Sebenarnya saat ini Odelyn merasa sangat sedih. Maura malah dekat dengan pengasuh dibanding dirinya yang merupakan ibu kandung Maura. Mood Odelyn untuk berbelanja pun langsung anjlok karena perasaan tidak nyaman ini."Mbak, Maura biasanya suka jajan apa ya kalau ke tempat belanja begini?" Odelyn memilih untuk mengabaikan perasaan tidak nyaman yang dia rasakan. Tidak sepantasnya kan Odelyn merasa seperti itu padahal keberadaan pengasuh disini sangat membantu."Biasanya non Maura gak jajan, bu. Di rumah sudah dibiasakan dan diajarkan untuk gak jajan di luar karena gak sehat. Jadi biasanya di rumah itu ibunya mas Michael selalu pesan makanan dari chef gitu untuk bikinin makanan cemilan buat non Maura. Non Maura gak minat sama jajanan di luar, bahkan di supermarket gini sih." Pengasuh menjawab dengan tegas pertanyaan Odelyn. Pengasuh menjawab seperti itu karena dia masih memiliki ketakutan dengan Odelyn. Odelyn adalah orang yang baru bisa bangkit setelah sekian lama itu sebabnya ketika me
Odelyn termangu sesaat setelah mendengar ucapan dari pengasuh. Ya saat ini Maura memang sudah terbangun hanya saja tak bicara apapun. Maura justru menempelkan kepalanya di dada Odelyn. Apakah Maura belum sadar kalau yang menggendongnya saat ini adalah Odelyn?"Mbak, kayaknya Maura belum sadar deh kalau aku yang menggendong. Barang-barangnya biar aku saja yang bawa terus mbak yang menggendong Maura." Kalau bukan di tempat umum sih Odelyn tidak masalah jika Maura sampai menangis. Tapi kalau di tempat umum seperti minimarket ini lalu kemudian Odelyn menangis di gendongannya, maka Odelyn akan merasa menjadi ibu yang tidak becus. Odelyn tidak menginginkan hal itu terjadi. Odelyn tidak sanggup menyaksikan apabila nanti Maura menangis di gendongan Odelyn tapi langsung tenang di gendongan pengasuh."Loh bu. Non Maura saja anteng begitu jadi buat apa dikasih ke saya. Justru saya takut nanti kalau non Maura sudah nyaman ibu gendong begitu terus waktu gendongannya pindah, bisa-bisa non Maura nan
Maura yang duduk di kursi belakang tampak anteng bersama mainannya. Odelyn juga menemani Maura duduk di belakang. Padahal di dalam mobil ini ada anak kecil yang sedang asyik dengan mainannya, dengan suaranya yang lucu, tapi Michael merasakan sesak yang amat mencekik disini. Apakah ini karena suasana hati Odelyn yang tak kunjung membaik? Sepertinya Michael harus mencairkan suasana disini."Tadi kalian kemana saja perginya? Aku pikir bakal lama tapi ternyata kurang lebih cuma tiga jam ya." Semoga hal ini bisa sedikit menurunkan kekakuan yang ada. Ya Tuhan, Michael benar-benar memohon untuk hal ini."Oh, tadi kami cuma main ke taman saja sih. Hari Minggu gini kan banyak keluarga yang bawa anaknya kesana. Tadi disana Maura main-main sama anak yang lain. Aku disana juga makan sandwich bersama ibu sambil mengawasi Maura yang lagi main." Tidak ada yang salah sih dari suara Odelyn. Odelyn menjawab seakan dia berada dalam suasana hati yang biasa saja, tidak sedih tapi juga tidak bahagia. Hanya
Suara gaduh langsung muncul diantara para anggota keluarga. Yang tak boleh dilupakan adalah bibi Natri. Bibi Natri adalah orang yang langsung memberikan protes keras atas hasil putusan itu. "Ayah, ibu. Aku rasa kalian salah dalam memberikan keputusan. Untuk apa memberikan warisan dalam jumlah terbesar kepada anak yang bahkan belum bisa berpikir apapun?" Semua anggota keluarga nampaknya punya pendapat yang sama dengan bibi Natri tapi mereka memilih untuk diam dahulu. Mereka tidak ingin menambah keributan yang akan membuat orang tua mereka jadi tambah murka. Bibi Natri sudah mewakili mereka untuk mengemukakan protes atas keputusan yang tidak adil ini.Sementara itu Michael dan Odelyn yang mendengar keputusan itu hanya bisa termangu. Mereka tidak pernah mengharapkan apapun saat datang kesini, bahkan kalau boleh jujur, Odelyn dan Michael tidak ingin mendapatkan warisan itu. Bagi Odelyn warisan yang didapat hanya akan menambah huru-hara saja mengingat para keluarganya yang serakah itu, se
Bibi Natri makin menggila. Semua anggota keluarga yang mendengar teriakannya itu langsung membuat isyarat yang meminta agar bibi Natri berhenti saat itu juga, jangan membuat kegaduhan yang tidak penting. Tapi rupanya bibi Natri tidak menyadari dan tidak mempedulikan isyarat semacam itu. Yang bibi Natri pentingkan hanyalah bagaimana caranya agar semua ini berakhir dan sesuai keinginannya.Michael dan Odelyn yang menyadari bahwa situasi ini makin kacau langsung menoleh ke arah satu sama lain. Odelyn dan Michael ingin segera pergi dari sini sambil membawa Maura yang sedari tadi berada di lantai dua. Odelyn dan Michael sudah tidak tahan dengan teriakan tanpa henti dan keributan yang tidak perlu mengenai warisan ini.Kakek dan nenek yang mendengar teriakan bibi Natri hanya diam tanpa bicara apapun. Sayangnya adalah keterdiaman itu merupakan hal yang mengerikan bagi keluarga ini. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan dilakukan oleh kakek dan nenek"Natri, lagi-lagi kamu tidak paham
Semuanya sudah berakhir. Anggota keluarga yang dibunuh oleh bibi Natri sudah tidak bersisa. Kakek, nenek, paman, bibi, semuanya sudah lenyap tanpa sisa. Hanya paman yang menelpon Odelyn lah yang selamat. "Odelyn, minum dulu." Saat ini Odelyn sedang berada di rumah sakit. Odelyn benar-benar pusing menanggung beban ini sendirian. Habis ini apa yang akan dia lakukan ya? Setelah ini harus apalagi? Odelyn tidak mengerti. "Makasih, Michael." Odelyn mencoba memikirkan itu sambil menelan air putih. Odelyn tidak tahu apakah saat ini dirinya harus bersedih atau bagaimana. Semua yang ada di keluarga itu tidak punya ikatan keluarga yang kuat dengan Odelyn. Odelyn merasa kehilangan tapi tidak merasakan kesedihan. Apakah ini adalah hal yang wajar? Tolong siapapun beritahu Odelyn."Apa warisan itu benar-benar membutakan? Aku gak mengerti kenapa bibi sampai nekat berbuat seperti itu karena warisan. Setahuku bagian untuk bibi juga lebih dari cukup kok." Odelyn tidak mengerti dengan otak dan pikiran
Kondisi ayah tak kunjung membaik. Odelyn hanya terdiam sambil memandangi ayah. Ini adalah jam besuk yang diizinkan. Selagi jam besuk itu belum habis maka Odelyn akan tetap disini. "Ayah, maafkan aku ya. Ini semua gara-gara aku." Odelyn menangis terisak-isak dengan suara yang ditahan. Odelyn yakin entah apa yang menyebabkan bibi Natri sampai menggila adalah terkait dengan warisan. Hanya saja Odelyn tidak tahu kalimat menyakitkan apa yang dikatakan oleh kakek dan nenek sehingga bibi Natri nekat berbuat itu. Bahkan bibi Natri seolah ingin melenyapkan semuanya hingga akhir karena dia juga memilih untuk bunuh diri. Ini benar-benar tragis."Aku tahu aku sangat berdosa tapi aku bersyukur ayah dipenjara waktu kejadian ini. Aku gak akan sanggup kalau kehilangan ayah selamanya apalagi dalam tragedi yang sangat mengerikan seperti itu. Setidaknya dengan ayah dipenjara maka ayah bisa selamat. Karena itu ayah, aku mohon supaya ayah cepat sadar sehingga rasa lega ku ini gak sia-sia." Odelyn pernah
Odelyn harap-harap cemas menunggu hasil interogasi polisi kepada paman. Kira-kira apa yang menyebabkan bibi Natri sampai tega melakukan perbuatan seperti itu? Apa mungkin perkara warisan tadi memang membesar tanpa diketahui oleh Odelyn?"Odelyn, kalaupun nanti sudah diketahui apa motif paman sampai melakukan ini, kita gak akan tahu semudah itu. Bisa jadi kita bahkan akan tahu dari media. Tentunya berita ini kan sudah masuk media." Michael merunduk sedih. Odelyn yang sudah sangat bersemangat untuk makan langsung mengabaikan makanannya karena kabar ini. Michael sedikit merasa menyesal karena dirinya harus memperlihatkan ekspresi seperti itu tadi. Harusnya Michael tidak membuat ekspresi apapun yang membuat Odelyn bertanya-tanya. Harusnya Michael memberitahu Odelyn semua ini setelah Odelyn selesai makan. Tapi mau bagaimana lagi. Nasi kan sudah menjadi bubur. Sudah sulit untuk memperbaiki ini semua."Aku tahu kok soal itu. Hanya saja aku masih menyimpan harapan bahwa aku bisa dengan segera
"Ya ampun, Maura! Kamu kenapa lagi ini?!" Odelyn terkejut melihat penampilan Maura yang jauh dari kata bersih dan rapi. Sebenarnya Maura pergi kemana lagi dan apa yang dia lakukan sampai penampilannya bisa sehancur itu?"Maaf, mama. Aku tuh beneran gak sengaja tahu. Aku gak mengira kalau akan jadi seperti ini." Maura seakan meminta belas kasihan dari Odelyn. "Kamu jatuh dimana lagi ini? Mama benar-benar gak habis pikir deh dengan kamu." Odelyn sudah memastikan bahwa Maura sudah dalam kondisi yang layak ketika berangkat sekolah. Odelyn tentunya berharap Maura juga akan pulang dengan keadaan yang sama. Tapi apa ini? Kenapa malah seperti ini jadinya? "Tadi aku gak sengaja deh, ma. Aku serius ini. Lagipula siapa sih yang pengen jatuh. Aku rasa gak ada yang pengen jatuh deh. Aku ini umurnya 17 tahun, ya kali aku sengaja jatuh. Itu namanya tindakan yang gak dewasa kan." Maura kesal karena di tengah kondisinya yang sedang luka seperti ini pun Odelyn seperti menyalahkan dirinya. Padahal ka
Michael dan Odelyn yang mendengar hal seperti itu jelas langsung terguncang. Maura mengalami hal mengerikan seperti itu di luaran sana dan Michael serta Odelyn malah tidak tahu apa-apa. Mereka berdua merasa tidak becus sebagai orang tua. Harusnya tidak boleh seperti ini. "Sayang, kamu gak perlu denger omongannya Helena. Orang yang mempunyai kesalahan memang bisa masuk penjara. Tapi kamu gak ada kesalahan apapun lho. Kamu gak perlu takut masuk penjara karena Helena pun gak punya hak untuk menakut-nakuti kamu masuk penjara. Mama harap Maura paham akan hal itu ya. Yang Maura perlu tahu adalah memang benar bahwa orang tuanya mama tinggal di tempat yang jauh tapi memang belum bisa menemui kita. Orang tuanya mama masih punya urusan yang masih harus diselesaikan. Kalau Helena menanyakan soal hal ini kamu bilang saja bahwa mama dan ayah gak ngasih tahu apa-apa. Kamu paham kan maksudnya mama?" Odelyn berusaha keras untuk tidak menangis di hadapan Maura. Saat ini hati Odelyn benar-benar hancur
Odelyn sampai jatuh terjerembab karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. Sialnya suara itu adalah suara yang tidak ingin didengar oleh Odelyn untuk saat ini. "Sayang, kamu kok sudah bangun? Ayo mama antar ke kamar lagi ya untuk tidur." Odelyn memilih untuk berlagak tidak terjadi apa-apa di depan Maura. Saat ini jantung Odelyn benar-benar berdegup dengan kencang. Michael yang tahu bahwa kondisi saat ini benar-benar tidak kondusif langsung berusaha untuk menenangkan Maura. "Nak, ayo kita ke dalam kamar dulu ya. Ini sudah malam jadi harusnya kamu sudah tidur bukannya malah berkeliaran begini." Michael juga sama terkejutnya dengan Odelyn saat Maura tiba-tiba ada disini. Barangkali Maura sudah mendengar semua pembicaraan tapi langsung tertarik di poin soal penjara. Sungguh Michael pun sampai sulit untuk berkata-kata. Saat ini yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana bisa mengalihkan perhatian Maura. Kalau diperlukan adalah bagaimana cara membuat Maura lupa akan apa yang di
Odelyn terdiam sambil menatap dengan mata yang membesar ke arah Maura. Anak ini tahu kata penjara dari mana? Dari mana dia bisa punya spekulasi bahwa tempat yang jauh itu adalah penjara? "Penjara? Kamu kok bisa nebak gitu sih, sayang? Mama jadi takut deh kamu ngomong kayak gitu." Odelyn mencoba bercanda kepada Maura. Odelyn sangat takut tapi dia harus menyembunyikan ketakutan itu dengan baik. Pokoknya Maura tidak boleh mencurigai apapun dari Odelyn. "Loh tapi katanya Helena dulu memang keluarga ayah dan mama gak akur tuh. Nah karena gak akur itu makanya orang tuanya mama masuk penjara. Aku tuh bingung deh kenapa orang gak akur bisa sampai masuk penjara. Makanya aku nanya ke mama soal kemana orang tuanya mama. Aku tuh penasaran aja deh soalnya Helena bilang gitu. Tapi mama kok mama malah menghindar terus. Aku jadi bingung deh." Wajah Maura terlihat seperti orang yang diombang-ambing oleh kenyataan yang ada. Pada dasarnya yang terjadi adalah adalah fakta bahwa memang benar orang tuany
Odelyn sudah sering mendapatkan pertanyaan yang tidak menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya. Tapi baru kali ini Odelyn mendapatkan pertanyaan yang tidak hanya tidak menyenangkan namun juga mengerikan. Bagaimana Odelyn akan menjawab pertanyaan semacam ini? Odelyn benar-benar kehilangan akal. "Tumben banget kamu nanyain orang tuanya mama." Odelyn menjawab dengan santai dan nada bicara yang bercanda. Tapi siapapun tahu bahwa detak jantung yang kencang ini bukanlah candaan. Saat ini Odelyn benar-benar merasa tidak nyaman. Saat ini Odelyn benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana. "Soalnya kalau aku main di rumah Helena tuh pasti orang tua mamanya ada lho. Sebutannya itu kakek dan nenek ya kan. Nah kalau orang tua ayah kan memang sudah meninggal. Tapi kalau orang tua mama kemana? Aku kok gak pernah tahu apa-apa tentang mereka." Wajah Maura benar-benar menunjukkan betapa besar rasa penasarannya saat ini. Odelyn sampai tidak mengerti lagi harus menjawab apa. Odelyn tidak tahu bagai
"Bukannya mama sudah bilang untuk hati-hati ya. Ini kamu sampai lecet begini lho." Odelyn tidak bisa tidak mengomel ketika melihat lutut dan pergelangan kaki Maura dipenuhi dengan luka lecet. "Ma, tolong obatin aku dulu dong. Aku nih sakit lho." Maura rupanya bisa mencari celah agar tidak terlalu dimarahi oleh Odelyn. Lihatlah sekarang bagaimana cara dia berkilah. Sungguh Odelyn tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah begini. "Iya sini mama obatin. Kamu gak minta mama obatin pun pasti bakal mama obatin kok. Mama tuh cuma gak tega lihat kamu begini. Lagipula kamu tuh sudah 10 tahun lho, Maura. Harusnya kan kamu tahu gimana untuk berhati-hati. Tapi lihat nih kamu sekarang." Odelyn sudah berusaha keras kok untuk tidak terlalu mengomeli Maura. Tapi apalah datanya saat ini. Odelyn terlalu gemas dengan Maura yang seringkali tidak mengerti bahwa bahaya itu pasti bisa menjemput jika tidak berhati-hati. Ah, tapi sudahlah. Saat ini Odelyn tidak mau mengomel terlalu banyak. Bisa-bisa nanti Maur
Tentu saja Odelyn mulai memahami bahwa saat ini Michael bukan hanya sekedar merasa takut atau tidak tenang karena kematian orang tuanya di rumah ini. Rumah ini menyimpan banyak kenangan entah kenangan yang buruk atau yang baik. Sayangnya kenangan yang baik itu tidak bisa menutupi kenangan yang buruk. Apalagi salah satu penyumbang kenangan buruk itu adalah orang yang baru saja meninggal dunia karena kejadian yang mengerikan. "Kenapa kita gak tinggal di rumah yang lama saja, Michael? Maksudnya daripada kita harus survei rumah dan melakukan hal-hal lain yang merepotkan terkait pembelian rumah ini." Odelyn bisa melihat bahwa Michael terlalu bersikeras agar mereka bisa pindah rumah tapi tidak di rumah lama mereka. Michael ingin pindah ke rumah lain pokoknya. "Kamu tahu sendiri kan kalau sekarang kita sudah punya anak. Kalau tetap di rumah itu tentu saja tidak bagus dong. Rumah itu terlalu sempit untuk Maura yang aktif bergerak kesana kemari. Aku gak mau gerak Maura jadi terbatas karena r
Odelyn pikir ketika suatu saat dia mendengar kabar bahwa orang tua Edelyn meninggal, dia akan kegirangan. Pada kenyataannya adalah Odelyn justru tidak merasakan apapun. Rasanya kosong dan hampa. Ini benar-benar tidak ada artinya. Odelyn jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ini akhir yang dia inginkan? Bukankah kematian orang tua Edelyn sudah selayaknya dirayakan?"Mbak, kamu kok bisa dapat info soal kematian mereka?" Odelyn tidak paham sejauh apa pengasuh Maura tahu mengenai hubungan buruk antara keluarga ini dengan orang tua Edelyn. Tapi sepertinya melihat dari bagaimana pengasuh Maura itu memberitahukan hal tersebut kepada Odelyn dan Michael, pengasuh Maura kelihatan bahagia. Apakah ini hanyalah asumsi Odelyn yang tidak berdasar? Ah, entahlah. Odelyn juga malas jika harus memikirkan hal yang tidak penting seperti itu."Dari teman saya yang kebetulan kerja dekat sana, bu. Tetangga itu pada kenal ke mereka itu sebatas mereka orang tua Edelyn. Gak ada yang tahu nama mereka
Hidup Odelyn dan Michael perlahan-lahan benar-benar tertata ke arah yang mereka inginkan. Sekarang ini hanya ada kebahagiaan dan itu jelas membuat mereka berdua bahagia. Ah, bahkan bahagia saja tidak cukup untuk menggambarkan betapa leganya mereka saat ini. Ah, memang benar ya bahwa kesedihan ataupun kebahagiaan itu tidak ada yang permanen. Ini semua adalah tentang bagaimana cara mereka bertahan."Odelyn, menurut kamu apa rumah ini terlalu besar untuk kita tempati? Kamu mau rumah yang lebih kecil atau tetap disini saja?" Saat ini Odelyn dan Michael sedang bersantai. Ah, Michael perlu waktu yang cukup lama untuk bisa bersantai dengan tenang seperti ini sejak kematian ibu. Sekarang sudah tiga tahun semenjak kematian ibu."Kamu tiba-tiba nanya begitu kok aneh banget sih. Bukannya disini saja sudah nyaman ya. Buat apa harus pindah rumah. Yang ada nanti malah boros karena uang yang ada malah untuk biaya rumah." Odelyn merasa aneh karena Michael kan bukan orang yang boros. Lalu mengapa seka