelyn mencoba memikirkan itu sambil menelan air putih. Odelyn tidak tahu apakah saat ini dirinya harus bersedih atau bagaimana. Semua yang ada di keluarga itu tidak punya ikatan keluarga yang kuat dengan Odelyn. Odelyn merasa kehilangan tapi tidak merasakan kesedihan. Apakah ini adalah hal yang wajar? Tolong siapapun beritahu Odelyn."Apa warisan itu benar-benar membutakan? Aku gak mengerti kenapa bibi sampai nekat berbuat seperti itu karena warisan. Setahuku bagian untuk bibi juga lebih dari cukup kok." Odelyn tidak mengerti dengan otak dan pikiran