Odelyn termangu sesaat setelah mendengar ucapan dari pengasuh. Ya saat ini Maura memang sudah terbangun hanya saja tak bicara apapun. Maura justru menempelkan kepalanya di dada Odelyn. Apakah Maura belum sadar kalau yang menggendongnya saat ini adalah Odelyn?"Mbak, kayaknya Maura belum sadar deh kalau aku yang menggendong. Barang-barangnya biar aku saja yang bawa terus mbak yang menggendong Maura." Kalau bukan di tempat umum sih Odelyn tidak masalah jika Maura sampai menangis. Tapi kalau di tempat umum seperti minimarket ini lalu kemudian Odelyn menangis di gendongannya, maka Odelyn akan merasa menjadi ibu yang tidak becus. Odelyn tidak menginginkan hal itu terjadi. Odelyn tidak sanggup menyaksikan apabila nanti Maura menangis di gendongan Odelyn tapi langsung tenang di gendongan pengasuh."Loh bu. Non Maura saja anteng begitu jadi buat apa dikasih ke saya. Justru saya takut nanti kalau non Maura sudah nyaman ibu gendong begitu terus waktu gendongannya pindah, bisa-bisa non Maura nan
Maura yang duduk di kursi belakang tampak anteng bersama mainannya. Odelyn juga menemani Maura duduk di belakang. Padahal di dalam mobil ini ada anak kecil yang sedang asyik dengan mainannya, dengan suaranya yang lucu, tapi Michael merasakan sesak yang amat mencekik disini. Apakah ini karena suasana hati Odelyn yang tak kunjung membaik? Sepertinya Michael harus mencairkan suasana disini."Tadi kalian kemana saja perginya? Aku pikir bakal lama tapi ternyata kurang lebih cuma tiga jam ya." Semoga hal ini bisa sedikit menurunkan kekakuan yang ada. Ya Tuhan, Michael benar-benar memohon untuk hal ini."Oh, tadi kami cuma main ke taman saja sih. Hari Minggu gini kan banyak keluarga yang bawa anaknya kesana. Tadi disana Maura main-main sama anak yang lain. Aku disana juga makan sandwich bersama ibu sambil mengawasi Maura yang lagi main." Tidak ada yang salah sih dari suara Odelyn. Odelyn menjawab seakan dia berada dalam suasana hati yang biasa saja, tidak sedih tapi juga tidak bahagia. Hanya
Suara gaduh langsung muncul diantara para anggota keluarga. Yang tak boleh dilupakan adalah bibi Natri. Bibi Natri adalah orang yang langsung memberikan protes keras atas hasil putusan itu. "Ayah, ibu. Aku rasa kalian salah dalam memberikan keputusan. Untuk apa memberikan warisan dalam jumlah terbesar kepada anak yang bahkan belum bisa berpikir apapun?" Semua anggota keluarga nampaknya punya pendapat yang sama dengan bibi Natri tapi mereka memilih untuk diam dahulu. Mereka tidak ingin menambah keributan yang akan membuat orang tua mereka jadi tambah murka. Bibi Natri sudah mewakili mereka untuk mengemukakan protes atas keputusan yang tidak adil ini.Sementara itu Michael dan Odelyn yang mendengar keputusan itu hanya bisa termangu. Mereka tidak pernah mengharapkan apapun saat datang kesini, bahkan kalau boleh jujur, Odelyn dan Michael tidak ingin mendapatkan warisan itu. Bagi Odelyn warisan yang didapat hanya akan menambah huru-hara saja mengingat para keluarganya yang serakah itu, se
Bibi Natri makin menggila. Semua anggota keluarga yang mendengar teriakannya itu langsung membuat isyarat yang meminta agar bibi Natri berhenti saat itu juga, jangan membuat kegaduhan yang tidak penting. Tapi rupanya bibi Natri tidak menyadari dan tidak mempedulikan isyarat semacam itu. Yang bibi Natri pentingkan hanyalah bagaimana caranya agar semua ini berakhir dan sesuai keinginannya.Michael dan Odelyn yang menyadari bahwa situasi ini makin kacau langsung menoleh ke arah satu sama lain. Odelyn dan Michael ingin segera pergi dari sini sambil membawa Maura yang sedari tadi berada di lantai dua. Odelyn dan Michael sudah tidak tahan dengan teriakan tanpa henti dan keributan yang tidak perlu mengenai warisan ini.Kakek dan nenek yang mendengar teriakan bibi Natri hanya diam tanpa bicara apapun. Sayangnya adalah keterdiaman itu merupakan hal yang mengerikan bagi keluarga ini. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan dilakukan oleh kakek dan nenek"Natri, lagi-lagi kamu tidak paham
Semuanya sudah berakhir. Anggota keluarga yang dibunuh oleh bibi Natri sudah tidak bersisa. Kakek, nenek, paman, bibi, semuanya sudah lenyap tanpa sisa. Hanya paman yang menelpon Odelyn lah yang selamat. "Odelyn, minum dulu." Saat ini Odelyn sedang berada di rumah sakit. Odelyn benar-benar pusing menanggung beban ini sendirian. Habis ini apa yang akan dia lakukan ya? Setelah ini harus apalagi? Odelyn tidak mengerti. "Makasih, Michael." Odelyn mencoba memikirkan itu sambil menelan air putih. Odelyn tidak tahu apakah saat ini dirinya harus bersedih atau bagaimana. Semua yang ada di keluarga itu tidak punya ikatan keluarga yang kuat dengan Odelyn. Odelyn merasa kehilangan tapi tidak merasakan kesedihan. Apakah ini adalah hal yang wajar? Tolong siapapun beritahu Odelyn."Apa warisan itu benar-benar membutakan? Aku gak mengerti kenapa bibi sampai nekat berbuat seperti itu karena warisan. Setahuku bagian untuk bibi juga lebih dari cukup kok." Odelyn tidak mengerti dengan otak dan pikiran
Kondisi ayah tak kunjung membaik. Odelyn hanya terdiam sambil memandangi ayah. Ini adalah jam besuk yang diizinkan. Selagi jam besuk itu belum habis maka Odelyn akan tetap disini. "Ayah, maafkan aku ya. Ini semua gara-gara aku." Odelyn menangis terisak-isak dengan suara yang ditahan. Odelyn yakin entah apa yang menyebabkan bibi Natri sampai menggila adalah terkait dengan warisan. Hanya saja Odelyn tidak tahu kalimat menyakitkan apa yang dikatakan oleh kakek dan nenek sehingga bibi Natri nekat berbuat itu. Bahkan bibi Natri seolah ingin melenyapkan semuanya hingga akhir karena dia juga memilih untuk bunuh diri. Ini benar-benar tragis."Aku tahu aku sangat berdosa tapi aku bersyukur ayah dipenjara waktu kejadian ini. Aku gak akan sanggup kalau kehilangan ayah selamanya apalagi dalam tragedi yang sangat mengerikan seperti itu. Setidaknya dengan ayah dipenjara maka ayah bisa selamat. Karena itu ayah, aku mohon supaya ayah cepat sadar sehingga rasa lega ku ini gak sia-sia." Odelyn pernah
Odelyn harap-harap cemas menunggu hasil interogasi polisi kepada paman. Kira-kira apa yang menyebabkan bibi Natri sampai tega melakukan perbuatan seperti itu? Apa mungkin perkara warisan tadi memang membesar tanpa diketahui oleh Odelyn?"Odelyn, kalaupun nanti sudah diketahui apa motif paman sampai melakukan ini, kita gak akan tahu semudah itu. Bisa jadi kita bahkan akan tahu dari media. Tentunya berita ini kan sudah masuk media." Michael merunduk sedih. Odelyn yang sudah sangat bersemangat untuk makan langsung mengabaikan makanannya karena kabar ini. Michael sedikit merasa menyesal karena dirinya harus memperlihatkan ekspresi seperti itu tadi. Harusnya Michael tidak membuat ekspresi apapun yang membuat Odelyn bertanya-tanya. Harusnya Michael memberitahu Odelyn semua ini setelah Odelyn selesai makan. Tapi mau bagaimana lagi. Nasi kan sudah menjadi bubur. Sudah sulit untuk memperbaiki ini semua."Aku tahu kok soal itu. Hanya saja aku masih menyimpan harapan bahwa aku bisa dengan segera
Odelyn kembali mengurung dirinya. Sudah dua hari Odelyn terus mengurung dirinya di dalam kamar. Yang Odelyn inginkan hanyalah tidur dan melihat bahwa ini semua hanyalah mimpi. Yang terjadi sebenarnya pasti tidak seperti ini. Pasti ada hal-hal lain yang lebih masuk akal daripada peristiwa yang menimpa keluarganya. Odelyn merasa cobaan hidupnya tak kunjung berhenti. Disaat Odelyn ingin merangkak, tiba-tiba ada tangan besar yang menghentikan gerakannya itu. Semuanya jadi terasa di luar kendali. Odelyn sungguh muak dengan semua itu. Sebenarnya sejak kapan hidupnya jadi terasa seperti drama? Dulu Odelyn merasa hidupnya biasa-biasa saja. Hidup dengan ayah yang perannya hanya sebagai pencari nafkah dan ibu yang perannya benar-benar layaknya ibu seutuhnya. Dulu Odelyn hanya punya satu dua teman dekat yang sekarang entah kemana semua temannya itu. Ah, sekarang salah satu teman Odelyn sudah mengkhianati dirinya. Sekarang hidup Odelyn terasa seperti roller coaster yang memuakkan. Odelyn ingin pe