Odelyn kembali mengurung dirinya. Sudah dua hari Odelyn terus mengurung dirinya di dalam kamar. Yang Odelyn inginkan hanyalah tidur dan melihat bahwa ini semua hanyalah mimpi. Yang terjadi sebenarnya pasti tidak seperti ini. Pasti ada hal-hal lain yang lebih masuk akal daripada peristiwa yang menimpa keluarganya. Odelyn merasa cobaan hidupnya tak kunjung berhenti. Disaat Odelyn ingin merangkak, tiba-tiba ada tangan besar yang menghentikan gerakannya itu. Semuanya jadi terasa di luar kendali. Odelyn sungguh muak dengan semua itu. Sebenarnya sejak kapan hidupnya jadi terasa seperti drama? Dulu Odelyn merasa hidupnya biasa-biasa saja. Hidup dengan ayah yang perannya hanya sebagai pencari nafkah dan ibu yang perannya benar-benar layaknya ibu seutuhnya. Dulu Odelyn hanya punya satu dua teman dekat yang sekarang entah kemana semua temannya itu. Ah, sekarang salah satu teman Odelyn sudah mengkhianati dirinya. Sekarang hidup Odelyn terasa seperti roller coaster yang memuakkan. Odelyn ingin pe
"Apa kamu yakin tetap akan melakukan itu?" Michael sudah bertanya puluhan kali mengenai hal ini kepada Odelyn. Michael bahkan tidak peduli aktivitas apa yang dilakukan oleh Odelyn ketika dia menanyakan hal ini. Pokoknya setiap saat Michael berusaha keras untuk menggagalkan keinginan Michael. Bagi Michael ini benar-benar tidak masuk akal."Kamu sudah nanya ini berapa kali sih? Jawabannya tetap sama, Michael. Aku tetap akan melakukan ini. Memangnya kamu ini gak ada pekerjaan lain ya selain nanya ini itu ke aku?" Odelyn menatap jengah ke arah Michael. Jujur saja Odelyn merasa terganggu dengan tingkah Michael yang seperti ini. "Tapi buat apa? Kalau kamu merasa bahwa semua peristiwa buruk yang menimpa kita adalah karena kita belum meminta maaf kepada orang tuanya Edelyn harusnya hal yang sama berlaku buat mereka kan. Kita semua belum memaafkan orang tua Edelyn yang telah berbuat huru hara ini itu karena dendam. Jadi bukankah seharusnya mereka juga mengalami rangkaian peristiwa buruk? Tapi
"Michael kemana ya, bu?" Saat ini Odelyn dan ibu sedang makan malam. Maura sudah tidur karena merasa lelah akibat seharian bermain."Nah, justru itu yang mau ibu tanyakan ke kamu, Odelyn." Wajah ibu terlihat bingung ketika mengatakan hal itu kepada Odelyn."Kenapa bu memangnya?" Tentu saja Odelyn merasa penasaran. "Tadi kan Michael bilang mau nyusul kamu ke rumah sakit. Jadi ibu mikirnya ya kalian akan pulang bareng dong nanti. Tapi ternyata kalian gak pulang bareng kan. Cuma tadi itu ibu mikir oh mungkin saja Michael mampir kemana dulu gitu kan. Loh kok sekarang kamu malah nanya Michael kemana. Memangnya kalian gak ketemu di rumah sakit? Apa Michael salah kamar atau gimana ya? Tapi harusnya kan untuk urusan kamar rawat inap dia bisa nanya ke kamu kan." Ibu terlihat kebingungan. Harusnya kalau tahu seperti ini ya dari tadi saja kan ibu menanyakan soal Michael."Masalahnya ya bu, aku tuh bahkan gak ketemu Michael sama sekali lho. Gak ada tuh Michael ke rumah sakit. Atau mungkin di jal
Ini sudah tengah malam dan menurut Odelyn sedikit menyebalkan ketika pamannya datang seperti orang yang tidak kenal waktu seperti ini. Bagaimana bisa pamannya tidak berpikir dulu sebelum datang kesini? Tapi ya sudahlah. Odelyn tidak ingin memperpanjang hal yang tidak penting."Paman sudah lebih baik?" Kondisi paman kalau menurut Odelyn masih terlihat memprihatinkan tapi sudah lebih baik daripada sebelumnya."Sudah, Odelyn. Paman gak akan bisa datang kesini kalau kondisi paman belum membaik. Kalau boleh, paman ingin bicara hal yang penting dengan kamu berdua saja." Paman menatap Michael yang berada di sebelah Odelyn. Michael yang mendengar kalimat itu langsung memberikan penolakan dengan keras. "Maaf, paman. Saya disini sebagai suaminya Odelyn gak bisa menyetujui hal itu. Saya gak mau terjadi hal yang gak diinginkan. Kondisi Odelyn sendiri belum cukup baik dan ayah mertua saya juga masih di rumah sakit. Saya gak mau ada anggota keluarga saya yang terkena dampak negatif karena hal ini.
"Ibu pasti nanti akan bertanya kan soal kedatangan paman kesini. Kita beneran akan ngasih tahu info kayak gitu ke ibu? Bukannya itu hanya akan membebani ibu ya?" Odelyn menoleh ke arah Michael. Saat ini dirinya dan Michael sedang bersiap-siap untuk mengajak Maura bermain keluar. Odelyn sudah dikabari kalau kondisi ayah makin hari makin membaik sehingga kini Odelyn bisa sedikit bergeser ke Maura dulu. Belakangan ini Maura sudah cukup terabaikan sehingga Odelyn ingin menebus hal tersebut. Untung saja kini Maura benar-benar bersikap lebih bersahabat dibandingkan sebelumnya. Padahal kan interaksi antara Odelyn dan Maura mulai merenggang lagi dan kini baru akan dimulai diperbaiki."Ibu sudah berangkat keluar kota dari dini hari tadi, Odelyn. Kamu mungkin gak tahu karena memang kita kan disibukkan sama tidur kita. Pembicaraan dengan paman tadi malam itu benar-benar menguras tenaga sampai rasanya aku benar-benar lemas deh." Ucapan Michael sejalan dengan raut wajahnya yang kini benar-benar t
Odelyn ketakutan. Ketukan pintu yang membabi buta itu jelas bukan pertanda yang baik. Michael yang juga mendengar gedoran pintu itu langsung menghampiri Odelyn, Maura, dan pengasuh di ruang keluarga."Jangan ada yang keluar. Lebih baik sekarang kita panggil keamanan perumahan." Michael tahu bahwa orang yang datang bertamu ke rumahnya dengan adab yang seperti itu pastilah bukan orang yang ingin bertamu baik-baik. Orang yang ingin bertamu baik-baik tentunya tidak akan bertindak sejauh dan sekasar itu. "Pintunya sudah dikunci kan mbak?" Odelyn bertanya pada pengasuh karena pengasuh lah yang terakhir masuk ke dalam rumah."Sudah, bu." Pengasuh juga terlihat ketakutan saat gedoran pintu itu tak kunjung berhenti. Maura tampaknya merasakan hal yang sama karena dia terus menempelkan tubuhnya dengan erat pada Odelyn."Gakpapa, sayang. Gak perlu takut ya." Odelyn berusaha menenangkan Maura yang ketakutan. Sebenarnya Odelyn pun tidak kalah takutnya. Hanya saja kalau misalkan Odelyn juga ketakut
Selanjutnya apa? Apa yang harus Odelyn lakukan setelah ini? Odelyn sungguh tidak mengerti. Odelyn hanya ingin hidup bahagia saja, sungguh hal sesederhana itu saja kenapa sulit sekali untuk diwujudkan? "Maaf ya. Karena ada orang gak jelas kayak gitu agenda main kita malah jadi tertunda begini. Harusnya aku bisa lebih tegas dan menyuruh orang itu keluar duluan, gak hanya menunggu petugas keamanan perumahan saja." Michael melihat wajah Odelyn yang benar-benar terlihat tidak nyaman. Odelyn pasti merasa kesal karena agenda bermainnya bersama Maura sirna begitu saja karena ada orang yang seenaknya seperti itu."Buat apa kamu yang minta maaf Michael? Ini semua bukan salah siapa-siapa kok, ya salah orang itu saja sih. Yang jelas ini bukan kesalahan kita. Tadi Maura juga gak mood kalau diajak keluar, sudah panas juga kan cuaca di luar." Tentu saja yang tidak mood sebenarnya adalah Odelyn. Odelyn ingin meringankan pikirannya tapi malah jadi seperti ini. Tentu saja Odelyn merasa sangat kesal de
"Aneh banget ibu gak ada nelpon rumah sama sekali. Apa disana sibuk banget ya?" Odelyn dan Michael saat ini sedang bersantai di ruang keluarga."Dulu sebelum aku nikah sama kamu juga ibu tuh emang gitu orangnya. Ibu gak pernah tuh nelpon ke rumah kalau ada pekerjaan di luar kota, luar pulau, atau luar negeri, pokoknya pekerjaan yang mengharuskan beliau gak di rumah lah." Pop corn ditambah istri, lalu ada hujan dan acara televisi yang bagus, ini semua perpaduan yang menyenangkan. Michael benar-benar merindukan saat-saat seperti ini, saat-saat ketika mereka bisa bersantai."Owh, pantas saja. Soalnya sejak kita menikah kan tiap kali ibu bekerja yang jauh dari rumah tuh pasti nelpon kan ya. Berarti sekarang ibu benar-benar sibuk dong sampai gak nelpon sama sekali?" Sebenarnya sih Odelyn menyimpan kekhawatiran yang cukup tinggi pada ibu. Itulah sebabnya dia terus menanyakan bagaimana kabar ibu."Kata ibu proyek penelitian kali ini benar-benar sulit tapi akan mendapatkan hasil yang oke. Aku