"Aneh banget ibu gak ada nelpon rumah sama sekali. Apa disana sibuk banget ya?" Odelyn dan Michael saat ini sedang bersantai di ruang keluarga."Dulu sebelum aku nikah sama kamu juga ibu tuh emang gitu orangnya. Ibu gak pernah tuh nelpon ke rumah kalau ada pekerjaan di luar kota, luar pulau, atau luar negeri, pokoknya pekerjaan yang mengharuskan beliau gak di rumah lah." Pop corn ditambah istri, lalu ada hujan dan acara televisi yang bagus, ini semua perpaduan yang menyenangkan. Michael benar-benar merindukan saat-saat seperti ini, saat-saat ketika mereka bisa bersantai."Owh, pantas saja. Soalnya sejak kita menikah kan tiap kali ibu bekerja yang jauh dari rumah tuh pasti nelpon kan ya. Berarti sekarang ibu benar-benar sibuk dong sampai gak nelpon sama sekali?" Sebenarnya sih Odelyn menyimpan kekhawatiran yang cukup tinggi pada ibu. Itulah sebabnya dia terus menanyakan bagaimana kabar ibu."Kata ibu proyek penelitian kali ini benar-benar sulit tapi akan mendapatkan hasil yang oke. Aku
"Maura, kenapa sayang?" Odelyn menggendong Maura dengan segera dari tempat tidur. Maura tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan menangis seperti ini. Odelyn jelas merasa panik dan bingung dengan apa yang terjadi dengan Maura sebenarnya. Anak yang awalnya tenang-tenang saja dalam tidurnya tiba-tiba terbangun begitu saja."Coba aku ambilkan Maura minum dulu ya." Michael pun dengan cepat langsung bergerak untuk mengambilkan minum buat Odelyn."Takut, takut." Maura terus mengatakan hal yang sama sambil menangis.Odelyn yang melihat anaknya dalam keadaan seperti ini jelas merasa sangat sedih. Sebenarnya apa sih yang menimpa anaknya ini? Kenapa anaknya sampai harus mengalami hal seperti ini?"Gakpapa, sayang. Maura gak usah takut ya. Disini kan ada mama dan ayah jadi Maura akan baik-baik saja." Odelyn berusaha dengan sekuat tenaga bersikap tenang dan juga menenangkan Maura agar Maura tidak terus-terusan menangis. Kondisi ini pasti menyakitkan untuk Maura."Takut, takut." Sayangnya Maura tak k
"Maaf, tolong maafkan kami." Odelyn menjawab pertanyaan dari ibu Edelyn dengan permintaan maaf yang harusnya apabila didengar akan sedikit memberikan rasa iba."Maaf? Kalian meminta maaf kepadaku untuk hal apa? Apakah kalian benar-benar dalam posisi yang terdesak?" Ibu Edelyn tertawa terbahak-bahak. Ibu Edelyn nampaknya sangat menikmati penderitaan yang diterima oleh Odelyn dan keluarganya."Kami mohon maaf untuk segalanya. Kami meminta maaf untuk hal-hal yang menjadi kesalahan kami, keterlambatan kami dalam meminta maaf. Kami benar-benar meminta maaf untuk semua itu." Michael akhirnya mengambil alih permintaan maaf ini. Di kondisi seperti ini posisi Michael lebih stabil karena dia sudah berusaha dengan keras untuk menguatkan hatinya.Ibu Edelyn tidak langsung menjawab permintaan maaf itu dan malah menyelidiki wajah Odelyn dan Michael."Maura bagaimana? Kalian datang karena alasan itu kan?" Suara ibu Edelyn yang lirih langsung membuat Odelyn menatap ke arah ibu Odelyn dengan tatapan y
"Kalian ini ibunya datang kok gak menyambut dengan gembira?" Ibu datang sambil membawa beberapa kantong plastik. Kalau Odelyn boleh menebak sih itu adalah oleh-oleh. Ya ampun, Odelyn jadi penasaran oleh-oleh apa yang dibawa oleh ibu kira-kira."Kami senang kok, bu." Odelyn dengan segera menghampiri ibu yang terlihat kesulitan untuk membawa kantong plastik itu. Odelyn kemudian membantu ibu untuk membawakan kantong plastik itu."Senang oleh-olehnya?" Ibu meledek Odelyn. Wajah ibu terlihat senang sekali ketika meledek Odelyn. Michael yang awalnya ingin membantu ibu langsung berlari ke kamar karena Maura menangis. Tampaknya Maura terbangun karena memang sudah waktunya untuk bangun."Ya nggak gitu dong, ibu." Odelyn menahan malu karena ledekan ibu mertuanya itu. Walaupun demikian Odelyn tidak merasa tersinggung sama sekali sih. Yang ada dirinya saat ini merasa sangat beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang yang baik seperti ibu mertuanya dan suaminya."Waduh, kayaknya Michael belum b
Baik Michael maupun Odelyn langsung membeku. Apa maksudnya itu?"Ibu?" Odelyn berusaha mengajak bicara ibu dengan perlahan. Ibu tidak mungkin tahu kan? Ah, mana mungkin kan?"Kalian sangat payah kalau menyembunyikan sesuatu dari ibu. Ibu bahkan gak habis pikir kenapa kalian berpikir untuk menyembunyikan hal itu. Odelyn, sebelum ibu mengizinkan paman kamu itu untuk bertemu dengan kamu tentunya ibu sudah menanyakan apa keperluan dia. Tentu saja ibu tahu tentang semuanya termasuk history keluarga kamu." Wajah ibu terlihat merasa puas dengan raut wajah anak dan menantunya yang terlihat pias."Bu, ibu pasti paham bukan itu maksudku dan Michael. Kami gak berniat untuk menyembunyikan ini untuk selamanya kok. Kami hanya merahasiakan ini sampai ibu tidak merasa lelah. Kami hanya melakukan itu demi ibu." Odelyn takut ibu merasa dirinya dibohongi. Padahal bukan seperti itu maksud Odelyn dan Michael. Odelyn dan Michael hanya tidak ingin menambah beban ibu, itu saja. Tapi mungkin saja kan ternyata
Rupanya Odelyn memang hanya terlalu takut saja. Saat ini Odelyn melihat Maura sudah aktif kembali. Ah, ketakutannya kemarin itu benar-benar tidak berguna rupanya. Hanya menambah beban pikiran saja."Odelyn, kamu ngapain melamun disini?" Michael yang baru saja ingin berangkat untuk nongkrong dengan teman-temannya terkejut melihat Odelyn yang duduk di teras sambil melamun. Yah, Michael tidak yakin sih apakah Odelyn melamun atau hanya melihat kendaraan yang lewat di jalanan."Siapa juga yang melamun, Michael. Aku cuma lagi mikirin Maura kok. Kalau melamun kan berarti pikirannya kosong." Odelyn menghela nafas lelah. Yah bagaimana Odelyn tidak lelah kalau dirinya saja memikirkan banyak hal sampai kepalanya itu pun sudah tidak bisa menampung."Ada apa dengan Maura? Apa yang bikin kamu mikirin dia?" Michael sungguh ingin tahu apalagi yang Odelyn pikirkan. Odelyn ini rupanya adalah manusia yang pemikir ya."Aku cuma mikir kok bisa ya aku selalu memikirkan semua hal dengan berlebihan. Semuanya
"Kamu marah?" Odelyn menoleh tajam ke arah Michael. Pertanyaan bodoh apa yang dilontarkan oleh Michael sih? Bisa-bisanya dia bertanya apakah Odelyn merasa marah atau tidak. Ya Odelyn jelas merasa marah lah. Bisa-bisanya masih ada pertanyaan seperti itu yang keluar dari mulutnya."Kamu tuh kalau nanya mikir dong ya. Kamu masih nanya aku marah ke kamu atau nggak? Ya marah banget lah. Kamu dideketin cewek di kantor. Ya aku tahu kita gak harus saling mencintai satu sama lain. Tapi itu bukan berarti kita boleh jatuh cinta sama orang lain!" Odelyn berucap dengan nada yang berapi-api. Ah, kalau tahu moodnya akan memburuk seperti ini tentu saja Odelyn tidak akan sudi untuk ikut dengan Michael. Bisa-bisanya Odelyn malah mendapatkan kejutan seperti ini."Dengar ya, Odelyn. Yang jatuh cinta siapa coba? Misalkan aku jatuh cinta pun itu ya jatuh cinta ke kamu, bukan ke orang lain. Perasaan yang gak membalas pernyataan cintaku itu ya kamu deh." Michael berusaha menyadarkan Michael sambil memberika
"Kamu licik juga ya bikin cara supaya Odelyn mengakui kalau dia cinta sama kamu." Teman Michael sedang menikmati nikmatnya minuman ini."Ya mau bagaimanapun juga kan Odelyn itu hanya gengsi dan aku yang harus memancing supaya dia ngaku kalau dia suka sama aku. Aku tuh cuma gak mau Odelyn terlalu memendam soal perasaan dia." Michael sedang mengobrol santai dengan temannya di rumah. Odelyn sedang diluar bersama ibu dan Maura. Pengasuh tentu saja ikut dengan mereka. Lalu disini tersisa Michael yang menikmati hari libur."Alah, ngajakin main kemarin itu bagian dari rencana kan? Biar istri aku bilang ada cewek yang deketin kamu ke Odelyn. Padahal siapa tuh Amara. Gak ada juga cewek yang deketin kamu karena sudah pada tahu kalau kamu tuh udah punya keluarga. Kalau yang suka sama kamu sih ada tapi kan pada tahu diri kalau kamu itu sudah punya keluarga. Lagian kepikiran saja sih untuk bikin skenario kayak gini. Beneran gak habis pikir aku. Kamu dapat ide kayak gitu darimana sih? Heran banget