Ini sudah tengah malam dan menurut Odelyn sedikit menyebalkan ketika pamannya datang seperti orang yang tidak kenal waktu seperti ini. Bagaimana bisa pamannya tidak berpikir dulu sebelum datang kesini? Tapi ya sudahlah. Odelyn tidak ingin memperpanjang hal yang tidak penting."Paman sudah lebih baik?" Kondisi paman kalau menurut Odelyn masih terlihat memprihatinkan tapi sudah lebih baik daripada sebelumnya."Sudah, Odelyn. Paman gak akan bisa datang kesini kalau kondisi paman belum membaik. Kalau boleh, paman ingin bicara hal yang penting dengan kamu berdua saja." Paman menatap Michael yang berada di sebelah Odelyn. Michael yang mendengar kalimat itu langsung memberikan penolakan dengan keras. "Maaf, paman. Saya disini sebagai suaminya Odelyn gak bisa menyetujui hal itu. Saya gak mau terjadi hal yang gak diinginkan. Kondisi Odelyn sendiri belum cukup baik dan ayah mertua saya juga masih di rumah sakit. Saya gak mau ada anggota keluarga saya yang terkena dampak negatif karena hal ini.
"Ibu pasti nanti akan bertanya kan soal kedatangan paman kesini. Kita beneran akan ngasih tahu info kayak gitu ke ibu? Bukannya itu hanya akan membebani ibu ya?" Odelyn menoleh ke arah Michael. Saat ini dirinya dan Michael sedang bersiap-siap untuk mengajak Maura bermain keluar. Odelyn sudah dikabari kalau kondisi ayah makin hari makin membaik sehingga kini Odelyn bisa sedikit bergeser ke Maura dulu. Belakangan ini Maura sudah cukup terabaikan sehingga Odelyn ingin menebus hal tersebut. Untung saja kini Maura benar-benar bersikap lebih bersahabat dibandingkan sebelumnya. Padahal kan interaksi antara Odelyn dan Maura mulai merenggang lagi dan kini baru akan dimulai diperbaiki."Ibu sudah berangkat keluar kota dari dini hari tadi, Odelyn. Kamu mungkin gak tahu karena memang kita kan disibukkan sama tidur kita. Pembicaraan dengan paman tadi malam itu benar-benar menguras tenaga sampai rasanya aku benar-benar lemas deh." Ucapan Michael sejalan dengan raut wajahnya yang kini benar-benar t
Odelyn ketakutan. Ketukan pintu yang membabi buta itu jelas bukan pertanda yang baik. Michael yang juga mendengar gedoran pintu itu langsung menghampiri Odelyn, Maura, dan pengasuh di ruang keluarga."Jangan ada yang keluar. Lebih baik sekarang kita panggil keamanan perumahan." Michael tahu bahwa orang yang datang bertamu ke rumahnya dengan adab yang seperti itu pastilah bukan orang yang ingin bertamu baik-baik. Orang yang ingin bertamu baik-baik tentunya tidak akan bertindak sejauh dan sekasar itu. "Pintunya sudah dikunci kan mbak?" Odelyn bertanya pada pengasuh karena pengasuh lah yang terakhir masuk ke dalam rumah."Sudah, bu." Pengasuh juga terlihat ketakutan saat gedoran pintu itu tak kunjung berhenti. Maura tampaknya merasakan hal yang sama karena dia terus menempelkan tubuhnya dengan erat pada Odelyn."Gakpapa, sayang. Gak perlu takut ya." Odelyn berusaha menenangkan Maura yang ketakutan. Sebenarnya Odelyn pun tidak kalah takutnya. Hanya saja kalau misalkan Odelyn juga ketakut
Selanjutnya apa? Apa yang harus Odelyn lakukan setelah ini? Odelyn sungguh tidak mengerti. Odelyn hanya ingin hidup bahagia saja, sungguh hal sesederhana itu saja kenapa sulit sekali untuk diwujudkan? "Maaf ya. Karena ada orang gak jelas kayak gitu agenda main kita malah jadi tertunda begini. Harusnya aku bisa lebih tegas dan menyuruh orang itu keluar duluan, gak hanya menunggu petugas keamanan perumahan saja." Michael melihat wajah Odelyn yang benar-benar terlihat tidak nyaman. Odelyn pasti merasa kesal karena agenda bermainnya bersama Maura sirna begitu saja karena ada orang yang seenaknya seperti itu."Buat apa kamu yang minta maaf Michael? Ini semua bukan salah siapa-siapa kok, ya salah orang itu saja sih. Yang jelas ini bukan kesalahan kita. Tadi Maura juga gak mood kalau diajak keluar, sudah panas juga kan cuaca di luar." Tentu saja yang tidak mood sebenarnya adalah Odelyn. Odelyn ingin meringankan pikirannya tapi malah jadi seperti ini. Tentu saja Odelyn merasa sangat kesal de
"Aneh banget ibu gak ada nelpon rumah sama sekali. Apa disana sibuk banget ya?" Odelyn dan Michael saat ini sedang bersantai di ruang keluarga."Dulu sebelum aku nikah sama kamu juga ibu tuh emang gitu orangnya. Ibu gak pernah tuh nelpon ke rumah kalau ada pekerjaan di luar kota, luar pulau, atau luar negeri, pokoknya pekerjaan yang mengharuskan beliau gak di rumah lah." Pop corn ditambah istri, lalu ada hujan dan acara televisi yang bagus, ini semua perpaduan yang menyenangkan. Michael benar-benar merindukan saat-saat seperti ini, saat-saat ketika mereka bisa bersantai."Owh, pantas saja. Soalnya sejak kita menikah kan tiap kali ibu bekerja yang jauh dari rumah tuh pasti nelpon kan ya. Berarti sekarang ibu benar-benar sibuk dong sampai gak nelpon sama sekali?" Sebenarnya sih Odelyn menyimpan kekhawatiran yang cukup tinggi pada ibu. Itulah sebabnya dia terus menanyakan bagaimana kabar ibu."Kata ibu proyek penelitian kali ini benar-benar sulit tapi akan mendapatkan hasil yang oke. Aku
"Maura, kenapa sayang?" Odelyn menggendong Maura dengan segera dari tempat tidur. Maura tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan menangis seperti ini. Odelyn jelas merasa panik dan bingung dengan apa yang terjadi dengan Maura sebenarnya. Anak yang awalnya tenang-tenang saja dalam tidurnya tiba-tiba terbangun begitu saja."Coba aku ambilkan Maura minum dulu ya." Michael pun dengan cepat langsung bergerak untuk mengambilkan minum buat Odelyn."Takut, takut." Maura terus mengatakan hal yang sama sambil menangis.Odelyn yang melihat anaknya dalam keadaan seperti ini jelas merasa sangat sedih. Sebenarnya apa sih yang menimpa anaknya ini? Kenapa anaknya sampai harus mengalami hal seperti ini?"Gakpapa, sayang. Maura gak usah takut ya. Disini kan ada mama dan ayah jadi Maura akan baik-baik saja." Odelyn berusaha dengan sekuat tenaga bersikap tenang dan juga menenangkan Maura agar Maura tidak terus-terusan menangis. Kondisi ini pasti menyakitkan untuk Maura."Takut, takut." Sayangnya Maura tak k
"Maaf, tolong maafkan kami." Odelyn menjawab pertanyaan dari ibu Edelyn dengan permintaan maaf yang harusnya apabila didengar akan sedikit memberikan rasa iba."Maaf? Kalian meminta maaf kepadaku untuk hal apa? Apakah kalian benar-benar dalam posisi yang terdesak?" Ibu Edelyn tertawa terbahak-bahak. Ibu Edelyn nampaknya sangat menikmati penderitaan yang diterima oleh Odelyn dan keluarganya."Kami mohon maaf untuk segalanya. Kami meminta maaf untuk hal-hal yang menjadi kesalahan kami, keterlambatan kami dalam meminta maaf. Kami benar-benar meminta maaf untuk semua itu." Michael akhirnya mengambil alih permintaan maaf ini. Di kondisi seperti ini posisi Michael lebih stabil karena dia sudah berusaha dengan keras untuk menguatkan hatinya.Ibu Edelyn tidak langsung menjawab permintaan maaf itu dan malah menyelidiki wajah Odelyn dan Michael."Maura bagaimana? Kalian datang karena alasan itu kan?" Suara ibu Edelyn yang lirih langsung membuat Odelyn menatap ke arah ibu Odelyn dengan tatapan y
"Kalian ini ibunya datang kok gak menyambut dengan gembira?" Ibu datang sambil membawa beberapa kantong plastik. Kalau Odelyn boleh menebak sih itu adalah oleh-oleh. Ya ampun, Odelyn jadi penasaran oleh-oleh apa yang dibawa oleh ibu kira-kira."Kami senang kok, bu." Odelyn dengan segera menghampiri ibu yang terlihat kesulitan untuk membawa kantong plastik itu. Odelyn kemudian membantu ibu untuk membawakan kantong plastik itu."Senang oleh-olehnya?" Ibu meledek Odelyn. Wajah ibu terlihat senang sekali ketika meledek Odelyn. Michael yang awalnya ingin membantu ibu langsung berlari ke kamar karena Maura menangis. Tampaknya Maura terbangun karena memang sudah waktunya untuk bangun."Ya nggak gitu dong, ibu." Odelyn menahan malu karena ledekan ibu mertuanya itu. Walaupun demikian Odelyn tidak merasa tersinggung sama sekali sih. Yang ada dirinya saat ini merasa sangat beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang yang baik seperti ibu mertuanya dan suaminya."Waduh, kayaknya Michael belum b